Warnings: Yaoi/Boyxboy, Dirty Talk, ya pokoknya ada unsur seksualnya lah

Cast: Lu Han, Sehun, Jongin, Yi Fan, dan cari aja sendiri kalo ada

Genre: Romance. Angst

Pairing: Selukai

Rating: M

Disclaimer: Semua chara di sini bukan milik om! Om cuman minjem nama mereka untuk membangun imajinasi om yang ber-rated M. Pokoknya om cuman nulis dan ga nyolong apa-apa dah.

A/N: Guess who~ Om balik lagi ke dunia nista! Kali ini om mempersembahkan cerita yang cukup berbeda dari karya-karya om biasanya. Walaupun sebentar lagi natal tapi mood om masih angst. Yak, om resmi keluar dari hiatus selama yang pasti lebih dari 5 bulan. Om berencana buat ngapus ff om yang berjudul My Beautiful Complicated Life (sekalian promosi). Yah tinggal nunggu mood yang pas buat lanjutin saja sih. Duh, kebanyakan ngomong ini om mesum, dah nikmatin saja yak~

.

.

.

A Devil Who Regrets Everything

Hidup sebagai idola itu menyusahkan. Jadwal yang sangat padat hingga badan terasa remuk, penggemar yang tidak pernah memberikan privasi, perusahaan yang hanya mementingkan keuntungannya sendiri, manajer yang sangat tegas, dan penderitaan-penderitaan lainnya yang terlalu banyak untuk dihitung.

Semua orang yang ingin menjadi idola pasti berpikir bahwa idola itu layaknya bintang yang sangat terang di langit, berbeda dengan bintang-bintang lainnya. Begitu besar, indah, terang, dan spesial. Namun pada kenyataannya, semua itu palsu. Semua idola hanyalah makhluk-makhluk depresi yang menutupi dirinya dengan senyuman. Dan semua idola itu bisa hancur dengan mudah hanya karena skandal.

Begitulah pikir Luhan, salah satu idola yang sedang naik daun.

Pada awalnya, Luhan mengikuti ajang pencarian bakat hanya karena ia ingin menjadi orang yang terkenal dan dipuja-puja seperti para idola yang sangat digemari masyarakat luas pada saat itu. Ia lolos audisi dan menjadi salah satu artis kelas bawah. Pada saat itu, Luhan memerhatikan semua tingkah laku para idola di balik panggung.

Sungguh menyedihkan.

Para idola itu egois. Hanya mementingkan kepopuleran dirinya sendiri. Dan mereka itu manusia yang hancur. Meminum alkohol di asrama, menggunakan obat-obatan terlarang, menghisap ganja, berhubungan seksual dengan siapa saja, berpacaran dengan idola tanpa mementingkan perasaan penggemarnya, dan berbagai kelakuan yang membuat Luhan merasa jijik.

Ia ingin keluar. Ia ingin bebas.

Dan pada saat Luhan hanya tinggal satu langkah lagi untuk bebas, sesuatu—tidak, seseorang membelenggunya. Orang itu adalah Oh Sehun, iblis yang memiliki tampang yang polos sehingga siapa saja bisa termakan oleh tipuannya. Dan ia menipu dan membelenggu Luhan dengan rantai yang dinamakan 'cinta'.

Dan Luhan sangat menyesali perbuatannya untuk membiarkan Sehun membelenggunya.

.

.

Sepasang kekasih sedang duduk di atas sofa sambil memeluk satu sama lain. Mulut mereka tak terpisahkan, saling bertautan mencari kenikmatan yang memabukkan. Nafsu seksual yang sangat tinggi, sehingga tubuh mereka terasa panas. Pemandangan itu layaknya video porno yang dapat membangkitkan gairah para penonton.

"Ugh, berhenti berciuman di ruang tamu. Untuk apa kalian mendapatkan kamar masing-masing kalau masih melakukan hal-hal tidak senonoh di publik." protes Kim Jongin salah satu idola yang tinggal satu asrama dengan Luhan dan Sehun.

Sehun melepaskan ciumannya, sebuah benang saliva masih menyatukan bibir mereka untuk sesaat. Jongin menelan ludah. Walaupun menjijikkan, namun pemandangan sepasang kekasih—apalagi Luhan yang melaksanakannya—berciuman dengan brutal, tentu saja membuat Jongin merasa bergairah. Dan sekarang, Jongin mulai merasakan adik kecilnya terbangun dari tidurnya yang lelap.

