Disclaimer : The novelist -Ryohgo Narita- and Studio Shuka

The story is mine but the characters are belong to Narita-sensei.

WARNING : This is only fiction and the purpose is solely to entertain tho who read this story, Sho-ai/Yaoi, OOC, typos (and strange indonesian grammar)

Happy reading, readers!


CHAPTER 5

Akhirnya... ucap Shizuo dalam hati saat ia keluar dari bilik kamarnya sambil memandang matahari hari pagi yang masih belum begitu silau oleh mata. Sebuah senyuman terkembang di wajahnya.


Pagi itu merupakan hari yang tidak begitu sibuk bagi shōfu milik Shiki dari kelompok Awakusu seperti pada akhir pekan seperti biasanya. Hanya tampak sebagian dari pengunjung tetap yang datang ke tempat itu.

Di lain tempat tapi masih berada di dalam rumah shōfu tersebut, pemuda bersurai hitam dengan manik merah, Izaya, sedang berada di dalam kamarnya yang hanya berluaskan 4 tatami dan itu pun harus berbagi dengan Namie. Jangan tanyakan kenapa pemuda tersebut harus berbagi kamar dengan seorang perempuan yang masih merupakan hal tabu di zaman itu. Ada beberapa hal yang harus jadi pertimbangan. Pertama, tempat. Di shōfu ini hanya ada sedikit kamar yang dapat dijadikan sebgai tempat tidur bagi para pekerjanya. Kedua, permintaan Izaya. Ketiga, sebenarnya alasan yang ini berkenaan dengan poin kedua, Izaya pernah mengalami trauma dengan yang namanya 'tidur dengan laki-laki'.

Izaya merapikan kimono yang akan ia kenakan nantinya ketika bertemu dengan Shizuo. Dirinya masih tidak mengerti mengapa jantungnya selalu berdebar lebih cepat dari biasanya ketika ia memikirkan si tuan muda Heiwajima itu. Pikirannya melayang ke waktu dimana Shizuo menarik tangannya sepanjang jalan tanpa peduli tatapan orang-orang, kemudian saat Shizuo memeluk erat dirinya.

Iie, iie! Teriak Izaya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan khayalannya. Pemuda tersebut menjadi malu sendiri dengan pikirannya itu.

Ia kemudian berjalan keluar dari kamarnya untuk melaksanakan tugasnya sebagai pekerja di tempat tersebut.

Aku belum memberitahu Shiki-san soal Shizuo-san yang akan mengajakku keluar hari ini. Kuharap ia juga memberikan izin kali ini.


"Anda mau kemana, waka?" tanya Tom saat ia melihat Shizuo yang keluar dari rumah dengan berpakaian cukup rapi.

"Oh, cuma ada perlu sebentar." Jawab Shizuo sambil berjalan melewati pengawalnya itu.

Tom menaikkan sebelah alisnya sambil melihat pemuda dengan rambut coklat kekuningan tersebut bersiul ria saat keluar dari gerbang luar kediaman Heiwajima.

Mood sang tuan muda Heiwajima sangat bagus hari ini. Betapa tidak, yang ada di pikirannya sekarang cuma ada seorang pemuda berambut hitam yang sangat halus ketika dipegang, kontras dengan kulit putih mulus porselen seperti buatan sang maestro dan sepasang manik merah yang apabila seseorang menatapnya, ia tidak akan bisa melupakan pesonanya.

Ah, pikiran si pemuda berambut coklat kekuningan itu ada di langit ke tujuh sekarang.

Ketika Shizuo berada di jalanan yang mengarah ke shōfu yang menjadi tempat tujuannya tersebut, ia melihat jalan tersebut ditutupi oleh orang-orang yang berkerumun di depan sebuah kedai makanan yang cukup terkenal di wilayah tersebut.

Apa ini? Ada acara makan gratis? Pikir Shizuo.

Shizuo tidak tertarik untuk melihat apa yang ada di tempat itu, jadi ia berusaha untuk menerobos kerumunan massa tanpa pikir panjang.

