Bunyi dentuman keras dibawah sana beradu dengan desingan pistol yang mengalun seperti sangkala kiamat. Jika tidak ingat akan kondisinya yang membawa sang janin, Minseok tidak akan segan- segan menghabisi nyawa penghianat seperti Kris .

"Brengsek!" umpat Baekhyun diseberang sana. "Min, kau tidak apa-apa?" pekik wanita itu mencemaskan keadaan sahabatnya setelah menlihat kejadian barusan melalui kamera yang ada dirompi anti peluru yang digunakan Minseok.

Minseok baru saja mendapat ludahan dari seseorang yang ada dihadapannya.

Kris.

Tanpa sekalipun mengindahkan umpatan Baekhyun tatkala melihatnya diperlakukan dengan tidak pantas oleh lelaki itu. Minseok tetap menatap Kris, seolah siap menguliti pria itu kapanpun.

"Oh, Minseok gadis kecilku. Beginikah caramu berterima kasih setelah apa yang aku berikan kepadamu?" Kris menatap Minseok. Lelaki itu sudah diikat dengan kaki terbalik. Kepalanya menatap Minseok dengan kaki diatas.

Darah keluar dari sisi mulutnya yang tebal. Minseok berhasil menghajarnya dan menjeratnya dengan tali, kemudian membalikknya seperti hewan buruan.
"Aku tidak akan memaafkanmu setelah apa yang kau perbuat pada suamiku!"

Teriak Minseok.

"Oh jangan laki-laki bodoh itu sayang," Minseok menggeram marah. Dikepalkannya tangan disekeliling tubuhnya. Melihat kearah tubuh Kris seperti samsak.

"Keparat!"

Dibawah sana belum ada suara sunyi. Kondisi yang tak jauh berbeda. Berantakan dan bunyi logam yang tertubruk sesuatu membuat suasana semakin mencekam.

Ya. Minseok mengerahkan semua kekuatannya untuk mengepung gedung kediaman Kris yang tentu saja sudah dipenuhi oleh antek- anteknya.

Emosi Minseok tersulut, saat lagi- lagi Kris meludah kearahnya dengan bekas darah.

"Brengsek!" geramnya dan menghajar pria itu lagi tanpa ampun.

DUGH!

Ia bahkan hampir melupakan bahwa sekali saja ia kelepasan bisa berakibat buruk pada kandungannya.

Dan benar. Saat ketujuh kalinya ia menghajar Kris ditempat yang sama, Minseok merasakan otot perutnya mengencang.

Oh Tidak!

"Aargh!" pekik Minseok kesakitan.

Tubuhnya limbung kesamping dan dirasakannya darahnya mulai mengaliri wajahnya hingga memerah menahan sakit.

"Minseok!" teriak Baekhyun begitu mendengar nada rintihan dari bibirnya.

"Baek..." ucap Minseok melemah diiringi dengan tubuhnya yang jatuh tanpa persiapan.

"Minseok!"

.

.

.

Ia tidak pernah tahu jika di Bumi ada tempat seindah ini. Kupu- kupu beterbangan. Bunga warna –warni yang mekar dan harum. Juga ada padang rumput yang sangat luas dikelilingi dengan gunung berwarna hijau.

"Minseok," dia membalikkan badannya mendengar ada seseorang yang memanggilnya. Ia baru sadar jika dirinya mengenakan baju yang sangat cantik berwarna putih.

"Luhan!" pekiknya ketika tahu siapa dalang pemanggil namanya. Ia tersenyum haru.

Dilihatnya wajah pria itu yang terlihat bersih. Putih dan bersinar.

Minseok merasakan dadanya bergemuruh. Sudah sejak lama ia merindukan sosok ini. Sosok suaminya yang sudah berminggu – minggu terbaring tak sadarkan diri akhirnya datang menemuninya.

"Luhan." Minseok membawa dirinya berjalan tergopoh mencapai Luhan. Rasa haru dan juga bahagia karena akhirnya menemui suaminya yang sudah sadar membuatnya tak ingin membuang waktu untuk segera merengkuh tubuh tinggi itu.

Namun sayang, ketika kakinya dirasa cepat untuk menghampiri pria itu, saat itu juga seolah jaraknya dengan Luhan semakin jauh.

"Luhan jangan pergi!" teriak Minseok lagi. Dia merasakan matanya akan mengeluarkan air karena takut kehilangan Luhan. Apalagi ketika merasakan Luhan tak lagi berada dijarak yang bisa dijangkaunya.

