MR. BODYGUARD

Author: Hye Ji

Genre: AU, BL, boyxboy, romance(?)

Rating: T

Chapter 1 of 2

Cast: Wu Yifan | Kim Joonmyeon | Others

Disclaimer: ceritanya punya aku, cast milik fandom dan orangtua masing-masing

Warning! Yang gasuka pairing Krisho mending gausah baca! Cerita pasaran! Ending ketebak! Daripada nyesel mending jangan dibaca ._.

Bukan plagiat punya kak Hadhi. Udah ngomong sama orangnya kok. Kak Hadhi makasih udah ngebolehin aku tetep pake ide ini ._. Jangan dibaca, daripada nyesel, tapi kalau keukeuh, ya sudah, HAPPY READING!

MR. BODYGUARD

Chapter 1

YIFAN'S POV

"Yifan, ini tugas barumu," kulihat Zhoumi ge, seniorku menyerahkan sebuah berkas padaku, aku menerimanya dan mulai membukanya.

"Setiap hari selama seminggu, kau libur pada hari Senin dan Minggu, Hanya ketika dia membutuhkanmu. Dan kau dibayar ekstra jika bekerja larut atau saat libur." Jelas Zhoumi ge lagi. Rasanya aneh, kalau hari Senin libur, orang seperti apa yang akan membutuhkanku?

"Pekerjaan: pelajar." Aku membaca profilnya, "kenapa seorang pelajar membutuhkan bodyguard?" tanyaku. Kecuali anak menteri atau pejabat, itu normal.

Zhoumi ge memberiku pandangan aneh, "Yifan, kau tidak tahu siapa dia?" aku menggeleng dan menatap foto yang ada di berkas itu lagi. Seorang laki-laki? Atau gadis? aku masih bingung, dengan mata coklat bening dan hidung mancung, dan tidak ketinggalan bibir mungilnya yang berwarna pink. Dia cantik, menurutku.

Zhoumi ge berdecak, "Kim. Joon. Myeon, putra Menteri kebudayaan Korea. Kau sungguh tidak mengenalnya? Dia cukup sering tampil di tv."

Mulutku membulat, "lalu? Mengapa dia membutuhkan bodyguard?"

"Aku tak tahu, Menteri Kim yang memintanya."

"Hanya saat dia membutuhkanku?" tanyaku sekali lagi, Zhoumi ge mengangguk.

"I'm in."

Zhoumi ge langsung tersenyum tampak senang atas jawabanku. Dia segera menelpon seseorang yang kuyakini adalah Menteri Kim. Aku yakin dia sebenarnya khawatir aku tidak mau menerima pekerjaan ini. Ya, aku memang sangat pemilih, padahal aku belum begitu lama terjun ke dunia bodyguard ini. Baru sekitar 3 tahun. Hanya saja.. prestasiku yang membanggakan, atau begitulah kata atasanku, membuatku sekarang bisa menolak permintaan yang datang. Lagipula, tawaran itu banyak, tinggal aku saja yang memilihnya. Kudengar aku cukup popular dikalangan pejabat. Hah, sudahlah, aku malah terkesan menyombongkan diri.

"Baik Menteri Kim, akan kami informasikan lagi, .., ah ya, baik, terimakasih kembali." Kulihat Zhoumi ge tersenyum sambil menutup teleponnya. Bisa kulihat bahwa dia sangat lega. Aku kembali memperhatikan berkas itu, dan memperhatikan foto Joonmyeon yang ada disana. Aku tidak tahu kenapa aku menerima pekerjaan ini, dan aku juga tidak yakin, apa dia benar-benar seorang laki-laki? Kenapa ada laki-laki secantik ini? Mungkin Zhoumi ge hyung juga akan heran kenapa aku tiba-tiba menerima pekerjaan ini.

Soal cantik tadi.. oh iya, temanku di kampus dulu juga bisa dibilang cantik untuk seorang laki-laki. Namanya Luhan.. eh, kenapa aku jadi memikirkan hal seperti ini?

"Kau baik-baik saja?" tanya Zhoumi ge, dia pasti heran melihatku tertawa sendiri.

"Ah, iya aku baik baik saja. Kenapa?"

"Aku sudah memberitahu Menteri Kim dan kau diminta untuk datang malam ini untuk makan malam dirumahnya. Kau bisa?"

Aku menelan ludah, makan malam dia rumah Menteri kebudayaan? "baiklah," jawabku sambil tersenyum dipaksakan. "Kalau begitu, selamat bekerja, kontrak akan dibicarakan setelah makan malam." Zhoumi ge memberi wink sambil berkata, "good luck," dan menghilang ke ruangannya sendiri.