Ketika Shizuo berhasil melewatinya, tiba-tiba saja teriakan seseorang yang sepertinya berasal dari dalam kedai terdengar dan seketika massa yang ada disana terlihat terkejut. Shizuo melihat hal itu sambil mengernyitkan dahinya.

"Kalian semuanya, LIHATLAH! Anak ini adalah pencuri yang berkeliaran di daerah kita selama ini!". Seorang pria paruh baya berteriak sambil mencengkram bagian kerah dari yukata usang yang dipakai anak laki-laki.

Shizuo menyelip diantara orang-orang dan kemudian melihat bahwa seorang penjaga kedai tersebut melempar anak laki-laki tersebut ke jalan dengan kasar.

"Mikado-kun!" ucap seorang anak laki-laki lain berambut coklat terang yang menghampiri bocah yang tergeletak itu.

"Ooh, jadi kau juga teman si pencuri ini ya!" si penjaga kedai tersebut menarik anak berambut coklat tersebut.

"Mikado-kun tidak mencuri! Bukan dia yang melakukannya!" balas anak tersebut.

"Ha! Lalu, ini apa?!" tanya si penjaga sambil memperlihatkan beberapa kantong berisi uang, "ini ada di baju temanmu itu!"

"Bukan Mikado-kun yang melakukannya! Aku yakin!"

"Huh! Kau banyak omong!"

Si penjaga kedai kemudian mendorong anak laki-laki tersebut hingga terjatuh. Kemudian dia menarik rambut anak laki-laki satunya lagi yang berambut hitam dengan kasar.

"Aaahh!"

"Semuanya! Apa kalian tahu, anak ini apa?! Anak ini adalah ma-sei!"

Mendengar hal itu, sontak orang-orang berkumpul disana tersentak kaget mendengarnya. Sebagian dari mereka mulai berbisik satu sama lain. Sementara Shizuo yang mendengarnya membelalakkan mata, tidak percaya.

Ma-sei? Seperti yang dikatakan Shinra?

"Ma-sei ini hanya membawa kesialan dan nasib buruk bagi orang-orang di sekitarnya. Dan kasus pencurian ini pasti jelas-jelas anak ini pelakunya." Seru si penjaga tersebut sambil menampar kuat wajah anak laki-laki tersebut.

Wajah anak laki-laki itu sudah penuh dengan luka dan akibat tamparan barusan, darah segar mengalir dari hidungnya. Selain itu, badannya yang kurus juga penuh lebam kebiruan, entah karena pukulan atau tendangan.

Anak laki-laki itu mengerang lemah kesakitan dan hanya bisa membuka sebelah matanya. Anak tersebut melihat ke arah temannya yang terduduk di tanah sambil melihat si penjaga kedai dengan penuh amarah. Kida-kun...

"Lepaskan dia!" teriak anak laki-laki berambut coklat sambil menerjang tangan pria penjaga kedai yang sedang meremas rambut temannya.

Pria penjaga kedai yang notabene memiliki tubuh yang lebih besar dari kedua anak tersebut, dengan mudahnya menghalau anak laki-laki berambut coklat yang menyerangnya. Pria tersebut lalu menyikut perut anak berambut coklat tersebut hingga anak tersebut kembali terjatuh ke tanah sambil memegang perutnya yang nyeri luar biasa.

"Kida-kun!" seru si anak berambut hitam pendek.

Shizuo melihat sang penjaga kedai dengan pandangan tidak percaya. Hanya meladeni dua anak seperti itu tidak perlu kekerasan sampai keduanya terluka seperti itu. Ditambah dengan orang-orang di sekelilingnya yang hanya menonton tanpa meredakan amarah si penjaga toko supaya tidak memukuli kedua anak tersebut babak belur begitu. Shizuo geram melihatnya, sungguh ia benci kekerasan.

"Berhenti!"

Shizuo berjalan ke arah anak berambut coklat dan membantu anak tersebut untuk duduk perlahan.

"Hei, itu anak Heiwajima Kicirou-sama!" bisik orang-orang yang melihatnya.

