MR. BODYGUARD

Author: Hye Ji

Genre: AU, BL, boyxboy, romance(?)

Rating: T

Chapter 2 of 2

Cast: Wu Yifan | Kim Joonmyeon | Others

Disclaimer: ceritanya punya aku, cast milik fandom dan orangtua masing-masing

Warning! Yang gasuka pairing Krisho mending gausah baca! Cerita pasaran! Ending ketebak! Daripada nyesel mending jangan dibaca ._.

Hai kalian yang gigih membaca cerita alay ini. HAPPY READING!

MR. BODYGUARD

Last Chapter

Sebulan berlalu tanpa terasa.

Joonmyeon langsung menoleh kearah pintu ketika Ibunya menyambut seseorang yang tak seharusnya berada disini hari ini. Ini hari Senin dan Joonmyeon bukan seorang pelupa. Jelas-jelas dia tidak akan butuh penjagaan disini bersama Ibunya.

"Mau apa kau disini?" ujar Joonmyeon tidak mempedulikan keberadaan Ibunya.

"Joonie! Kasar sekali, Eomma yang mengundangnya, memang kenapa?" balas Nyonya Kim. Joonmyeon menggeleng tak percaya. "Eh? Mengundang? Untuk apa mengundangnya kesini?!"

"Kau itu harusnya banyak bersyukur Eomma dan Appa ada di dekatmu, coba Yifan, berbeda negara. Eomma sudah menganggap Yifan anak Eomma sendiri."

Joonmyeon berdecak. Satu bulan dan Yifan sudah berhasil menarik hati Ibunya. 3 bulan dan aku akan direstui menikah dengannya, batin Joonmyeon sarkastik. "Terserah Eomma saja kalau begitu." Dan Nyonya Kim hanya tertawa kecil sambil mempersilahkan Yifan yang tampaknya malu itu duduk. Beliau lalu menghilang ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

"Joonie," Yifan memanggil putra Menteri Kim yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Jangan panggil aku Joonie!" Joonmyeon mendesis. Yifan hanya tertawa.

"Lalu apa? Myeonnie?" Joonmyeon membelalakkan matanya. "Tidak tidak tidak! Itu yang paling buruk!"

"Kalau begitu Joonie saja. Joonie-yah, aku pikir aku menyukai seseorang." Bisik Yifan. Joonmyeon menoleh padanya. Hatinya merasa tidak enak entah karena apa.

"Apa aku harus tahu itu?"

Yifan mengangguk. "Aku ingin kau membantuku."

"Siapa yang kau sukai? Kyuhyun hyung? Dia milik Changmin hyung, begitu juga sebaliknya. Dan Minho sudah punya Taemin. Ada lagi?" Joonmyeon bahkan tidak bernafas. Yifan terdiam dan menggeleng, dia baru akan menjelaskan ketika Nyonya Kim memanggil mereka makan bersama. Hati Joonmyeon masih belum tenang.

Saat mereka akan makan, Nyonya Kim mengambil piring Yifan, dan bukan Joonmyeon. Satu-satunya perempuan disana itu mengambilkan Yifan nasi, dan bahkan mengambilkan segalanya. Joonmyeon melongo sambil memperhatikan Eommanya itu.

"Eomma!" seru Joonmyeon tak suka. Yifan tertawa kecil sementara Nyonya Kim tampak bingung.

"Ada yang salah sayang?" tanyanya lembut. Joonmyeon geleng-geleng kepala. "Tidak. Aku hanya merasa Yifan yang anak Eomma, bukan aku." Dan Nyonya Kim segera tertawa diikuti Yifan, dia menyerahkan piring Yifan pada pemiliknya.

"Kalian berdua anak Eomma. Ayolah Joonie, jangan cemberut, nanti kau tambah cantik." Goda Nyonya Kim membuat Joonmyeon tersedak minumannya sementara Yifan makin kencang tertawa. Joonmyeon beralih memelototi Yifan yang langsung diam.

"Aku tidak cantik Eomma. Eomma melahirkan seorang laki-laki tampan bukan cantik!" protes Joonmyeon panjang lebar dan hanya ditanggapi dengan cengiran jahil Nyonya Kim. "Joonie memang laki-laki, tapi tetap saja cantik, iya kan Yifan?"

Tidak disangka bodyguardnya itu langsung mengangguk. "Cantik sekali." Ujarnya sambil menatap wajah Joonmyeon, lalu tertawa dengan Nyonya Kim. Pipi Joonmyeon menghangat, dia menerima piring dari Nyonya Kim dan mulai makan, berusaha melupakan rona merah yang menghiasi wajahnya. Yifan tersenyum melihat tingkah Joonmyeon, dan Nyonya Kim mengedip padanya, Yifan hanya mengangguk sambil tersenyum konyol.

Satu jam kemudian, mereka bertiga serius membaca buku masing-masing di perpustakaan kecil milik keluarga Kim itu. Well, hanya untuk Joonmyeon dan Nyonya Kim saja sebenarnya. Yifan tidak terlalu suka membaca. Dia melirik Joonmyeon yang serius membaca buku setebal tidak kurang dari 600 halaman, begitu juga Nyonya Kim. Yifan bosan, dia mencari kegiatan lain, melihat ke sekeliling, dia lihat sofa panjang yang sepertinya enak untuk ditiduri.

Sambil meregangkan tubuhnya, dia menguap. Jam berapa kemarin dia tidur? Yifan jadi sangat mengantuk. Dia menguap lagi dan Nyonya Kim melihatnya.