Malam harinya

Aku berulang kali mengecek jamku. Aku tidak terlambat kan? Tadi katanya aku diminta datang jam 7 dan sekarang sudah jam 7 tepat. Akhirnya aku memberanikan diri membelokkan mobil ke gerbang. Seorang penjaga keamanan yang berjaga di depan mengangkat alisnya.

"Saya Wu Yifan." Ujarku berusaha tenang.

Wajah penjaga keamanan itu melunak. "Oh, Yifan-ssi, silahkan masuk, Menteri Kim sudah menunggu di dalam," dia membukakan gerbang dan akhirnya, aku masuk. Rumah Menteri kebudayaan ya? Benar-benar mencintai kebudayaannya sendiri. Lihatlah bagaimana rumah itu seperti rumah Korea tradisional pada umumnya. Aku menelan ludahku lagi, gugup. Bagaimanapun aku bukan orang Korea dan 4 tahun di Korea bukanlah waktu yang cukup untuk mempelajari semua tata krama. Oh, bahkan aku tidak tahu sama sekali tentang itu! bagaimana jika aku malah mengacaukan semuanya?

Aku terus menerus berpikir yang tidak tidak sampai dia tiba di pintu dan seorang pelayan membuka pintunya. Dia mempersilahkanku masuk dan Menteri Kim dan istrinya menyambutku.

"Malam, Yifan-ssi." Menteri Kim tersenyum begitu juga istrinya, kami berjabat tangan saling mengenalkan diri. Sementara itu aku tidak melihat siapa-siapa lagi. mana Kim Joon.. ah, apa namanya tadi? Sulit sekali.

"AKU TIDAK MEMBUTUHKAN SEORANG BODYGUARD!" teriak seseorang entah dari mana, tubuhku menegang sedikit. Mungkinkah ini Joonmyeon? Kenapa dia begitu kasar? Belum juga terjawab pertanyaanku, tiba-tiba seorang namja dengan tinggi hanya sebahuku datang dengan pout dibibirnya. Matanya memberikan pandangan tajam. Oh ayolah, kenapa dia malah terlihat imut?

"Manis," pikirku saat pertama kali melihat Joonmyeon. Mrs. Kim facepalm dengan kelakuan anaknya itu. "Joonie, appa yakin itu bukan cara yang baik untuk menyambut tamu," ujar Menteri Kim sabar. Namja yang dipanggilnya "Joonie" itu malah melipat tangan didadanya.

"Aku tidak peduli! Sudah kubilang aku tidak membutuhkan penjaga atau apalah itu! aku sudah 23 tahun! Aku bisa menjaga diriku sendiri!" serunya bersikeras, aku terdiam, dia ternyata hanya berbeda setahun dariku.

"Maaf, perkenalkan, nama saya Wu Yifan." aku menyela memberanikan diriku dan mengulurkan tangan. Namja manis itu hanya melirik tanganku! "Kim Joonmyeon," ujarnya dingin sambil membalas uluran tanganku tanpa melihatnya.

Tangan yang lembut.. aku tersenyum sedikit dan tiba-tiba Joonmyeon langsung menarik tangannya lagi. Joonmyeon langsung pergi diikuti Mrs. Kim.

"Ah maaf Yifan-ssi, anak itu memang sangat keras kepala." Menteri Kim meminta maaf, aku hanya tersenyum, "tidak apa-apa Menteri Kim, saya mengerti. Tapi kenapa dia harus dijaga? Bukankah dia sudah dewasa?"

Menteri Kim hanya tersenyum, "nah, sebaiknya itu nanti saja, kita makan malam dulu, mari," Menteri Kim langsung berjalan mendahuluiku menuju ruang makan. Aku mengangguk dan mengikutinya.

Aku makin gugup, ruang makan itu tidak terlalu besar, tapi cukup untuk sekitar 6 orang atau lebih. Kenapa harus makan malam?! Aku takut malah dianggap tidak sopan dan Menteri Kim tidak jadi mempekerjakanku. Tapi saat makanan dihidangkan dan makan malam mulai, suasananya sangat tenang dan bersahabat, kadang-kadang Menteri Kim bercanda dan menanyaiku beberapa pertanyaan seputar diriku. Aku menghela nafas lega. Satu-satunya yang membuatku agak tak nyaman adalah pandangan tak suka dari anak Menteri Kim satu-satunya itu.

Saat makan malam selesai, Joonmyeon langsung naik ke atas, kamarnya kurasa, sementara aku dan Menteri Kim pergi ke ruang kerja. Kami akan membicarakan kontrak.

"Jadi Yifan-ssi, tadi anda bertanya kenapa Joonie membutuhkan seorang penjaga. Dia itu.. seperti anak anak, sangat ceroboh dan menurutku belum bisa menjaga dirinya sendiri. Dia tidak mengerti kenapa dia tidak boleh terlalu baik pada seseorang dan hasilnya, kemarin dia hampir diculik." Jelas Menteri Kim sambil menghela nafas. Hampir diculik? Dia benar-benar seperti anak-anak.

