Seorang namja cantik berambut keemasan tampak sibuk mematut dirinya di depan cermin dengan wajah berseri-seri. Luhan—namja itu—sudah menantikan hari ini semenjak lama, hari dimana ia diterima di sebuah sekolah paling ternama di Seoul—SM International High School.

"Sepertinya sudah cukup rapi," gumam Luhan sambil membenarkan letak dasinya dan tersenyum puas melihat penampilannya dengan seragam sekolah yang sudah lama diimpikannya itu.

Setelah selesai dengan kegiatan mematut diri, Luhan melirik sekilas jam di dinding, dan ia memutuskan untuk segera bergegas daripada ia terlambat di acara penerimaan siswa baru.

"Oh astaga, aku lupa belum membangunkan appa! Ugh—dasar si tukang tidur itu!" gerutu Luhan saat melewati kamar di sebelahnya yang sedikit terbuka, sehingga dapat terlihat jelas seorang namja masih tertidur pulas di dalam sana.

Luhan memandangi namja di balik gundukan selimut itu dengan kesal. "Appa, ayo bangun! Kita kan harus ikut upacara penerimaan siswa baru, aku tidak mau kita terlambat!" teriak Luhan dari samping tempat tidur.

Teriakan Luhan sepertinya sama sekali tidak mempan untuk mengganggu appa-nya, bahkan namja berahang tegas dengan rambut kecoklatannya itu tidak bergeming sedikitpun.

Luhan menghentakkan kakinya kesal, kemudian menarik selimut yang menutupi tubuh appa-nya dengan kasar.

"Eugh—kenapa kau membangunkanku dengan cara yang begitu kasar hm?" namja itu terduduk sambil mengerjapkan matanya yang masih sulit terbuka.

Luhan hanya menatap namja didepannya tanpa bergeming, bagaimana tidak, ia disuguhi pemandangan dimana appa-nya tidak memakai sehelai pakaian pun dibalik selimutnya, sehingga terpampang jelas tubuh putih berototnya dan bagian kejantanannya.

Luhan memalingkan wajahnya sambil merona malu.

"Hey, kenapa masih malu-malu begitu? Bukannya kau sudah biasa melihatnya?" goda sang appa sambil menyeringai nakal.

Luhan masih tidak berani menatap appa-nya. "Kenapa kau tidur telanjang begitu Oh Sehun-ssi!"

Sang appa—Sehun—menatap Luhan sambil terus menunjukkan seringai mesumnya. "Hm—kenapa ya? Karena kegiatan kita semalam mungkin?"

Wajah Luhan bertambah merona, teringat kegiatan yang mereka lakukan semalam, kegiatan yang tidak seharusnya dilakukan oleh ayah dan anak—dan itu membuat bagian belakangnya terasa sakit hingga sekarang, untung saja ia masih ada tenaga untuk berangkat ke acara penerimaan siswa baru.

Omong-omong soal penerimaan siswa baru, Luhan kembali tersadar bahwa ia sudah hampir terlambat.

"Ayo appa cepat bersiap, kita bisa terlambat!" rengek Luhan sambil menatap jam dengan cemas.

"Baiklah, tapi pertama mendekat dulu padaku," perintah Sehun. Luhan hanya menatap Sehun tak mengerti.

"Ayo Lu, mendekat kesini," Sehun memberi isyarat pada Luhan untuk mendekat. Karena Luhan tak kunjung merespon, Sehun dengan tidak sabaran menarik tangan Luhan dan membanting tubuh mungil Luhan ke atas ranjang, menjadikan posisinya sekarang berada di atas Luhan.

"Appa, jangan main-main, kita sudah hampir ter—emphh—" Luhan tak dapat meneruskan omelannya karena bibirnya terkunci oleh bibir Sehun. Sambil melumat bibir manis anaknya dengan tidak sabaran, sambil mulai membuka satu-persatu kancing seragam yang Luhan kenakan.

"J-jangan appa, kita bisa terlambat nanti—" Luhan berusaha menahan gerakan tangan Sehun, tapi sepertinya namja yang berada diatasnya itu tidak mempedulikan omongannya. Ia kembali membungkam bibir Luhan dengan bibirnya, agar si mungil itu tidak banyak bicara.