"Luhan kumohon jangan pergi lagi hiks..." Minseok tersengal oleh nafasnya karena bunyi tangisannya yang pecah. Namun bukannya berlari mendekat seperti apa yang akan dilakukan pria itu ketika mendapati Minseok menangis, Luhan justru semakin mengecil dan pergi semakin jauh. Membawa wajah pucatnya yang bersinar menajuhi Minseok.

Hingga saat Minseok merasa sakit didaerah perutnya, wanita itu menjatuhkan tubuhnya keatas hamparan rumput yang lembut berwarna hijau.

"Luhan!"

.

.

"Luhan!"

"Minseok?!" pekik seorang perempuan yang kentara sekali terkejut. Minseok tersadar bahwa dirinya sedang berada didalam sebuah ruangan khusus. Tempat yang berbeda dengan tempat yang baru saja ia kunjungi. Ia merasa ada yang aneh, terlebih saat merasakan dadanya tiba-tiba berdenyut sakit entah karena apa.

Ia mendapati Baekhyun sudah ada disana melihatnya dengan sangat cemas.

"Kau tidak apa-apa?" Kyungsoo baru saja datang. Wanita itu mendekat kearahnya.

Minseok bahkan masih belum sadar akan situasi yang baru saja ia alami.

Dimana Luhan?

"Luhan," ujarnya lemah. Baekhyun mengelus kepalanya dengan pandangan nanar. Ia tahu kekhawatiran Minseok dan mengerti setelah mendapati Minseok bangun seperti orang linglung.

"Dia masih belum sadar," kata perempuan itu merasa kasihan dengan keadaan Minseok.

Kim Minseok yang dikenalnya tidak akan menunjukkan sisi lemah dalam dirinya seperti saat ini. Sehingga melihat wanita itu dalam keadaan lemah dan tak berdaya, membuatnya merasakan beban sahabatnya itu.

"Tidurlah, dokter mengatakan tidak ada hal yang serius yang terjadi pada kandunganmu tapi kau harus banyak istirahat." Barulah ketika kandungannya disebut-sebut, kesadarannya langsung pulih.

Oh Ya Tuhan Bayiku.

"Hiks... Hiks..." baik Kyungsoo dan Baekhyun memejamkan mata mereka mendapati Minseok yang tiba-tiba menangis.

"Tenang Minseok, ada kami disini, kami akan menjagamu." Kyungsoo menenangkan sambil menggenggam sebelah tangan Minseok yang luput dari selang infus. Ketiganya hanya bisa mendengar bunyi nafas masing-masing yang diiringi dengan tangisan Minseok yang menyayat.

.

.

.

Berita mengenai kasus agen rahasia sekelas Kris yang mencuat tentu saja membuat geger dunia. Apalagi ketika kasusnya yang ia hadapi turut menyeret sang rival, yang tak lain adalah mantan istrinya, Huang Zitao.

Keduanya langsung dicopot secara tidak hormat sekaligus diberi hukuman dipenjara khusus yang letaknya sangat dirahasiakan. Terdengar kabar bahwa mereka berdua diasingkan, ada juga yang mengatakan bahwa mereka akan diberikan hukuman yang sangat mengerikan yakni dihapus memori otaknya.

Untuk antek- antek mereka berdua sekeliber Taeyeong dan Yixing. Polisi telah menetapkannya sebagai tersangka sekaligus penjahat tingkat satu atas tindakan yang mencelakai Minseok dan juga Luhan.

Sekalipun mereka ada adalah agen rahasia yang kebanyakan bertindak untuk keamanan negara, perkara yang mereka hadapi bukanlah tindak kriminal biasa, apalagi Minseok yang tentu akan melakukan apa saja untuk mengirim orang- orang seperti Taeyeong dan Yixing berada dibalik jeruji besi dengan hukuman yang setimpal.

Namun dibalik itu semua Minseok masih belum bisa bernafas dengan lega.

Luhan.

Ya. Laki- laki itu masih terbaring di ranjang perawatannya.

Semenjak menyelesaikan kasus- kasusnya yang berhubungan dengan banyak orang penting – sekaligus berbahaya- itu, Minseok sedikit melupakan Luhan.