"Makanya, aku pikir lebih baik menyewakan seorang bodyguard untuknya. Dan saat melihat profilmu, aku pikir kaulah yang paling cocok, umur kalian tidak terlalu jauh dan kalian pasti bisa menjadi teman. Tapi itu semua kembali padamu, apa kau benar mau menjaga putraku?" tanyanya serius, kenapa aku merasa seperti akan melamar anaknya? Tapi aku langsung mengangguk saja. Aku mau menjadi bodyguardnya.

Menteri Kim langsung tersenyum cerah, "terimakasih Yifan-ssi, aku sangat berterimakasih,"

"Sama-sama Menteri Kim," balasku. Dan kami langsung menyelesaikan urusan kontrak. Aku berharap semuanya akan baik-baik saja.

AUTHOR POV

Pagi harinya, Joonmyeon bangun dan bersiap-siap berangkat ke kampusnya. Dia kadang tidak mengerti mengapa dia belum lulus juga. Tapi mengingat banyaknya tugas yang belum dikerjakannya, dia langsung tersenyum bodoh.

"Aku berangkat dulu eomma appa!" teriaknya sambil mengambil sepotong roti dan memasukkannya ke mulutnya. Dia berlari kecil dan saat akan masuk ke mobilnya, dia berteriak.

"APPAAAAAA!"

Yifan hanya menutup telinganya sementara Menteri Kim datang menghampiri Joonmyeon.

"Ada apa?"

"Apa-apaan ini! Kenapa dia ada disini?! Sudah kubilang aku-"

Yifan menarik tangannya dan menyuruhnya duduk di kursi belakang. Tangannya cepat mengunci pintu itu. Namja berambut blonde itu lalu membungkuk.

"Pagi Menteri Kim, maaf atas keributan tadi."

"Ya, tidak apa-apa. Joonie, kau tidak akan bisa mengubah keputusan appa dan kau harus menerima Yifan sebagai bodyguardmu." Joonmyeon masih ternganga dan Yifan langsung masuk mobil.

"Kami pergi dulu Menteri Kim,"

"Belajar dengan benar Joonie!" dan tak lama mobil langsung berjalan. Joonmyeon masih tak bisa berkata apa-apa melihat appanya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Sedetik kemudian dia berteriak lagi.

"Berhenti!" Yifan berhenti dan menutup telinganya.

"Kau! Berani-beraninya melakukan itu padaku! Turun! Aku mengemudi sendiri ke kampus!"

"Nah, itu tidak bisa dilakukan Tuan Kim. Sekarang pakai sabuk pengaman anda karena menurut jadwal anda masuk 10 menit lagi." ujar Yifan tenang. Joonmyeon dengan panik mengecek jamnya, dan dia mengumpat, jika dia tidak mengebut sudah pasti dia akan telat masuk kelas Jaejoong seonsaengnim.

Joonmyeon menarik sabuk pengamannya dan segera memakainya. Yifan benar-benar mengebut. Joonmyeon yakin speedometer menyentuh angka 100 km/jam. Padahal lalu lintas lumayan ramai. Benar-benar gila, Joonmyeon merutuk sambil berpegangan pada pegangan di samping. Mungkin aku akan dimarahi appa, batinnya.

Dengan kecepatan secepat itu, Joonmyeon sampai di kampusnya hanya 2 menit sebelum kelas dimulai. Yifan dan Joonmyeon langsung berlari menuju ke kelasnya. Saat sampai dikelas, Joonmyeon baru sadar sesuatu.

"Kau! Untuk apa mengikutiku sampai kesini?!" serunya sambil menunjukkan telunjuknya didepan wajah Yifan.

Yifan mengerutkan kening, "menurutmu? Aku bodyguardmu," jawab Yifan santai

"Tapi kau tak perlu menungguiku!"

"Itu sudah ada dalam kontrakku,"

Joonmyeon menggeram kesal, dia baru saja akan menelepon appanya saat dia lihat Jaejoong seonsaengnim berjalan ke arah kelas. Akhirnya dia hanya meng-glare Yifan sambil masuk ke kelasnya. Glare macam apa itu? tidak mengancam sama sekali, Yifan tertawa dalam hati. Dia membungkuk pada Jaejoong seonsangnim dan dibalas senyuman, pemuda jangkung itu makin kaget, dia tidak yakin kalau Jaejoong seonsangnim itu laki-laki. Atau iya? ahh entahlah! Batin Yifan. Dia pun memutuskan untuk duduk di sebuah kursi panjang didepan kelas Joonmyeon sambil memainkan.. Angry Bird -_-

Setelah sekitar dua jam kemudian, kelas berakhir, Yifan berdiri dan membersihkan debu yang mungkin menempel di celananya. Dia melihat Joonmyeon di kerumunan, gerak-geriknya mencurigakan, dia menoleh ke kanan dan kiri lalu berlari. Yifan tertawa, dia pasti berpikir untuk kabur. Karena kaki panjangnya, dengan mudah dia menyusul putra Menteri Kebudayaan itu tanpa kesulitan. Tangannya segera menangkap tubuh kecil Joonmyeon dan medekapnya erat.

