'Our True Feeling'

Disclaimer: Masashi Kishimoto Sensei

Nara Shikamaru X Sabaku No Temari

Rate: T

Warning: typo, cerita gaje, missing word, semi-canon, OOC, alur lambat, dll.

Summary: 'Biarkan aku bebas untuk mencintaimu, Ne Shikamaru?/Ne, biar bagaimanapun keinginan seorang putri adalah mutlak untuk dipenuhi, bukan?/Seharusnya kau mengerti jika saat ini adalah kali pertama kita bersama dengan sebuah ikatan dan perasaan yang berbeda dari sebelumnya, Shikamaru. Tentu saja ini adalah hal yang penting dan juga sangat berharga bagiku.'

Author by: Hikaru Sora 14

Please Enjoy Reading

Don't Like Don't Read

Kedua manik hitamnya perlahan-lahan mulai terpejam, menghantarkan sang empunya pada suatu kegelapan yang terasa begitu menenangkan. Kedua tangan kokohnya pun kini saling bertautan satu sama lain di depan dada bidangnya.

Temari tampak melirik sejenak ke arah sang pemuda yang sesaat tadi resmi berstatus sebagai kekasihnya, tersenyum tipis sebelum dirinya mengikuti jejak Shikamaru yang telah terlebih dahulu memejamkan kedua matanya.

Setelah mempersiapkan hatinya selama beberapa saat, kini pemuda Nara tersebut mulai berdoa dengan khidmat di hadapan makam ayahnya dan juga makam ayah Ino. Dadanya kembali terasa sesak tatkala membayangkan wajah sang kepala keluarga Nara tersebut, di dalam pikirannya. Wajah yang tak akan pernah Shikamaru lihat lagi di dunia nyata ini, sama seperti gurunya yang telah tiada, Asuma Sarutobi.

Setetes air mata tampak menyelinap diantara celah mata yang terpejam itu, menunjukkan perasaan sedihnya karena kehilangan orang-orang yang ia sayangi. Namun, kali ini Shikamaru tidak akan membiarkan kesedihan itu kembali menguasai dirinya lagi, seperti saat dirinya kehilangan Asuma.

Berlarut-larut dalam kesedihan adalah sesuatu yang sia-sia, pikirnya. Bukankah ada banyak hal yang harus Shikamaru lakukan selain mengisi waktunya dengan tangisan karena kematian orang-orang yang berharga dalam hidupnya, Ne?

Ya, mengambil alih tanggung jawab dan melindungi apa yang telah mereka tinggalkan adalah tugas Shikamaru mulai saat ini. Shikamaru menyadari bahwa dirinya tidak bisa lagi banyak mengeluh akan sesuatu hal yang merepotkan.

Lagipula, bukankah ia sudah bertekad untuk menjadi seorang penasehat Hokage di masa depan, yang akan membantu setiap tugas Uzumaki Naruto nantinya. Oleh karena itu, ia harus mulai memperbaiki diri dan mempersiapkan segalanya secara matang, demi terciptanya kedamaian dunia Shinobi yang lebih baik lagi di masa depan.

"Tou-san, jaga dirimu baik-baik disana," pesan Shikamaru tersenyum tipis sambil meletakkan tangan kanannya di atas pusara sang mendiang pemimpin klan Nara tersebut. "Jangan terlalu mengkhawatirkan aku dan Kaa-san disini. Sebisa mungkin akan aku usahakan untuk tidak lagi membuat kesal wanitamu seperti dulu," ucap Shikamaru melanjutkan perkataannya, yang tentu saja sukses mengundang kekehan pelan dari bibir mungil Temari.

Tentu saja hal yang diucapkan oleh kekasihnya tersebut tampak terdengar begitu lucu bagi Temari, mengingat jika perangai pemuda Nara tersebut yang memiliki sifat pemalas akut, membuat siapa saja yang melihatnya seketika akan naik darah dan menarik urat kekesalan atas sikap malas Shikamaru, terutama ayah dan ibunya yang notabene tinggal satu atap bersama Shikamaru.

Temari bisa membayangkan bagaimana repotnya Nara Yoshino menghadapi sikap putra semata wayangnya yang memiliki hobi tidur itu. Bisa dipastikan, jika setiap paginya wanita Nara tersebut akan senantiasa menggemakan teriakan nyaring hanya untuk membangunkan Shikamaru dari tidurnya. Benarkan?

"Hei, apa yang kau tertawakan Temari?" Shikamaru melirik malas ke arah kunoichi Sunagakure yang duduk tepat di sebelahnya saat ini.

"Hm, tidak ada," tanggap Temari mengendikkan bahunya acuh sambil menyeringai tipis, tak ingin mengutarakan apa yang sebenarnya tengah ia pikirkan tentang kekasihnya tersebut.

"Tsk, Mendokusei!" Shikamaru berdecak kesal atas sikap Temari yang tampak menyembunyikan sesuatu darinya saat ini.

"Kau sudah selesai berdoa, Tuan Pemalas?" Tanya Temari mengalihkan pembicaraan sambil beranjak berdiri, kemudian menyanggakan tangan kirinya pada pinggang rampingnya, sementara tangan kanannya kini terulur ke arah Shikamaru.

Mendengar panggilan yang dilayangkan oleh Temari kepadanya, membuat Shikamaru sweatdrop seketika. Rasanya baru saja Shikamaru mencicipi sikap manis dari seorang Sabaku no Temari, tapi kini perangai asli gadis cantik itu mulai muncul kembali.

"Ya, sepertinya tidak ada lagi yang ingin aku sampaikan pada Tou-san, Nona Cerewet," Shikamaru mendengus pelan sambil menyambut uluran tangan mungil kekasihnya tersebut untuk beranjak berdiri.

Shikamaru hendak melepaskan tangannya dari tangan Temari, namun tak sempat ia lakukan karena putri Sunagakure itu telah terlebih dahulu mengamit lengannya dengan kedua tangannya.

"Ayo kita pulang, Shikamaru," ucap Temari bersemangat sambil menunjukkan cengiran khasnya kepada Shikamaru.

Shikamaru mengernyitkan keningnya dalam atas sikap Temari saat ini. "Ada apa, Hm?" Tanya Temari yang menyadari jika Shikamaru hanya terdiam sambil menatap heran ke arahnya.

"Hei, kau yakin akan pulang dengan keadaan seperti ini, Temari?" Tanya Shikamaru ragu sambil menggerakkan perlahan lengannya yang tengah digelayuti oleh kedua tangan Temari.

Tanpa ada sedikit pun keraguan, Temari menganggukkan kepalanya antusias sebagai jawaban atas pertanyaan Shikamaru.

"Kau tahu Shikamaru, mulai saat ini aku tidak akan bersikap naif seperti dulu lagi. Sejak mendapatimu tidak sadarkan diri di rumah sakit, aku menyadari bahwa aku tak ingin kehilanganmu," Temari mengeratkan rangkulan tangannya pada lengan Shikamaru, berharap pemuda bayangan tersebut dapat memahami perasaannya saat ini.