Ini sudah sebulan Luhan terbaring koma dan berlum a tanda-tanda bahwa pria itu akan sadarkan diri. Baekhyun, Kyungsoo, Chanyeol dan juga Jongin bergantian akan menjaga Luhan saat Minseok sibuk dengan kasus- kasus itu. Dan selama itu pula ia merasa dikasihi atas keberadaan teman-temannya ditengah masalah yang ia hadapi. Setidaknya dengan kehadiran teman- temannya Minseok jadi bisa sedikit tenang meninggalkan Luhan yang masih koma.

Ia membawa kesadarannya ke masa sekarang. Wanita itu menatap sendu kearah raga yang banyak dialiri selang itu.

Ia menggenggam tangan suaminya dengan sedikit rematan. Berharap bahwa kekuatannya yang tak seberapa keras itu bisa membuat Luhan terkejut dan bangun dari tidur panjangnya.

"Aku merindukanmu," perlahan lelehan matanya turun membasahi pipinya.

Dengan setengah badannya yang duduk disebelah ranjang Luhan, ia membawa kepalanya untuk jatuh keatas ranjang Luhan. Terkulai dan menangis disana.

Hanya kesunyian yang mengiringi tangisan menyedihkan Minseok hingga bunyi tarikan pintu yang dibuka dari luar menyadarkan Minseok untuk bersikap waspada.

Masih dengan mata yang berair – namun dengan pandangan mata yang tegas- dan wajah yang berantakan, dilihatnya wanita yang sangat ini tidak ingin dia temui berada disana. Dengan wajahnya yang pongah ia menatap Minseok.

"Masih berani juga datang kesini." Ujar Jessica terdengar menyebalkan seperti biasanya.

Sebisa mungkin Minseok untuk tak tersulut akan perkataan Jessica yang seperti sengaja ingin membuatnya emosi.

Tahan Minseok, wanita itu hanya ingin membuatmu stress dan tertekan yang bisa membahayakan bayimu.

Dalam hati ia sangat berterima kasih pada Baekhyun yang telah mengingatkannya akan hal tersebut.

Memang semenjak tak ada dirinya yang menemai sang suami, Jessica selalu datang beberapa kali dalam sepekan. Teman-temannya selalu mengusir wanita itu, bahkan dengan Chanyeol dan Jongin sekalipun yang merupakan rekan Jessica, kedua lelaki itu tidak akan segan- segan mengusir Jesscia dengan penolakan keras dan beberapa tindakan kasar lainnya.

Walaupun begitu Jessica tetap gigih meski sudah mendapat perlakukan yang kurang mengenakkan dari Baekhyun, sekalipun Kyungsoo yang terkenal akan kehangatannya.

"Mau apa kau datang kesini?" Minseok dengan kasar menghapus air matanya dan bersikap dingin pada kedatangan Jessica.

"Tentu saja melihat Luhan-ku." Kata Jessica dengan penekannya disetiap kata.

Minseok memejamkan matanya menahan emosi yang kerap mudah tersulut akhir- akhir ini di keadaannya yang berbadan dua.

"Aku tidak menyangka kau masih punya nyali untuk menemuinya setelah apa yang kau lakukan pada Luhan sunbae."

"Pergi," kata Minseok mencoba datar. Ia memejamkan matanya menahan marah.

"Tidak." Seperti kekeras kepalaan wanita itu yang sudah diantisipasi oleh Minseok, Jessica justru membawa kakinya lebih mendekat kearah ranjang Luhan dirawat.

"Pergi Jessica," geram Minseok. Ia mengingatkan dirinya sendiri agar tak lepas kendali. "Pergi. Sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeretmu." Minseok sudah membawa tangan kirinya berada diatas tombol merah yang akan menghubungkannya langsung dengan pihak keamanan rumah sakit.

Jessica mendengus marah. Matanya yang nyalang menatap Minseok tidak terima.

"Wanita sialan!" bentaknya emosi sebelum akhirnya menyerah meninggalkan Minseok. Sementara Minseok masih menatap kepergian Jessica dengan mata seperti laser yang ingin menembus punggung wanita itu.

.

.

.

"Bukankah besok kau harus memeriksakan kandunganmu?" Kyungsoo memapah tubuh ringkih Minseok ketika berjalan di lorong menuju ruangan Luhan.

