[REMAKE] Sleep With The Devil by Santhy Agatha

Genre :: Romance

Cast :: Kim Jongin, Xi Luhan, and others. [KAILU]

Rated :: M

.

Disclaimer : Saya me- remake novel favorit saya, cerita aslinya kalian bisa

baca novel Sleep With The Devil (Santhy Agatha). So, cerita ini

bukan milik saya, saya hanya meremake oke?jangan nuduh saya plagiat ya.

Oh iya ini re-post ya?

.

Typo(s). YAOI. M-PREG

Don't Like , Don't Read chingu!

Annyeong, ini ff remake Sleep With The Devil KaiLu Ver ^^

Happy Reading!

Suasana yang hingar bingar membuat Luhan mengeryitkan matanya. Dia tidak suka suasana ramai dan menyesakkan seperti ini. Dia merindukan kamarnya, kamar tenang yang damai, tempat dia bisa duduk dan membaca sambil mendengarkan musik sayup-sayup. Tapi musik yang sangat keras ini hampir melampaui batas toleransinya, ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, tapi dia tidak bisa. Lelaki itu, lelaki jahat itu menurut sumber yang dia dengar akan datang ke tempat ini beberapa saat lagi.

Luhan mencoba menarik turun rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman. Seragam waitress ini amat sangat tidak nyaman, dengan belahan dada yang begitu rendah dan rok yang begitu pendek, Luhan seperti dipaksa menyamar menjadi orang yang tidak dikenalnya. Tetapi bukankah itu memang tujuannya? Dia tidak ingin lelaki itu mengenalnya, meskipun hal itu sepertinya tidak perlu ditakutkannya. Mereka hanya pernah bertemu satu kali, pada pertemuan singkat yang tak disengaja, saat lelaki itu menemui ayahnya di ruang kerjanya. Saat itu penampilan Luhan tidak seperti sekarang, tak akan ada yang menyadari kalau ia adalah laki-laki yang sedang menyamar.

Luhan mengernyitkan matanya lagi, Aku benar-benar berpenampilan seperti perempuan murahan, desahnya. Suara berisik dari arah pintu masuk mengalihkan perhatian Luhan, matanya mencari-cari dan itu dia! Lelaki itu ada di sana, dengan kedatangannya yang begitu heboh dikelilingi banyak sekali bodyguard berbadan kekar. Tanpa sadar Luhan mendengus, yah karena dia lelaki jahat yang suka menyakiti orang, dia pasti punya banyak musuh yang ingin membunuhnya.

Dengan penasaran Luhan menjinjitkan kakinya, berusaha melihat dengan jelas sosok lelaki itu, Kim Kai. Sosok yang ditakuti dalam dunia bisnis karena tidak segan-segan menggilas siapapun yang menghalangi jalannya. Siapapun yang berani melawan Kim Kai, akan berakhir dalam tragedi. Seperti ayahnya, seperti seluruh keluarganya. Desah Luhan pahit. Dulu keluarga Luhan adalah keluarga berada, ayahnya adalah seorang pengusaha sukses di bidang konversi kelapa sawit. Kebun mereka ada berhektar-hektar di luar pulau, dan mereka sangat kaya. Bagi Luhan keluarga mereka adalah keluarga bahagia, meskipun ibunya adalah wanita lemah yang sakit-sakitan, tapi selain itu dia adalah ibu yang sempurna. Pikiran Luhan menerawang di saat-saat bahagia itu, saat dia, ayahnya dan ibunya berkumpul bersama di meja makan, menyantap sarapan pagi bersama ayah dan ibunya yang penuh cinta. Ayahnya akan bercerita tentang pengalaman-pengalaman dalam perjalanan bisnisnya, dan ibunya akan menatap sang ayah dengan tatapan memuja.