"Aigoo, Yifan mengantuk?" ujarnya membuat perhatian Joonmyeon teralih. Yifan mengangguk dan mengusap matanya. Dia tidak peduli dengan peraturan lagi. Hari ini dia datang sebagai Yifan, bukan bodyguard Joonmyeon. "Hmm, Joonmyeon, antar Yifan tidur di kamarmu, kamar tamu sedang di perbaiki." Nyonya Kim memerintah Joonmyeon yang terlihat enggan.

"Ayo bayi besar." Kata Joonmyeon akhirnya, menarik tangan Yifan keluar dari perpustakaan. Begitu sampai di kamar Joonmyeon, Yifan merebahkan tubuhnya di kasur, dia hampir tersenyum mencium wangi Joonmyeon disana, rasanya nyaman.

"Jangan kotori bantalku!" pesan Joonmyeon sebelum melangkah keluar kamar. Yifan meliriknya. "Temani aku dulu Joonie," pintanya seperti anak kecil. Joonmyeon berhenti dan menatapnya tak percaya. "Kau ini apa? Bayi besar?" tapi tak urung dia mendekati Yifan juga. Tangan Yifan menepuk pinggir tempat tidur mengisyaratkan Joonmyeon untuk duduk disana.

"Apa sekarang?"

"Kau sewot sekali hari ini. PMS?"

"PMS apanya bodoh." Balas Joonmyeon tak suka. Dia juga heran kenapa dia jadi sewot begini. Yifan tersenyum padanya dan menguap lagi. "Bantu aku," ujarnya pelan.

"Bantu apa?" Joonmyeon melunak, dia mengingat perkataan Yifan tadi di ruang keluarga dan dia langsung merasa tak nyaman. Rasanya aneh dan Joonmyeon tidak mau mengakui apa itu.

"Mendapatkan orang yang aku sukai."

Joonmyeon menghela nafas berat. "Dengar Mister Bodyguard, aku baru satu bulan mengenalmu dan aku tidak tahu siapa saja semua teman-temanmu dan orang yang mungkin kau sukai. Kau tahu sendiri teman-temanku sudah mempunyai pacar semua jadi aku tidak akan bisa membantumu." Keluhnya panjang lebar, Yifan hanya tertawa kecil.

"Bernafas, Joonmyeon. Aku tahu itu semua, tapi orang ini kau tahu dengan pasti."

Joonmyeon memiringkan kepalanya "Benarkah? Bukan Eommaku kan?" Yifan tertawa lagi dan menyentil pelan dahi Joonmyeon. "Apa aku terlihat seperti orang yang suka dengan orang yang lebih tua dariku?"

"Tidak.."

"Joonie, kepalaku." Ujar Yifan tiba-tiba. Joonmyeon mengerutkan kening. "Kenapa?" tangannya mulai terulur untuk mengecek suhu tubuhnya. Tidak panas. Dia mengelusnya pelan. "Lakukan itu sampai aku tertidur."

Joonmyeon tertawa, "baiklah bayi besar, tapi ini tidak gratis." Yifan hanya menggumam dan mulai memejamkan matanya. Tangan Joonmyeon mengingatkannya pada Mamanya di Cina sana. Yifan tidak ingat apa-apa lagi selain tangan Joonmyeon yang mengelus kepalanya pelan, lalu dia tertidur.

Sore harinya, Nyonya Kim mengetuk pintu kamar Joonmyeon lalu masuk. Dia kaget melihat anaknya itu tertidur di pelukan Yifan, tapi tidak bersuara apapun. Nyonya Kim cekikikan sendiri dan mengambil kamera polaroid Joonmyeon yang tergeletak di meja belajarnya, lalu mengambil gambar Yifan dan Joonmyeon. Setelah mendapat 3 foto dari angle kamera yang berbeda, Nyonya Kim cekikikan lagi, mengembalikan kamera ke tempatnya lalu keluar kamar dengan puas.

Sementara itu Joonmyeon terbangun tak lama kemudian. Dia kaget melihat posisi dia dan Yifan yang sangat dekat. Dia bahkan bisa mendengar detak jantung bodyguardnya itu dengan jelas. Joonmyeon tiba-tiba merasa nervous, dia belum pernah sedekat ini lagi dengan siapapun dan anehnya, dia tidak merasa terganggu.

"Yifan.." panggil Joonmyeon pelan. Tidak ada respon. Joonmyeon berusaha melepaskan pelukan Yifan tapi dia langsung mengeratkannya lagi sekali terlepas. Pemuda berambut hitam itu menghela nafas, dia menggoyangkan tangan Yifan yang melingkar di sekitar perutnya itu dan memanggilnya sekali lagi.

"Yifan!"

"Hmm?" Mata Yifan terbuka sedikit. Dia melihat Joonmyeon berada dalam pelukannya dan langsung sadar. Dia melompat dari tempat tidur.

"Maaf Joonmyeon aku tidak sengaja. Aku mohon jangan pecat aku!" seru Yifan tanpa jeda. Joonmyeon terdiam di pinggir tempat tidurnya, sedetik kemudian dia tertawa.

"Siapa yang mau memecatmu? Bangun, Appa mungkin sudah pulang sekarang."

"Eh? Jadi kau memaafkanku?" Yifan perlahan bangkit.

"Hmm, anggap saja begitu. Tapi bayaranmu jadi dua kali lipat! Pertama tadi sebelum kau tidur dan kedua karena kau memelukku!"

"Baiklah, kau mau apa memang?"