"Mengakulah Jongin. Kau pasti iri denganku yang bisa berciuman dengan malaikat yang jatuh dari langit ini, benarkan?" ujar Sehun dengan nada bicaranya yang congkak itu. Sehun membelai pelan pipi Luhan, membuatnya mengeluarkan sebuah erangan dari bibirnya yang berdosa itu.

Sial. Jongin harus cepat pergi dari situ. Kalau tidak, bisa saja ia menyerang makhluk tak berdaya yang berada di tangan Sehun itu. Menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih itu membuatnya frustrasi.

"Terserah kau sajalah! Dasar makhluk paling congkak sedunia. Awas saja kau." Jongin mendecih, berjalan ke kamar untuk meninggalkan mereka. Luhan memerhatikan Jongin berjalan dan memberikan tatapan kesal kepada Sehun. Ia harus membelikan Jongin satu kotak es krim agar sahabatnya itu dapat memaafkannya.

"Sehuna, mengapa kau bersikap seperti itu dengan Jongin? Dia itu sahabatku dan juga sahabatmu—" Sehun mendengus pelan. "—dan lagi aku harus membelikannya es krim lagi untuk yang kesekian kalinya!" lanjutnya.

"Kau berisik sekali hari ini. Bagaimana kalau ku buat kau diam dengan sesuatu yang kau suka, hm? Lihat, adik kecilku sudah bangun hanya karena memikirkan mulutmu mengulumnya." Muka Luhan berwarna merah padam. Dirty talk adalah salah satu fantasi Luhan dalam ranjang. Dan ia akan langsung patuh apabila Sehun mengabulkan fantasinya itu.

"Kalau begitu, bawa aku ke kamar dan akan kukulum adik kecilmu itu hingga kau tidak bisa lagi mengeluarkan cairan manis nan kental itu." Sehun menyusupkan salah satu tangannya ke bawah lutut Luhan dan satu lagi dipunggung Luhan. Dengan tangkas, Sehun menggendong Luhan ala tuan puteri.

"Baiklah, princess." Sehun menggendong Luhan dengan senyuman nakalnya yang khas.

.

.

Kasur milik mereka mengeluarkan bunyi keriat-keriut yang kencang. Desahan dan erangan yang penuh kenikmatan. Mereka sudah terlalu tenggelam dalam kenikmatan untuk menghitung berapa ronde yang telah mereka lewati. Entah berapa kali Sehun berejakulasi di dalam tubuh Luhan, dan juga entah berapa kali Luhan berejakulasi sehingga membuat dadanya berlumuran oleh spermanya sendiri.

Sehun dan Luhan tenggelam dalam kenikmatan yang tiada habisnya. Dan Luhan sudah melupakan impiannya untuk bisa bebas karena telah dibutakan oleh cinta.

Namun, cinta yang mereka alami bukanlah cinta sejati, melainkan cinta akan nafsu.

.

.

Sudah 1 tahun mereka berpacaran dan sudah 1 tahun mereka menjadi idola yang dipuja-puja oleh masyarakat luas. Hubungan mereka bagaikan bukit dan lembah, tidak stabil dan dipenuhi oleh seks yang ganas, namun mereka berhasil mencapai sejauh ini.

Hari ini adalah hari peringatan setahun mereka menjadi kekasih. Sehun sudah berjanji untuk makan malam bersama dengannya di restoran bintang lima. Luhan mengenakan jas terbaik miliknya, menata rambutnya serapi mungkin, memastikan bahwa celananya sudah cukup ketat untuk menonjolkan bokongnya yang selalu membuat Sehun menjadi buas pada saat melakukan seks.

Luhan menunggu dan menunggu di asrama mereka. Sehun sudah terlambat 30 menit. Seharusnya ia tidak merasa cemas karena Sehun terlambat sebentar.

Tapi Sehun belum juga datang setelah 2 jam. Dan ia mulai cemas.

"Hyung, lupakan saja Sehun dan bermain game denganku saja." ujar Jongin yang tiba-tiba muncul dan membelai pipinya dengan penuh kasih sayang.