Shikamaru tertegun atas ucapan dan sikap yang ditunjukkan oleh kekasihnya tersebut. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, mengukir sebuah senyuman tipis sarat akan kebahagiaan. Hatinya benar-benar terasa begitu hangat dan nyaman, mengetahui jika gadis yang selama ini ia cintai ternyata begitu mempedulikannya.

"Oleh karena itu, kali ini aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang aku miliki saat bersamamu. Biarkan aku bebas untuk mencintaimu, Ne Shikamaru?" Pinta Temari sambil tersenyum penuh arti kepada Shikamaru.

Tangan Shikamaru yang bebas, perlahan terangkat ke arah wajah putri Sunagakure tersebut. Menangkup dan membelai dengan begitu lembut pipi putih Temari, yang sesaat kemudian tampak merona merah.

Kekehan kecil menguar dari bibir tegas sang pemuda Nara tersebut. "Ne, biar bagaimanapun keinginan seorang putri adalah mutlak untuk dipenuhi, bukan?"

"Tentu saja!" Tegas Temari sambil kembali menunjukkan cengiran khasnya yang penuh dengan keceriaan. Shikamaru pun turut tersenyum seraya mengacak gemas poni blonde kekasihnya tersebut.

.

.

.

.

.

Kedua perempuan berbeda generasi itu kini tampak sibuk berkutat dengan bahan-bahan makanan dan peralatan dapur. Sepertinya mereka berdua tengah mempersiapkan hidangan sederhana untuk menyambut kepulangan Shikamaru ke kediaman Nara.

Sebelumnya, Ino dan Yoshino memang menyempatkan diri untuk mampir ke pasar Konoha dan membeli beberapa bahan makanan, setelah mereka secara diam-diam pergi meninggalkan Shikamaru bersama dengan Temari di pemakaman umum Desa Konoha.

"Bi, tolong cicipi dulu rasa kuah karenya," pinta Ino sambil menyodorkan satu sendok kuah kare kepada Yoshino yang tengah sibuk membersihkan ikan dari jeroannya.

"Ah, tentu saja Ino-chan," Yoshino mulai mencicipi kuah kare yang diberikan oleh Ino. "Hm, ini enak Ino-chan. Bumbunya pas, tidak terlalu asin ataupun hambar," puji Yoshino kepada Ino, yang disambut dengan sebuah senyuman manis dari putri tunggal Yamanaka Inoichi tersebut.

"Ah, syukurlah kalau begitu Bi," ucap Ino merasa lega.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu sukses mengalihkan perhatian kedua perempuan tersebut dari kegiatan memasak yang tengah mereka lakukan.

"Ah, biar aku saja yang membuka pintunya Bi," ucap Ino sambil melepaskan apron yang menempel pada tubuhnya.

"Ya, maaf merepotkanmu sayang."

"Tidak apa-apa Bi," Ino tersenyum tipis, kemudian segera berlari kecil ke arah pintu utama kediaman Nara.

Cklek

"Ah, Kazekage-sama, Kankurou-sama," seru Ino terkejut mendapati kehadiran kedua pemimpin dari Negara Sunagakure tersebut dihadapannya saat ini. Ino pun segera ber-ojigi singkat kepada kedua adik dari Sabaku no Temari tersebut.

"Hm, Yamanaka-san. Apakah Ibu Shikamaru ada?" Tanya Gaara to the point kepada Ino.

"Ya, Bibi Yoshino ada di dalam, Kazekage-sama. Jika Anda tidak keberatan masuklah terlebih dahulu, biar aku panggilkan Bibi Yoshino di dapur," Ino tersenyum sambil mempersilahkan kedua bersaudara Sabaku tersebut untuk masuk ke dalam kediaman Nara.

"Tentu, Yamanaka-san," ucap Gaara menyetujui.

.

.

.

"Siapa yang datang Ino-chan?" Tanya Yoshino penasaran tatkala melihat putri Yamanaka tersebut datang kembali ke dapur dalam keadaan yang tergesa-gesa.

"Kazekage-sama dan Kankurou-sama, Bi," jawaban Ino spontan membuat wanita milik Nara Shikaku tersebut terkejut, sama seperti yang sebelumnya Ino rasakan tadi. "Sepertinya ada hal penting yang ingin mereka bicarakan dengan Bibi," ucap Ino melanjutkan perkataannya.

Yoshino menganggukkan kepalanya mengerti. Wanita Nara itu pun segera membasuh kedua telapak tangannya menggunakan sabun untuk menghilangkan bau amis dari ikan yang baru saja dibersihkannya.

"Ino-chan, tolong buatkan minuman untuk Kazekage-sama dan Kankurou-sama, Ne?" Pinta Yoshino sambil melepaskan apron miliknya.

"Baiklah Bi, aku akan segera mengantarkannya kesana," ucap Ino menyanggupi permintaan Yoshino.

"Terima kasih Ino-chan," Yoshino pun segera berlalu dari hadapan gadis sang pemilik iris aquamarine tersebut.

.

.

.

"Maaf telah membuat Anda berdua menunggu, Kazekage-sama, Kankurou-sama," Yoshino hendak ber-ojigi kepada mereka berdua, namun Gaara telah terlebih dahulu menahannya.

"Baa-san tidak perlu melakukan hal tersebut terhadap kami. Justru, kamilah yang seharusnya melakukan hal tersebut kepada Baa-san," ucap Gaara sambil tersenyum hangat kepada Yoshino.

Kedua Sabaku bersaudara itu pun ber-ojigi singkat kepada Yoshino. "Ah, dan jangan lupakan juga, untuk tidak memanggil nama kami lagi secara formal, Baa-san," ucap Kankurou sambil terkekeh pelan.

"Ah, baiklah kalau begitu, Gaara-kun, Kankurou-kun," Yoshino tersenyum singkat sebelum mendudukkan dirinya pada kursi yang terdapat di samping kursi yang tengah Gaara dan Kakurou duduki. "Jadi, ada keperluan apa yang ingin kalian bicarakan denganku eh, Gaara-kun, Kankurou-kun?"

"Kami ingin meminta izin darimu, Baa-san," jawab Gaara sambil tersenyum penuh arti ke arah Yoshino, yang tampak tak mengerti dengan maksud dari ucapan sang Kazekage Sunagakure tersebut.

"Hm, izin untuk apa eh, Gaara-kun?" Tanya Yoshino merasa penasaran.

"Itu ..."

.

.

.

.

.

Kedua pasangan kekasih baru itu tampak berjalan berdampingan dengan tenang ditengah-tengah keramaian warga yang berlalu-lalang di jalanan utama Desa Konoha.

Tangan mungil gadis cantik itu masih setia mengamit lengan pemudanya, bahkan terlihat semakin erat saja seolah putri Sunagakure itu benar-benar tidak ingin kehilangan sosok pemuda bayangan itu dari sisinya.

Kini mereka hendak menuju ke pondok penginapan Temari untuk memberitahu Gaara dan juga Kankurou, bahwa Temari akan tinggal selama beberapa hari lagi di Konoha.