"Kita lihat saja besok." Joonmyeon tersenyum licik dan berjalan keluar kamar diikuti Yifan. Begitu sampai dibawah, ternyata perkiraannya benar, Tuan Kim sudah pulang dan tampak senang. Keduanya tidak menyadari tangan Nyonya Kim yang langsung menjauhkan sesuatu dari pandangan mereka berdua. Tuan Kim menoleh pada Joonmyeon yang menyapanya.

"Annyeonghaseyo Menteri Kim," Yifan membungkukkan badannya. Tuan Kim mengangguk. "Panggil saja 'Appa' Yifan, kau sudah seperti anakku sendiri." Ujarnya membuat Yifan dan Joonmyeon terkejut. "Kalau begitu panggil aku 'Eomma'! ya?" Nyonya Kim menambahi, Yifan masih kaget lalu mengangguk.

Joonmyeon masih melongo. Tentu banyak perubahan pada kedua orangtuanya ini. Tidak, ini terlalu banyak dan itu semua karena Yifan. Dia menggeleng berusaha menyingkirkan pikiran kalau orangtuanya ingin Yifan jadi menantunya. Tapi semakin lama, sepertinya perkiraannya benar. Apalagi saat makan malam.

"Yifan, kau sudah punya pacar?" tanya Nyonya Kim. Joonmyeon tersedak, sementara Yifan tampak santai. "Eh? Belum."

"Jadi? Masih melajang?" giliran Tuan Kim yang bertanya. Joonmyeon langsung mengambil minum lagi dan Yifan tertawa kecil, menepuk-nepuk punggung Joonmyeon pelan. "Ya, untuk pekerjaan ini paling aman seperti itu."

Kalau Ibunya berpura-pura untuk tidak terlihat sangat senang, dia gagal, pikir Joonmyeon. Begitu juga Tuan Kim yang tampaknya lega. Yifan tampak tidak terganggu dan itu sangat sangat mengganggu Joonmyeon. Dia merasa tak enak hati, di sisi lain dia senang, tapi rasanya ada yang mengganjal.

"Maafkan kelancangan kami Yifan." Ujar Nyonya Kim kemudian, tampak berkebalikan dengan ucapannya, wajahnya sangat mengatakan sebaliknya. Joonmyeon memutar mata, entah kenapa nafsu makannya hilang semua. Jadi dia menaruh sendoknya, tidak melanjutkan.

"Iya tidak apa-apa." Jawab Yifan. Mata Nyonya Kim langsung beralih ke Joonmyeon.

"Joonie, kenapa tidak dilanjutkan?"

"Aku tidak enak badan Eomma, permisi." Joonmyeon bangkit dari kursinya dan naik ke kamar. Semuanya berpandangan. "Yifan, nanti tolong cek Joonie, kami harus menghadiri undangan setelah ini. Karena ini diluar jam kerjamu, tenang saja, pasti ada uang lembur." Ujar Tuan Kim khawatir. Yifan menggeleng, "Tidak usah, saya datang sebagai teman Joonmyeon, tidak apa-apa."

Nyonya Kim tersenyum dan menyuruhnya menghabiskan makanannya. Setengah jam kemudian, Yifan mengantar mereka keluar, mengucapkan 'selamat tinggal dan hati-hati di jalan' lalu segera menuju kamar Joonmyeon.

"Joonie?" Yifan mengetuk kamar Joonmyeon pelan.

"Masuk, tidak dikunci."

Yifan masuk seperti yang disuruh. Dan melihat Joonmyeon merebahkan diri di tempat tidur. Pemuda jangkung itu mendekatinya dan mengecek suhu tubuhnya. "Kau bohong ya soal tidak enak badan?"

"Bukan urusanmu. Eomma Appa pergi ya?"

"Ya, baru saja. Kenapa? Ada masalah sampai kau kehilangan nafsu makanmu?"

Joonmyeon menghela nafas. Dia mengedarkan pandangannya kesekitar ruangan, melihat objek lain selain Yifan. "Sudah kubilang itu bukan urusanmu mister bodyguard."

"Aku bodyguardmu, penjagamu, jadi itu urusanku juga."

"Memang ada di kontrak? Setahuku tidak."

"Hmm, tulisannya seperti ini 'Setiap Joonmyeon memiliki masalah, kau harus siap dan membantunya semampumu' ingat?"

"Tidak. Tapi aku tidak akan menceritakannya padamu. Aku akan membicarakan ini dengan orangtuaku." Yifan tersenyum, dan dada Joonmyeon berdebar tak karuan untuk entah keberapa kalinya hari ini. "Kalau begitu baiklah, tapi janji kau harus menceritakan pada orangtuamu ya?"

"Aku bukan anak kecil!"

"Hahaha, eh, kau mau jalan-jalan? Ada yang ingin aku tunjukkan padamu."

"Ide bagus, aku bosan disini seharian."

Yifan tersenyum makin lebar dan menarik Joonmyeon dari tempat tidur. Mereka berdua berjalan keluar bergandengan tangan. Entah sadar atau tidak, tapi tak ada yang berusaha melepaskannya. Joonmyeon membiarkan Yifan menuntunnya keluar, melewati komplek perumahan elitnya, lalu terus kebelakang, sampai di sebuah taman besar. Langit sangat cerah dan terlihat jelas dari sini. Cahaya bulan menyinari keduanya.

"Duduk."

Joonmyeon melirik Yifan yang sudah duduk duluan diatas hamparan rumput hijau yang berembun. Dia mengerutkan keningnya, tapi ragu-ragu dia mulai duduk juga. Joonmyeon kaget saat tubuhnya ditarik kebelakang oleh Yifan, kepalanya ada di lengan kiri sang bodyguard, posisinya jadi terlentang. Joonmyeon baru akan bangkit lagi ketika suara Yifan mengalihkan perhatiannya.