Ia menyadari bahwa keadaannya mulai membuatnya kuwalahan. Disetiap pagi hari, ia akan muntah-muntah dan berakhir dengan tubuh yang lemas menjelang siang hari. Ia bersikeras untuk tinggal diruangan perawatan Luhan. Maka dengan sedikit merombak ruang rumah sakit itu dengan ranjang yang lebih lebar, Minseok selalu membawa dirinya untuk tidur disebelah Luhan dengan sebisa mungkin untuk tidak mengusik tidur panjang lelakinya itu.

Dan sejak itu pula, Kyungsoo dan Baekhyun seolah menjelma menjadi kurir antar barang Minseok. Entah salah satu atau keduanya, disetiap pagi mereka selalu rajin datang membawakannya baju ganti yang sudah menggunung disana.

"Hmm, besok aku akan bertemu dengan dokter Shi jin." Ungkap Minseok setengah riang. Tidak terasa bahwa sekarang sudah 2 bulan semenjak kehamilannya dan 2 bulan pula Luhan koma.

Hidupnya merasakan kebahagiaan dan juga musibah secara bersamaan. Minseok tersenyum lemah. Begitu pasrah akan keadaan hidup yang ia alami.

Tiba-tiba suara dentuman keras yang beradu dengan lantai membuat Kyungsoo dan Minseok melihat dengan pandangan terkejut menatap suster yang berlarian kearah mereka. Wajah perawat itupun tak kalah mengejutkannya, terlihat kaget, bingung namun lega saat telah melihat wajah Minseok.

"Minseok-ssi! Suamimu sudah sadar,"

"Apa?" tanya Minseok yang masih belum bisa mencerna kalimat mengejutkan dari suster Im.

"Luhan-ssi sadar!" pekik suster.

"Luhan!" Minseok reflek melepaskan tangan Kyungsoo yang sejak tadi menahannya dan seketika air menggenang dipelupuk matanya.

Ada perasaan senang dan juga sedih yang meletup- letup dirasakannya.

Oh Ya Tuhan, Luhan sudah sadar.

Maka dengan secepat yang ia bisa, setelah mendengar pekikan Kyungsoo yang mencemaskannya, Minseok membawa tubuhnya sedikit lari-larian hingga sampai didepan pintu kamar rawat Luhan.

Dan akhirnya.

Disana.

Luhan menatapnya dengan pandangan datar.

Berbanding dengan Minseok yang justru meluap- luap dan tidak tahan untuk tidak menubruk tubuh yang kian kurus itu.

Oh, tubuh yang sangat ia rindukan itu akhirnya sudah kembali dari koma nya.

Dengan terburu-buru dan tergopoh Minseok tidak tahu bagaimana mengontrol emosinya hingga tangisnya pecah saat akan menggapai tubuh Luhan.

GREP!

Dipeluknya dengan cara menubrukkan badannya kedada Luhan.

Masih ada beberapa selang yang nampak belum dilepas dari tempatnya, meski sekarang lelaki itu sudah tak memakai selang oksigen.

"Bodoh!" umpat Minseok pertama kali setelah kebangunan Luhan dari koma. Tidak bisa menunjukkan reaksi akan emosinya. Ia tersengal nafasnya karena tangisannya dan mengepalkan tangannya meremas baju rumah sakit yang dikenakan Luhan dibagian dada pria itu.

Rasanya sangat lega setelah melepas rasa sesak itu.

Akhirnya Luhannya kembali.

Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain hal ini. Minseok tersenyum ditengah tangisnya.

Sementara Luhan.

Lelaki itu masih bergeming bahkan merasa kaku dipelukan Minseok.

"Aku sangat merindukanmu bodoh!" umpat Minseok lagi, kali ini terdengar bergetar.

Kyungsoo yang akhirnya datang berhasil menemukan Minseok yang sudah menangis tersedu memeluk tubuh Luhan yang tak bereaksi apa-apa.

Lama ia memperhatikan Minseok yang sesekali akan terbatuk karena tangisannya sendiri.

Dahi perempuan itu mengerinyit. Merasakan ada hal aneh yang saat melihat tatapan Luhan yang nampak asing.

Pria itu tidak seperti Luhan yang ia kenal.

Dan nafasnya semakin tercekat ketika mendapati pria itu justru melepaskan pelukan Minseok, "Kau siapa?"

DEG!

Minseok menegang kaku. Kedua matanya membola terkejut.

"Dan siapa wanita itu?" kali ini pandangan Luhan jatuh pada Kyungsoo yang sudah membekap mulutnya.

"Tidak mungkin."

.

.

.

TBC