Hi, Minna-san...!

Ketemu lg sm Cyaaz si super geje!

:D

Bukannya nerusin Fic yang lama & belum kelar, tapi malah bikin Fic baru...

Hmm... Tolong ampuni Cyaaz, Cyaaz cuma gak mau keburu lupa sama plot Fic yang 1 ini.

Emang ceritanya geje (as always) tapi ide ini muncul dari mimpi Cyaaz (again) yang berhasil membangkitkan Cyaaz dari masa kritis (Hiatus)...

Jadi Cyaaz pengen menyelesaikan Fic yang ini dulu, berhubung Fic ini gak bakal sepanjang Fic Cyaaz yang biasanya (Semoga)...

Hehe.

Oke, happy reading ya!

...

Kyori – Distance

...

Summary...

Hanya sejauh ini, aku tidak bisa melebihinya...

Aku memang bukan tipe pengecut atau mudah menyerah, hanya saja... Aku tidak akan bisa melampaui batasanku.

...

Warning!

Perhatikan tanggal, terutama tahun setiap Scene...

...

Disclaimer - GS/D Bukan Milik Cyaaz...

...

Chapter 01 - Shinn Asuka

30 September 2011

Bagi sebagian besar orang, hari cerah dengan udaranya yang sejuk merupakan hari yang baik untuk berolah raga atau pun beraktivitas di luar rumah. Terutama jika hari itu merupakan hari libur, tempat-tempat hiburann yang terbuka selalu mengundang untuk didatangi. Bahkan taman sederhana atau lapangan kosong pun kerap ramai didatangi anak-anak. Mereka selalu senang menghabiskan waktu bersama teman-teman, berolah raga bersama dan juga bermain.

Mungkin begitu juga yang dipikirkan oleh sekelompok anak remaja yang sekarang sedang asyik bermain di sebuah lapangan kosong, mereka dengan lincahnya memainkan sebuah bola di kaki mereka secara bergantian. Meski lapangan ini terbilang tidak terlalu luas, anak-anak remaja itu terlihat begitu bersemangat. Di antara mereka tidak ada yang ingin kalah, seolah-olah mereka sedang bertanding di lapangan sepak bola sungguhan dengan ditonton banyak orang.

"Ayo oper!" seorang anak berbaju merah memberikan isyarat pada rekan satu team-nya, rekannya pun menjawab dengan memberikan umpan panjang untuknya. "Bagus!"

Dengan gesit anak itu membawa bola ke gawang lawan, bersama dengan teman-temannya ia berhasil mencetak angka. Setelah itu pertandingan terus berlanjut, jalannya permainan pun menjadi semakin seru. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya seorang anak yang bertindak sebagai wasit menghentikan pertandingan.

"Yeah!" sorak sorai terdengar dari team yang mendapat kemenangan telak. "Kita menang!"

"Kau memang keren!" seorang anak merangkul temannya yang memakai baju merah. "Kau bisa jadi pemain bola terkenal nanti!"

"Oya?" si anak berbaju merah tertawa. "Menurutmu begitu?"

"Tentu saja, kau hanya harus mengasah bakatmu dengan baik!" jawab temannya.

"Hmm, kau benar..." si anak berbaju merah mengangguk. "Kalau begitu aku akan masuk Archangel High."

"Ehh? Aku setuju, sekolah itu terkenal dengan sepak bola dan musiknya," sahut seorang temannya yang lain.

"Iya, dengan masuk Archangel High aku akan jadi pemain nasional, lalu…" anak berbaju merah menggaruk-garuk lehernya.

"Lalu apa?"

"Aku juga akan mencari pacar di sana," anak berbaju merah tertawa sambil tersipu.

"Hah, kau ini!" seorang anak menjitak kepala anak berbaju merah tadi. "Kalau pacar 'kan di mana saja juga ada."