"Sekarang, siapa lagi ini?!" tanya si penjaga kedai dengan pandangan tidak suka.

Tampaknya pria tersebut belum mengenal anak salah satu dewan kota yang terkenal tersebut. Laki-laki yang lebih muda di belakangnya membisikkan sesuatu ke dirinya. Setelah itu, pria tersebut hanya tersenyum sinis ke arah Shizuo.

"Mau apa anak dewan kota ada disini?"

Shizuo menatap pria di depannya, "Sebenarnya aku hanya numpang lewat, tapi kerumunan orang-orang disini benar-benar mengganggu orang untuk berjalan di jalan ini."

Shizuo menaikkan sebelah alisnya sambil melihat orang-orang yang berkumpul di sekelilingnya. Sontak para massa yang ada seolah paham dengan maksud pandangan Shizuo tersebut, pelan-pelan mulai membubarkan diri mereka.

"Nah, sekarang lepaskan anak itu." Ucap Shizuo sambil menunjuk anak laki-laki yang rambutnya masih dijambak kuat oleh pria tersebut.

"Dia ini sudah mencuri di kedai ini! Jadi aku tidak bisa melepaskan begitu saja anak ini."

"Masalah anak itu biar aku yang urus, anda tidak usah mempermasalahkannya lagi."

"Heh! Walaupun kau anak dewan kota, tapi masalah ini tidak ada hubungannya denganmu."

"Memang tidak ada hubungannya." Jawab Shizuo, "tapi, kalau anda tidak melepaskannya, anda bisa dituntut karena telah melakukan kekerasan pada anak di bawah umur yang sama sekali tidak bersalah." Shizuo hanya mengarahkan dagunya pada anak berambut coklat terang yang ada di sampingnya. Kemudian ia kembali menatap pria tersebut.

Si penjaga kedai terdiam. Kemudian dengan terpaksa ia melepaskan anak berambut hitam tersebut.

"Mikado-kun!"

Anak yang dipanggil Mikado tersebut berjalan terhuyung beberapa langkah dan hendak terjatuh namun untungnya sempat ditangkap oleh temannya itu.

"Kida-kun..." kata Mikado setengah berbisik.

"Yokatta, Mikado-kun." Ucap anak yang bernama Kida tersebut sambil memeluk temannya.

Si penjaga kedai dan seorang laki-laki di belakangnya kemudian meninggalkan Shizuo dan dua anak tersebut.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Shizuo.

Kida, anak yang berambut coklat terang tersebut, berbalik melihat Shizuo dan tersenyum senang, "Arigatou, tuan karena sudah menolong teman saya." Katanya.

"Sama-sama." Balas Shizuo. "Apa benar bukan temanmu ini yang mencuri?" tanya Shizuo hanya ingin memastikan.

Kida mengangguk, "kami baru pertama kali mendatangi kedai ini, tak berapa lama setelah masuk kemudian seorang laki-laki yang kami tak sempat lihat wajahnya menabrakkan dirinya ke arah Mikado-kun dan setelah itu, tiba-tiba saja pria tadi memukulinya."

Shizuo hanya mendengar kemudian mengangguk paham. "Setelah ini, dia harus diobati." Tunjuk Shizuo ke anak satunya lagi.

"Iya. Kalau itu, saya dapat mengantarnya ke sana tuan. Anda tidak perlu mengkhawatirkannya."

"Baiklah, kalau begitu."

"Ano, nama saya Kida Masaomi, saya boleh tahu nama tuan?"

"Heiwajima Shizuo."

_To be Continued_


Konbawa minna-sannnnn!

Are you still there, dear readers? :D

What do you think about the story development? Actually, i don't expect this story becoming more complicated since i always think about how to tell the main problem of the story. Before, with my other story, i always wrote the plot for 2 or 3 chapters before writing. And my bad, i don't make for this story. Yeah, i'll try making the plot so this story's plot won't go astray #hopefully...

Shofu = okiya "House of prostitution in that era"

Yokatta = That's good/showing a relief expression

Okay. That's it. Hope you will like it.

Then tell me your opinion, by...

Review! :)