"Aku...tidak bisa, Jongin. Sehun menungguku." Tawaran Jongin benar-benar menggugah hasratnya untuk melupakan Sehun untuk sesaat. Tapi, Luhan tidak ingin termakan rayuan sahabatnya yang sangat ia sayangi itu.

"Terserah kau saja, hyung." Jongin pergi meninggalkan Luhan sendirian. Semenjak Luhan menjadi kekasih Sehun, ia sering kali meninggalkan sahabatnya itu sendirian. Luhan tahu ia sudah bersikap menyebalkan kepada Jongin, dan ia terus bertanya-tanya kenapa Jongin masih berada di dekatnya walaupun Luhan sudah bersikap semena-mena.

"Jong—" ucapannya terpotong karena kehadiran Sehun. Sehun. Sehun. Ia berlari memeluk Sehun dengan erat.

"Ya Tuhan, Sehun, kau kemana saja?! Kau tidak apa-apa?!" tanya Luhan cemas. "Ung. Aku tidak apa-apa, baby. Aku lelah. Kencan kita ditunda minggu depan saja, ya?" ucap Sehun sambil mencium kening Luhan.

"...Baiklah. Istirahatlah dulu. Kau..bau." parfum wanita. Tapi Luhan tidak berani mengucapkannya. Sehun mengangguk cepat dan pergi ke kamar mandi.

Luhan berdiri terpaku di tempat. Tangannya lembab dan gemetaran. Matanya yang bulat itu berkaca-kaca. Ia tahu ini akan terjadi. Ia tahu. Luhan masih berdiri dengan kepala tertunduk pada saat Jongin menghampirinya.

"Hyung." Luhan mengangkat wajahnya. Menyakitkan, menyedihkan, kehancuran, keputusasaan, semuanya bercampur aduk dan membuat hati Jongin terasa remuk. Ia benci melihat Luhan seperti ini. Jongin ingin sekali merangkulnya dan memanjakannya hingga ia bisa melihat senyuman yang selalu menghiasi harinya.

"Kenapa kau berpakaian rapi dan memakai jas, Jongin?" tanya Luhan dengan sebuah senyuman palsu. Tidak. Jongin ingin menghapus senyum itu. "Ini hari spesialmu kan? Ayo kita makan di restoran bintang lima. Tenang saja aku yang akan membayar."

Sebelum Luhan dapat memprotes, Jongin sudah menariknya ke luar.

Luhan merasakan hatinya yang hancur karena Sehun, namun ia juga merasakan cinta dari kehangatan yang diberikan Jongin.

.

.

Hari itu, mereka sedang berada di bandara. Melawan arus gerombolan manusia yang terus mendorong mereka hingga hampir terjatuh. Sehun berjalan di depan Luhan tanpa melihat ke belakang sama sekali.

Wajah Luhan terlihat kesakitan. Tidak, hati Luhan kesakitan. Tetapi ia tetap mencoba menarik lengan Sehun dan membisikkan 'pegang tanganku'.

Sebuah reaksi yang tidak terduga dari Sehun. Ia berbisik, 'lain kali', dan membalikkan badannya untuk terus melaju menerobos gerombolan manusia yang serakah. Luhan tidak bergerak. Tubuhnya terdorong kesana-kemari, hingga Jongin menggenggam tangannya dan melindunginya dari semua dorongan manusia.

"Tenang saja. Aku akan selalu bersamamu." ucap Jongin ditelinganya. Ia meraih bahu Luhan dan merangkulnya, memberikan kehangatan yang sudah lama ditinggalkan oleh Sehun.

Luhan tersenyum. Setelah sekian lama, akhirnya ia melihat senyuman itu kembali diwajah Luhan. Dan Jongin sangat merindukannya. Tangannya semakin erat merangkul tubuh Luhan dan berbisik, 'aku menyukai senyumanmu.'.

Andai saja Jongin melihat wajah Luhan memerah padam seperti kepiting rebus.

.

.

"Sehuna."

"Ya, baby?"

"Apakah kau masih mencintaiku?"

"Tentu saja, honey."

"Kalau begitu cium aku."

"Nanti saja ya, sayang. Aku harus keluar sekarang."

Blam.

Tatapan kosong Luhan mengarah pada pintu yang ditutup oleh Sehun. Sudah beberapa bulan ini ia selalu pergi meninggalkan asrama pada saat waktu luang. Luhan tidak bisa menghentikan Sehun untuk pergi. Walaupun jemarinya ingin sekali menarik Sehun dan berteriak sekencang-kencangnya dikuping Sehun.