Si anak berbaju merah tertawa lagi. "Iya, tapi aku ingin dapat pacar yang manis dan…" ia tersipu lagi. "Kalau bisa suaranya indah…"

Serentak anak-anak remaja di lapangan itu tertawa lepas, lalu kembali bergurau untuk melepas lelah. Tanpa mereka ketahui, seseorang sedang memperhatikan mereka sejak tadi dari kejauhan. Ia bersembunyi di balik sebuah rumah, mendengarkan dan memperhatikan mereka dengan seksama.

~ Archangel ~ High ~

25 Juli 2014

"Archangel!"

"Archangel!"

Suara sorak sorai penuh semangat para siswa Archangel High mulai bergemuruh di seluruh penjuru lapangan sekolah.

"Baik, Teman-teman semua! Sebentar lagi kita akan menikmati pertandingan persahabatan antara team A dari kelas 3 dan team B dari kelas 2 Archangel High!" seseorang dari salah satu sisi lapangan sekolah berseru dengan microphone di tangannya. "Ayo kita beri semangat dan dukungan untuk mereka!"

"Woooooooaaahhh...!"

Seluruh penonton yang sudah tersebar mengelilingi lapangan pun kembali bersorak. Sorakan para penonton terdengar semakin keras ketika kedua team yang akan bertanding muncul dan bersiap di lapangan.

Priiiit!

Akhirnya pertandingan yang dinanti-nanti pun dimulai, antusiasme para penonton semakin memuncak.

"Kita lihat, pemain dari team A langsung menguasai bola," si komentator pertandingan mulai bersuara. "Tapi tentu saja, adik-adik dari team B mengejar di belakang."

Di saat pertandingan terus berjalan, para penonton masih tetap bersorak untuk team kesayangan mereka. Sebagian dari mereka terlihat berdiri sambil melambai-lambaikan tangan dan bahkan tidak jarang beberapa siswa melompat-lompat sambil meneriakkan nama pemain andalan team.

Di antara para penonton pertandingan yang sangat bersemangat, ternyata kita juga bisa menemukan segelintir orang yang terlihat tidak begitu antusias. Mereka terlihat tetap pada posisi duduk mereka yang nyaman di bangku atau pun rerumputan di pinggir lapangan, ada juga yang memilih untuk menyendiri di sudut sambil mendengarkan musik atau memainkan gadget mereka. Entah apa alasan orang-orang yang tidak tertarik pada pertandingan itu ikut berkumpul di lapangan, mungkin karena mereka tidak punya tempat lain untuk dituju atau pun hal lain untuk dilakukan.

Seorang gadis dengan rambut kuning keemasan yang duduk di barisan belakang juga terlihat tidak begitu menikmati jalannya pertandingan, ia hanya terdiam sambil menatap setengah kosong ke lapangan sejak tadi.

"Wow lihat!" tiba-tiba suara komentator membawanya kembali ke dunia nyata. "Striker andalan Archangel sudah mulai beraksi!" kalimat barusan membuat si gadis berambut kuning keemasan menatap ke seorang pemain yang sedang menggiring bola di sisi kanan lapangan. "Pemain junior kita yang satu ini memang luar biasa!"

Gadis berambut kuning keemasan tadi menghela nafas, lalu meneguk minuman ringan yang ia bawa. Setelah itu ia kembali memusatkan perhatiannya ke lapangan, tepatnya pada seorang pemain bernonor punggung 10 yang sudah melewati kotak penalti.

"Goal...!"

Akhirnya goal pertama tercipta, seorang pemain handal dan berbakat baru saja mencetak goal untuk team-nya.

"Hmmh," sebuah senyuman kecil tercipta di bibir si gadis berambut kuning keemasan, matanya masih tertuju pada seorang kapten team yang sedang berlarian untuk merayakan goal-nya. "Kau memang hebat dalam sepak bola," gumamnya.

Beberapa saat kemudian pertandingan pun dimulai kembali, namun si gadis berambut kuning keemasan ini kelihatannya tidak berniat untuk menonton hingga akhir. Ia bangkit dari bangkunya, lalu membalikkan badan dan berjalan menjauhi lapangan. Matanya sesekali melirik ke lapangan dan terpejam, seolah-olah ia sedang memikirkan sesuatu tentang pertandingan atau mungkin seseorang yang ada di sana.