"Mau kabur hm?"

Joonmyeon membelalakkan matanya. Dia tidak menyangka rencananya gagal di langkah ke tiga nya untuk kabur. Sh*t. umpat Joonmyeon dalam hati. Dia akhirnya melepaskan pelukan Yifan dan berbalik menatapnya.

"Tidak. Aku hanya buru-buru mengejar kelasku yang lain," jawab Joonmyeon dengan nada menantang. Dia tidak mau ketahuan kabur.

"Kelas lain hm? Kukira jadwal mu dilanjut 1 jam lagi." Yifan tersenyum puas saat ekspresi Joonmyeon berubah panik.

Oh benar, dia memiliki jadwalku, sial, batin Joonmyeon lagi. Joonmyeon berdeham untuk menghilangkan wajah paniknya dan melipat tangannya di dada.

"Well, baiklah, Mister Bodyguard, kau benar." Joonmyeon menyerah, Yifan tersenyum senang.

"Kau bisa memanggilku Yifan," tawarnya santai.

"Hmm? Tidak terimakasih, mister bodyguard cocok untukmu," Joonmyeon cuek, Yifan tersenyum lagi lebih lebar, kenapa dia begitu lucu? Batin Kris mengagumi wajah Joonmyeon.

"Uh.. dimana kita bisa bicara berdua dengan aman?" tanya Joonmyeon tiba-tiba sambil melihat sekitarnya, dia masih punya jeda waktu banyak sebelum kelas selanjutnya dimulai. Yifan akhirnya membawa Joonmyeon ke sebuah taman belakang gedung itu yang tidak terlalu banyak orang.

"Silahkan bicara, Joonmyeon-ssi,"

"Aish, panggil aku Joonmyeon saja, aku kan lebih muda darimu."

Yifan mengangguk.

"Nah, mister bodyguard, aku ingin melihat kontrakmu."

"Untuk apa?"

"Untuk melihat perjanjianmu dengan appaku! Cepat!"

"Tapi itu ada di meja kerjaku,"

"Meja kerjamu? Dimana?"

"Rumahku." Jawab Yifan santai, Joonmyeon menghela nafas keras.

"Bodoh, ya sudah, selesai jadwalku hari ini, kita kerumahmu!" Joonmyeon pergi begitu saja dan Yifan langsung menyusulnya. Apa dia tadi baru saja menyebutku bodoh?

Hari itu berlalu tanpa terasa. Selain tertawaan teman-teman Joonmyeon karena dia memiliki "babysitter" (sudah kubilang itu BODYGUARD!), semuanya berjalan lancar. Joonmyeon berjalan dengan santai menuju mobilnya dengan Yifan mengekor dibelakangnya. Yifan dengan segera membukakan pintu mobil untuk Joonmyeon. Dia bersumpah bisa melihat pipi Joonmyeon memerah saat dia melakukan itu. apakah dia malu? Ah, dia benar benar lucu, pikir Yifan. Senyum menghiasi wajahnya lalu dia duduk di kursi pengemudi.

Saat dia baru duduk, Yifan melihat Joonmyeon yang mengalami kesulitan memakai sabuk pengaman. Sambil tertawa sedikit, pemuda berambut pirang itu membantu Joonmyeon. Tubuh putra Menteri Kim itu seketika menegang. Dia kaget dengan jarak mereka yang sangat dekat.

Yifan juga baru menyadari posisi mereka malah terpaku menatap mata bening Joonmyeon. Matanya sangat indah.. batin Yifan lagi. entah sudah berapa kali hari ini dia mengagumi Joonmyeon. Semuanya terasa benar.

"Ehm," Joonmyeon berdeham sambil memalingkan wajahnya duluan karena merasa sangat canggung, berada dekat Yifan, membuat jantungnya berdetak tak karuan. Dia heran mengapa hal itu terjadi.

Yifan kembali ke tempatnya semula sambil memakai sabuknya sendiri. Demi apapun, dia ingin tersenyum sekarang, oh, dia belum pernah bertemu orang seperti ini lagi. jantungnya berdetak cepat, apalagi saat dia bisa mencium wangi vanilla yang manis menguar dari tubuh Joonmyeon.

