Present

KaiChen

B-A-I-T-S

(White Love)

.

.

.

This is pure from my own imagination. Do Not Copy-Paste, or remake without my permission. Understand?

.

.

.

Hanya sebuah kisah mereka yang sering bertemu untuk memancing, tanpa sadar... hati mereka juga ikut terkait satu sama lain.

.

Chapter 1: Always meets him.

Hujan ditengah Kota besar seperti Los Angeles yang sedang dilanda musim gugur membuat Kim Jongdae tak bisa melepaskan kedua telapak tangannya dari kungkungan saku jaket tebal miliknya—mengingat betapa dinginnya cuaca disini. Kalian pasti bisa membayangkannya,.. Bagaimana susahnya bocah tersebut melangkah dengan sepatu bot yang agak tinggi, kaos kaki tebal, pakaian berlapis-lapis dibalik jaketnya yang juga tebal, dan topi-kupluk khas berwarna abu-abu khusus untuk hawa-hawa seperti ini. Di negara bagian terutama California—suhunya tidak akan seramah yang yeah, kalian tidak akan bisa membayangkan betapa ekstrimnya.

Dan jangan lupakan juga sarung tangan tebal yang ia kenakan, walaupun itu tak cukup untuk menepis hawa dingin yang ada—dan pada akhirnya berujung dengan kedua tangan ia masukkan ke saku jaket wol tebalnya. Berlebihan memang. Hey, Jongdae! Dasar bocah ingusan! Ini masih musim gugur, dan—kau begitu berlebihan sampai-sampai mereka tidak bisa membayangkan bagaimana bekunya dirimu nanti saat musim salju. Aish, anak ini. Tapi kali ini sebelah tangannya sudah menenteng beberapa peralatan.

Belum lagi, pawakan tubuhnya yang agak kecil, kurus, dan pendek.

Suara gigi-gigi Jongdae yang bergemertakan mengundang tatapan seseorang yang sama kecilnya dengan dirinya—yang sedari tadi ikut berjalan disampingnya.

"Hey, KimJong, you're freezin"

"Stop called me like that ! Namaku Jongdae, bukan KimJong!" serunya sebal. Sahabat mungilnya memutar bola mata bulatnya jengah.

"Tapi kau terlihat not okay."

Seruan bocah disebelahnya akhirnya membuat Jongdae menoleh, anak itu menatapnya khawatir dan oh—lihatlah mata besar yang makin melebar itu. Hembusan nafas panjang, terasa dingin dan beku mengembun menerpa wajahnya sendiri, "I knew it." Jawabnya singkat.

Ia melanjutkan acara berjalannya lagi setelah berhenti—hanya karena menanggapi ocehan sahabatnya itu. Lelaki yang lebih pendek pun menyusul langkah kaki Jongdae yang lebih panjang, hingga beriringan seperti tadi.

"And,.. kau masih nekad ingin memancing lagi? Hell no! Jongdae, please, apa kau tidak tahu apa yang akan aku terima saat Aunty Kim tahu kau kubiarkan membeku dipesisir sekitar teluk?" ia tidak habis pikir saat melihat sebelah tangan Jongdae membawa peralatan memancing. Anak ini gila!

Jongdae tetap melanjutkan langkahnya yang terasa semakin berat seiring udara dingin menerpa permukaan kulit wajahnya—yang sebenarnya "sedikit" alergi cuaca dingin itu. Dan, Kyungsoo bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya...

Langkah kaki Jongdae terhenti.

Kedua matanya menyipit.

Telapak tangannya mulai menutupi mulutnya dan—

"HATCHUU!"

Kyungsoo menatap sahabatnya malas. Sedangkan Jongdae, seolah tak terjadi apa-apa hanya mengusap-usap hidungnya pelan, kemudian melanjutkan langkah kakinya tanpa berdosa sama sekali.

"Tuhkan benar kau bersin!" hardik Kyungsoo sambil sedikit berlari mengejar temannya itu. Ia merasa tidak terima. Sedangkan yang dihujami rentetan omelan dari Kyungsoo hanya diam dan berjalan dengan santainya seolah tidak ada apa apa.

"KimJong!"

Jongdae berhenti dan melirik Kyungsoo kesal, "Apa?!"