Tapi Luhan tidak bisa melakukannya. Ia tidak ingin mengekang seseorang hanya demi kepuasannya sendiri.

Sebuah helaan napas keluar dari mulutnya. Ia berbalik dan menemukan Jongin yang tengah memerhatikannya.

"Mau bermain game bersamaku, Jongin?"

"Humm... Tapi aku tidak akan menahan diri hanya karena kau lebih tua dariku!"

Mereka bermain bersama, tertawa bersama, tersenyum bersama, seperti masa-masa dulu dimana Sehun belum hadir dikehidupannya Luhan. Dan ini bukanlah yang pertama kalinya Luhan melupakan Sehun karena Jongin.

Luhan sangat mensyukuri keberadaan Jongin.

.

.

Derap kaki Sehun membuat Luhan terbangun. Langkahnya begitu keras sehingga Luhan hampir bisa mendengar suara langkah kaki itu di setiap sudut kamarnya.

"Sehuna?" panggil Luhan. Ia membangunkan tubuhnya secara perlahan dan menghampiri sosok yang tertutupi oleh kegelapan.

"Mmm.. Luhan?" Sehun berjalan terhuyung-huyung dan menyandarkan dirinya pada tubuh Luhan. "Kau bau alkohol." Ia mendorong tubuh Sehun untuk mengecek keadaannya.

"Sehun, kau tidak apa-apa?" Sehun malah mencengkram tubuh Luhan dan membenamkan wajahnya keceruk leher Luhan dan menghisap aroma tubuhnya yang memabukkan bagi Sehun.

"Wangi sekali.. Sudah lama aku tidak melakukan seks denganmu. Lubang nan menggiurkan itu pasti sudah menungguku sangat lama hingga menjadi rapat kembali." Sehun mulai menciumi dan menggigit pelan leher Luhan. Tangannya yang nakal meremas bokong Luhan.

"Hen-Hentikan! Kau sedang mabuk!" Luhan tidak sengaja mendorongnya dengan keras sehingga Sehun hampir terjatuh ke belakang. Raut wajah Sehun berubah menjadi murka. Tangannya meraih tubuh Luhan dan mencengkramnya dengan kuat.

"Apa-apaan ini?! Kau mendorongku! Yang ingin kulakukan hanyalah membuatmu merasa nikmat, dan ini balasan yang kudapatkan, hah?!" Tubuh Luhan didorongnya ke samping sehingga ia terjatuh ke atas lantai.

"Kekasih tidak berguna! Sia-sia aku memeliharamu hingga satu tahun!" Emosi di dalam tubuh Sehun tak terkendali. Efek meminum alkohol sama seperti menyulut api dengan minyak. Ia mengambil gelas di atas meja makan dan mengangkatnya untuk dilempar ke arah Luhan.

"Makan ini, dasar jalang!"

Luhan menutup matanya.

Mungkin ini adalah akhir dari segalanya.

Pada saat detik-detik terakhir seperti ini kau baru menyesali segalanya.

Kau sungguh bodoh, Luhan.

Kau bisa saja terbang bebas di dunia ini.

Tapi kau malah memilih untuk dibelenggu oleh iblis.

.

.

Luhan menunggu gelas itu mengenai tubuhnya. Tapi suara pecahan tak kunjung datang. Ia membuka matanya perlahan-lahan dan membesar ketika melihat adegan di depan matanya.

Jongin—oh, Jongin—menggunakan salah satu teknik bela diri untuk menguci pergerakan Sehun dan membuatnya tidak bisa bergerak di atas lantai. Gelas yang dipegang oleh Sehun jatuh dari tangannya dan berubah menjadi kepingan kaca di atas lantai.

"Apa yang kau lakukan Sehun?!" Suara Jongin begitu lantang bagaikan singa yang mengaum. Belum pernah sekalipun Luhan melihatnya begitu gagah seperti ini. Kemudian Jongin menarik tubuh Sehun dan melemparnya keluar dari asrama mereka.

"Jangan pernah menginjak asrama ini kalau pikiranmu masih belum jernih. Now, get the fuck out of here!" bentak Jongin. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Sehun berlari sambil terhuyung-terhuyung dan menghilang dari hadapan Jongin dan Luhan. Mereka bisa mendengar Sehun berteriak, 'fuck you, bitch!' dari jauh.

