"Kau kenapa sih, hyung? Tersenyum setelah itu tertawa kemudian merengut."

"Namanya juga, aku sedang jatuh cinta. Kau pernah jatuh cinta, kan?"

"Tidak bertingkah sepertimu."

"Aku hanya bingung, kami sudah menjalin hubungan baik tetapi tiba-tiba saja ia memintaku jangan menghubunginya lagi."

"Terkadang, wanita memang sulit dimengerti, hyung."

"Begitu ya."

.

Truth or Dare

.

KyuhyunXSungmin

.

Donghae, Eunhyuk, Henry

.

BoyXBoy, Mature Content, Typo, Newbie

.

Chaptered

.

Kyuhyun's Side

Beberapa hari dimana Sungmin memintaku untuk tak menghubunginya lagi, aku mencoba untuk terus mendial nomornya namun tampaknya ia serius soal 'jangan menghubungiku lagi'. Panggilanku selalu di alihkan ke pesan suara. Aku bingung. Aku bercerita tentang hal ini kepada adikku. Ia bilang, terkadang wanita memang sulit dimengerti. Ya benar. Sangat sulit dimengerti malahan. Sebelum ia menutup telepon, ia mengatakan 'kau tidak usah menghubungiku lagi, daripada, nanti kau jijik padaku'. Kalimat ini tak bisa kucerna baik-baik. Sama sekali. Apanya yang jijik, bahkan aku sudah mengatakan aku justru menyukainya. Apa karena ia miskin? Tidak, aku cukup kaya untuk membawanya ke altar dan ia hanya seorang wanita seharusnya ia tak perlu memikirkan soal uang untuk kehidupannya. Ia hanya perlu mengangkang di ranjang untukku, ya kan? Selesai.

Aku membuang pulpen yang tintanya sudah tak bersisa. Kutatap bukuku yang penuh dengan coretan 'Sungmin' dimana-mana. Sebuah kekehan pelan pun mengalun dari bibirku, apa ini? Kemudian aku mengambil ponsel di dekat lampu di nakas, memotret buku penuh coretan itu dan mengirimkannya ke Sungmin. Entahlah, aku hanya iseng saja, terserah ia mau memberi respon ataupun tidak juga. Tapi aku mengharapkan ia membalasku.

"Hyung!"

Suara teriakan Henry menembus telingaku. Bodoh. Dia pikir dia tinggal di hutan seenaknya saja berteriak begitu. "Hyung, kau mau macaroni panggang, tidak?" Ia berteriak lagi.

Aku memakai bajuku asal kemudian keluar dari kamar untuk menghampirinya—jika perlu menyumpal mulutnya. Kulihat ia sedang berdiri sambil menyandar di pintu kamar mandi sambil mengaduk susunya yang masih beruap di konter dapur. Kakinya ia tekuk satu ke dinding. Bibirnya bersenandung, aku tidak tahu apa yang ia nyanyikan, tapi ia banyak mengatakan kata 'lapar', hmfft.

"Apa?" Ia terlonjak ketika aku datang dan bersuara.

"Apanya yang apa sih?"

"Kau berteriak, sialan."

Henry menyengir, ia menggaruk rahangnya dengan telunjuk lalu menunjuk sebuah oven di sudut meja konter dengan bibirnya. "Aku memanaskan macaroni panggang, kau mau?" Tanyanya.

Aku maju selangkah sehingga aku berada di hadapannya. Menempelkan pinggulku di bibir meja konter dapur lalu menumpuk kedua tangan didepan dada. "Tidak usah. Kau saja." Ujarku.

Kedua bahunya terangkat, "Terserah, nanti malam jangan membangunkanku untuk memasak karena kelaparan, ya, hyung?" Ia menjulurkan lidahnya. Sialan. Dulu dia tidak seberani ini padaku.

Kami terdiam beberapa saat. Henry sibuk menghidangkan macaroni panggang beserta susu vanillanya di meja makan. Dan aku sibuk memikirkan Sungmin. Ohya, aku bisa bertanya tentang gadis itu kepada adikku, kan? "Hey." Panggilku.

Henry menoleh, "Apa?"