"Kau tidak perlu melakukan itu untukku lagi, mister bodyguard." Ujar Joonmyeon dengan suara pelan. Yifan menoleh.

"Haha, Menteri Kim benar, kau seperti anak kecil." Kata Yifan sambil mengusak rambut Joonmyeon pelan, membuat pipi Joonmyeon makin memerah seperti kepiting rebus.

"Cepat jalan! Aku tidak mau terlambat untuk makan malam!" perintah putra Menteri Kim itu.

"Baiklah," Yifan tertawa kecil sebelum menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya.

Tidak banyak yang terjadi saat di perjalanan, selain Joonmyeon yang hampir tertidur karena lelah. Saat akhirnya sampai, Yifan membangunkan Joonmyeon.

"Joonmyeon, kita sudah sampai,"

Joonmyeon membuka matanya, "oh benarkah?" dia langsung keluar mobil. "Ya, selamat datang dirumahku,"

"Hmm," Joonmyeon hanya menggumam melihat rumah berukuran sedang itu. Dia jadi penasaran dalamnya seperti apa?

"Mari masuk," Yifan mempersilahkan tamunya itu masuk dan menyuruhnya duduk di ruang tamu. Dia masuk ke sebuah pintu diujung ruang tamu itu dan tak lama keluar membawa sebuah map. "Ini, kontrakku," ujar Yifan, Joonmyeon masih mengamati rumah bodyguardnya itu. Untuk ukuran seorang pemuda lajang, dia termasuk cukup rapih, mungkin karena dia jarang dirumah ya.. pikir Joonmyeon.

"EHM! Ini kontrakku," ujar Yifan lagi, menyadarkan Joonmyeon dari lamunannya.

"Oh?" Joonmyeon hanya membulatkan bibirnya dan dia langsung mengambil surat kontrak itu.

Yifan menghela nafas dan mengambil tempat duduk di depan Joonmyeon. Dia memperhatikan wajah pemuda yang sekarang ada didepannya itu. cantik, berapa kalipun Yifan melihatnya, kata itulah yang ada dipikirannya. Aneh, harusnya kan tampan, pikir Yifan.

Mata Joonmyeon membulat, "SETIAP SAAT AKU SENDIRI?! APA-APAAN INI!" teriaknya tak terima, didalam kontrak itu memang tertulis, Yifan harus menemani Joonmyeon setiap saat dia sendiri.

Yifan mengerutkan kening, "memangnya kenapa?"

"TAPI AKU SENDIRIAN SETIAP HARI!" protes Joonmyeon lagi, dua orangtuanya memang sangat sibuk.

Nah, yang itu Yifan tidak tahu. "well, kalau begitu, sepertinya kita akan sering bersama."

Mata Joonmyeon membesar, dia tidak percaya isi kontrak itu. benar-benar seperti seorang anak-anak. "Bahkan saat aku keluar dengan teman-temanku?!"

Yifan hanya menggumam, entah kenapa, sesuatu dalam dirinya merasa sangat senang, karena itu berarti dia akan bertemu Joonmyeon sesering mungkin. Dia ingin tertawa saat melihat Joonmyeon mengomel dan mengeluh setiap membaca baris baru kontraknya. Jujur Yifan juga belum selesai membacanya karena malas. Yang dia tahu, semua perjanjiannya diubah semalam, hanya beberapa yang dikatakan Zhoumi benar. Senin dia libur karena Joonmyeon seharian dirumah full, ditemani eommanya. Kalau Minggu, Joonmyeon tidak ada jadwal.

"Tsk! Kontrak macam apa ini? Melihatnya saja aku sudah merasa seperti bayi!"

Yifan tertawa kecil. "Kau tidak usah tertawa! Aku kesal padamu! Lagipula kenapa kau menerima pekerjaan ini?!"

"Aku butuh biaya hidup, Tuan Kim." Jawab Yifan santai, Joonmyeon hanya memutarkan matanya.

"Memangnya tidak ada pekerjaan lain?"

"Aku ingin yang ini."

Joonmyeon terdiam sebentar. Lama-lama canggung juga menatap langsung ke mata bodyguardnya itu. Terlebih lagi karena jantungnya berdetak tak karuan saat mereka bertatapan. Jadi Joonmyeon membuang muka sambil mempoutkan bibirnya.

"Ayo kita pulang." Ujarnya tak bersemangat. Yifan tersenyum lalu berjalan duluan ke pintu. Joonmyeon mengikutinya dari belakang. Pikirannya kacau saat ini, apalagi kalau ingat isi kontrak itu. Dia berjalan dengan lemas menuju mobilnya sendiri dan bahkan sudah tidak membantah lagi saat Yifan memakaikan sabuk untuknya.