Setelah berhasil membuka kemeja seragam sang anak yang terus menggeliat gelisah, Sehun beralih membuka celana Luhan, dan dalam beberapa detik celana tersebut sudah tergeletak di lantai.

Sehun menatap tubuh Luhan sambil menunjukkan seringai mesum yang membuat anaknya itu begidik.

"Appa, lakukan dengan cepat ne? Aku tidak mau terlambat," pinta Luhan pasrah dengan pipi merona.

"Baiklah jika itu yang kau mau Lulu sayang," kata Sehun sambil terus menyunggingkan senyum nakalnya.

Tanpa menunggu lama lagi Sehun melahap junior kecil milik Luhan yang masih lemas, kemudian memaju-mundurkan mulutnya. Mengulum benda kecil itu dengan rakus seperti mengemut sebuah lollipop. Kedua tangannya ia gunakan untuk memainkan nipple mungil Luhan dengan gemas, membuat namja cantik itu semakin mendesah tak karuan.

"Ap-pa sebentar lagi Lulu—ahhh—" tak berapa lama Luhan menyemburkan semua cairannya di dalam mulut Sehun.

"Milikmu manis sayang, appa akan mengklaim ini sebagai minuman favorit appa," kata Sehun sambil menjilati sisa sperma Luhan dibibirnya dengan sensual. Luhan hanya merona mendengar perkataan appa-nya.

Sehun kembali melumat bibir Luhan, menjilatinya kemudian menggigit kecil bibir tipis itu, sampai akhirnya terdengar bunyi kecipak akibat perang lidah yang mereka lakukan. Tangan Sehun terus bergerilya memainkan nipple Luhan sementara tangan satunya mulai memasuki lubang hangat berkedut milik anaknya.

"Appa, langsung saja masukan milik appa—eughh—" racau Luhan saat dua jari panjang milik Sehun mulai maju mundur didalam lubangnya.

"As your wish, baby," bisik Sehun sensual di telinga Luhan. Lalu dengan sekali sentak ia memasukkan penisnya yang sudah tegang sedari tadi ke dalam hole mungil milik Luhan.

"Ahhh—sakit appa," protes Luhan sambil meringis.

"Bukankah tadi kau yang minta hm?" kata Sehun dengan suara parau sambil menahan kenikmatan yang ia rasakan karena pijatan hole Luhan pada penis besarnya. Luhan hanya menjawab dengan ringisan karena Sehun mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Lama-kelamaan tempo gerakan Sehun semakin cepat dan sodokannya semakin dalam, tepat mengenai titik kenikmatan Luhan.

"Kau sungguh nikmat sayang, appa tidak akan pernah merasa lelah walaupun melakukan ini seharian denganmu," racau Sehun sambil terus memacu gerakan pinggulnya dengan tempo cepat, tubuh tegapnya sudah dipenuhi dengan peluh.

Sementara Luhan hanya bisa mendesah pasrah karena tubuh mungilnya terhentak-hentak sangat keras karena cepatnya Sehun memompa penisnya ke dalam lubangnya hingga berkali-kali menumbuk sweet spot-nya.

"Ahhh appa, sepertinya Lulu sebentar lagi keluarhh—"

"Bersama sayang—"

"AHHH—"

Bersamaan dengan desahan keras mereka, tubuh Sehun ambruk di samping Luhan, keduanya tampak berusaha menetralkan nafasnya yang memburu.

"Ugh—appa menyebalkan! Lihat tubuh Lulu jadi lengket begini, harus mandi lagi kan?" protes Luhan karena tubuhnya kini banjir keringat, belum lagi lelehan sperma Sehun yang mengalir dari bagian belakangnya, dan perutnya sendiri terkena sedikit sperma yang dikeluarkannya sendiri.

"Kau kan tinggal mandi lagi Lu, atau mau appa mandikan?" goda Sehun dengan nada sensual.

Luhan membayangkan apa yang akan terjadi ketika Sehun memandikannya, karena itu ia menggeleng dengan cepat.

"Tidak terima kasih aku mandi sendiri saja!"