"Berdoa dulu." Kataku berbasa-basi sembari melangkah ke meja makan, menduduki satu kursi di sebelahnya.

"Yayaya."

Ketika ia memulai suapan pertama, aku mulai angkat bicara, "Henry, kau taukan aku dekat dengan temanmu."

"Bahkan kau sudah bilang jika kau mencintainya." Ia mendengus jijik.

"Tapi, ia tak bisa kuhubungi akhir-akhir ini. Kau tau sesuatu tentang dirinya?"

Kunyahan mulutnya memelan, setelah ia menelan sesuap macaroni panggang itu ia memicing ke arahku, "Aku saja tak tahu siapa yang kau pacari, hyung."

"Namanya Sungmin."

Pluk!

Aku hanya memejamkan mata ketika satu buah macaroni panggang yang akan ditelannya justru terbang dan hinggap diwajahku. Sedikit menggeram, aku meraba meja untuk mengambil tisu di kotaknya. Sialan. Dia pikir air liurnya bersih?

"Uhuk! Maafkan aku, hyung. Kau membuatku kaget." Ia menenggak susunya hingga tandas. Tangannya terjulur hendak membantuku untuk membersihkan noda saus dan mayonnaise di wajahku. Tapi aku tak butuh bantuannya. Kusingkirkan tangannya dari wajahku.

"Aku kaget, hyung. Demi tuhan, kau berpacaran dengan Sungmin hyung?" Ia histeris. Apanya yang mengejutkan? Atau…jangan-jangan Sungmin itu mantan kekasihnya? Meredam amarah, aku mengambil gelas ditengah meja serta menuangkan air kedalamnya.

"Hyung, Sungmin itu laki-laki!"

Bfff!

"Ya, kenapa kau menyemburku?! Aish!"

.

~oOo~

.

Sungmin's Side

Aku tidak tahu jika dirumah lebih membosankan dibanding disekolah. Ketika menyalakan TV, aku tak menemukan acara yang bagus untuk ditonton siang ini. Cemilanku sudah habis. Akhirnya, aku hanya bergelung di ranjang sambil mendengarkan lagu jazz lalu membaca novel romantika. Agak konyol ya. Tapi aku tak mempunyai ide lain untuk mengusir jenuh yang menjamuri-ku ini. Setelah memastikan di mata pelajaran terakhir di adakan kuis, aku langsung berpura-pura sakit perut dan melarikan diri dari kursiku. Masa bodo dengan kuisnya. Toh hanyalah sekedar kuis, hasilnya tak akan bisa mengganggu gugat nilai-nilai cemerlangku di mata pelajaran yang lainnya. Sial. Aku terlalu lemah menyangkut bahasa inggris.

Drrt Drrt

Tanpa menutup novelku, aku mengambil ponselku yang bergetar di meja nakas. Aku menebak, setidaknya pasti itu Donghae, Eunhyuk atau Henry. Mereka pasti mencariku. Sambil terkikik aku membaca pesan yang kuterima.

From : Kyuhyun

Namamu Sungmin, kkk. Bagaimana harimu, ming?

Dahiku mengernyit, alisku bertaut, jijik. Tapi… pipiku panas. Sialan. Bagaimana jantungku bisa secepat itu memompa darah ke kedua pipiku? Oh, karena ia berdetak cepat. Apa?! Kenapa kau harus berdebar karena membaca pesan itu—ada foto sebuah buku yang penuh dengan coretan namaku juga—? Tidak seharusnya aku diperlakukan begini oleh lelaki tidak tahu bagaimana aku harus menanggapi ini… tapi ia harus dihentikan. Sebelum ia semakin mencintaiku. Sebelum ia tahu bahwa aku adalah laki-laki juga. Ia pasti muntah didepanku nantinya.

Sambil meremas bedcover aku memikirkan cara untuk menyadarkannya. Tubuhku ambruk telentang di ranjang. Membiarkan mataku menatap plafon selama beberapa menit. Merenung, membayangkan…

Kring!

Kali ini telepon yang masuk ke ponselku.

Henry.

"Yeobseyo?"

"Sungmin?"