"Urgh! Kau tidak dengar apa yang sedari tadi aku katakan padamu kan?!" sungut Kyungsoo kesal.

"Lalu? Kau tidak tahu kalau aku kedinginan?"

Argh—ingin rasanya Kyungsoo menggigit wajah menyebalkan Jongdae saat ini juga, "Kau pikir apa yang daritadi aku katakan padamu hah?! Fuck you KimJong! Sudah berapa kali aku bilang, kau alergi hawa dingin dan—Argh! Bisakah setidaknya kau mendengarkan kata-kataku jika kau tak mau mendengarkan ocehan ibumu?!"

" And fuck you Kyungsoo! Berhenti memanggilku dengan sebutan KimJong, dasar kau menyebalkan!" balasnya tak terima. Namun malah dihadiahi tatapan membunuh dan jujur Kyungsoo sangat jarang (lebih tepatnya) hampir tidak pernah menggunakannya pada Jongdae. Sepertinya ia agak keterlaluan.

Jongdae menghembuskan nafasnya yang terasa dingin itu, "Baiklah, baiklah."

Wajah Kyungsoo masih memerah karena habis mencak-mencak untuk mengomeli Jongdae tadi, nafasnya memburu, "Tapi, please.. Sebentar saja, kau tahukan aku bisa gila kalau tidak menghabiskan waktu kosongku untuk memancing walau sebentar saja di pesisir?"

Tensi darah Kyungsoo rasanya ingin naik lagi, "Tapi KimJong! Disana, aish, kau tahu kan pantai?! Kau tahukan bagaimana dinginnya angin pantai?! Dan.. Apa kau lupa kalau terakhir kali kau sakit karena habis memancing dan merenung seperti orang putus asa disana?!"

Ingin rasanya ia berteriak seperti, "Hell! Orang gila mana yang mau memancing dipesisir selama bertahun-tahun seperti kau dasar idiot!"

"Yayaya, aku tahu Kyungsoo, tapi please.. sebentar saja, jebal." Jongdae memasang aksi aegyonya dan—

"Stop! Kau terlihat begitu menjijikan saat beraegyo begitu kau tahu!"

"Please.."

"Tidak!"

"Kau boleh menyeretku dan mempermalukanku didepan banyak orang jika aku melewati batas waktu yang kau tentukan."

"Ng? Batas waktu? Waktu apa?"

Jongdae melepas nafas dinginnya sejenak, "Beri waktu aku, berapapun, sesukamu. Tapi kalau aku melanggar kau boleh melakukan sesuai dengan yang aku katakan tadi—"

"Menghukum dirimu begitu?" potong Kyungsoo cepat, membuat Jongdae mau tak mau hanya mengangguk. Setelahnya, ia bisa melihat seringaian yang baginya ew, sedikit girly terpatri diwajah Kyungsoo. "Apa?" mendadak bulu kuduknya merinding.

Kyungsoo menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda dirinya, "Termasuk, jika kau melanggar batas waktu, aku akan memaksamu untuk mentraktirku, kau akan menurutkan?" Jongdae menelan ludahnya, "Enak saja! Tidak! Kan aku hanya bilang—"

"Kau mau kupenggal hidup-hidup rupanya KimJong!"

"Eh, iyaya! Iya! Iya! Berhenti memelototiku seperti itu, kau menyeramkan tahu.." Jongdae hanya bisa menunduk pasrah dan akhirnya mengangguk, menuruti apa yang Kyungsoo inginkan. Dan seketika wajah sahabatnya itu berbinar. Argh, ingin rasanya ia mencakar wajah Kyungsoo yang menggemaskan sekaligus—"Dasar kau menyebalkan!" ia mempoutkan bibirnya sembari berjalan setengah menghentak, mengingat kali ini gantian dirinya yang dibuat kesal.

"Kau berniat memerasku ya? Dasar jelek!"