"Shinn Asuka!"

"Shinn Asuka!"

"Shinn Asuka!"

~ Archangel ~ High ~

"Woow...!" seorang pemuda menyambut kedatangan rekannya yang baru menutup aksinya di lapangan hijau dengan kemenangan. "Seperti biasa, kau mengagumkan!"

Sang kapten yang disambut hangat langsung tertawa lepas, melupakan rasa lelah yang ia dapat setelah bertanding.

"Aku sempat ragu kalau kita akan menang tadi," ucap sang kapten. "Tapi syukurlah, berkat kerjasama kita jadi menang."

"Maksudnya berkatmu, Shinn?" sahut pemuda yang saat ini sudah duduk bersama sang kapten di bangku pemain. "Kau yang cetak semua goal-nya."

"Tidak, Vino," Shinn menggeleng. "Tanpa team yang mendukungku, aku tidak akan bisa bermain bagus."

"Kau memang kapten yang luar biasa..." Vino menepuk-nepuk punggung Shinn. "Ayo kita segera mandi dan ganti baju, setelah acara penutupan penerimaan siswa baru ini selesai kita makan-makan, bagaimana?"

"Ide bagus," jawab Shinn sambil berdiri. "Aku ambil bajuku di loker dulu."

Dengan itu Shinn bergegas ke lokernya yang ada di sisi kiri gedung sekolah, ia berlari kecil untuk mempersingkat waktu.

Bruuk!

Karena tergesa-gesa dan tidak memperhatikan jalan, Shinn tidak sengaja menabrak seseorang yang datang dari arah lain.

"Ah, maaf," Shinn berusaha menolong gadis yang ditabraknya. "Aku sedang terburu-buru, jadi kurang memperhatikan jalan," Shinn mengulurkan tangannya.

"Um, tidak apa-apa," jawab si gadis. Ia tidak langsung menyambut tangan Shinn, tapi malah nerapikan barang-barangnya yang berserakan. "Tadi aku juga sedang terburu-buru dan tidak melihat ke depan..."

"Biar kubantu," Shinn ikut memunguti beberapa lembar kertas dan buku di lantai, lalu ia mengamati seragam gadis di depannya yang sedikit berbeda. "Kau murid baru?"

"I-iya..." gumam si gadis. "Tadi aku disuruh mengambil berkas-berkas ini oleh kakak ossis."

"Oh..." setelah memungut kertas terakhir, Shinn bangkit dan menoleh ke sekeliling. "Hey, Kau!" serunya pada seorang siswa yang mengenakan seragam khusus anggota ossis di dekatnya.

"Ya, ada apa?" tanya anggota ossis tersebut sambil menghampiri Shinn.

"Coba kau bantu dia," ucap Shinn sambil menyerahkan berkas yang ia bawa pada si anggota ossis. "Jangan perlakukan murid baru seperti dia seenaknya, dia 'kan bukan pesuruhmu."

"Ah, iya maaf," jawab si anggota ossis. "Hanya saja kami sedang benar-benar kerepotan."

Shinn mengangguk. "Ya sudah, selamat bertugas," ucapnya sambil melambaikan tangan dan beranjak pergi.

Tanpa disadari oleh Shinn, gadis yang ia tolong tadi terus memperhatikan punggungnya hingga ia menghilang.

"Shinn Asuka..."

~ Archangel ~ High ~

28 Juli 2014

"Wah, hari ini juga cuacanya cerah ya?"

"Ya syukurlah, aku tidak ingin kehujanan di hari pertama kita masuk."

"Hahaha. Masih kurang ya liburnya?"

"Tentu, aku masih belum puas bermain."

"Haah, dasar kau ini."

Beberapa siswa-siswi yang sedang asyik mengobrol terlihat baru saja memasuki gerbang Archangel High. Di hari pertama mulainya tahun ajaran kali ini aktivitas di sekitar sekolah menjadi semakin padat, tidak jarang terlihat para anggota ossis berlalu-lalang dan berdiskusi di halaman sekolah. Wajah-wajah baru pun bermunculan, mereka yang baru saja tamat SMP dan kini menjadi anggota dari keluarga besar Archangel High.