"Apa kau yakin dengan keputusanmu ini, Temari?" Shikamaru menatap ragu ke arah kekasih blonde-nya, yang saat ini tengah menyandarkan kepalanya dengan nyaman pada bahu tegap Shikamaru.

Tampak sekali jika gadis cantik itu tidak merasa canggung untuk menunjukkan kemesraannya bersama sang kekasih di depan umum.

Temari mendongakkan kepalanya sedikit ke atas, iris teal-nya balas menatap ke dalam iris onyx milik Shikamaru. Dahinya mengkerut tipis akan keraguan yang saat ini tengah diperlihatkan oleh kekasihnya tersebut.

"Kenapa kau merasa ragu, Shikamaru?" Temari menghentikan langkah mereka berdua. Kedua manik indahnya tampak menatap tajam ke arah wajah Shikamaru. "Apa kau tidak suka jika aku berada lebih lama di sini? Apa kau tidak suka menghabiskan waktu lebih banyak bersamaku, eh? Apa kau merasa keberatan dengan kehadiranku di Konoha, Shikamaru?" Tanya Temari bertubi-tubi kepada Shikamaru sambil melepaskan rangkulan tangannya pada lengan Shikamaru.

Entah mengapa pertanyaan-pertanyaan konyol itu terlontar begitu saja dari bibir mungil milik Temari. Padahal Temari sudah mengetahui dengan pasti bahwa Shikamaru mencintainya, menginginkannya dan juga membutuhkan keberadaannya, jadi sebenarnya tidak alasan bagi Temari untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut terhadap Shikamaru.

Tapi keraguan yang ditunjukkan oleh Shikamaru tadi, membuat hatinya sedikit terasa sesak. Rasanya pemuda itu seperti tengah melakukan penolakan secara tidak langsung terhadap keputusan yang telah ia ambil.

Wajah cantiknya tampak terlihat sendu dengan butir-butir air mata yang perlahan-lahan mulai menggenangi kedua pelupuk matanya.

'Tsk, Mendokusei! Kenapa sikapnya menjadi lebih sentimentil seperti ini, eh?!" Gerutu Shikamaru di dalam hatinya tatkala melihat reaksi Temari tersebut. Hei, apa kau tidak menyadari jika semua perubahan sifat yang terjadi pada Temari itu adalah karena dirimu eh, Shikamaru?

"Tsk,Jangan berpikiran yang macam-macam dan membuat kesimpulan sendiri seperti itu, dasar bodoh!" Sanggah Shikamaru sambil menarik perlahan Temari ke dalam pelukannya dan mendekap tubuh mungil itu dengan begitu erat.

"Lalu apa alasanmu meragukan keputusanku?" Tanya Temari lirih, meminta penjelasan kepada Shikamaru.

Shikamaru menghembuskan napasnya pelan. Tangannya perlahan bergerak untuk menghapus linangan air mata yang sesaat tadi jatuh membasahi pipi putih Temari.

"Aku pikir ada banyak hal yang jauh lebih penting untuk kau lakukan di Sunagakure, dibandingkan jika kau harus tinggal di Konoha dan menghabiskan waktumu hanya untuk bersamaku, Temari. Mengingat perang dunia Shinobi baru saja berakhir, aku rasa keadaan setiap negara tentu tidak begitu stabil karena kehilangan begitu banyak Shinobi yang gugur dalam medan perang. Oleh karena itu, kau sebagai salah satu pemimpin Sunagakure sudah seharusnya bertugas untuk kembali menstabilkan keadaan desa dan negara, bukan begitu Temari?" Terang Shikamaru panjang lebar memberikan penjelasan kepada Temari.

Temari tampak terdiam sesaat setelah Shikamaru selesai dengan penjelasannya. Apa yang dikatakan oleh kekasihnya tersebut memang tidaklah salah. Tapi ... egoiskah Temari jika kali ini saja ia sedikit melalaikan tanggung jawabnya terhadap desa dan negara demi kepentingan pribadinya?

Bukankah selama ini Temari pun telah berusaha dan bekerja keras untuk memenuhi setiap tugasnya sebagai seorang kunoichi Sunagakure dengan begitu baik. Jadi, sepertinya tidak masalah jika kali ini ia sedikit meminta waktu luang demi kesenangannya sendiri, bukan?

Lagipula, Temari masih mengingat dengan begitu jelas saran yang diberikan oleh Kankurou tadi pagi kepadanya.

'Kau bisa memilih tinggal disini lebih lama jika kau mau. Aku rasa pemuda itu lebih membutuhkanmu disini.'

Temari tersenyum tipis atas pemikirannya tersebut. Ya, ia tidak akan merasa bersalah jika dirinya tidak kembali ke Sunagakure hari ini, setelah adiknya secara langsung memberinya izin untuk tinggal lebih lama di Konoha. Lagipula bukankah masih ada Gaara dan Kankurou yang dapat diandalkan untuk memulai tugas dalam menstabilkan keadaan desa dan negara mereka, Ne?

Temari mendorong dan memukul pelan dada Shikamaru seraya menggembungkan kedua pipinya cemberut.

"Tidakkah kau ingat jika masih ada Gaara dan Kankurou yang akan melindungi Sunagakure? Lagipula, aku rasa keadaan setelah perang akan berjalan baik-baik saja, Shikamaru. Dan jika kau tetap bersikukuh untuk menyuruhku pulang, maka jawabannya adalah aku tidak mau karena Kankurou sudah memberiku izin untuk tinggal lebih lama di sini!" Tegas Temari penuh penekanan dalam setiap kata-katanya kepada Shikamaru.

Shikamaru cukup terkejut namun sekaligus merasa lega mendengar perkataan terakhir yang dilontarkan oleh kekasihnya tersebut.

"Jadi begitu," tanggap Shikamaru terkekeh kecil sambil mengacak-acak kembali poni pirang kekasihnya dengan gemas. "Sejujurnya aku hanya merasa khawatir jika Gaara dan Kankurou tidak memberikanmu izin untuk tinggal lebih lama di Konoha. Oleh karena itu, aku sesumbar mengatakan alasan tadi kepadamu. Gomenasai, Temari," ucap Shikamaru meminta maaf kepada Temari sambil membingkai lembut wajah cantik dihadapannya.

Temari tersenyum lirih kepada Shikamaru. Diletakannya tangan mungilnya di atas tangan Shikamaru dan mencengkramnya erat.

"Seharusnya kau mengerti jika saat ini adalah kali pertama kita bersama dengan sebuah ikatan dan perasaan yang berbeda dari sebelumnya, Shikamaru. Tentu saja ini adalah hal yang penting dan juga sangat berharga bagiku."

"Aku tahu, maafkan aku Temari," Shikamaru kembali memerangkap Temari dalam kungkungan kedua tangan kekarnya. Sedikit perasaan bersalah dirasakan oleh Shikamaru karena telah membuat kekasihnya bersedih.

"Hm, Aku memaafkanmu, Tuan pemalas," Temari sedikit berjinjit untuk mengecup sekilas sudut bibir kekasihnya, yang tentu saja membuat Shikamaru salah tingkah dengan kedua pipinya yang merona samar.