"Nuguji?" Spontan, aku menanyakan hal itu karena aku yakin suara yang kudengar bukanlah suara Henry. Diam-diam aku mulai khawatir, takut saja, jika Henry telah diculik dan perampoknya menghubungiku meminta tebusan. Tapi, terlalu konyol kurasa…

"Sungmin, aku Cho Kyuhyun. Maaf, aku menelpon menggunakan ponsel adikku."

Cho Kyuhyun? Adik? Henry?'

APA?!

Aku bukannya tak tahu siapa orang itu. Jelas-jelas kami cukup dekat. Dia Cho Kyuhyun. Seseorang yang menggangguku beberapa minggu ini. Dan dia barusaja mengatakan dia adalah kakak dari Henry. Ada apa ini?! Aku tahu, aku bukan teman yang jahat karena tidak mengetahui seluk beluk keluarganya. Aku sangat tahu jika Henry mempunyai kakak lelaki yang tinggal bersamanya. Tapi, apakah dunia sesempit ini? Apakah dunia sekejam ini? Mengapa kau membuatku mengenali kakak temanku dengan cara yang kurang baik? Sial, sial, sial. Aku membuang bantal dari ranjangku…

Eh, ngomong-ngomong, apa Henry sudah tahu jika aku dan kakaknya cukup dekat? Bisa saja, bisa kau bayangkan kedekatan mereka seperti apa… bahkan Kyuhyun meneleponku menggunakan ponsel adiknya. Tak memungkinkan jika mereka saling berbicara.

Jadi, apakah Cho Kyuhyun sudah mengetahui bahwa aku adalah laki-laki?

"Min, kita harus berbicara."

Atau… dia belum tahu?

"Bicara saja." Kataku enteng. Berusaha menekan aksen panic.

"Tidak disini, maksudku bukan melalui telepon tapi kita bertemu."

APA?!

"T-tidak mau!" Wajar jika aku menolaknya mentah-mentah. Ingatlah, aku adalah wanita dimatanya jika ia melihat wujud asliku, dia bisa saja menuduhku menipu. Sebenarnya, bukan salahku, akukan tidak membuatnya menyukaiku tapi ia yang menyukaiku namun tidak bisa dipungkiri bahwa akupun bersalah. Tidak, jika saja aku mengaku dari awal padanya.

"Tidak apa-apa, kau tidak perlu takut, aku takkan terkejut jika melihat wujud laki-lakimu."

Astaga, jadi, dia sudah tahu?!

"Temui aku di moonshine bar malam ini, jika kau benar-benar laki-laki. Dah."

Tut Tut Tut

Kau tahu, aku tak ingin datang. Tapi ia menyinggungku di kalimat terakhirnya. Dia pikir aku laki-laki pengecut? Aku akan meladeninya. Lihat saja!

.

.

.

Mandi, memilih baju, berkeringat kemudian mandi, memilih baju, dan berkeringat lagi lalu mandi, memilih baju, berkeringat terus-menerus…

Aku tidak tahu kenapa aku bisa mengulangi tiga kegiatan itu. Sebenarnya, aku sudah siap sejak jam tiga. Dengan penampilan yang casual, memakai baju putih senada dengan celana jeansnya serta menambah warna dengan memakai cardigan rajutan berwarna biru. Aku pikir aku sudah cukup tampan tapi ketika aku memikirkan beberapa saat nanti aku akan bertemu dengan Cho Kyuhyun, aku gugup dan aku berkeringat banyak—itu kebiasaanku. Aku kembali membasuh tubuhku dan mengenakan baju yang lain. Memakai baju putih yang senada dengan blazer tanpa lengan berwarna aqua serta celana jeans selutut berwarna coklat yang kontras dengan kulit kakiku. Aku sudah siap. Kyuhyun pun sudah menelpon memberitahu bahwa ia akan segera sampai dirumahku. Aku mulai gelisah. Melirik-lirik jam di nakas, pukul lima sore.

Tiin!