Luhan kemudian bergegas beranjak dari tempat tidur, sambil mengomel ia bergegas mandi dan kembali merapikan dirinya, kemudian segera berangkat berjalan kaki menuju sekolahnya.

.

.

.

.

.

.

.

Luhan berangkat menuju sekolahnya dengan setengah berlari, sambil menahan nyeri di bagian belakangnya karena kegiatannya dengan appa-nya tadi.

"Celaka celaka, ini sudah terlambat," gumam Luhan panik sambil melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 07.30 KST padahal upacara penerimaan siswa baru di hall utama sekolah adalah pukul tujuh tepat.

Luhan mendesah lega ketika melihat gerbang sekolahnya masih terbuka lebar, karena banyak mobil para wali murid masih berlalu lalang. Ketika melewati tempat parkir sekilas ia melihat mobil mewah mencolok milik appa-nya berada disana.

"Aish—tidak mungkin dia sudah berada disini, paling dia masih ada di balik selimutnya sekarang," gumam Luhan sambil menggelengkan kepalanya dan bergegas masuk ke dalam gedung sekolahnya.

Luhan sempat bertanya kepada satpam apakah upacara penyambutan siswa baru sudah selesai, dan satpam yang baik itu berkata bahwa para murid sudah berada di kelas masing-masing karena upacara penyambutan baru saja selesai. Dengan tergesa Luhan bergegas mencari ruangan kelas X dan akhirnya ia menemukan di kelas mana ia ditempatkan.

"Fiuh—sungguh melelahkan—" desah Luhan lega saat memasuki kelas barunya.

"Hei Lu, kau dikelas ini juga?" tiba-tiba sebuah suara menyapa Luhan.

"Eh? Jongin?" Luhan terkejut saat melihat Jongin—temannya semenjak sekolah dasar juga berada dikelas yang sama dengannya.

"Wah, akhirnya ada juga orang yang kukenal di kelas ini," kata Jongin lega. "Kenapa kau bisa terlambat Lu? Kau berangkat bersama appa-mu?"

Luhan mendesah kesal, justru ia terlambat karena si mesum itu menyerangnya tadi pagi.

"Dia bahkan tidak datang," jawab Luhan dengan nada kesal.

"Eh? Itu di belakangmu—" kata Jongin sambil mengedikkan kepalanya ke arah belakang Luhan dan disana ada segerombolan orang yang terdiri dari beberapa ahjumma dan seorang lelaki tampan yang tak lain tak bukan adalah Oh Sehun—ayah Luhan—baru saja memasuki kelas.

Ugh—saat aku mati-matian berlari-lari kesini sambil menahan nyeri dia dengan enaknya naik mobil kesini dan sekarang bercanda dengan para ahjumma centil itu? Sungut Luhan dalam hati.

Luhan menatap sang appa dengan tatapan kesal yang malah dibalas sang appa dengan kedipan nakalnya. Luhan mendengus sebal.

Sehun tampak dengan asyik mengobrol dengan seorang wali murid yang menurut Luhan centilnya bukan main, dengan dandanan menornya. Luhan menggeretakkan giginya gemas melihat pemandangan itu.

"Ck, appa-mu itu masih sangat muda ya?" komentar Jongin saat melihat ke arah pandang Luhan. "Berapa sih umurnya?"

"Dua puluh sembilan," jawab Luhan singkat sambil terus memicingkan mata mengamati gerak-gerik appa-nya.

"Benar-benar sulit dipercaya, berarti dia memiliki anak di usia 14 tahun, sungguh hebat," komentar Jongin lagi.

Luhan menunduk sedih. Ia sering merasa tidak yakin jika ia adalah anak kandung ayahnya, tapi jika ia bukan anak kandung lantas dianggap apa ia selama ini? Hanya sebagai pelampiasan nafsunya belaka?

.

.

.

.

.

.

Sumpah ini gaje XD

Ini remake dari anime Papa to Kiss in the Dark, ada yg tau kah? Hehe

Ini spesial buat temen saya yg request ff yaoi tapi malah jadinya nggak hot gini huhu *pundung*

Mind to review? :)