"Lihat keatas."

"Woah.." adalah kata yang keluar dari mulut Joonmyeon ketika menuruti apa kata Yifan. Jutaan bintang di langit, dengan bulan yang hanya tampak setengah, tampak menakjubkan bagi Joonmyeon.

Yifan tertawa kecil melihat wajah takjub Joonmyeon. First impressionnya tidak hilang, Joonmyeon sangat cantik dibawah cahaya lembut bulan yang tidak tertutupi awan itu. Dadanya berdebar keras. Jika dia harus kehilangan nyawa demi pekerjaan yang satu ini, Yifan tidak akan keberatan. Apapun akan dia lakukan untuk melindungi seorang Kim Joonmyeon.

"Yifan!"

"Eh? Tumben kau memanggilku Yifan?"

"Hmm, entahlah, sepertinya hari ini aku juga beberapa kali memanggilmu Yifan."

"Haha, terdengar bagus ketika kau yang menyebutkannya, ayo sebutkan lagi."

"Yifan?"

"Benar-benar, kenapa kau tidak memanggilku itu saja?"

"Sudah kubilang mister bodyguard cocok untukmu. Kau tahu darimana tempat ini? Aku saja tidak pernah tahu."

"Oh, itu rahasia," Yifan mengedipkan sebelah matanya, Joonmyeon tertawa, matanya membentuk bulan sabit yang indah dan Yifan rasa dunia berhenti saat itu. Yifan menghela nafas. Dia harus bersabar, karena Joonmyeon tidak menunjukkan perasaan yang sama dengannya. Tapi sekarang, Yifan tidak peduli apapun lagi saat dia dengan pelan menempelkan bibirnya dengan bibir Joonmyeon.

Putra Menteri Kebudayaan Korea itu terkejut. Dia hanya merasa aneh saat jarak mereka semakin dekat, dan saat merasakan sesuatu menyentuh bibirnya, Joonmyeon tidak bisa apa-apa. Dia memejamkan matanya, merasakan bibir Yifan bersentuhan dengan miliknya. Ciuman itu hanya sebentar, Yifan langsung menarik kembali badannya menjauhi Joonmyeon. Joonmyeon membuka matanya dan bertemu dengan milik Yifan. Keduanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa, belum lagi dada mereka berdebar-debar sangat keras.

"Ehm, sudah malam," Joonmyeon bangkit dan langsung berdiri. "Sebaiknya kau pulang." Yifan ikut berdeham dan berdiri juga. "Aku disuruh untuk menjagamu, perintah adalah perintah. Ayo pulang." Yifan berjalan mendahului Joonmyeon yang langsung menyusulnya dan menyejajarkan langkah mereka.

Tangan Joonmyeon yang terus menerus bergesekan dengannya membuat Yifan terganggu. Akhirnya tanpa pikir panjang Yifan menggenggam tangan Joonmyeon yang jauh lebih kecil darinya. Joonmyeon kaget dan menoleh pada Yifan. Itu sangat tidak membantu debaran di dadanya yang malah semakin keras. Selain itu juga dia kaget karena tangan mereka sangat pas. Yifan tampak sangat cuek seperti genggaman tangan itu biasa saja. Joonmyeon mempoutkan bibirnya, padahal tautan tangan mereka sangat berakibat besar untuknya.

Ah, itu kan Joonmyeon tidak tahu saja, padahal Yifan rasanya mau meledak. Dia sangat sangat sangat senang karena pemuda cantik disebelahnya ini tidak menolak saat tangannya diambil Yifan. Dan tangan mereka sangat pas, seperti dibuat untuk satu sama lain. Karena jarak taman itu tidak terlalu jauh, sekarang rumah Joonmyeon sudah terlihat.

"Mister bodyguard, kapan Eomma dan Appa akan pulang? Atau mereka tidak akan pulang?" tanya Joonmyeon sedikit mengantuk, mereka sekarang memutuskan untuk menonton film di ruang keluarga.

"Aku tidak tahu, biasanya mereka pulang kan?" Yifan menoleh pada Joonmyeon yang entah sadar atau tidak, bersandar pada bahu kirinya. "Hmm, mereka bilang apa? Undangan? Kalau undangan seperti itu biasanya Appa dan Eomma menginap sekalian karena selesainya pasti malam sekali."

Baru saja bilang, ponsel Joonmyeon berdering.

"Yoboseyo Eomma.."

"…." "Ah, iya Yifan masih disini.."

"Hmm, baiklah, tidak apa-apa.. Hmm.. iya Eomma.."

Joonmyeon mengunci ponselnya kembali setelah selesai dan menghela nafas. "Tidak pulang?" tanya Yifan. Joonmyeon bersandar lagi di bahunya, lelah. "Ya, dan kau harus tetap disini."

"Dengan senang hati." Joonmyeon tersenyum kecil.

"Tentang orang yang kau sukai itu.." Joonmyeon bergeser menghadap Yifan, jadi kepalanya bersandar di dadanya. "Kenapa? Kau mau membantuku?" Yifan berharap Joonmyeon tidak mendengar jantungnya yang berdebar sangat keras.

"Hmm? Bukan.. tapi bisakah orang itu aku.." bisik Joonmyeon di bagian akhir, tertutupi oleh baju Yifan.

"Apa Joonmyeon? Aku tidak bisa mendengarmu."