Jongin membanting pintu asramanya. Sebuah helaan napas lega keluar dari mulutnya.

"Luhan? Kau tidak apa-apa? Ada yang terluka?" Nada bicara Jongin langsung melembut ketika melihat Luhan.

"A-Aku tidak apa-apa, Jongin." jawab Luhan dengan sedikit gagap. Bibirnya yang gemetaran membuat kata-kata yang ingin ia ucapkan menjadi berantakan.

"Pembohong." ujar Jongin lembut. Ia mendekapkan tubuh Luhan kedadanya yang bidang sambil mengelus punggung Luhan secara melingkar. Wangi tubuh Jongin membuatnya rileks, dada bidang Jongin membuatnya merasa aman, tangan Jongin yang mengusap punggungnya dengan lembut membuatnya merasa tenang, dan kata-kata manis yang keluar dari bibir Jongin membuatnya ingin memeluk Jongin selamanya.

Dan Luhan tidak sadar kalau ia menangis sampai Jongin mengusap pelan air matanya. Sungguh, ia tidak ingin terlihat rapuh dihadapan Jongin, tapi ia tidak bisa menahannya.

Luhan menangis merutuki nasibnya yang malang.

Luhan menangis karena telah mencintai Sehun.

Luhan menangis karena ia tidak pernah menyadari betapa pentingnya Jongin.

Luhan menangis karena ia ingin bebas.

Luhan menangis merutuki dirinya yang bodoh.

Luhan menangis karena ia telah jatuh ke dalam tipuan milik Sehun.

Dan kini, Luhan ingin bebas. Mengepakkan sayapnya dan terbang mengitari bumi.

.

.

Luhan mengemasi barang-barangnya di saat Sehun dan Jongin tidak ada. Ia akan pergi—kembali ke kampung halamannya. Kali ini, ia meninggalkan semua pekerjaan yang telah ia perjuangkan, meninggalkan memori tentang Sehun, dan meninggalkan... Jongin.

Jongin. Jongin. Jongin.

Kepalanya dipenuhi oleh Jongin dan hatinya sesak karena Jongin. Tetapi ia harus meninggalkannya. Untuk menjadikan dirinya dan Jongin bebas.

Sebuah helaan napas.

"Selamat tinggal."

Ruangan itu langsung menjadi sunyi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.

Namun, Luhan meninggalkan sesuatu.

Sepucuk surat ditaruh di atas kasur milik Sehun dan Luhan.

.

.

Sehun..

Terimakasih sudah menemaniku selama 1 tahun ini walaupun kita berakhir seperti ini. Maafkan aku kalau hubungan kita hanya membuang-buang waktumu, tapi sungguh aku mencintaimu dengan sepenuh hati selama hampir 1 tahun.

Kau tahu? Pertama kali kita bertemu, aku melihatmu bagaikan manusia yang memiliki wangi surga. Aku berpikir kalau kau adalah manusia sempurna untukku.

Namun aku salah.

Kau adalah iblis yang memiliki rupa seperti manusia. Kau menghancurkan hatiku tanpa ragu-ragu. Kau hanya memanfaatkanku, dan aku merutuki betapa bodohnya diriku untuk bisa percaya denganmu.

Kenapa kau tidak mengakui kalau kau berhubungan dengan Do Kyungsoo? Setidaknya semuanya akan menjadi lebih mudah dan aku tidak perlu cemas menunggumu setiap malam usai berkencan dengan Kyungsoo.

Aku membencimu. Kau iblis. Kau setan. Kau mencuri kebebasanku. Kau menghancurkan hatiku.

Dan kali ini aku akan mengucapkan selamat tinggal. Semoga kehidupanmu menjadi lebih baik dengan Kyungsoo, bajingan. Kuharap kita tidak akan pernah bertemu dimasa depan nanti.

Lu Han

.

.

"Luhan?" panggil Jongin di asrama mereka. Ia baru saja pulang sehabis menyeret Sehun untuk meminta maaf atas perlakuannya. Luhan tidak muncul setelah beberapa saat. Asramanya yang sunyi dan beberapa barang yang hilang membuat jantung Jongin berdetak cepat. "Luhan? Luhan!" teriak Jongin. Namun makhluk manis nan rapuh itu tidak kunjung menghampirinya.