Semua terasa begitu bahagia, semua terasa begitu sempurna. Sampai kemudian Kim Kai datang dalam kehidupan mereka. Kim Kai tertarik dengan perkembangan pesat bisnis ayah Luhan dan berpikiran untuk menjalin suatu hubungan kerjasama. Pada awalnya, ayahnya tidak tertarik, dia sudah cukup puas dengan bisnis yang dijalankannya sendiri. Tapi Kai tidak menyerah, dengan berbagai cara dia berusaha mendekati ayahnya. Dan entah kenapa ayahnya akhirnya menyerah ke dalam kuasa Kim Kai, ke dalam kuasa iblis kegelapan yang ketika mencengkeram tidak akan melepaskannya lagi.

Kai menghancurkan keluarganya secara harfiah, entah kenapa kepemilikan ayahnya atas bisnis itu dimentahkan begitu saja, semuanya diambil oleh Kai dan dikendalikan di bawah tangannya. Ayahnya tidak punya hak apa-apa lagi selain jatah bulanan untuknya dan keluarganya. Keluarga Luhan jatuh miskin seketika. Rumah mewah mereka disita paksa, mereka harus pindah ke rumah mungil sederhana. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa pelayan-pelayan yang biasanya selalu siap sedia melayani kebutuhan mereka. Luhan kuat menanggung itu semua, tetapi ibunya tidak. Ibunya dari kecil terbiasa bergelimang kekayaan, seperti putri raja. Sampai menikah dengan ayahnyapun, ayahnya terbiasa memperlakukannya seperti Ratu dengan banyak pelayan yang mengelilinginya. Ibunya sudah hancur ketika dipaksa memasak sendiri dengan tangannya yang rapuh dan tidak terampil itu karena tidak pernah memasak seumur hidupnya.

Dan makin hancur ketika mereka makin miskin, makin menderita. Akhirnya penderitaan itu tak tertanggungkan lagi bagi ibunya, dia mulai sakit-sakitan… semakin kurus, semakin sering menangis di malam-malam sepi. Lalu suatu pagi, ibunya meninggal begitu saja. Luhan masih ingat ketika dia berdiri di samping ayahnya yang membeku menatap wajah ibunya yang kurus dan pucat. Ekspresinya seperti tertidur, dan merasa sedih karena menyadari kenyataan bahwa ibunya mungkin lebih bahagia sekarang setelah meninggal dunia.

Sepeninggal ibunya, Ayahnya hancur. Hancur total. Dia mulai mabuk-mabukan, kadang berteriak-teriak dan menangis sendirian di malam-malam sepi. Hingga pada suatu hari, ayahnya mengendarai mobil mereka, satu-satunya harta mereka yang masih tersisa, dan menabrakkan diri pada tembok pembatas jalan hingga mobil itu terguling beberapa kali. Ayahnya tewas seketika di tempat. Polisi mengatakan bahwa kandungan alkohol di darah ayahnya sangat tinggi, hingga dapat dikatakan, ayahnyalah yang membunuh dirinya sendiri. Luhan menjadi sebatang kara dan rasa dendam yang terpendam dalam hatinya makin menyeruak setelah kematian kedua orang tuanya.

Semua ini berakar dari Kim Kai. Sejak lelaki itu muncul di keluarganya, semuanya hancur dan musnah. Luhan harus membalas dendam, dengan cara apapun, untuk membalaskan kesedihan ibunya, dan kematian sia-sia ayahnya. Sejak itu, dia menyelidiki semua hal tentang Kim Kai, di mana dia tinggal, bagaimana jadwalnya, apa kesukaannya. Semua informasi itu dikumpulkannya baik-baik dan disusunnya. Ketika Luhan mendapat informasi, bahwa Kai sering menghabiskan waktunya dengan kekasih-kekasihnya di klub kelas atas ini, Klub Azalea.

Tanpa pikir panjang, Luhan meninggalkan pekerjaannya sebagai guru di taman kanak-kanak, pindah dari tempat tinggalnya dan melamar sebagai waitress di sini. Semua butuh pengorbanan, Luhan menyadari bahwa pembalasan dendam butuh pengorbanan besar. Seperti ketika dia harus berdandan sebagai wanita murahan dengan rok mini dan baju seksi. Kadang malam demi malam harus menahan diri dari siksaan kegaduhan dan hingar bingar musik, ataupun harus menahan hati karena banyaknya lelaki-lelaki genit yang selalu berpikir bahwa dia adalah wanita sungguhan dan murahan yang bisa dibeli.