"…"

"Joonie?" Yifan baru menyadari kalau Joonmyeon sudah tertidur. Dia menghela nafas, tapi kemudian tersenyum. Yifan meraih remote untuk mematikan film yang mereka tonton, dan kemudian balas memeluk Joonmyeon.

"Apa tidak apa-apa seperti ini?" ujarnya pelan lalu mencium puncak kepala Joonmyeon dengan hati-hati.

Joonmyeon terbangun keesokan harinya bingung. Dia melihat sekeliling dan merasa aneh karena dia berada di kamarnya, bukan ruang keluarga. Seingatnya dia dan Yifan menonton film semalam, dan tertidur disana. Belum habis rasa bingungnya, Yifan tiba-tiba muncul di depan kamarnya.

"Joonie? Syukurlah kau sudah bangun, cepat bersiap-siap, nanti kau terlambat masuk kelas Jaejoong saem." Ujarnya. Yifan sudah rapih, mengenakan pakaian casual atas permintaan Joonmyeon waktu itu. Joonmyeon mengangguk, Yifan tersenyum dan akan meninggalkan kamarnya saat namanya dipanggil kembali.

"Mister bodyguard? Terimakasih untuk memindahkanku kesini."

Yifan tersenyum makin lebar. "Sudah tugasku, sekarang ayo cepat. Aku tunggu dibawah."

Sore harinya, saat jadwal Joonmyeon sudah selesai, Yifan mengerutkan kening saat melihat Joonmyeon tersenyum aneh. "Kau ingat perjanjian kita kemarin?"

"Tentu saja. Apa permintaanmu?"

"Biarkan aku tanpa pengawasan sampai akhir hari ini."

Mata Yifan membesar. "Tidak! Terakhir kali aku melakukannya kau hampir diculik. Ingat?!" Joonmyeon mempoutkan bibirnya mengingat kejadian 2 minggu lalu itu. "Aku berjanji tidak akan berbicara pada orang asing lagi mister bodyguard!" ujarnya memohon. Yifan menggeleng.

"Tidak tidak, apapun selain itu, akan kuturuti!"

Joonmyeon berpikir cepat. Dia melihat Yifan dan merasa ragu, tapi dia sangat penasaran..

"Uhm.. jawab pertanyaanku kalau begitu."

Yifan melunak, dia melihat Joonmyeon yang tampak ragu. "Ayo tanyakan saja," ujarnya meyakinkan. Joonmyeon menatap matanya. "Siapa orang yang kau sukai?" dan Yifan langsung tertawa keras.

"B-bukan karena aku cemburu atau apa! Tapi nanti kalau kau berpacaran bagaimana kalau dia tidak mengerti posisimu? Bagaimana kalau aku dibunuh karena dia cemburu?" Joonmyeon bergidik ngeri dan Yifan tertawa makin keras. "Jawab mister Bodyguard! Jangan tertawa saja!"

"Tapi kau sangat konyol, hahaha, itu tidak akan terjadi."

Joonmyeon menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya itu benar-benar mengganggu pikirannya sejak tadi masuk kelas. Sekarang dia malah ditertawakan. "Tidak lucu! Sekarang aku tanya, kalau nanti kau berpacaran, siapa yang akan jadi prioritasmu? Sementara kau berada disampingku hampir 24 jam sehari, apa pacarmu itu tidak akan cemburu?"

Yifan berhenti tertawa, dia menatap Joonmyeon dengan serius. Tangannya menaikkan dagu Joonmyeon dan Joonmyeon kaget saat dia dicium lagi oleh bodyguardnya.

"Jangan mengkhawatirkan sesuatu yang tidak akan terjadi." Ujarnya mengelus pipi Joonmyeon pelan. Joonmyeon mendorong Yifan. Benar-benar, apa-apaan ini? sebenarnya dia suka siapa sih?! Dia tak habis pikir dan berjalan duluan tidak mempedulikan Yifan yang memanggil namanya.

"Kau tidak punya permintaan lagi?" tanya Yifan saat berhasil menyejajarkan langkah mereka. Joonmyeon berhenti, dia berbalik menghadap Yifan dan menunjuknya di dada. "Kau! Berhenti menciumku seperti itu! Berciuman bukan skinship yang umum yang bisa kuterima begitu saja! Dan kita bukan pasangan!" serunya. Yifan mundur sedikit dan membiarkan Joonmyeon melanjutkan.

"Apa benar seperti ini? apa kau memperlakukan semua orang yang pernah kau jaga seperti ini? mencium mereka, dan sekarang kau memegang tanganku." Joonmyeon frustasi, dia menghela nafas melihat tangannya digenggaman Yifan.

"Tidak. Aku tidak melakukan ini dengan semua orang. Tapi kalau kau keberatan, kenapa kau tidak minta aku diganti saja?" Yifan memaksakan kesempatannya. Joonmyeon terdiam, dia melihat ke mata bodyguardnya yang sangat tinggi itu. Angin sore menerpa mereka berdua yang berada di sebuah taman. Joonmyeon yang meminta agar mereka kesini tadi.

Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Yifan karena dia juga tidak tahu alasannya. Melihat Joonmyeon diam saja, Yifan akhirnya berbicara.

"Jangan khawatirkan, hal yang tidak perlu. Kalau kau tidak suka, kau bisa meminta Menteri Kim menggantikan aku. Permintaan lain?" Joonmyeon berpikir sebentar, lalu tersenyum, "Bantu aku meminta izin menginap di rumah Kyuhyun hyung malam ini. Dan kau, tidak boleh mendampingiku! Aku bisa menjamin keamananku."