Temari hanya mampu terkekeh geli dengan sikap kekasihnya yang masih belum terbiasa dengan ciuman yang diberikan olehnya.

.

.

.

.

.

Temari-Nee, maaf jika kami berdua pulang ke Sunagakure tanpa pamit dan menunggumu terlebih dahulu sebelumnya. Kami yakin jika kau sudah bertemu dengan Shikamaru dan memutuskan untuk tinggal lebih lama di Konoha.

Oleh karena itu, kami memutuskan jika lebih baik kau tinggal bersama dengan calon kakak ipar kami di kediaman Nara selama kau berada di Konoha. Tidak begitu buruk bukan? Kami rasa kau akan jauh lebih aman bersamanya.

Dan jangan pernah berpikir untuk melakukan penolakan, karena kami telah mengantarkan semua pakaianmu ke kediaman Nara. Tapi jika kau tetap menolak dan bersikeras untuk tidak tinggal di kediaman Nara, maka akan kami pastikan jika pemuda Nara itu akan merasakan pelukan pasir Gaara dan juga kagutsu milikku sekaligus ^^

Ya, anggap saja saat ini sebagai waktu bagimu untuk mulai membiasakan diri menjadi bagian dari anggota keluarga Nara, Ne Temari-Nee?

Lalu jika nanti kau berencana pulang, jangan lupa meminta Shikamaru untuk mengantarmu sampai ke Sunagakure.

Kami rasa hanya itu saja yang ingin kami sampaikan kepadamu. Baik-baiklah di Konoha dan selalu jaga kesehatanmu. Kami menyayangi Temari-Nee.

Salam Sayang,

Gaara & Kankurou

PS: Kami rasa kau cukup mengerti untuk tidak memberikan kami keponakan terlebih dahulu dalam waktu yang dekat Hahaha ...

.

.

Gadis Sabaku itu tampak menggerutu pelan setelah membaca surat yang ditinggalkan oleh kedua adik tampannya kepada ibu pemilik pondok penginapannya. Wajah putihnya kini tampak berubah warna menjadi merah, entah itu karena merasa marah atau karena merasa malu dengan kata-kata yang ditulis oleh Kankurou dalam suratnya.

Shikamaru yang merasa penasaran dengan isi surat yang baru saja dibaca oleh kekasihnya itu, langsung saja menyambar tanpa izin surat tersebut dari tangan Temari dan langsung membacanya.

Ekspresi Shikamaru tampak begitu tercengang setelah beberapa saat membaca sederetan kalimat dalam surat tersebut. Ia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa kedua adik Temari bisa melakukan hal semacam ini terhadap kakak perempuan mereka satu-satunya.

Temari akan tinggal di kediaman Nara? Ugh~... Bahkan Shikamaru sama sekali tidak pernah memikirkan untuk mengajak Temari tinggal di kediamannya selama putri Sunagakure itu menetap di Konoha.

Ya, tentu saja begitu! Biar bagaimanapun hubungan mereka sebelumnya hanyalah sebatas hubungan rekan kerja saja, tidak lebih! Jadi tidak pernah ada alasan bagi Shikamaru untuk mengajak Temari tinggal di kediaman Nara, bukan?

Lalu apa-apaan itu pesan terakhir dari Gaara dan Kankurou! Sekali lagi Shikamaru tidak pernah membayangkan bahwa ia dan Temari akan tidur bersama dan melakukan hubungan intim seperti sepasang suami istri yang sudah menikah.

Shikamaru cukup tahu batasan dalam pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan. Ia tidak akan menodai perempuan yang ia cintai sebelum waktunya tiba, yaitu saat dirinya dan Temari terikat secara resmi dalam janji suci pernikahan.

Blushhh ...

Pipinya terasa menghangat memikirkan bahwa beberapa tahun ke depan dirinya akan menikahi putri Sunagakure tersebut. Mengubah secara resmi marga Sabaku menjadi marga Nara dan memiliki beberapa anak sebagai penerus masa depan keturunan Nara.

Shikamaru terkekeh pelan dengan imajinasi dan pemikirannya sendiri saat ini. Diraihnya tangan mungil Temari dan digenggamnya erat, yang tentu saja membuat gadis cantik itu menghentikan gerutuannya yang sejak tadi ia lakukan entah kepada siapa.

"Ayo kita pulang! Aku rasa Kaa-san sudah menunggu kedatangan kita di rumah," Shikamaru tersenyum seraya menarik tubuh Temari untuk segera keluar dari pondok penginapan tersebut. Temari hanya menganggukkan kepalanya dengan canggung, menyetujui ajakan Shikamaru.

.

.

.

.

.

"Tadaima," seru Shikamaru saat dirinya dan Temari tiba di kediaman Nara.

Ino yang tengah menata makanan di atas meja makan, langsung saja melesatkan dirinya ke arah pintu utama kediaman Nara begitu mendengar suara sahabat berkuncir nanasnya itu.

"Okaeri, Shikamaru, Temari-chan," sambut Ino menatap keduanya dengan begitu antusias, seraya menampilkan senyuman lebar penuh arti kepada mereka.

Shikamaru menaikkan sebelah alisnya ke atas, melihat sikap sahabat cantiknya yang tampak begitu bersemangat menyambut dirinya dan Temari. "Ada apa denganmu eh, Ino?"

Tanpa mempedulikan pertanyaan Shikamaru, Ino perlahan berjalan ke arah dua sejoli tersebut. Diraihnya kedua tangan mereka yang saling bertautan erat, seraya tersenyum penuh kebahagiaan.

"Aku senang melihat kalian akhirnya bisa bersama seperti ini, Shikamaru, Temari-chan," ungkap Ino yang akhirnya menjawab rasa penasaran Shikamaru atas sikapnya.

Blush ...

Kedua sosok berbeda gender itu tampak canggung sekaligus malu dengan ucapan gadis Yamanaka tersebut.

"Aaa~... Arigatou Ino-chan," ucap Temari tersenyum canggung kepada Ino.

"Mendokusei, dimana Kaa-san?" Shikamaru berusaha mengalihkan pembicaraan Ino mengenai topik hubungan dirinya dengan Temari yang baru saja terjalin.

"Tsk, kau ini Shikamaru! Tidak sopan mengalihkan pembicaraan begitu saja!" Tegur Ino seraya mendelikkan tajam mata indahnya ke arah Shikamaru, yang hanya dibalas oleh tatapan malas khas Shikamaru.

Ino hanya mampu menggeleng-gelengkan pelan kepalanya melihat sikap sahabatnya tersebut. 'Dasar perusak suasana!' Cibir Ino di dalam hatinya.

Tak ingin memperpanjang perdebatan dengan Shikamaru, Ino pun segera melepaskan kehangatan yang tercipta dari genggaman tangan Shikamaru dan Temari, membuat kedua sejoli itu terheran-heran akan sikap kunoichi cantik tersebut.

"Ayo masuk Temari-chan!" Ino menggenggam tangan Temari seraya menarik perlahan tubuh mungil putri Sunagakure tersebut, untuk masuk ke kediaman Nara.