Semua butuh pengorbanan, mahal harganya. Tapi Luhan merasa itu akan sebanding dengan kepuasan yang akan dia dapatkan nanti. Kepuasan untuk membunuh lelaki itu dalam siksaan menyakitkan, seperti yang dilakukan lelaki itu pada ayah dan ibunya. Dia sudah mengoleskan racun yang tidak akan terdeteksi, di dasar gelas yang sudah disiapkan khusus untuk Kim Kai malam ini. Kim Kai tidak mau menggunakan gelas yang sama dengan orang lain. Gelasnya ekslusif, khusus hanya dipakai dirinya, dan tadi siang ketika berpura-pura membersihkan bar, Luhan menyelinap ke tempat penyimpanan khusus itu dan mengoleskan racun yang tidak terdeteksi ke gelas tersebut. Seteguk saja minuman dari gelas yg sudah diolesi racun itu ditelan oleh Kim Kai, maka seluruh dendamnya akan terbalaskan.

Kim Kai merasa muram malam ini. Entah kenapa, dia sedang ingin menghajar seseorang, atau kalau perlu, membunuh seseorang. Malam ini dia datang ke klub bukan untuk bersenang-senang, tetapi untuk mencari masalah. Dengan dikelilingi para bodyguard yang selalu siap menjaganya, meskipun sebenarnya tidak perlu, karena Kai menguasai beberapa keahlian bela diri. Tetapi ketika kau punya uang banyak, memang lebih baik jika kau membiarkan orang lain melakukan segala sesuatunya untukmu. Pemilik Klub sendiri yang menyambutnya. Tentu saja, mengingat betapa besar hutangnya kepada Kai. Dengan tergopoh-gopoh lelaki gendut itu menggiringnya ke kursi VIP terbaik.

"Anda bisa memilih siapapun untuk menemani Anda," gumam si pemilik Klub dengan nada menjilat. Kai menatap ke sekeliling dengan tak berminat, menatap semua perempuan di sana yang hampir-hampir seperti semut mengelilinginya, dengan tatapan berharap untuk dipilih. Terlalu murahan, gumamnya dalam hati. Semua manusia di dunia ini murahan dan penjilat. Kai memutuskan tidak memilih siapapun, ketika tatapan matanya terpaku pada perempuan itu. Perempuan yang tampak salah tempat di klub malam mewah ini. Mengenakan baju luar biasa seksi, tetapi tampak tidak nyaman di dalamnya. Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirnya, "Aku mau dia," gumamnya sambil menunjuk perempuan itu.

"Aku mau dia."

Kalimat itu diucapkan dengan nada malas yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Luhan merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dirinya yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan pikirannya sendiri. Dengan gugup Luhan menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu. Mata cokelat pucat sehingga nyaris bening, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.

"Cepat kesana. Dia menginginkanmu,"

Sang bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Luhan tidak cepat-cepat menuruti keinginan Kai, akan berakibat fatal. Luhan mengernyit pada Kai, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.

"Apakah… apakah.." Luhan berdehem karena suaranya begitu serak, "Apakah Anda ingin dibawakan minuman?"

Kai hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya. "Bawakan satu, minumanku yang biasa".

Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan Kai, minuman yang biasa. Tangan Luhan gemetar ketika menerima nampan minuman itu. Sedikit lagi Luhan….., gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri. Sedikit lagi semua dendammu akan terbalaskan… sedikit lagi…. Luhan mengucapkan kata-kata itu bagaikan doa, dengan langkah gemetar dia mendekati Kai yang duduk bagaikan sang raja, menunggunya. Diletakkannya gelas itu di meja depan Kai, Semoga kau lekas meminumnya dan lekas mati. Doa Luhan dalam hati. Tetapi sepertinya Tuhan masih menginginkan Kai hidup, karena lelaki itu terlihat tidak tertarik untuk menyentuh minumannya.

