SEKALI LAGI PERHATIAN FF INI EMANG TERINSPIRASI DARI ANIME 'PAPA TO KISS IN THE DARK' KALO EMANG ADA YG FAMILIAR SAMA CERITANYA YA EMANG INI DIADAPTASI DARI ANIME ITU WKWK


.

.

.

.

.

.

.

Luhan memasuki rumahnya dengan wajah ditekuk. Ia sungguh merasa kesal dengan ayahnya yang tampan dan menurut teman-temannya super hot itu. Bagaimana tidak, sang ayah seperti sengaja memanas-manasinya dengan berlama-lama bercanda bersama para ahjumma centil itu. Dan yang lebih menyebalkan sepulang acara penerimaan siswa baru dengan teganya ia meninggalkan Luhan tanpa basa-basi sedikitpun menawarinya pulang bersama.

"Lihat saja, aku tidak akan memasak untukmu tuan Oh, silahkan saja suruh para ahjumma itu membawakan makanan untukmu," gerutu Luhan sambil duduk didepan televisi setelah ia berganti pakaian.

Biasanya setelah pulang sekolah ia akan memasak untuknya dan ayahnya karena di rumah mereka sama sekali tidak ada maid. Sehun sengaja tidak mempekerjakan satupun maid dengan alasan takut hubungan terlarangnya dengan Luhan—anaknya sendiri—diketahui orang banyak. Dan itu bisa membahayakan karirnya sebagai seorang aktor.

Pukul tujuh malam, mobil Sehun baru terdengar memasuki garasi rumah. Sehun memasuki rumah dan mendapati Luhan tertidur pulas dengan posisi lucu di sofa depan televisi. Namja tampan itu tersenyum simpul melihat kelakuan anak tercintanya.

"Lu, bangun sayang." Sehun berjongkok di depan sofa dan menepuk pelan pipi Luhan.

Luhan mengerjapkan matanya dan mendapati ayahnya berada di hadapannya sambil tersenyum tampan.

"Appa, kenapa jam segini baru pulang?" rajuk Luhan sambil mendudukkan dirinya. Sehun kemudian mengambil posisi duduk di samping Luhan.

"Tadi ada sedikit masalah saat pengambilan gambar, dan juga tempat pengambilan gambar jauh dari Seoul karena itu appa terlambat pulang. Kau takut sendirian di rumah sayang?" tanya Sehun sambil mengelus rambut Luhan penuh sayang.

Luhan menggeleng singkat.

"Hey kau kenapa? Kenapa ekspresimu begitu dari tadi?" Sehun keheranan dengan perubahan sikap Luhan yang tidak seriang biasanya.

Luhan memajukan bibirnya. "Appa jahat! Kenapa tadi ngobrol mesra dengan para ahjumma genit itu?"

Sehun menaikkan sebelah alisnya. "Eh? Ahjumma? Maksudmu eomma dari teman-temanmu?"

Luhan mengangguk.

"Astaga—appa hanya berusaha sopan kepada mereka Lu, mereka mengajak ngobrol masa appa harus mengacuhkannya?" Sehun berusaha memberi pengertian. "Lagipula memangnya salah appa kalau mereka tertarik pada appa?"

Luhan menncibir mendengar perkataan Sehun yang terlampau percaya diri tapi ada benarnya juga itu.

"Jadi kau cemburu hm?" ledek Sehun sambil mencubit pelan pipi Luhan.

"Ti-tidak," bohong Luhan—ia merasa malu sekarang.

Sehun terkekeh. "Baiklah sekarang ayo kita makan malam, kau sudah memasak kan?"

Luhan hanya menunduk dan memainkan jari-jarinya. "Ng—Lulu hari ini lupa memasak."

"Mwo? Lupa memasak? Bagaimana bisa?" tanya Sehun sambil memijat pelipisnya. Ia begitu lelah dan lapar karena pekerjaannya seharian tetapi ketika sampai rumah Luhan bilang ia tidak memasak. Sehun mati-matian menahan amarahnya sekarang.

"Tadi Lulu sebal karena melihat appa bersama para ahjumma itu, lalu Lulu putuskan untuk tidak memasak," jelas Luhan takut-takut, tak berani menatap mata ayahnya.

Sehun mengambil nafas dalam, berusaha menahan emosi. "Baiklah, malam ini kita makan di luar saja. Tapi sebagai gantinya ada hukuman untukmu karena melalaikan tugasmu sayang."

"Hu-hukuman?" cicit Luhan ngeri.

Sehun menyeringai. "Kau akan tahu hukumanmu besok."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sehun tengah bersandar pada ambang pintu sambil melipat tangan didepan dadanya. Ia tengah menikmati pemandangan yang menurutnya sangat menyegarkan untuk membuat matanya terbuka sempurna di pagi hari. Pemandangan indah itu tak lain tak bukan adalah Luhan yang tengah bersih-bersih rumah dengan pakaian maid berwarna hitam dengan hiasan renda putih yang mempertontonkan kaki mulusnya karena roknya yang super pendek. Luhan hari ini mendapatkan hukuman dari Sehun untuk membersihkan rumah—dengan kostum spesial—dan karena itu ia terpaksa membolos sekolah hari ini.