Spontan Temari pun segera menyambar tangan Shikamaru dengan sebelah tangannya yang terbebas, seolah tak ingin kehilangan Shikamaru di sisinya saat ini. Tentu saja hal tersebut dilakukannya tanpa sepengetahuan Ino, yang saat ini tengah fokus untuk membawa dirinya ke dalam rumah Shikamaru.

Kedua sejoli itu tampak saling melemparkan sebuah senyuman satu sama lain, karena merasakan kembali kehangatan yang sempat terputus sesaat tadi.

.

.

.

"Ah, kalian sudah datang rupanya, Shikamaru-kun, Temari-chan," seru Yoshino yang baru saja masuk ke dalam ruang makan.

Melihat kedatangan Yoshino, Temari pun segera berdiri dan membungkukkan badannya sopan, untuk memberi salam kepada wanita cantik tersebut. Ia ingat jika tadi pagi saat mereka bertemu di pemakaman umum Konoha, dirinya sama sekali tidak menyapa keberadaan Yoshino karena terlalu terfokus pada Shikamaru.

Yoshino tersenyum tipis kepada Temari, sang putri Sunagakure. "Duduklah Temari-chan," pinta Yoshino lembut seraya berjalan ke arah meja makan.

Sebelumnya Ino telah memberitahu Shikamaru dan Temari, mengenai kedatangan Gaara dan juga Kankurou beberapa saat yang lalu, yang meminta izin tinggal bagi Temari di kediaman Nara selama beberapa hari ke depan.

Yoshino pada awalnya merasa terkejut atas permintaan dari Gaara dan Kankurou, yang di luar dugaannya tersebut. Namun, setelah mempertimbangkannya lebih lama, akhirnya wanita Nara itu pun menyetujui permintaan kedua bersaudara Sabaku tersebut.

Rasanya tidak terlalu buruk, mengingat jika kini penghuni kediaman Nara hanyalah Yoshino dan Shikamaru saja, tanpa keberadaan sang kepala keluarga yang telah beristirahat dengan tenang di surga.

Oleh karena itu, Yoshino pun dengan senang hati menerima keberadaan putri Sunagakure di kediamannya. Setelah kepulangan Gaara dan Kankurou, Yoshino pun bergegas untuk mempersiapkan dan merapikan kamar yang akan ditempati oleh gadis yang ia yakini telah resmi menjadi kekasih putra tunggalnya, dengan dibantu oleh Ino yang membawa tas milik Temari ke lantai dua kediaman Nara.

"Sebelumnya maaf merepotkanmu, Bibi Yoshino," ucap Temari yang merasa tidak enak karena telah membuat wanita Nara itu kerepotan akan kehadirannya yang tiba-tiba di kediaman Nara.

"Ah, tidak apa-apa Temari-chan. Jangan merasa sungkan seperti itu. Justru Bibi sangat senang jika kau berkenan untuk menginap dan tinggal di sini. Lagipula, setidaknya dengan adanya keberadaanmu bisa membantu Bibi untuk membangunkan pemuda pemalas ini setiap paginya," ucap Yoshino sambil terkekeh pelan, berusaha mencairkan suasana canggung yang menguar diantara mereka.

Shikamaru menggumamkan kata keramat andalannya sebagai tanggapan atas perkataan Ibunya tersebut.

"Ah, tentu saja Bibi. Aku akan dengan sangat senang hati melakukannya," Temari menyanggupi permintaan Yoshino seraya menunjukkan cengiran lebarnya yang tampak begitu menawan.

"Aku yakin jika pemuda pemalas ini akan segera terbangun jika kau memberikan kecupan selamat pagi untuk membangunkannya, Temari-chan," celetuk Ino yang baru saja datang dari arah dapur dengan membawa dua piring lauk pauk yang masih tertinggal.

Blush ...

Lagi-lagi Ino berhasil mengukir semburat merah di kedua wajah kekasih baru itu dengan ucapannya. Yoshino yang memperhatikan sikap salah tingkah keduanya, hanya mampu terkekeh geli dalam hati.

Rasanya ia jadi teringat akan kenangannya sendiri bersama dengan Shikaku dulu, saat mereka baru saja resmi menjadi sepasang kekasih. Sikap malu-malu dan canggung saat teman-teman seangkatan mereka mengetahui jika mereka telah resmi berpacaran, tampak begitu manis dan indah. Tanpa bisa ia cegah, air mata menetes begitu saja dari kedua mata onyx-nya.

"Eh, Bibi Yoshino kenapa?" Tanya Ino yang menyadari adanya air mata di kedua pipi Yoshino. Dirangkulnya dengan lembut bahu Yoshino yang tampak sedikit bergetar.

Shikamaru dan Temari yang sedari tadi sibuk menahan rasa malu mereka, spontan mengalihkan perhatian mereka ke arah Yoshino, yang tengah mengusap kedua pipinya yang tampak basah.

"Ada apa, Bu?" Tanya Shikamaru khawatir, seraya beranjak dari kursinya untuk menghampiri Ibunya yang tiba-tiba menangis.

Yoshino berusaha untuk mengukir sebuah senyuman kepada Shikamaru. "Ibu tidak apa-apa, Nak. Melihat sikapmu dan Temari-chan seperti tadi, tiba-tiba saja mengingatkan Ibu pada Ayahmu," ucap Yoshino lirih seraya membingkai wajah putra tunggalnya.

Shikamaru menatap sendu wajah cantik Ibunya. Shikamaru tersenyum lirih seraya menganggukkan kepalanya pelan. "Aku tahu, aku mengerti Bu."

"Ah, sudahlah Shikamaru-kun! Lagipula kita tak bisa terus menerus bersedih seperti ini, Ne? Lebih baik kita segera makan sebelum semua masakannya menjadi dingin!" Ucap Yoshino seraya mendorong pelan tubuh Shikamaru untuk kembali pada kursinya di sebelah Temari.

Shikamaru pun dengan patuh mengikuti perkataan Yoshino. Temari menggenggam tangan Shikamaru, begitu pemuda Nara itu kembali duduk di sebelahnya, berusaha untuk memberi kekuatan pada Shikamaru.

"Nah, aku tidak mau tahu, pokoknya kalian harus menghabiskan semua makanan ini, karena aku dan Bibi Yoshino sudah susah payah membuatnya!" Seru Ino bersemangat berusaha menaikkan suasana, membuat ketiga sosok lainnya turut menyunggingkan sebuah senyuman karenanya.

.

.

.

.

.

Kegelapan telah menaungi langit Konoha, yang mau tidak mau harus menghentikan kesenangan ke empat orang yang tengah asyik bercengkrama dan bersenda gurau sejak siang hari.

Putri Yamanaka pun segera pamit kepada Yoshino, Shikamaru dan Temari, untuk segera kembali ke rumahnya. Namun, Yoshino segera meminta Shikamaru untuk menemani Ino pulang, karena merasa khawatir jika terjadi sesuatu pada putri Inoichi tersebut saat pulang nanti.