Matanya malahan tertuju pada Luhan dan memandangnya tajam. "Duduk." Kai menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya. Sekujur tubuh Luhan mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan kebencian, siapa lelaki ini berani-beraninya memerintahnya seperti ini? Ketika Luhan termenung, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk, menuruti permintaan Kai. Sehingga dengan terpaksa Luhan duduk di sebelah Kai.

"Siapa namamu?", Kai menatap tajam ke arah Luhan, sama sekali tidak melirik gelas minuman di mejanya. Luhan sudah siap dengan pertanyaan ini, nama samarannya,

"Jessica." Jawabnya kaku.

Kai mengernyit menatapnya dengan seksama, lalu jemari panjang itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu Luhan mendekat, supaya dia bisa mengamati wajah Luhan dengan cermat, "Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya di sini"

"Eh… dia… dia pegawai baru kami, tuan Kai, maafkan ketidaksopanannya, saya belum pernah mengajarinya bagaimana membawakan minuman untuk tamu sepenting Anda," sang pemilik klub menyela dengan gugup. Wajahnya tampak cemas melihat Luhan melayani tamu pentingnya dengan setengah hati. Dengan pandangan memarahi dia memperingatkan Luhan,

"Ayo Jessica perkenalkan dirimu kepada tuan Kai, tuan Kai telah memilihmu untuk menjadi pelayan minumannya. Itu merupakan suatu kehormatan untukmu, harusnya kau berterima kasih" Perintah itu membuat Luhan menegakkan dagunya dengan angkuh,

"Saya sudah memperkenalkan diri saya, dan saya sudah membawakan minuman untuk tuan Kai yang terhormat, karena itu saya akan pergi," jawab Luhan ketus, sambil beranjak dari tempat duduknya, toh misinya sudah tercapai.

Gelas minuman beracun itu sudah ada di meja Kai, dan sebentar lagi Kai akan mati karena sesak napas. Tetapi sebelum Luhan sempat berdiri, Kai meraih jemarinya dan menariknya kencang, supaya terduduk lagi. Kali ini di pangkuan Kai. "Apa… apaaan….," Suaranya terhenti ketika bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba melumat bibirnya. Luhan memberontak ketika menyadari bahwa Kai sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas. Ciuman itu sungguh tak sopan karena bibir dingin Kai tanpa permisi langsung memagut bibirnya, melumatnya tanpa ditahan-tahan. Lidahnya langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Luhan, menghisapnya, menikmatinya, dan menggilasnya tanpa ampun. Sekujur tubuh Luhan terasa terbakar, panas karena amarah dan demam kerena gairah. Lelaki ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu perempuan dan laki-laki cantik, sehingga Luhan yang belum berpengalamanpun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kebenciannya. Tetapi pikiran bahwa lelaki ini telah memanfaatkan begitu banyak wanita cantik dan laki-laki cantik demi memuaskan rasa arogan dan kekuasaannya membuat Luhan merasa muak. Dan tiba-tiba muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong laki-laki itu menjauh dan menamparnya sekuat tenaga.

Plakk!

Suasana di klub itu menjadi sangat hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang hiruk pikuk itupun terhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Luhan, yang berdiri dengan terengah-engah berhadapan dengan Kai yang membatu duduk di sofa VIPnya. Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengan Luhan. Begitu menyakitkan hingga membuat Luhan menjerit,

"Kurang ajar kau ! berani-beraninya memukul Tuan Kai," teriak sebuah suara berat dan kasar. Luhan menoleh dan mendapati dirinya ditelikung oleh lelaki berbadan besar yang sepertinya salah satu bodyguard Kai. Lengan lelaki itu yang besar dan kuat menahannya sampai tangannya terasa kaku dan sakit. Tapi Luhan tidak menyerah, dia meronta sekuat tenaga, mencakar, dan menggigit lengan yang tetap terasa sekeras batu itu. Napasnya terengah-engah dan wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu karena sebagai sesama laki-laki kekuatannya lemah.