"Hmm..." seorang gadis sedang berjalan santai menuju papan pengumuman, tangannya ia masukkan ke saku jaket merah yang ia kenakan dan telinganya tertutup headset.

"Di mana, di mana...?" akhirnya ia tiba di depan papan yang ia cari dan mulai menelusuri isi kertas pengumuman yang tertempel di papan tersebut. Bukan hanya dirinya yang asyik di sana, beberapa siswa-siswi baru juga berkumpul dan melakukan hal yang sama sejak pagi.

"Ah, ketemu," ia pun menenmukan jawaban atas apa yang ia cari dan terlihat cukup puas.

"Hey, tunggu!"

Tiba-tiba terdengar suara seorang siswa dari kejauhan.

"Sial!" suara itu terdengar lagi, membuat si gadis penasaran dan menoleh. "Kembalikan tasku!"

Seorang pemuda berseragam Archangel High sedang berlari mengejar beberapa anak lain, ia berusaha merebut tas yang dijadikan mainan oleh teman-temannya.

"Ayolah, kau tidak selemah ini 'kan?" ejek salah satu siswa. "Kapten team Archangel High harusnya lebih gesit dari ini."

"Ah, sial!" pemuda yang dipermainkan tadi menjadi semakin emosi, namun sebenarnya ia tahu bahwa teman-temannya hanya bergurau. "Leluconmu tidak lucu!"

Setelah itu segerombolan pemuda tadi melanjutkan permainan kejar-kejaran mereka, meninggalkan seorang gadis yang sedari tadi mengamati mereka sendirian.

"..."

Gadis itu pun akhirnya beranjak menuju sisi kiri gedung sekolah, ia menghela nafas pelan setelah beberapa langkah.

'Sudahlah, aku punya firasat buruk tentang ini.'

~ Archangel ~ High ~

Ruang kelas 1-B berada di lantai 2 gedung Archangel High, terletak di sisi kiri gedung, 2 ruangan setelah tangga utama. Saat ini ruangan tersebut sudah dipenuhi oleh siswa-siswi baru yang siap memulai kehidupan SMA mereka di Archangel High, berharap dapat menjalani hari-hari mereka dengan baik dan menyenangkan. Saat jam pelajaran akan dimulai sekitar 5 menit lagi, seorang gadis berjaket merah tiba-tiba muncul dan memasuki ruangan.

Gadis itu mengedarkan pandangannya, mencari tempat kosong yang masih tersisa untuknya. Sebenarnya ia menginginkan tempat yang bisa memberinya sedikit ketenangan, seperti di dekat jendela atau di sudut ruangan misalnya. Tapi salahkan saja kedatangannya yang nyaris terlambat, hanya ada 1 bangku kosong yang tersisa untuknya.

'Huh, duduk di depan.'

Dengan berat hati ia melangkah ke bangku ke 3 dari pintu di barisan depan, dilihatnya seorang gadis sedang memainkan kertas di bangku sebelahnya.

"Tempat ini kosong?" tanyanya sambil menarik kursi. Gadis yang ia tanyai tidak sempat menjawab, ia hanya terkejut dan menatap ke arahnya. "Aku duduk di sini ya."

Sesaat setalah si gadis berjaket merah duduk, barulah sebuah jawaban terdengar.

"Iya, silahkan," gadis berjaket merah tadi menoleh pada teman sebelahnya, ternyata warna rambut mereka nyaris sama. "Um... Perkenalkan, namaku Stellar Lousier," Stellar mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Oh, iya," sekarang gadis berjaket merah melepas headset-nya dan menyambut tangan Stellar. "Aku Cagalli, Cagalli Yulla Attha."

Di sinilah perjalanan kehidupan SMA Cagalli dan Stellar dimulai, bermula dari perkenalan yang sederhana dan beberapa persamaan yang menghubungkan mereka.

~ To Be Continued ~