Remake Novel

Menghitung Hujan

by: Santhy Agatha

Cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Wu Yifan, and others.

WARN!

Gender Switch, typo(s)

If you don't like

.

.

.

don't read!

.

.

.

Check this out!


Menghitung tetes demi tetes yang tiada habisnya. Sendirian...

Karena kau tak pernah ada. Karena kau tak pernah sadar.

Karena kau selalu tiada.

Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun?

Menghitung tetes demi tetes, cintaku padamu yang mulai berhamburan

Berhamburan jatuh dan menghilang ditelan bumi

"Bersamamu selalu menyenangkan." Baekhyun merebahkan kepalanya ke pundak Yifan, dan tersenyum sambil menatap hujan yang turun. "Jangan tinggalkan aku ya."

Yifan tersenyum dan mengecup dahi Baekhyun, "Tidak akan."

"Apakah kita bisa begini selamanya?"

"Selamanya sayang, yakinlah kepadaku."

"Kau tidak menyesal melamarku padahal aku belum lulus kuliah?" Yifan tersenyum lembut, "Kenapa tidak? Kau bisa menikah, dan tetap kuliah."

"Benar juga." Baekhyun tertawa, "Tetapi hanya kau yang bekerja untuk rumah tangga kita nanti."

"Siapa bilang?" Yifan mengerutkan keningnya, pura-pura tampak serius. "Aku akan menagihkan semua pengeluaran yang kukeluarkan untukmu begitu kau lulus kuliah dan menerima gaji pertama di pekerjaanmu."

Mereka lalu tertawa bersama, sambil menatap hujan turun.

"Aku mencintaimu Baek. Aku berjanji akan membahagiakanmu, sekarang, ataupun nanti setelah kita menikah. Apapun yang terjadi, kau harus tahu. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu."

-CB-

"Selamanya sayang, yakinlah kepadaku...Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu..."

Kalimat itu terngiang ditelinga Baekhyun sederas aliran hujan yang turun, sekarang, di depan makam Yifan dengan tanah merah yang masih basah. Apakah Yifan kedinginan di bawah sana? Pertanyaan itu menggayutinya, menghancurkan hatinya, membuatnya memeluk dirinya sendiri yang gemetaran.

Baekhyun tidak pernah membayangkan ini akan terjadi. Sampai dengan kemarin, yang terbentang di depannya adalah kebahagiaan, kebahagiaannya bersama Yifan. Tetapi ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kekasihnya direnggut dari sisinya tepat sehari sebelum pernikahan mereka. Yifan meninggal karena kecelakaan, ketika mencari rangkaian buket bunga untuk pengantinnya di saat-saat terakhirnya.

Mereka bilang jenazah Yifan menggenggam bunga itu ketika ditemukan... Bunga Mawar Putih dengan kelopaknya yang hancur berguguran terkena benturan...bunga itu tidak putih lagi, berubah merah, terpercik darah Yifan. Dan jantung Yifan sudah berhenti berdetak. Sudah tidak berdetak untuk Baekhyun lagi, terkubur diam di sana, dalam tanah yang dingin, tidak terjangkau.

Apakah yang dipikirkan Yifan pada saat-saat terakhirnya? Baekhyun mengernyit, tak mempedulikan hujan deras yang membasahi pakaian dan rambutnya sampai kuyup, dia berdiri dengan tegar, di depan makam itu, menatap nisannya dengan nanar.

Apakah Yifan memikirkan dirinya? Pernikahan mereka? Air mata mulai menetes lagi di mata Baekhyun, mata yang sudah kelelahan meneteskan kesedihannya. Bagaimana mungkin Yifan meninggalkannya seperti ini? Bagaimana mungkin Yifan tega? Baekhyun berhak marah bukan? Tetapi apa gunanya dia marah? Yifannya sudah tidak ada, dan kesedihan sudah menelannya sampai remuk redam.

-CB-

Pelaminan itu kosong sekarang, tak akan pernah ditempati. Persiapan pesta berubah menjadi duka yang kelabu dan tumpahan air mata. Hati Baekhyun hancur, hancur sejak Yifan pergi meninggalkannya, selamanya.

Sepertinya hujan akan turun lagi.

Baekhyun mendesah, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sambil menatap ke arah langit. Ini masih jam dua siang, tapi mendung menggayut seakan terlalu berat membawa isiannya yang kelabu, membuat langit makin menggelap. Hujan yang turun pasti akan deras sekali. Baekhyun menoleh ke kiri dan kanan dengan cemas, Bus yang ditunggunya belum tampak juga. Kalau sampai hujan deras turun dan dia belum dapat bus, Baekhyun akan kehujanan.