Sesampainya dirumah, Joonmyeon langsung masuk, dia tidak mendengar maid utama rumahnya yang bilang pada Yifan kalau Menteri Kim dan istrinya sedang ada keperluan jadi tidak akan pulang sampai besok pagi. Dan Yifan langsung tersenyum aneh, dia hampir berteriak saking senangnya karena disuruh menemani Joonmyeon semalaman.

SEMALAMAN.

HELL YEAH.

Yifan mempercepat langkahnya ke kamar Joonmyeon. Oh tunggu, ini tidak benar. Nanti apa kata Menteri Kim kalau dia ketahuan bersikap seperti ini?

Tapi Menteri Kim tidak ada disini. Pikir Yifan sambil tersenyum lagi. Dia sudah sampai di depan pintu kamar Joonmyeon saat dia mendengar teriakan dari dalam kamar itu. Refleks, Yifan langsung mendobrak kamar –yang sebenarnya tidak dikunci itu.

"WHAAATTTT?! ASTAGA MISTER BODYGUARD APA YANG KAU LAKUKAN DIKAMARKU?!" bentak Joonmyeon kaget melihat Yifan yang tiba-tiba masuk kamarnya. Yifan sadar melihat Joonmyeon baik-baik saja, dengan ekspresi kaget campur kesal di wajahnya.

"Refleks." Jawab Yifan singkat. Dia sungguh malu karena menerobos kamar Joonmyeon begitu saja. Tapi hei, itu kan pekerjaannya, melindungi Joonmyeon, batinnya membela dirinya sendiri.

Joonmyeon memutarkan matanya. Dia baru saja menerima pesan dari appanya yang mengatakan kalau dia akan sendirian malam ini. Ralat. Dia akan bersama Yifan SEMALAMAN ini. Dan tiba-tiba orang itu langsung menerobos kamarnya begitu saja dan berkata 'refleks'. Apa lagi yang bisa lebih menyebalkan dari ini?!

"Sana-sana pergi! Kamar tamu ada di bawah, disebelah ruang keluarga. Dan.. aku tidak punya baju yang akan muat untuk badanmu." Joonmyeon berhenti sambil melihat penampilan Yifan. Setelan jas hitam yang sangat rapih. Dia tidak mungkin tidur pakai itu kan?

"Tenang saja, aku punya baju di mobilku." Ujar Yifan cepat. Mulut Joonmyeon membulat.

"Ya sudah kalau begitu, sana pergi, makan malam jam enam kalau kau mau ikut."

Joonmyeon menutup pintu kamarnya setelah Yifan keluar. Dia menghela nafas berat. Demi apapun dia sangat menentang ide ayahnya ini. Bodyguard. Konyol sekali. Joonmyeon memutuskan untuk segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Pukul 6. Yifan menuju ruang makan dan tidak melihat Joonmyeon dimanapun. Dia jadi bingung mau duduk atau tidak, dia kan orang asing disana, itu benar-benar tidak sopan. Ditengah kebingungannya, tiba-tiba Joonmyeon turun dengan tergesa-gesa. Matanya bertemu dengan milik Yifan, dan dia langsung terdiam.

"Oh iya. Tsk, bagaimana ini." ujar Joonmyeon kemudian, dia menarik salah satu kursi dan duduk disana. Yifan yang masih bingung ikut duduk.

"Ayo makan." Joonmyeon mengambil piring sendiri lalu untuk Yifan, dan mengambilkannya nasi. Yifan diam saja, dia sekuat tenaga menahan diri untuk tidak tersenyum karena dia merasa seperti suami Joonmyeon. Eh, apa?

Joonmyeon menoleh pada Yifan, "Kau mau apa?" dan tidak menyadari kalau Yifan memperhatikannya. Tiba-tiba dia tersadar dan menyerahkan piring itu pada Yifan. Joonmyeon berdeham, "Maaf, silahkan ambil saja sendiri."

Yifan sudah tidak tahan untuk tersenyum, dia tertawa kecil sementara wajah Joonmyeon memerah. Setelahnya, tidak ada percakapan diantara mereka. Atmosfirnya berat sekali. Joonmyeon tergesa-gesa membereskan makanannya sementara Yifan makan dengan tenang. Tak lama putra Menteri kebudayaan itu selesai dan meninggalkan meja makan. Joonmyeon bahkan keluar meninggalkan ruang makan.

Selama tiga tahun menjadi bodyguard, dia sudah mengalami kasus seperti ini sekitar 3 kali, jadi dia tahu betul gerak-gerik orang yang dijaganya jika ingin kabur. Meski konsep memiliki bodyguard itu seperti aman, nyatanya banyak orang tidak suka memiliki seseorang yang selalu menempelkan matanya pada punggungmu, secara harfiah. Yifan segera membereskan makanannya, lalu keluar mencari Joonmyeon.