Shikamaru pun menyanggupi permintaan Ibunya untuk mengantar pulang sahabat blonde-nya tersebut. "Ayo Ino," sahut Shikamaru seraya berjalan keluar kediaman Nara mendahului Ino.

"Nah, kalau begitu aku pinjam dulu Shikamaru-mu sebentar yah Temari-chan," Ino mengerling jahil ke arah Temari, yang tentu saja sukses membuat Temari kembali salah tingkah dengan kedua pipinya yang merona. "Sampai jumpa nanti Bibi Yoshino, Temari-chan," pamit Ino sambil tersenyum lebar, sebelum dirinya berlari ke arah Shikamaru yang sudah cukup jauh berjalan di depan sana.

Yoshino menepuk pelan bahu Temari, yang saat ini tengah menatap ke arah punggung Shikamaru yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya.

"Ibu rasa kau bisa menunggu Shikamaru-kun di dalam, Temari-chan," ucap Yoshino sambil tersenyum lembut kepada Temari.

Sejak hubungan mereka berdua menjadi semakin akrab hari ini, Yoshino pun meminta Temari untuk memanggilnya dengan sebutan 'Ibu'.

"Ah, tentu saja Bu," Temari pun membalas senyuman Yoshino seraya melangkah masuk ke dalam kediaman Nara.

"Maaf Ibu tidak bisa menemanimu untuk menunggu Shikamaru-kun, Temari-chan. Rasanya mata Ibu terasa begitu berat sekali," Yoshino terkekeh kecil setelah mengakui bahwa dirinya sudah merasa mengantuk dan lelah kepada calon menantunya tersebut.

Temari tersenyum maklum kepada calon ibu mertuanya tersebut. "Tidak apa-apa Bu, beristirahatlah. Aku akan menunggu Shikamaru di sini," ucap Temari seraya duduk di sofa ruang tamu.

"Baiklah. Selamat malam Temari-chan," pamit Yoshino sebelum benar-benar pergi dari hadapan Temari.

"Ya Bu, selamat malam," tanggap Temari sambil tersenyum tipis.

.

.

.

Lima belas menit kepergian Shikamaru mengantar Ino, akhirnya pemuda pemilik jurus bayangan itu kembali ke kediamannya.

Pemuda itu masuk tanpa mengucapkan salam, karena merasa yakin jika kedua perempuan berharganya itu telah beristirahat di kamar mereka masing-masing. Namun, sepertinya perkiraannya salah tatkala dirinya mendapati Temari yang sudah berdiri di hadapannya, entah sejak kapan.

"Okaeri, Shikamaru," sambut Temari seraya melengkungkan bibir ranumnya membentuk sebuah senyuman.

"Hm, Tadaima Temari," ucap Shikamaru seraya berjalan mendekati Temari. "Kenapa kau menungguku, eh?" Tanya Shikamaru sambil mengamit lengan mungil Temari dan mengajaknya untuk naik ke lantai dua kediaman Nara, dimana kamar mereka berdua berada.

"Ugh~... Memangnya tidak boleh, eh?" Temari tampak menggembungkan kedua pipinya, cemberut.

"Hahaha ... Tidak, tentu saja boleh cerewet!" Shikamaru menjawil gemas hidung mancung Temari, membuat gadis cantik itu mendelik sebal ke arah kekasih pemalasnya tersebut.

Kini mereka telah tiba di depan kamar milik Shikamaru. "Baiklah kalau be-..."

"Hei, apakah kau akan langsung beristirahat dan tidur, Shikamaru?" Tanya Temari memotong perkataan Shikamaru.

"Hm, sepertinya tidak. Aku akan membersihkan tubuhku terlebih dahulu, tapi aku tidak yakin jika aku akan tertidur setelahnya," Shikamaru terkekeh pelan atas perkataannya sendiri. Tidak seperti biasanya kali ini ia merasa begitu enggan untuk cepat terlelap dalam tidur malamnya.

Bukankah frasa dan aktivitas tidur sudah begitu melekat dalam diri Shikamaru selama ini. Namun, entah mengapa kali ini Shikamaru merasa bahwa ia harus menghindari kegiatan yang selalu disukainya tersebut. Ia takut! Ya, ia takut jika ia tertidur maka ...

"Ada apa? Apa yang tengah kau pikirkan, Shikamaru?" Pertanyaan Temari sukses membawa kembali Shikamaru dari lamunannya.

Shikamaru tersenyum tipis menanggapi pertanyaan kekasihnya tersebut. "Hm, tidak ada. Beristirahatlah Temari," ucap Shikamaru berusaha mengalihkan perhatian kekasihnya sambil mengusap lembut surai blonde Temari.

"Tidak mau!" Tolak Temari tegas.

"Hm, kenapa?" Tanya Shikamaru sambil menaikkan sebelah alisnya ke atas, merasa heran dengan penolakan putri Sunagakure tersebut.

"Kau tengah menyembunyikan sesuatu dariku 'kan, Shikamaru?" Temari menatap sendu ke dalam onyx milik sang pemuda bayangan di hadapannya. "Kenapa kau tak ingin menceritakannya kepadaku tentang apa yang tengah menganggu pikiranmu saat ini, Shikamaru? Apa sebagai kekasihmu, aku tidak berhak untuk mengetahuinya?"

Temari menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya guna menahan keinginannya untuk menangis. Ia benar-benar merasa tidak suka jika Shikamaru bersikap tidak terbuka terhadapnya seperti saat ini.

Setidaknya untuk yang pertama kalinya, Temari ingin menjadi tempat curahan hati dan keluh kesah pemuda yang telah resmi menjadi kekasihnya tersebut. Apakah salah jika dirinya berpikir demikian?

"Aku tidak tahu jika kepribadianmu yang sebenarnya begitu rapuh, Temari," Shikamaru mengangkat dagu mungil Temari ke atas, berusaha untuk mempertemukan onyx miliknya dengan iris teal gadisnya yang tampak berkaca-kaca karena diselaputi oleh lapisan air mata.

"Kau ... Hanya kau yang bisa membuatku menjadi seperti ini, bodoh!" Temari terisak lirih di hadapan kekasihnya.

Lagi-lagi Shikamaru dibuat terpaku oleh perkataan Temari. Ditatapnya dengan begitu intens kedua manik indah yang tengah memantulkan sosok bayangan dirinya di sana.

Entah mengapa perkataan Temari tersebut, terus menerus terngiang di kedua telinga Shikamaru, menimbulkan suatu sensasi rasa menggelitik nan hangat pada sekujur tubuhnya.

Perlahan-lahan, putra semata wayang Nara Shikaku tersebut mulai mengeliminasi jarak yang terdapat diantara dirinya dengan Temari. Dikecupnya dengan begitu lembut ujung hidung mancung milik Temari.

"Maaf dan terimakasih," bisik Shikamaru sambil tersenyum tulus kepada kekasihnya tersebut.

"Sebenarnya apa yang tengah kau pikirkan, Hm?" Temari menyandarkan tubuhnya dengan nyaman pada tubuh kekar Shikamaru.

"Kau masih ingin mengetahuinya, eh?" Tanya Shikamaru sambil menyanggakan dagunya di atas kepala Temari.