Yifan menghela nafas. "Baiklah."

Satu minggu berlalu. Orang yang disukai oleh Yifan masih belum diketahui, dan Joonmyeon sedikit banyak bersyukur karena tidak harus membenci seseorang yang sangat dia kenal. Yifan masih sangat perhatian padanya seperti biasa namun kali ini sudah benar-benar aneh, sampai ketahap dia ditunggui sampai tertidur, dan paginya dia akan dibangunkan. Oh, Eommanya juga sekarang jadi sering berdua dengan Yifan, dia bahkan mau menemani Nyonya Kim pergi ke pasar karena Joonmyeon dan Appanya sedang pergi untuk melihat pameran kesenian di Incheon.

Joonmyeon menghela nafas saat akhirnya Yifan pamit pulang, setelah seharian menemaninya kemanapun. Saatnya untuk membicarakan masalah ini dengan orangtuanya. Mereka bertiga duduk santai di ruang keluarga. TV dimatikan, karena ini waktunya untuk berbagi cerita.

"Eomma, tidakkah Yifan jadi aneh?"

"Aneh bagaimana?"

"Apa dia harus menemaniku sampai tidur? Aku bukan anak kecil."

Nyonya Kim cekikikan, sementara Tuan Kim hanya tersenyum penuh arti.

"Lalu kenapa Eomma sekarang jadi sering bersama Yifan? Aneh."

"Ahh, Joonie cemburu ya? Eomma hanya ingin mengetahui sifat asli Yifan saja. Eomma pernah dengar kalau sifat asli seseorang akan terlihat saat berbelanja. Dan kau harus tahu dia pintar menawar!" puji Nyonya Kim agak keluar dari topik. Joonmyeon memutar matanya, dan Tuan Kim tertawa kecil.

"Dan dia ternyata seorang fashionista! Seleranya bagus sekali! Kesimpulannya, dia cerewet, pintar, tidak sabaran, bukan pembohong yang baik dan konyol. Calon menantu yang sempurna untuk Eomma." "Dan Appa." Sambung Tuan Kim. Joonmyeon melongo. Benar dugannya soal menjadikan Yifan menantu mereka.

"Masalahnya, dia bilang dia menyukai seseorang Eomma.."

"SIAPA?!" Nyonya Kim tampak kaget. "Tenang Eomma! Aku juga tidak tahu, aku belum menanyakannya lagi, dan dia bilang itu sekitar satu bulan yang lalu."

"Tidak tidak tidak, mungkin perasaannya sudah berubah. Kita harus berbicara serius dengan Yifan besok!" ujarnya sambil menoleh pada Tuan Kim yang pelan-pelan mengangguk. Joonmyeon menggeleng. "Jangan Eomma! Jangan yang aneh aneh!"

"Ehh, tapi bagaimana dengan nasib calon menantu idaman Eomma? Perasaanmu? Sudah kau diam saja Joonie dan berterimakasihlah pada Eomma nanti."

Joonmyeon tidak tahu apa yang orangtuanya bilang pada Yifan, tapi sepertinya tidak terjadi apa-apa. Tidak ada Yifan yang dipecat, atau Eommanya yang menyuruh intel untuk melacak seseorang seperti yang dibayangkan Joonmyeon. Justru sebaliknya. Yifan malah berani memberi perhatian lebih pada Joonmyeon di depan orangtuanya yang tampak tidak keberatan.

Hari ini Joonmyeon bertemu dengan Kyuhyun, Changmin dan Minho. Yifan tentu saja ikut. Tangannya dengan santai melingkari pinggang Joonmyeon. Joonmyeon tidak memedulikannya karena kalau dia menolak tangan itu, urusannya panjang, dan intinya akan diawali dengan pertanyaan Kyuhyun soal apakah mereka bertengkar?

"Hoi!" sapa sebuah suara bergabung tak lama setelah Joonmyeon duduk. Yifan menoleh pada orang yang tampak asing untuknya. Tapi sepertinya tidak untuk mereka.

"Jonghyun!" seru Minho tampak senang, begitu juga Kyuhyun dan Changmin. Joonmyeon tersenyum dan ingin ikut memeluk Jonghyun juga saat Yifan menarik tangannya untuk duduk kembali dan memberinya pandangan keras. Jonghyun terdiam. Changmin, Kyuhyun dan Minho berpandangan.

"Kau tidak bisa memeluk orang asing sesukamu." Desis Yifan. Ini masuk dalam kontrak. Tapi selebihnya, Yifan bertindak atas dasar instingnya.

"Siapa yang orang asing Yifan?! Jonghyun itu anggota awal Kyu Line dan aku sudah mengenalnya lebih lama dari kau mengenalku!" balas Joonmyeon kesal sambil berbisik juga. Melihat pemuda cantik itu kesal, Yifan jadi merasa bersalah. Dia melepaskan pegangan tangannya dan Joonmyeon langsung memeluk Jonghyun yang masih berdiri mematung.

"Maaf ya, dia sedikit posesif." Bisik Joonmyeon saat memeluk Jonghyun. Pemuda itu tersenyum, membuat Changmin, Kyuhyun dan Minho lega. Mereka mengobrol biasa lagi.

"Aku tidak tahu Joonie sudah punya pacar. Lee Jonghyun." Pemuda itu melepaskan pelukannya dan mengulurkan tangan pada Yifan yang tampaknya sangat kesal itu.