Tepat, saat dia keluar, dia lihat Joonmyeon berlari ke pintu dengan kunci mobil ditangannya. Tubuh Yifan bergerak cepat berlari mendahului pintu dan memblokir jalan Joonmyeon.

"Mau kemana malam-malam begini?" tanya Yifan dengan tangan dilipat di dada.

"Bukan urusanmu! Minggir!" bentak Joonmyeon tak suka, bibirnya mengerucut dan itu terlihat sangat lucu di mata Yifan.

"Maaf Joonmyeon, tapi aku tidak diperbolehkan mengijinkanmu keluar tanpa didampingi."

Joonmyeon menghela nafas dan memutarkan matanya. "Kenapa appa jahat sekali padaku!" teriaknya sambil berbalik. Kakinya dihentakkan ke lantai seperti anak anak yang kesal tidak diberikan sesuatu. Yifan tersenyum kecil mendapati perilaku Joonmyeon yang sangat lucu menurutnya itu.

"Sebentar, kau bilang tadi tanpa didampingi?" Joonmyeon tiba-tiba berbalik lagi, dia mendekati Yifan yang masih memblokir pintu. "Jadi kalau aku ditemani olehmu, aku boleh keluar?"

Yifan kaget dengan jarak mereka yang cukup dekat, dia bisa mencium wangi vanilla manis menguar dari Joonmyeon. Mungkin samponya?

"Mister Bodyguard!" serunya mengagetkan Yifan. Yifan sadar dan mengangguk, dan dia lihat Joonmyeon memperhatikan penampilannya dari atas ke bawah. Yang Yifan tahu selanjutnya, dia ditarik Joonmyeon ke ruang keluarga dan duduk di depannya.

"Dengar Mister Bodyguard, asal kau tahu, aku tidak suka sama sekali dengan semua hal 'penjagaan' ini. Aku merasa sudah bisa menjaga diriku sendiri dan kau tak tahu bagaimana rasanya diperlakukan seperti ini! ini jelas-jelas membuatku seperti bayi. Karena aku tahu percuma saja meminta appa menghentikanmu, aku ingin membuat perjanjian denganmu."

Yifan menaikkan sebelah alisnya. "Perjanjian apa?"

"Pertama, berbaurlah. Jangan membuatmu terlihat konyol dengan menggunakan setelan tuxedo hitam setiap kali mendampingi aku pergi. Kedua, kau harus mau kukenalkan sebagai sepupuku."

Yifan tertawa. "Sepupu? Sepupu macam apa yang mengikutimu kemanapun kau pergi?"

Joonmyeon berdecak. "Diamlah, itu lebih baik daripada bodyguard. Kau tahu kau malah disebut babysitter!" serunya tak suka. Yifan menahan tawanya, "baiklah, baiklah. Lalu kau mau pergi kemana sekarang?"

"Hmm, biar kupikir, menonton dengan teman?" mata coklatnya berkedip, memohon pada Yifan. Dan bodyguard itu terdiam seketika, tenggelam dalam mata coklat milik Joonmyeon.

"Mister Bodyguard! Kau suka melamun ya! Cepat aku tidak mau terlambaaaatt!" keluh Joonmyeon, Yifan sadar dari lamunannya dan mengangguk.

"Baiklah, tapi aku harus pulang dulu, aku tidak membawa baju selain ini." ujar Yifan. Joonmyeon berdecak dan melihat jam. "Tidak tidak, aku bisa terlambat. Sudahlah kita beli saja disana." Joonmyeon menarik lengan Yifan agar segera keluar dan bodyguardnya itu hanya menurutinya.

25 menit kemudian, Yifan sudah ditarik ke sebuah toko baju oleh Joonmyeon. "Cepat, kita hanya punya waktu sepuluh menit lagi." Ujarnya. Yifan tertawa kecil dan mengambil apa yang diperlukannya, lalu membayarnya di kasir. Setelah itu dia buru-buru mengganti bajunya dan sekarang mereka berdua sudah buru-buru ke bioskop.

"Ah, itu mereka. Ingat, bersikaplah senormal mungkin!" seru Joonmyeon, yang tanpa dia sadari menggenggam tangan Yifan erat. Bodyguard itu tersenyum melihat tangan mereka yang bertautan.

"Kyuhyun hyung!" Joonmyeon melambaikan sebelah tangannya yang bebas. Yang dipanggilnya menoleh dan balas melambai. Ada tiga orang disana, dan semuanya tinggi. Sepertinya Joonmyeon memang harus dilindungi karena tubuhnya lebih kecil dibanding siapapun diantara mereka.

Yifan tersenyum dan membungkuk pada mereka. Ups. Refleks. Joonmyeon tertawa canggung.