Tanpa diketahui Luhan, Sehun berjalan mendekati namja manis yang tengah sibuk mengelap meja didepannya dengan posisi membelakanginya sambil menatapnya lapar.

"Aw—appa kenapa kau melakukan itu?" protes Luhan saat tangan Sehun dengan nakalnya meremas pantat mulusnya yang terekspos jelas ketika ia sedikit menungging.

"Itu juga bagian dari hukuman, sayang," kata Sehun sambil menyeringai mesum.

Luhan merona malu. "Appa aku tidak mau memakai pakaian wanita seperti ini, jebal ini sungguh memalukan."

"Malu pada siapa? Di rumah ini kan hanya ada aku dan kau, Lulu sayang," jawab Sehun sambil tangan nakalnya kembali menyusup ke dalam rok pendek Luhan.

"Jangan appa." Luhan menahan tangan Sehun sambil merona malu dan menariknya dari dalam rok maid nya.

"Kau tidak memakai pakaian dalam hm?" goda Sehun sambil memasukkan lagi tangannya ke dalam rok Luhan, kali ini sambil meremas kecil penis milik anaknya itu.

"Ahh—bukankah appa yang menyuruhku untuk tidak memakai pakaian dalam?" desah Luhan karena sentuhan yang diberikan oleh Sehun.

Sehun berpura-pura mengernyit. "Ah, benarkah?"

"Ahh—sudah appa—ahhh bagaimana aku bersih-bersih jika kau menggodaku terus begini?" protes Luhan karena tangan Sehun tak juga berhenti meremas penis di balik roknya.

Sehun terkekeh. "Baiklah kau lanjutkan hukumanmu, appa akan mengawasimu dari sini, awas kalau sampai tidak bersih."

Sehun kemudian menarik sebuah kursi dan duduk di sana sambil memperhatikan Luhan yang tengah membersihkan rumah mereka dengan serius. Berkali-kali ia harus menelan ludah saat Luhan tidak sengaja mempertontonkan belahan pantatnya ketika ia menungging atau sedikit berjinjit. Sepertinya adik kecil Sehun sudah mulai mengeras di bawah sana.

"Appa, tolong bantu Lulu memegangi kursi, Lulu mau naik dan membersihkan debu di atas lemari," pinta Luhan membuyarkan lamunan Sehun yang sudah mengarah ke hal yang tidak-tidak.

Sehun kemudian menyeret sebuah meja mendekati lemari lalu menaruh kursi diatas meja tersebut, agar bagian atas lemari bisa dijangkau oleh Luhan. Kemudian Luhan menaiki kursi tersebut dan Sehun memeganginya. Tapi posisi itu justru membuat Sehun bisa melihat dengan jelas pemandangan di balik rok Luhan.

Sehun menelan ludahnya saat melihat dengan jelas di depan wajahnya pantat Luhan dan kejantanan kecilnya yang bergerak-gerak mengikuti gerakan tubuh namja mungil itu.

"L-lu, kau tahu appa bisa melihat semuanya dengan jelas dari bawah sini—" kata Sehun dengan suara berat menahan gairahnya.

Luhan terkesiap, dengan cekatan ia merapatkan roknya dengan tangannya sambil merona. "Kyaaaaaaa kenapa tidak bilang dari tadi, Lulu kan malu!"

Sehun tertawa melihat tingkah lucu Luhan yang seperti perempuan. "Tidak perlu malu, appa kan sudah biasa melihat adik kecil dan pantat seksimu itu."

Luhan merona lagi mendengar perkataan vulgar ayahnya yang mesum itu.

"Sudah lanjutkan saja pekerjaanmu, tangan appa mulai pegal memegangi ini," kata Sehun lagi.

Luhan menuruti perkataan Sehun dan melanjutkan kegiatannya membersihkan bagian atas lemari, walau ia merasa tidak nyaman karena tatapan mesum Sehun di bawah sana.

"Kyaaaaaaa appa kenapa membuka rokku?" teriak Luhan saat Sehun iseng menyibakkan roknya ke atas.

Sehun tertawa meledek. "Aigoo—kau benar-benar terlihat seperti anak gadis sekarang."

Luhan membenarkan roknya sambil memanyunkan bibirnya sebal. "Kau benar-benar mesum Oh Sehun-ssi!"
Sehun terkekeh lagi, tapi kemudian ia membiarkan Luhan menyelesaikan pekerjaannya dengan tenang, hanya mata nakalnya yang sibuk menggerayangi bagian dalam rok Luhan, tangannya tetap di tempatnya memegangi kursi tempat Luhan berdiri.

"Nah sudah selesai—" kata Luhan puas, lalu dengan hati-hati turun dari atas kursi.

"Jadi sudah selesai? Kalau begitu kita bisa mulai," kata Sehun sambil menyeringai. Luhan hanya menatap Sehun tak paham.

"Appa turunkan aku!" teriak Luhan kaget saat Sehun tiba-tiba mengangkat tubuh mungilnya.