"Shit!" Jongin berlari menuju ke kamar Luhan. baju, boneka, pekakas, bahkan wangi tubuh Luhan hilang sama sekali. Ia mulai panik. Tangannya bergegas mengambil telepon genggam miliknya dan menghubungi Yi Fan, sahabat Luhan yang tinggal di Beijing.

"Halo? Ada apa, Jong—"

"Apa Luhan memberitahumu kalau ia pergi?" potong Jongin.

"Emm.. Dia bilang sesuatu tentang balik ke kampung halamannya."

Sial.

Jongin segera menutup telepon dan berlari keluar. Ia tidak sengaja menabrak Sehun ketika berlari. Namun ia tidak peduli. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah Luhan, Luhan, dan Luhan.

.

.

Sehun berdiri terpaku. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

Aneh sekali. Selama ini ia melupakan Luhan, tapi ketika ia pergi, hatinya terasa hampa dan sakit. Padahal ia sudah lama membuang rasa sayangnya kepada Luhan. Tapi mengapa hatinya masih terasa sakit?

Ia masuk ke dalam kamar mereka. Sudah lama sekali Sehun tidak tidur di kamar itu. Semuanya terlihat lebih kosong. Barang-barangnya menjadi lebih sedikit. Tidak lagi ada aura keceriaan milik Luhan.

Tapi, matanya menangkap sepucuk surat di atas kasur.

Well, shit.

Rasanya Sehun ingin sekali ditelan bumi pada saat itu juga.

.

.

Sudah 4 bulan berlalu semenjak Luhan meninggalkan Sehun. Sudah 4 bulan berlalu Jongin mengejar Luhan dan tidak pernah kembali ke asrama mereka. Media massa sibuk membuat berita tentang hilangnya dua idola populer itu. Para penggemar menjadi kacau dan ganas, mencari-cari informasi tentang keberadaan mereka berdua.

Namun, bukan hanya para penggemar yang menjadi kacau. Hati Sehun juga menjadi kacau.

Setelah kepergian Luhan dan Jongin, ia mengira bahwa ia bisa menjalankan aktivitas seperti biasa, tapi ia salah. Setiap kali berjalan di dalam asrama, Sehun selalu mengingat tentang Luhan. Setiap kali ia berjalan keluar, para penggemar selalu bertanya tentang Luhan.

Keadaan semakin buruk bagi Sehun. Ia sudah jarang tersenyum. Bahkan Kyungsoo mencampakkannya dengan alasan 'Kau sudah berubah'—sungguh Sehun mendengus pelan mendengar alasan itu.

Tetapi. Ucapan Kyungsoo adalah sebuah kenyataan. Sehun berubah menjadi mayat hidup. Hampa. Tidak memiliki perasaan. Hancur.

Dan ada sesuatu yang tidak ingin diucapkan oleh mulutnya.

Para tetua selalu mengatakan pikirkan konsekuensi perbuatanmu sebelum kau menyesal.

Keluarganya selalu mengatakan pikirkan konsekuensi perbuatanmu sebelum kau menyesal.

Sahabatnya selalu mengatakan pikirkan konsekuensi perbuatanmu sebelum kau menyesal.

Guru-gurunya selalu mengatakan pikirkan konsekuensi perbuatanmu sebelum kau menyesal.

Setiap buku selalu mengatakan pikirkan konsekuensi perbuatanmu sebelum kau menyesal.

Seberapa banyak pun Sehun mendengar kalimat bijak itu, ia pasti akan mengacuhkannya suatu saat nanti.

Ia menyesal. Dan semuanya sudah terlambat.

.

.

.

A/N: PENTING DIBACA! Habis ini om mau bikin endingnya, om mau minta sumbangan suara kalian lebih baik sad ending buat Sehun tapi Luhan dan Jongin happy ending + smut, atau happy ending buat Luhan dan Sehun tapi sad/menggantung endingnya buat Jongin cuman tetep ada smutnya juga? Om cuman nunggu sampe 3 hari abis itu mau ngebut ngelanjutin endingnya. Dan lagi maaf kalau banyak typo atau bahasanya aneh atau lay out nya aneh ya karena om males ngedit. Terimakasih banyak yang sudah membaca dan mau menitipkan bingkisan berupa review untuk om! Sampai jumpa di epilogue!