"Tentu saja bodoh!" Gerutu Temari kesal.

Shikamaru tidak bisa untuk tidak tertawa melihat sikap kekasihnya saat ini. "Hm, Baiklah kalau begitu. Aku akan mengatakannya nanti setelah kita membersihkan diri terlebih dahulu, bagaimana?"

Temari tersenyum lebar sambil menganggukkan kepalanya dengan begitu antusias, menyetujui ucapan Shikamaru.

"Kalau begitu aku tidak bisa membuang waktu lebih banyak lagi dari ini," Temari mengecup singkat bibir tegas Shikamaru. "Nanti kita bicarakan di kamarmu saja, Ne Shikamaru?" Ucapnya lagi mengambil keputusan secara sepihak, seraya pergi berlalu dari hadapan Shikamaru untuk menuju ke kamar sementaranya di kediaman Nara, yang tepat berada di sebelah kamar pribadi Shikamaru.

"Tsk, Mendokusei!" Shikamaru berdecak pelan karena kekasihnya itu kembali berhasil membuat kedua pipinya merona tipis.

.

.

.

.

.

"Shikamaru kau sudah selesai?" Tanya Temari seraya menyelinap masuk ke dalam kamar Shikamaru tanpa izin sang empunya.

Hening tak ada jawaban. "Hm, mungkin dia masih berada di kamar mandi," ucap Temari bermonolog. Kaki-kaki jenjangnya melangkah ke arah ranjang milik Shikamaru. Dengan nyaman ia mendudukan dirinya di pinggiran ranjang tersebut.

Beberapa saat kemudian pintu kamar mandi pun terbuka, menampilkan sosok yang ditunggu-tunggu oleh Temari.

"Kau sudah datang, eh?" Shikamaru menaikkan sebelah alisnya tatkala melihat kekasihnya yang tengah duduk di pinggiran ranjang miliknya. 'Cepat juga mandinya,' ucap Shikamaru di dalam hatinya, merasa heran karena biasanya seorang perempuan akan menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi.

Setidaknya itulah yang Shikamaru ketahui selama ini mengenai kebiasaan mandi seorang Yamanaka Ino, sahabat baiknya yang begitu mempedulikan kesempurnaan dalam berpenampilan.

Temari menunjukkan cengiran polosnya ke arah Shikamaru sebagai jawaban atas pertanyaan Shikamaru. "Sini biar aku yang mengeringkan rambutmu, Shikamaru," tawar Temari tatkala melihat Shikamaru yang tengah sibuk menggosok-gosokkan handuk kecil pada rambut basahnya yang terurai.

Tanpa banyak bicara, Shikamaru pun segera melangkah menghampiri Temari yang tengah mengubah posisi duduknya menjadi bersila di atas ranjang Shikamaru. Shikamaru pun duduk berselonjor di bawah lantai dengan sebelah kakinya ditekuk.

"Jadi ...?" Tanya Temari meminta penjelasan kepada Shikamaru seraya mengeringkan rambut dan meminjat-mijat lembut kepala Shikamaru.

"Hm, Apa?" Tanggap Shikamaru tak mengerti atas pertanyaan Temari, karena dirinya terlalu terbuai dalam pijatan lembut yang dilakukan oleh Temari saat ini.

"Tsk, jadi apa yang kau pikirkan tadi Shikamaru?!" Decak Temari tak sabar.

Shikamaru mendesah pelan sebelum menjawab pertanyaan kekasihnya tersebut. "Hah~... Sebenarnya bukan hal yang terlalu penting, mungkin kau akan tertawa jika mendengar hal ini, Temari."

"Entahlah, aku tidak yakin jika aku belum mendengarnya," Temari mengendikkan bahunya, ragu atas pernyataan Shikamaru.

"Aku ... hanya takut untuk tertidur malam ini," Shikamaru memejamkan kedua matanya, bersiap untuk menghadapi ejekan kekasihnya, yang selama ini biasanya selalu terdengar pedas ditelinganya. Namun, selama beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka.

Temari terpaku atas ucapan kekasihnya tersebut. Jika dikaitkan dengan kebiasaan Shikamaru selama ini, tentu saja hal tersebut memang terasa begitu aneh bagi Temari.

Ya, seharusnya ia memang tertawa mendengar hal tersebut, persis seperti apa yang di ucapkan oleh Shikamaru tadi. Namun, pikirannya dengan cepat menangkap hal lain yang sepertinya memang berkaitan dan berpengaruh terhadap perubahan sikap Shikamaru saat ini.

"Apakah hal ini berkaitan dengan jurus Mugen Tsukuyomi yang dilakukan oleh Madara waktu itu?" Tanya Temari lirih. "Apakah kau takut jika kau tertidur, maka kau akan kembali terjerat dalam mimpi-mimpi yang selama seminggu ini membuatmu terbuai dan tak sadarkan diri, eh?"

"Hm," gumam Shikamaru menyetujui. "Mungkin seharusnya aku tidak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut, tapi ..."

"Aku mengerti! Aku mengerti bagaimana perasaanmu saat ini, Shikamaru," sela Temari seraya memeluk leher tegas Shikamaru dari belakang.

Shikamaru tersenyum tipis, bersyukurlah jika Temari memahami isi hati dan pikirannya saat ini. "Terima kasih," ucap Shikamaru tulus sambil meraih wajah Temari yang berada pada posisi yang begitu intim dengan wajahnya.

"Sebenarnya aku merasa penasaran mengenai mimpi yang kau alami. Apa kau keberatan jika kau menceritakannya kepadaku, Shikamaru?" Tanya Temari sambil mengalihkan wajahnya ke arah Shikamaru.

Cup~...

"Kau yang membuatku terjebak disana lebih lama, bodoh!" Cibir Shikamaru setelah sebelumnya mencuri kecupan singkat dari Temari.

"Ehhh?"

Akhirnya Shikamaru pun menceritakan secara detail mengenai mimpi yang ia alami kepada Temari. Indah, manis dan bahagia, itulah yang Temari rasakan tatkala mendengar cerita Shikamaru mengenai mimpinya. Tak salah jika pemuda itu lebih memilih untuk berlama-lama terbuai di dunia imajinasi yang jauh lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan kehidupan nyata.

Di satu sisi, Temari pun merasa bersalah karena salah satu alasan Shikamaru sempat berpikir untuk tetap terbelenggu dalam mimpi itu adalah keberadaan dirinya dan hubungan kasih yang terjalin diantara mereka, disamping adanya keberadaan Shikaku dan Asuma, yang telah tiada di dunia nyata.

"Kau melamun, eh?" Tanya Shikamaru menyadarkan Temari yang tengah berkutat dengan pikirannya.

Temari tersenyum simpul menanggapi. "Hei, ijinkan aku untuk menemanimu tidur malam ini, Ne? Akan aku pastikan jika kau tidak akan kembali terjerat dalam mimpi-mimpi itu, karena bagaimanapun juga keberadaan diriku yang nyata jauh lebih penting bagimu daripada sosokku dalam khayalanmu itu," ucap Temari penuh percaya diri.