"Lepaskan dia," suara dingin Kai terdengar di keheningan. Orang-orang masih diam menunggu, memusatkan perhatian kepada apa yang akan dilakukan lelaki yang terkenal luar biasa kejam itu pada perempuan yang berani menamparnya.

Seketika itu juga, bodyguard Kai yang berbadan kekar melepaskan Luhan, membuatnya hampir terjatuh karena kelelahan meronta-ronta. Mereka berdiri berhadap-hadapan di bawah tatapan mata banyak orang yang menanti. Kai masih berdiri dengan wajah dingin tak berekspresi sambil mengusap pipinya, bekas tamparan Luhan.

"Berapa hargamu?," suara Kai terdengar tenang dan dingin, Mata Luhan membelalak, harga? Apa yang dibicarakan lelaki ini? Matanya melirik ke gelas minuman Kai yang sudah diracuninya di meja. Semuanya berantakan, serunya menahan kekesalan pada dirinya sendiri. Semua gara-gara dia tidak bisa menahan kebenciannya.

Seharusnya ketika Kai melecehkannya dia bisa menahan diri dan berpura-pura menjadi perempuan gampangan, seharusnya dia mau berkorban menahan perasaannya. Setidaknya ketika dia menurut, Kai mungkin akan merasa senang dan lengah, lalu meminum minumannya itu dan mati. Tetapi sekarang semua sudah terlambat, Kai tampak tidak tertarik lagi pada minumannya dan tertarik sepenuhnya kepada Luhan. Lagipula Luhan tidak bisa berpura-pura menyukai Kai, kebenciannya terlalu dalam pada lelaki itu.

Yuri, primadona di bar ini mendekati Kai dengan tatapan merayu. Dialah yang biasanya dipilih Kai untuk menemani lelaki itu minum ketika Kai berkunjung, dan sekarang hatinya dipenuhi kecemburuan karena Kai tampak begitu tertarik kepada anak baru itu. Padahal kalau dilihat dari kecantikannya, anak baru itu jauh lebih jelek daripada dirinya,

"Sudahlah Kai," Yuri menyentuhkan tangannya di kerah baju Kai, "Perempuan jelek itu tidak akan bisa memuaskanmu, lebih baik biarkan aku yang menemani,,,,, aduhhh!" Yuri mengaduh karena Kai merenggut tangannya yang meraba kerah baju Kai. Jemari Kai mencengkeramnya dengan kekuatan tak ditahan-tahan lagi, menyakitinya hingga terasa menusuk ke tulang,

"Menyingkir," gumam Kai dengan tatapan membunuh pada Yuri, lalu menghempaskan tangan Yuri dengan kasar sehingga tubuh Yuri terdorong menjauh. Sambil meringis menahan nyeri dan kesakitan Yuri lekas-lekas menjauh.

"Nah," Kai memusatkan mata dinginnya kembali ke Luhan, "Katakan berapa hargamu, dan aku akan membayarnya"

"Aku harus memiliki laki-laki ini.", Kai memutuskan dalam hati. Aku harus memilikinya segera. Tuhan tahu dia sudah berusaha menyelamatkan laki-laki ini. Tetapi entah kenapa lelaki satu ini memiliki tekad yang kuat untuk mencelakainya, hingga lupa bahwa dia sudah menantang lelaki paling berbahaya. Mata Kai melirik gelas yang diletakkan Luhan di mejanya, dia tahu kalau dia diracuni. Luhan terlalu tidak berpengalaman dalam usaha pertamanya membunuh orang. Tangannya gemetaran dan matanya gugup, berkali-kali melirik ke gelas minuman itu. Dan juga nama palsu yang menggelikan itu.

Luhan bahkan tidak menyadari bahwa penyamarannya sudah terbongkar dari awal. Sebenarnya tadi Kai memutuskan untuk menertawakan Luhan diam-diam, dengan pura-pura akan meminum minuman beracun itu. Tapi bibir ranum itu, dan penampilan Luhan yang luar biasa seksi memunculkan sisi iblis dalam dirinya, sisi Iblis yang kehausan. Mungkin sudah waktunya lelaki yang satu ini menerima pelajaran atas kenekatannya.