Oh Cho Kyuhyun orang yang ontime ternyata. Ia sampai tepat di waktu yang ia janjikan. Aku berlari ke arah jendela dan melihat ke bawah, dia membawa Audi A4 berwarna silver yang sangat mengkilap. Sementara itu, ia tak kalah menawan dengan kemeja putih yang berpadu dan celana jeans panjang yang memeluk erat kaki panjangnya. Jeans yang sobek-sobek di bagian lututnya memberi kesan 'nakal' padanya ditambah ia juga mengenakan jaket kulit berwarna hitam yang keren. Rambutnya yang ikal ditutupi topi chaplin yang ia pakai asal di pucuk kepalanya. Oh stylenya sungguh kasar. Tapi aku menangkap kesan manis dari poninya yang dibiarkan menutupi dahi dan ia mengemut lollipop!

Duh, dia menawan sekali sih.

Tidak bisa! Tidak bisa begini! Aku tidak boleh kalah keren darinya. Aku berbalik dan menghampiri lemariku. Melepas semua pakaianku dan menggantinya dengan yang –menurutku— lebih bagus. Aku memakai baju blaster berwarna putih dan hitam, memadukannya dengan jeans putih panjang dan memakai jaket baseball berwarna biru dongker yang gelap. Aku cukup keren ketika berkaca. Tidak, aku yakin Kyuhyun pun akan terpesona nanti. Rambutku yang mulai panjang ku ikat kebelakang asal, dibagian pelilpis kanan dan kiri kubiarkan menutupi sebagian pipiku serta poninya yang ku acak-acak supaya wajahku terlihat adorable.

Tiin!

Oke, ini saatnya…

.

.

.

"Ya ampun."

Aku tersenyum di dalam hati. Benarkan ia terpukau…

"Kau Sungmin-ku?"

"Apa?"

"Maksudku, kau Sungmin yang…"

Aku menyela, "Ah sudah! Jangan bahas apapun, tentang telepon itu, tentang peristiwa tukang pizza itu, aku tidak mau membahasnya."

"Baiklah." Ia tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya, di tatapnya aku dari atas hingga ke bawah kemudian matanya yang sepekat coklat kembali menghujam manik mataku. Aku hanya berusaha mengalihkan pandanganku darinya, menatap apapun asalkan aku tak menatapnya. Itu tidak baik untuk jantungku. Dia terus berdebar sedari tadi. Ah, aku sudah tak kuat menahan malu. Bisa kau bayangkan menjadi diriku? Ketika kau bertemu dengan seseorang yang cukup intim denganmu di telepon untuk pertama kalinya.

Tiba-tiba saja aku merasakan sebuah tangan yang hangat berada diatas kepalaku. Apa-apaan ini? Kenapa dia memakaikanku sebuah 'animal hat' berwarna ping. Agh! Ini sama sekali tidak keren.

"Jangan dilepas. Itu cocok untukmu, min. Kau cantik."

Apa? Apa artinya itu? Apa dia tak menyesali semuanya?! Seharusnyakan ia mengeluarkan semua isi perutnya karena telah melihat sosok 'Sungmin' yang ia bayangkan begitu cantik tetapi ia bahkan bukan seorang wanita. Atau… jangan-jangan ia memang gay?!

"Masuklah ke mobil. Kita harus berbicara banyak."

.

~oOo~

.

Normal's Side

Perjalanan cukup memakan waktu. Bahkan keduanya melalui senja ditengah perjalanan. Mereka sempat mengobrol beberapa kali, Kyuhyun yang memulai pembicaraan ataupun sesekali mengganti topik. Sungmin merespon baik, ia berbicara banyak tapi ya begitulah… Kyuhyun harus memancingnya terlebih dahulu. Keduanya membicarakan hal –dari mulai yang— penting sampai hal tak terlalu penting. Sekedar berbasa-basi saja. Pemuda yang lebih tinggu itu hanya menanyakan seputar keseharian Sungmin, bagaimana ia disekolah atau sesekali menanyakan soal Henry. Dan Sungmin menceritakannya dengan antusias. Satu hal yang Kyuhyun ketahui tentang partner berteleponnya itu, cerewet. Aneh saja. Sebelumnya pemuda blonde itu hanya diam. Tapi ketika diajak bicara ia sangat berwarna-warni. Cara berceritanya lucu. Jika ia menceritakan apa yang ia sukai ia menampakan senyum yang sangat lebar dan matanya berbinar cantik tapi jika ia menceritakan sesuatu yang tak disukainya matanya menyipit serta bibirnya mengerucut. Dan ia begitu ketika menceritakan soal pelajaran bahasa inggris. Lucu sekali.