Dia harus mencari tempat berteduh. Putusnya ketika rintik-rintik hujan mulai membasahi tubuhnya, menimpa kepalanya. Pandangannya terpaku pada sebuah Café di sudut jalan. Café itu tampak nyaman, dengan kanopi hijau dan tulisan "Coffee of Dream" dengan huruf putih dan merah tebal berlatar hitam tergantung di ujung depan, seolah-olah memanggilnya. Itu Café bergaya kuno, alih-alih seperti sebuah coffee shop, malahan lebih mirip bangunan masa lampau yang salah tempat di tengah-tengah gedung-gedung ruko yang begitu tinggi.

Sejenak Baekhyun merasa ragu, tetapi hujan turun makin deras, hingga dia akhirnya memutuskan masuk. Suasana tampak sepi, dan ternyata bagian dalam Café itu lebih bagus daripada bagian luarnya. Seperti Café jaman dahulu, dengan dinding berwarna krem dan kursi meja yang terbuat dari kayu jati, dengan hujan yang turun deras di sana, suasana tampak lebih dramatis.

Ini adalah jenis Café dimana Baekhyun bisa duduk berjam-jam tanpa bosan. Baekhyun duduk, lalu memesan secangkir cappuccino, dan roti bakar sebagai temannya. Sepertinya dia akan lama di sini menunggu hujan, jadi tidak ada salahnya dia memesan makanan. Baekhyun menolehkan kepalanya ke sekeliling. Suasana Café cukup sunyi, hanya ada beberapa orang yang duduk menikmati kopi di sana, mungkin berteduh, mungkin juga sedang bernostalgia.

Ketika pesanannya datang, Baekhyun mengeluarkan buku, tetapi setelah beberapa lama mencoba berkonsentrasi membaca, dia menyerah. Hujan itu menghalau konsentrasinya, dia lebih tertarik menatap hujan, menghitung helaan buliran air yang menghempas tanah, dan mengenang Yifan. Hari itu juga hujan, ketika Yifan kecelakaan. Apakah hujan jugakah yang membunuh kekasih hatinya?

-CB-

Suara berisik di pintu mengalihkan perhatian Baekhyun dari hujan, dia mengernyit dan terpana menatap sosok yang memasuki pintu dengan rambut basah.

Yifan?

Sejenak jantung Baekhyun berdegup kencang. Tetapi kemudian kesadarannya kembali, itu sudah pasti bukan Yifan. Yifannya sudah meninggal karena kecelakaan itu, dia sendiri yang menaburkan bunga terakhir ke sana sebelum mereka mengubur jenazahnya. Bagaimana bisa dia mengira orang ini sebagai Yifan?

Lelaki itu menatap ke arah Baekhyun, lalu berkedip sejenak, kemudian mengalihkan matanya, dan melangkah menuju sudut lain di Café itu, Baekhyun terus mencuri-curi menatapnya, mencoba menemukan jawaban.

Lelaki ini tidak mirip dengan Yifan, apalagi penampilannya berbeda. Yifan selalu rapi, sederhana dan tampan dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya. Sedangkan lelaki ini berbeda, lebih urakan, lebih santai sekaligus elegan dengan rambut cokelat tua dan mata bulat namun tajam seperti elang, hidung mancung dan bibir tipis yang sangat sesuai dengan keseluruhan wajahnya yang maskulin.

Lelaki ini begitu tampan, seperti lukisan. Jenis lelaki yang sudah pasti dihindarinya, karena pasti seorang pemain perempuan. Dengan gugup Baekhyun meneguk cappuccino nya, berusaha menenangkan diri.

Kenapa dia begitu tertarik dengan lelaki ini, seolah tidak mampu mengalihkan pandangannya? Dan kenapa dia langsung teringat kepada Yifan? Apa karena caranya memasuki ruangan? dengan rambut basah tapi tidak peduli, khas Yifan? Dan kenapa pula Yifan terus memenuhi pikirannya, bahkan ketika dia sudah ingin melangkah, meninggalkan masa lalu dan melupakan Yifan? Apakah ini pertanda bahwa dia tidak boleh melupakan kekasihnya itu?

TBC

Halo! aku kembali membawakan cerita nih hehehe. bukan karyaku memang, tapi karya Kak Santhy Agatha. Aku mau coba buat ngeremake ff inid engan cast ChanBaek + Yifan! untuk Love You to Death & Dillema maaf belum bisa dilanjut, aku gatau kenapa gaada ide buat ngelanjutin, tapi bakal diusahain update juga kok! Aku bakal nunggu review kalian, kalo banyak review positif aku bakal fast update, janji deh:3 tapi kalo emang banyak yang gak setuju aku post ff remake karya kak Santhy ini ya... aku bakal delete ff ini:-)

So, silahkan di review ya! Kamsahamnida! /bow/