"Kau tidak bilang akan bawa seseorang Joonie." Laki-laki paling tinggi diantara mereka menyeringai, dan wajah Joonmyeon seketika memerah ketika sadar bahwa tangannya bertautan dengan sang bodyguard.

"Uh, dia.. Mis-ehm, Yifan! Sep-" "Pacar Joonmyeon." Sambar Yifan cepat. Joonmyeon mengangguk. Eh, apa?

Joonmyeon meremas lengan Yifan erat-erat sambil memberinya glare. Tapi dia malah tersenyum dan menyalami teman Joonmyeon satu-satu, Kyuhyun, Changmin dan Minho.

"Aahh, pacar?"

"Sejak kapan?"

"Kenapa kami tidak pernah tahu?"

Changmin, Kyuhyun dan Minho bergantian bertanya. Joonmyeon panik karena ini diluar rencananya. Kenapa si bodoh itu malah memperkenalkan dirinya sebagai pacarnya?! Rutuk putra dari Menteri Kim itu dalam hati. Belum sempat dia menjawab, Yifan sudah berbicara.

"Baru saja, aku lega dia menerimaku." Jawabnya sambil tersenyum penuh arti kepada Joonmyeon yang sudah siap meledak. "Aaahh, begitu." Respon tiga orang tadi. Ketiganya tersenyum-senyum lalu saling menyikut satu sama lain.

"Jadi, kita menonton apa?" tanya Yifan kemudian. Kyuhyun berdecak dan mereka semua tak lama masuk ke teater 1, dimana film Guardians of The Galaxy akan diputar dalam 5 menit.

Bioskop relatif sepi, mereka berlima duduk di barisan paling belakang (supaya bisa ribut), banyak kursi kosong di sisi-sisi mereka. Joonmyeon melepaskan tangannya yang masih ada digenggaman sang bodyguard. Lampunya belum dimatikan, jadi Yifan masih bisa melihat ekspresi marah Joonmyeon.

"Pacar? Yang benar saja!" desisnya tak suka. Yifan hanya tertawa kecil dan mencolek dagu Joonmyeon. "Itu akan lebih masuk akal sayang." Lalu mengedipkan sebelah matanya. Joonmyeon mendelik diperlakukan begitu dan saat dia ingin protes, lampu dimatikan. Filmnya akan segera dimulai.

Yifan tertawa puas dalam hati. Ini akan sangat menarik, dan dia akan mempertaruhkan apapun agar bisa mengenal Joonmyeon lebih dalam. Tidak seperti pekerjaannya sebelumnya –dimana kliennya yang akan mengejarnya, lalu Yifan akan mengundurkan diri- kali ini dia merasa sangat enjoy. Yifan ingin pekerjaan ini bertahan lama.

Guardians of Galaxy benar-benar film yang menarik untuk Yifan. Karena entah kenapa, dia memiliki obsesi aneh pada 'galaksi'. Dia bahkan berpikir kalau dia berasal dari sana, sebuah galaksi antah berantah. Well, dia memang anak aneh. Yifan melirik Joonmyeon yang menangis saat Groot mengorbankan dirinya untuk melindungi para Guardians. Cengeng, pikirnya dan mengelus kepala Joonmyeon pelan untuk menenangkannya tanpa sadar. Sementara itu dia melihat Minho, Changmin dan Kyuhyun yang malah tertawa cekikikan tak jelas.

Saat filmnya selesai, Joonmyeon mengantuk. Padahal itu baru pukul 9 malam. Jadwalnya hari ini tidak terlalu padat, jadi kenapa? Yifan merasa aneh.

"Aigoo, uri Joonie sudah mengantuk kan? Mau makan dulu tidak?" Yifan menjauh saat Kyuhyun menggandeng tangan Joonmyeon yang mengucek matanya.

"Tidak.. aku mengantuk hyung.." Joonmyeon menggeleng, membuat Minho, Changmin dan Kyuhyun hampir berteriak karena gemas. Mereka bergantian mengusak rambut Joonmyeon. "Ya sudah kalau begitu lain kali saja. Yifan-ssi, kami titip Joonmyeon ya." Ujar Changmin. Yifan mengangguk dan menerima tangan Joonmyeon dan langsung menggenggamnya erat. Joonmyeon terlalu lelah untuk protes, lagipula rasanya nyaman.

"Kalau begitu kami permisi," Yifan menuntun Joonmyeon pergi, meninggalkan Changmin, Minho dan Kyuhyun.

Begitu mereka sampai rumah, Joonmyeon langsung naik ke tempat tidur, jika tidak Yifan tarik ke kamar mandi untuk membersihkan diri (dia mendapat pesan langsung dari Nyonya Kim). Setelah itu, Joonmyeon baru bisa tidur, dan Yifan memastikan semuanya aman sebelum masuk ke kamar tamu untuk beristirahat.

TBC