Yifan melirik sekilas tangan itu sebelum menjabatnya. "Wu Yifan." Balasnya singkat. Joonmyeon tersenyum manis dan membuat Yifan melupakan kemarahannya. Jonghyun duduk lalu ikut mengobrol dengan mereka. Kyu Line, atau Kyuhyun Line adalah geng yang diciptakan Kyuhyun dengan menunjuk membernya seenaknya. Joonmyeon baru-baru ini saja masuk tapi mereka semua sudah sangat akrab sekali. Yifan sebenarnya sedikit tak enak karena merasa sebagai orang asing yang tidak seharusnya berada disana. Tapi Kyu Line cukup terbuka, meskipun untuk menjadi anggota perlu penunjukkan langsung dari sang ketua, Kyuhyun.

"Lepaskan tanganku Yifan, bagaimana aku akan makan seperti ini." pinta Joonmyeon pelan, mengangkat tautan tangan mereka didepan wajah mereka. Anggota Kyu Line lain tampak sibuk sendiri-sendiri. Yifan diam saja, tidak ada tanda-tanda darinya kalau dia akan melepaskan tautan tangan itu. Joonmyeon menghela nafas.

"Harus aku menyuapimu supaya ini lepas?"

Yifan tersenyum mendengar itu. Sebenarnya itu diluar rencananya, tapi sepertinya disuapi Joonmyeon bagus juga. Dengan segera dia melepaskan pegangannya dan Joonmyeon tampak lega.

"Buka mulutmu." Perintah Joonmyeon, Yifan menurut dan Joonmyeon menyuapkan makanan itu ke mulutnya. "Bayi besar, manja sekali." Omel Joonmyeon menarik perhatian Kyuhyun dan kawan-kawan. Joonmyeon tak sadar diperhatikan dan membuat anggota Kyu Line lain cekikikan sendiri. "Kita tidak bisa lama-lama lagi disini." Ujar Yifan setelah melihat pesan Menteri Kim di ponselnya. Joonmyeon mengangguk, dia dan Yifan membuat kode kalau Joonmyeon sudah harus pulang karena orangtuanya sudah dirumah.

Setelah selesai makan, Kyu Line bubar, sibuk masing-masing. Sedikit waktu yang bisa mereka habiskan bersama, adalah yang mereka harus syukuri. Joonmyeon berjalan dengan Yifan memeluk pinggangnya menuju parkiran. Tak lama mereka sampai dirumah Joonmyeon. Dari mobil yang parkir dihalaman depan, Joonmyeon memastikan kalau ada tamu didalam. Dia dan Yifan berjalan masuk lewat belakang, supaya kalau ada pertemuan penting, dia tidak akan mengganggu. Mereka berdua menyelinap keatas, ke kamar Joonmyeon.

"Joonmyeon." Panggil Yifan pelan, Joonmyeon menggumam tanpa melihatnya. "Bukankah akan lebih mudah kalau kita jadi teman?"

Dia berhasil mengalihkan perhatian Joonmyeon. "Hmm, kita memang berteman.. kurasa?"

"Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu." Joonmyeon menggeser posisi badannya membuat tempat disampingnya kosong. Dia mengisyaratkan agar Yifan merebahkan dirinya disana dan bodyguardnya itu menurut.

"Aku yakin kau sudah tahu banyak tentangku, aku belum tahu ceritamu. Hmm, apa enaknya jadi bodyguard?" tanya Joonmyeon. Yifan tersenyum kecil, "gajinya sebanding dengan resikonya." "Ah, jadi soal uang.." Yifan mengangguk kecil, sedikit malu. "Ceritakan pengalaman unikmu selama bekerja!"

Joonmyeon excited, dia menunggu Yifan untuk bercerita. Yifan berdeham, "Aku baru tiga tahun bekerja sebagai bodyguard. Dan dari awal, aku sudah sering berganti majikan."

"Kenapa?"

"Well, kau tahu, sebenarnya aku menjaga mereka baik-baik saja. Tidak ada masalah berarti. Iya kan?" Joonmyeon mengangguk, Yifan memang bodyguard yang baik. "Aku selalu ditugaskan menjaga pejabat dan keluarganya, dan anehnya, disetiap keluarga yang aku jaga, pasti ada saja yang mengejarku."

Joonmyeon tertawa kecil, "Percaya diri sekali!" Yifan menghela nafas. "Itu benar Joonie, pernah ada seorang anak pejabat, memintaku untuk menikahinya di depan ayahnya. Ayahnya kaget dan memecatku, tapi dia percaya padaku dan merekomendasikan aku pada temannya. Itu terjadi seperti siklus dan maka dari itu, sekarang aku agak pemilih."

"Lalu apa yang membuatmu menerima tawaran ayahku?" tanya Joonmyeon penasaran. Yifan tersenyum. "Apa yang membuatmu yakin aku tidak akan mengejarmu seperti majikanmu yang sebelumnya?"

Yifan tidak menjawab, dia hanya tersenyum kecil, membiarkan Joonmyeon penasaran dan memaksanya menjawab. "Hmm, coba, aku punya cerita menarik lagi." Ujarnya mencoba mengalihkan perhatian. Joonmyeon menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak tertarik! Jawab saja pertanyaanku mister bodyguard."

"Joonie! Makan malam sudah siap!" teriak Nyonya Kim dari bawah, memberi kesempatan Yifan untuk menghindari pertanyaan Joonmyeon. Yifan tertawa dan langsung menuju ke bawah. "Ayo, jangan buat Eomma dan Appa menunggu."

Eomma dan Appa siapa yang kau maksud, batin Joonmyeon kesal sambil mengikuti Yifan kebawah. Yifan tersenyum penuh arti saat melihat wajah kesal Joonmyeon.