Dengan tak sabaran Sehun meletakkan tubuh mungil Luhan diatas meja makan. Tanpa basa-basi lagi ia menyibak rok pendek berenda Luhan dan melebarkan paha mungil sang anak, kemudian mulai menenggelamkan wajahnya disana, menjilati penis kecil favoritnya.

Luhan hanya bisa mendesah tak karuan karena perlakuan sang ayah yang dengan lihai memanjakan juniornya. Sehun terus menggoda penis kecil Luhan dengan lidahnya, menusuk-nusukkan lidahnya pada lubang kencing sang anak, membuatnya menggeliat gelisah.

"Ahh—appa Lulu mau keluar—" racau Luhan saat Sehun memaju-mundurkan mulutnya dengan tempo cepat. Beberapa saat kemudian menyembur cairan putih di mulut Sehun yang langsung ditelannya tanpa sisa. Sementara Luhan tergeletak lemas setelah orgasmenya.

Sehun kemudian menyambar bibir tipis sang anak, mengajaknya berpagutan panas, sementara tangannya mulai memasuki lubang kemerahan Luhan yang sempit, berusaha melebarkannya agar siap dimasuki kejantanannya yang ukurannya tidak main-main.

Setelah puas berperang lidah dan bertukar saliva Sehun dan Luhan melepaskan pagutan mereka, berlomba meraup oksigen sebanyak-banyaknya setelah ciuman panas yang mereka lakukan. Sehun memperhatikan Luhan yang tampak begitu menggairahkan dengan seragam maid-nya yang berantakan, kaki mengangkang lebar memperlihatkan kejantanan kecilnya yang telah melemas, dan wajah sayunya yang tengah terengah menghirup oksigen.

Sehun dengan tidak sabaran kemudian melepas semua kain yang menempel di tubuhnya, mulai dari kaus putihnya, celana pendek serta terakhir celana dalamnya. Sehingga sekarang terpampang jelas kejantanan besarnya yang telah menegak sempurna sejak beberapa saat lalu.

"Lu, appa masuk sekarang ne?" pinta Sehun, tak sanggup lagi menahan hasratnya karena melihat lubang berkedut Luhan.

Luhan hanya mengangguk lemah.

Perlahan Sehun mendorong masuk penisnya ke dalam hole Luhan, diiringi dengan erangan kecil Luhan karena benda asing yang baru saja memasuki tubuhnya terasa merobek lubangnya.

"Ahh—kau masih saja sempit padahal setiap hari appa masuki—" racau Sehun karena penisnya dicengkeram kuat oleh lubang sempit sang anak.

Sehun mulai bergerak maju mundur dengan perlahan karena takut menyakiti Luhan. Sementara Luhan hanya sibuk mendesah tak karuan ketika penis besar ayahnya tepat mengenai titik terdalamnya. Ia tidak mempedulikan lagi ketika saliva-nya mengalir melalui mulut mungilnya karena terlalu semangat mengeluarkan desahan.

"Lebih cepat appa—" pinta Luhan terbata.

Tanpa basa-basi lagi Sehun mempercepat tempo genjotannya, karena ia pun merasakan di bawah sana kejantanannya sudah mulai membesar pertanda akan mengeluarkan benihnya. Tubuh Luhan terhentak-hentak tak karuan, dan suhu ruangan memanas sempurna karena kegiatan mereka.

Sambil bergerak maju mundur Sehun mengocok junior Luhan dengan tempo cepat, sambil ia menjilati dan memberi tanda di leher mulus anaknya itu. Luhan hanya bisa membalas perlakuan Sehun dengan desahan merdunya yang memenuhi ruangan.

Sehun merasa sebentar lagi sesuatu dari dalam dirinya akan memaksa keluar, sehingga ia mempercepat genjotannya dengan membabi buta, tak mempedulikan Luhan yang terhentak-hentak semakin cepat dibawah sana.

"Appa, aku—"

"Bersama sayang—"

"Ahhhhh—"

Dengan desahan panjang pasangan ayah dan anak itu mengeluarkan cairan cintanya masing-masing. Luhan mengeluarkannya di perut berotot sang ayah sedangkan Sehun mengeluarkan spermanya memenuhi lubang sang anak.

Sehun ambruk di samping Luhan dengan nafas memburu. "Terima kasih sayang," katanya dengan suara beratnya.

"Sama-sama appa," jawab Luhan lirih nyaris tak terdengar, suaranya habis karena terlalu banyak mendesah. Seks dengan ayahnya selalu menguras semua tenaga dan juga suaranya.

"Ronde kedua sayang?" bisik Sehun dengan anda menggoda di telinga Luhan sambil tangan nakalnya mulai meremas lagi junior Luhan yang sudah melemas.

Luhan menggeleng cepat sambil memajukan bibir mungilnya. "Lulu lelah appa."

"Anggap saja ini masih bagian dari hukumanmu. Lagipula seks di pagi hari baik untuk kesehatan sayang," kata Sehun sambil menyeringai.

"Andwae appa—aahhh—"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ahahaha saya kembali dengan chapter dua XD

Semoga enggak kependekan dan enggak terlalu mesum ya :v

Mind to review? :)