Shikamaru tercengang atas perkataan Temari, kedua pipinya pun tampak merona samar. "He-Hei, apa kau serius mengatakan hal itu?" Tanya Shikamaru gelagapan.

"Hm, memangnya kenapa, eh?"

"Maksudmu menemaniku tidur itu ... kau tidak bermaksud untuk tidur satu ranjang denganku malam ini 'kan?"

Temari menyeringai tipis ke arah kekasihnya, membuat perasaan Shikamaru tidak tenang. "Menurutmu?"

"Kau sedang bercanda 'kan Temari?"

"Tsk, untuk apa aku bercanda bodoh! Lagipula dua hari kemarin aku juga sudah menemanimu tidur satu ranjang di rumah sakit. Lalu kenapa aku harus bercanda kali ini, eh?"

"A-Apa?" Shikamaru menatap horor ke arah Temari.

"Hah~... kau tampak aneh dengan wajah seperti itu, Shikamaru!" Cibir Temari seraya merotasikan kedua bola matanya bosan. "Ah, apa jangan-jangan kau merasa malu untuk tidur satu ranjang denganku eh, Shikamaru?" Tanya Temari seraya menyeringai jahil ke arah kekasihnya tersebut.

"Tsk, Mendokusei. Kenapa kau begitu ringan mengucapkan hal seperti itu, Temari? Kau tahu, aku bisa dihajar Gaara, Kankurou dan juga Ibuku jika mereka mengetahui hal ini," keluh Shikamaru seraya menghela napas gusar.

Sebuah bogeman sayang dilayangkan oleh Temari ke kepala Shikamaru. "Ugh~... Kau pikir memangnya kita mau melakukan apa saat kita tidur bersama, eh? Jangan berpikiran yang macam-macam! Aku hanya menemanimu tidur, tidak lebih bodoh!" Geram Temari merasa kesal terhadap Shikamaru.

'Hah~... Perempuan merepotkan! Memangnya siapa yang berpikiran macam-macam, huh?! Dengan atau tanpa aku berbuat macam-macam padanya pun, pasti Gaara, Kankurou dan Ibu akan terkejut jika mengetahui aku berani tidur bersama seorang gadis, terlebih lagi dia adalah seorang putri Sunagakure! Hah~... Semoga tidak terjadi hal buruk nantinya,'gerutu Shikamaru di dalam hati seraya meringis kesakitan.

Shikamaru pun beranjak berdiri, ia mengalah, tak ingin memperpanjang perdebatan dengan kekasih blonde-nya tersebut. Kedua kakinya melangkah ke sisi lain ranjang miliknya dan segera merebahkan tubuhnya yang terasa lelah disana.

"Kenapa kau masih duduk diam di sana, eh? Kemarilah," Shikamaru mengulurkan sebelah tangannya ke arah Temari.

"Huh, Kau menyebalkan!" Gerutu Temari seraya meraih tangan Shikamaru dan melabuhkan tubuhnya dalam pelukan hangat sang pemuda bayangan. Seketika dirinya tersenyum manis tatkala merasakan perasaan nyaman yang diberikan oleh Shikamaru.

"Hm, Tidurlah cerewet!" Tanggap Shikamaru seraya memejamkan kedua matanya tanpa ada sedikitpun rasa ragu ataupun takut, seperti yang sempat ia rasakan beberapa saat yang lalu. Ya, kali ini ia tidak perlu merasa khawatir lagi, karena ada Temari yang akan selalu berada di sampingnya dan menemaninya mulai saat ini.

-TBC-

Hai, Hai, Hai ... Hika kembali lagi dengan fic abal ini Masih ada yang berminat baca kah? Hehe Semoga masih ada yang berkenan untuk membaca fic ShikaTema ini

Maaf baru bisa update lagi dan juga maaf klo ceritanya makin monoton Hehe ... Harap maklumi otak Hika yang memiliki ide pas-pasan dan nekat buat bikin fic ini ya readers

Hika buat fic ini dengan alur lambat dan niatnya memang gak akan ada konflik yang berat-berat juga. Cuma pengen nulis romance yang manis-manis aja tentang ShikaTema couple Hihi

Terima kasih banyak buat para reader, reviewer dan silent reader, yang udha bersedia meluangkan waktunya untuk membaca fic ini. Juga yang udha mem-fav dan mem-follow fic ini, Hika ucapkan terima kasih banyak karena udha setia baca fic ini #kecupsatusatureaders#

Salam Hangat,

Hikaru Sora 14

Balasan Review

beethoja: Hihi Senpai, Shikamaru 'kan cuek banget orangnya Kkkkk~... Tapi meskipun githu tetap aja mempesona Wahhh Arigatou Senpai, semoga chapter ini juga gak berlebihan yahhh Hehe Iya, Hika jadi gemes sendiri buat lanjut ini fic, padahal niatnya Cuma three shoot, semoga chapter ini gak membosankan yah Senpai, Arigatouuuu.

dara093: Makasih semangatnya Say, iya Hika memang berencana sampai mereka nikah kok Hehe Bahkan sampai punya Shikadai Hihi Ini udha lanjut Say, Arigatouuu.

AprilianyArdeta: Hehe Iya mereka udha saling mengutarakan perasaan, habis Hika gak mau buat mereka lama bersatunya Ini udha update Say, Arigatouuu.

galenix: Kkkk~... Terkadang hal yang sudah direncanakan memang tidak selalu berjalan dengan tepat. Jadi, biarkan mengalir saja idenya Hehe Arigatouu.

Kiyouko Akane: Hihi iya Hika sengaja buat hubungan mereka manis-manis githu, habis greget di Canon-nya hubungan mereka gak ditunjukkin begitu jauh, kecuali mungkin di Shikamaru Hiden dan Konoha Hiden Buat Shika lebih over ke Temari? Maksudnya sikap overprotektif kah? Hihi Iya Hika usahakan yahhh ... Tapi kayaknya Hika malah buat sikap Temari yang over ke Shikamaru Kkkkk~... Arigatou sebelumnya

Yusviracchi: Huwaa Senpaiiii Hika terharu fic Hika dibaca sama Senpai yang udah senior dan berpengalaman XD Iya siap Senpai, Hika usahakan untuk terus menulis, makasihhh banyakkk Salam kenal juga Senpai Mohon bimbingannya juga yahhh.

tanoyuka0307: Udha lanjut Say Maaf lama Hehe ... Sama, ini pairing favorite Hika juga Say Semoga suka chapter ini, Arigatouuu

cacahe: Arigatou Say Blushhh ... Wahh terbuai, serius Say? Terharuuu ... Padahal Hika minim banget dalam perbendaharaan kata Sampai stress sendiri buat lanjut karena gak pede buat update Hehe Tapi syukurlah klo Cacahe-san memang suka Terutama makasih buat semangatnyaaa

Animea Lover Ya-ha: Wahh Arigatouuu buat semangatnya Say Ahh~... Hika jadi malu. Hika gak pede sebenarnya buat bikin fic Hehe Tapi makasih buat pujiannya Say. Hika jadi tambah semangat buat nulis Hehe