Karena aku yang akan mengejarmu.

2 hari kemudian.

"Mister Bodyguard!" desis Joonmyeon pada Yifan yang melingkarkan tangannya dipinggangnya dari belakang. Membuat Joonmyeon merasa sangat aman meski dia tidak akan pernah mau mengakuinya.

"Hmm?" Yifan menurunkan kepalanya menjadi sejajar dengan bahu Joonmyeon. Dia bisa merasakan Joonmyeon menegang. Diantara ramainya orang dan musik jazz yang mengalun pelan di acara kolega Tuan Kim, Yifan masih bisa mendengar protes dari putra Menteri Kebudayaan itu.

"Haruskah kau memelukku? Lepaskan!" ujarnya kesal. Yifan tertawa kecil.

"Jangan pasang ekspresi itu, lihat, orang-orang memperhatikan dan aku akan dikira menjadi penyebab kau tak senang."

"Tapi memang begitu kenyataannya!"

Yifan membalik tubuh Joonmyeon dan memeluknya dari depan. Joonmyeon kaget mendengar debaran dada Yifan yang sama dengannya. Sama-sama keras. "Kau mau tahu siapa yang kusukai?" Tidak ada jawaban.

"Akan kuberi petunjuk. Dan kau harus membantuku setelah itu."

"Tidak janji," terdengar jawaban lemah dari Joonmyeon. Yifan tertawa kecil.

"Tapi tidak disini. Nanti akan kuberi tahu setelah dari sini."

"Lebih baik tidak usah kalau begitu." Joonmyeon berusaha melepaskan pelukan Yifan.

"Kalau begitu ayo pulang duluan. Aku ingin bicara dengan tenang."

Keduanya pergi dari acara itu setelah pamit pada Tuan dan Nyonya Kim. Yifan membawa mereka ke taman di belakang komplek rumah Joonmyeon lagi.

"Sekarang bicaralah."

"Joonie, aku heran, setelah semua hal yang aku lakukan padamu. Bahkan di depan Eomma dan Appamu, kenapa kau masih bertanya juga siapa yang aku suka?"

Joonmyeon memiringkan kepalanya, "karena aku memang tidak tahu. puas? Jadi kau mau bilang atau tidak?!" ujarnya tak sabaran. Yifan menghela nafas. Semua sudah di depan mata dan Yifan masih harus mengatakannya? Yang benar saja?

Yifan meraih dua tangan Joonmyeon dan menggenggamnya erat. Dia lalu menunduk dan mencium Joonmyeon sekilas, tangan Joonmyeon dia letakkan di dadanya. Joonmyeon mengerutkan kening. "Sudah tahu orangnya?" tanya Yifan, mencoba. Tapi putra Menteri Kim itu terdiam.

"Kenapa kau malah menciumku?" tanya Joonmyeon heran. Dia melihat Yifan menghela nafas, kenapa? Dia memang tidak tahu siapa orangnya. Orang yang dia kenal, orang yang Yifan cium dan peluk di depan orangtuanya..

Mata Joonmyeon membesar, "Ya Tuhan, itu bukan aku kan?"

"Maukah kau membantuku membukakan hatinya untukku?" pinta Yifan tulus, Joonmyeon terkesiap kaget, karena baru menyadari semuanya. Dia menatap wajah Yifan, dan merasa kalau dia tidak mungkin mengatakan tidak.

"Jadi selama ini aku cemburu pada diriku sendiri?!" ujar Joonmyeon tak percaya, Yifan tertawa kecil dan membawa Joonmyeon ke pelukannya. "Aku anggap itu sebagai iya."

3 tahun kemudian.

Joonmyeon berjalan pelan disamping Appanya. Tegang sekali. Dia lihat Yifan diseberang sana sangat tampan, dia lihat ada Kyuhyun, Changmin, Minho dan Taemin. Tak ketinggalan Jonghyun yang memainkan piano dengan indahnya. Joonmyeon sangat gugup.

Prosesnya sangat cepat dan tahu-tahu Yifan sudah menciumnya. Dia mendengar suara di belakangnya "Sekarang kalian resmi suami-istri." Yifan mengangkat tangan Joonmyeon yang membawa rangkaian bunga keatas. Semua orang bersorak senang kecuali Nyonya Kim dan Wu yang terharu sambil berpelukan. Yifan tertawa.

"Kau dengar, sekarang aku suamimu, bukan bodyguard lagi." Bisik Yifan.

"Tapi Mister Bodyguard tetap cocok untukmu." Joonmyeon tersenyum lebar.

Acara berlanjut ke resepsi. Banyak orang menghampiri Joonmyeon untuk mengucapkan selamat. Dari mulai teman-temannya yang normal sampai yang.. luar biasa.

"JOONIE!" seru seseorang dari kejauhan. Dia berlari kecil ingin memeluk Joonmyeon. "Himchan!" balas Joonmyeon senang. Kedua tangan mereka sudah terbuka lebar saat Yifan tiba-tiba berdiri di depan Joonmyeon membuat Himchan menubruknya.

Semuanya terdiam, Himchan mematung, dan Joonmyeon tertawa kecil. Bodyguard atau bukan, 'Mister Bodyguard' memang cocok untuk Yifan.

END

Hoi. udah lama ga nulis a/n. makasih yah reviewnya, kirain ga bakal ada yang baca ._. tapi siapa yang gak kangen KrisHo? jadi aku paksain nulis lagi TTWTT yaudah sekali lagi makasih dan see you soon ._.