Kyungsoo tak bisa menahan gelak tawanya setelah itu. Membuat Jongdae semakin terpojokkan dan rasanya ingin membenturkan kepalanya diaspal. Bagaimana tidak? Kyungsoo tahu betul, hey mereka itu bersahabat dari kecil dan asal kalian tahu saja kalau Jongdae bisa saja menghabiskan waktu kosongnya seharian dipesisir teluk yang jelas-jelas akan membuatnya sakit sekalipun itu saat musim panas. Jelas-jelas warga domestik akan memandang Jongdae dengan sangat aneh, mengingat mereka tidak seberapa ramah dengan imigran. Kyungsoo rasa mereka sudah mencap Jongdae dengan stempel 'sakit jiwa'. Dan ibunya juga tidak kurang-kurang mengomelinya seperti "Lebih baik kau membantuku mencuci baju" "Mengepel" atau apapun itu setiap saat Jongdae pulang telat saat ia berusaha menghindari Gloomy Sunday-nya dirumah.

Rasanya telinga hampir pengang, jika ia tidak punya etika mungkin ia akan langsung memaki bahkan mengumpat didepan ibunya. Jongdae itu laki-laki! Yah, walaupun ia tertarik dengan laki-laki juga, hihihi ibunya tidak cukup keberatan akan hal itu. Terlebih mereka tinggal di negara bebas. Tapi, no tetap saja ia benci dengan pekerjaan dan kegiatan apalagi yang berjenis rumah tangga seperti itu.

"Santai saja, lihat saja. Kau akan melanggar waktu yang aku berikan padamu." Jongdae makin menekuk wajahnya. "Kau makin jelek kalau cemberut begitu!" celetuk Kyungsoo sengaja menggoda Jongdae agar mood paginya jadi hancur.

"Ya, ya diam kau! Siapa takut dengan tantanganmu?!"

"Okay,"

Jongdae kemudian tersenyum, "Nah begitu dong, kalau mukamu ditekuk makin jelek tahu! Lebih jelek dari si Bebek Baekhyun saat dia mencak-mencak memarahi pegawai-pegawai kedainya."

Jongdae ikut tertawa, "Nah kau juga begitu dong, kau jelek tahu kalau sedang marah-marah sambil mengomel dan mencak-mencak seperti tadi!"

"Yak!" Kyungsoo memukul lengan sahabatnya kesal.

.

.

.

.

"WHAT?! Satu jam?! Kyungsoo, kau tega sekali padaku Kyungsoo, ini masih pagi bahkan jam 9 am saja belum. Dan aish, kau tega melihatku mati kutu dirumah?!" Kyungsoo hanya membalas protes dari sahabatnya dengan mencibir. Ia memang sengaja melakukannya. Toh, ini masih pagi. Dan, sudah pasti Jongdae akan melewati batas waktu yang ia tentukan. Itu sudah pasti dan tak bisa diragukan lagi. Lagipula, kan lumayan kalau ia mendapat sarapan pagi gratis. Kkk~

"Jam liburku masih panjang Kyungsoo sebelum aku kembali bekerja besok. Aku stress Kyungsoo aku stress, aku bisa gila!" mata bulatnya menatap malas tingkah Jongdae yang agaknya overacting dengan menjambak rambut dan klupuknya. "Sudah jangan mengeluh, kau berlebihan sekali." Serunya santai. Seluruh kulit wajah Jongdae memerah dan menghangat, aish ia kesal sekali. "Yasudah, t-e-r-s-e-r-a-h! Bye!" akhirnya mau tak mau ia menurut. Ya setidaknya ia bisa menenangkan dirinya sambil memancing, sebentar, ya, sangat sebentar malah.

Kyungsoo brengsek! Umpatnya dalam hati.

Ia mengambil sedikit umpan untuk dipasangkan dikait pancingnya, kemudian melemparnya kelaut. Ya, kalian tahukan, seperti halnya orang-orang memancing, Jongdae termasuk handal. Ia sering membawa pulang ikan kerumah hingga berkilo-kilo. Dan itu membuat mulut ibunya terpancing juga untuk mengomeli anaknya yang sudah dewasa tapi masih kekanakan. Jongdae juga tidak pernah benar-benar memakan hasil tangkapan yang ia pancing karena faktor pertama adalah ia tidak suka memasak seperti halnya pekerjaan rumah tangga lainnya, dan memakan seafood direstoran rasanya jauh lebih nikmat. Apalagi di kedai Baekhyun, ia bisa merengek pada si centil itu agar memberikan menu dengan cuma-cuma.

Kalau ia bosan, pasti ikan yang baru saja ia tangkap akan langsung dilepas lagi kelaut. Ia hanya suka memancing, ya, hanya suka memancing.

Pasalnya ia tidak benar-benar menyukai ikan.