Luhan tertegun marah mendengar pelecehan Kai atas dirinya. Berapa harganya? Hah! Dia pikir dia raja yang bisa membeli apa saja yang dia mau? Lelaki iblis ini harus diajari, bahwa meskipun banyak perempuan dan laki-laki cantik yang bertekuk lutut di kakinya dan memohon-mohon untuk dimilikinya, ada perempuan dan laki-laki yang tidak sudi disentuh olehnya. Dengan marah Luhan mendongakkan dagunya menantang Kai,

"Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda," gumamnya kasar suara di seluruh klub itu langsung dipenuhi dengungan gelisah menanti reaksi Kai. Tidak disangka-sangka Kai tersenyum. Lalu melirik ke arah bodyguardnya,

"Tidak ada sesuatupun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," gumamnya datar dan memberikan isyarat tangannya kepada para bodyguardnya. Semuanya berlangsung cepat; Luhan tidak sempat lari ataupun panik, karena tiba-tiba bodyguard Kai yang berbadan paling besar, merenggutnya kasar, mengangkatnya, lalu membantingnya di pundaknya seperti sekarung beras.

Sekejap dipenuhi rasa pusing karena posisi kepalanya dibalik mendadak, Luhan tersadar bahwa dia sudah diangkat keluar dari klub itu. Sekuat tenaga Luhan mencoba memberontak. Tangannya memukul-mukul punggung bodyguard itu dan kakinya menendang-nendang keras sambil berteriak-teriak menahan marah dan frustasi. Tetapi tubuh bodyguard itu sekeras batu, tidak bereaksi atas pemberontakan Luhan.

Percuma meminta tolong, karena Luhan yakin tidak akan ada yang berani menolongnya. Semua pengunjung klub yang pengecut itu hanya menatap kejadian didepan mereka dengan muka bodohnya. Sang pemilik klub masih memandang takjub Kai yang melenggang dengan santai meninggalkan ruangan dengan Luhan yang meronta-ronta dan menjerit-jerit dalam gendongan bodyguardnya.

Sesampainya di tempat parkir Luhan diturunkan. Sedetik setelah dia diturunkan, Luhan berlari sekuat tenaga berusaha menjauh. Tetapi baru beberapa langkah, tangan sekeras batu itu menangkapnya lagi.

Luhan meronta tapi tak bisa berontak, dengan frustasi dia menggigit sekuat tenaga tangan yang mendekapnya itu. Sang bodyguard mengaduh sambil mengumpat-umpat, sedangkan Kai hanya menatap kegaduhan di depannya sambil terkekeh geli. Luhan mencoba berontak, menggigit, dan menendang sampai kelelahan. Dia menatap Kai, terengah-engah dengan pandangan penuh kebencian, masih dalam cengkeraman kuat tangan bodyguard Kai. Kai membalas tatapannya dengan senyum manis yang jahat,

"Kalau kau berjanji mau bersikap baik, mungkin aku akan menawarimu tempat yang nyaman, di sebelahku di dalam mobil" "Mati saja kau!," sembur Luhan penuh kemarahan. Kai terkekeh lagi,

"Oke, kau yang minta," dengan isyarat anggukan kepala, Kai memberi perintah pada para bodyguardnya, "Masukkan dia ke bagasi"

TBC

Annyeong, chingudeul aku bawa ff remake Sleep With The Devil karya Santhy Agatha lg.. ^^

Mianhae klo ada yang ga suka dengan pairing yg aku gunakan buat ff ini #bow

Padahal belum menyelesaikan ff remake yg sebelumnya malah ada yg baru, ini sebagai hadiah karena terlambat ngepost ff from the darkest side n belum ngelanjutin ff it's hurt ^^

Klo yg mereviewnya banyak akan aku usahakan melanjutkan ff remake ini ne ^^

Ditunggu reviewnya chingu :)

Kamsamhamnida :D #deepbow