"Aku tidak menyangka akan terus bertemu denganmu disini."

Jongdae terlonjak mendengar suara tersebut, dan refleks menoleh menatap pemuda lain—yang lebih tinggi dan berkulit eksotis darinya menyematkan senyum meremeh. Aish, dia lagi dia lagi. Kendalanya selalu saja pemuda aneh itu! Padahal kenal saja tidak! Tapi, setiap Jongdae memancing selalu saja, entah umpannya yang diambil sampai habis atau kait-kait yang baru dibelinya hilang. Dan pelakunya adalah orang disebelahnya itu! Ergh, sumpah itu sangat menyebalkan. Kenapa dari sekian banyak orang didaratan California, ia harus bertemu dengan yang modelnya seperti itu?! Yang berdiri disampingnya..

Yang jelas dia termasuk orang yang cukup sama "tidak waras"nya dengan dirinya karena memancing di pesisir. Yah, hanya orang gila saja yang melakukan itu. Dan Jongdae sadar bahwa predikat gilanya tidak ia raih sendiri.

"Ya! Apa yang kau lakukan disini?!"

Hampir saja Jongdae kelepasan mengumpat kalau saja tali pancingnya tak terasa berat, namja disebelahnya menatap benda yang dipegang Jongdae daritadi, yang sama-sama mereka pegang. Alat pancing. "Mendapat tangkapan lagi? Wow, kau hebat sekali ternyata." Ia hanya bisa menanggapinya dengan tatapan malas.

Orang ini, lebih pantas disebut sebagai penguntit sepertinya. Selalu saja, orang pertama yang ia temukan dipesisir teluk adalah pemuda itu. Yang entah bagaimana ceritanya sudah ada disebelahnya saja, seperti hantu. "Kukira kau bisa mengajariku beberapa trik-trik memancing," gumam pemuda disebelahnya. Tanpa menggubrisnya, Jongdae malah menarik tali pancingnya dan mendapatkan seekor ikan yang cukup besar. Dipikir-pikir lumayan juga jika ia minta tolong pada Baekhyun untuk memasakkannya untuk dirinya dan menggelar jamuan makan malam bersama beberapa tetangga yang bersebelahan diapartemen miliknya dan ibunya. Jongdae itu orang yang ramah.

"Tangkapan yang bagus,"

Jongdae mendesis, "Tidak bisakah kau berhenti mengoceh barang sebentar saja?" ia menggunakan bahasa korea.

"Tidak tentu saja." Ia mendelik, lelaki disebelahnya ini—bisa berbahasa korea? Ia menggelengkan kepalanya cepat, biarkan saja. Apa pedulinya? Hanya terkejut saja jika mengetahui lelaki yang hampir disetiap acara memancingmu, kau selalu bertemu dengannya sejak musim dingin dua tahun lalu dan bahkan kau tak tahu namanya dan orang itu begitu menyebalkan, kau mencapnya sebagai penguntit atau apalah itu, terlebih Jongdae baru mengetahui bahwa, "Kau orang korea?"

Aish, Jongdae bodoh!

Ia meruntuki mulutnya yang tak bisa diam itu. Memalukan. Orang itu tertawa, membuat ia semakin sebal, "Kau bertanya padaku?"

"Tidak! Aku bertanya pada laut atlantik, berisik." Dengan cepat ia membereskan peralatannya dan segera melenggang pergi dari tempatnya tadi.

Pemuda yang ditinggalkannya tadi hanya bisa tersenyum heran dan menggeleng.

.

.

.

.

TBC/ END?

Sebenarnya ini Cuma fanfict request buat sahabatku paling unyuh, buat ultah dia cuman berhubung ffn suka susah dibuka lewat pc jadinya eonni urungkan diniatan buat publish. Rencananya ini threeshot, tapi kalo eonni gakuat mungkin bakal lanjut next chap. Reviews tetep dibutuhkan ya, kan buat penyemangat juga. Dan kalau dipikir-pikir ff crackpair KaiChen jarang banget kan? Hehe, buat yang nunggu LuBaek-Delutional nya eonni yang belom update juga sabar ya, project eonni ada banyak dan itu lagi eonni kerjain, soalnya kalo inget ffn susah diakses jadi eonni lewa hape deh. Hehe. Reviews juseyo!