"Kau tahu, tidak? Hampir sembilan puluh persen tugas bahasa inggrisku di kerjakan oleh adikmu." Ia terkikik senang atas ceritanya sendiri.

Kyuhyun hanya meresponnya dengan gumaman. Ia agak kesal juga sih, sejak tadi yang Sungmin ulas selalu berhujung dengan membicarakan Henry. Kalau bisa dibilang cemburu mungkin saja ia cemburu. Ayolah, Kyuhyun tidak munafik. Ia bahkan tidak menyesali semua kejadian yang membawanya bisa bertemu dengan salah satu teman adiknya. Sungmin cantik, ia jujur. Dan sepertinya kata-kata Kyuhyun yang 'aku menyukaimu' di telepon masih berlaku ketika mereka berhadapan begini. Tetapi ini bukanlah pertanda baik. Sungmin tak menyukainya. Sekarang, Kyuhyun mengerti apa arti dari kalimat 'kau tidak usah menghubungiku lagi, daripada, nanti kau jijik padaku', tapi semuanya akan berbalik. Jika Sungmin mengetahui soal perasaannya pasti ia akan jijik padanya.

Mereka sampai. Moonshine bar, tempat favorit Kyuhyun dan teman-temannya berkumpul.

"Kyuhyun, kau kenal dengan semua orang ditempat ini?" Sungmin mengernyit melihat semua orang menyapa Kyuhyun dengan high five atau bahkan menciumi wajahnya—yang wanita, tentu saja.

Kyuhyun tersenyum dan mengangguk, ia menunjuk dua orang wanita yang baru saja berlalu, "Namanya Jessica dan adiknya, Krystal."

Kemudian seorang wanita berambut caramel menghampiri keduanya, ia mencium Kyuhyun di bibirnya singkat dan memberikan Sungmin sebuah pelukan. "Min, ini Victoria."

"Hai, aku ingin sekali bergabung dengan kalian berdua tapi para gadis sudah menungguku untuk pajama party. Maaf ya. Dah." Kemudian ia berlalu meninggalkan Kyuhyun dan Sungmin yang masih di lorong.

"Dia hot ya? Dan yang terpenting… ia menyukaiku." Tawaan membuntuti kalimat yang dilontarkan pria berambut ikal itu. Kemudian menyadari Sungmin yang terdiam, Kyuhyun menggaruk tengkuk yang tak gatal—pasti leluconnya tidak lucu.

"Emm, yasudahlah, ayo kita masuk kedalam." Ajaknya.

"Tunggu. Ini bukan tempatku. Aku mau pulang saja." Sungmin sudah akan beranjak dari tempatnya berpijak, sebelum Kyuhyun menahan bahunya dan memutar tubuhnya lagi.

"Pulang? Min, kita bahkan belum berbicara."

"Sebenarnya, apa tujuan kita ke tempat seperti ini?"

"Bicara dan pembuktian."

.

~oOo~

.

Di dalam ternyata lebih memuakkan. Banyak wanita yang tak memakai baju dan menari diatas meja yang dikerubungi oleh laki-laki hidung belang. Mereka meminum minuman terlarang. Mereka melakukan semua hal terlarang—bermain judi, bersentuhan dengan wanita manapun. Kemana saja aku melihat semua orang melakukan hal yang sama. Aku tidak bisa menghindarinya, sesekali aku menutup mataku namun tak memperbaiki semuanya. Kyuhyun kemana sih? Ia bilang, ia pergi memesan minuman sebentar tetapi lama sekali. Membuatku terlihat bodoh duduk disini sendirian. Setidaknya jika aku mengobrol dengannya aku bisa menghiraukan sekitarku. Eh tunggu, apa Kyuhyun sedang memesan minuman? Aku membuka mataku dan mencari-cari keberadaannya. Hentikan saja. Jika ia memesan minuman keras untukku, aku akan meludahinya. Lihat saja.

"Untukmu." Yang dicari-cari telah menempatkan dirinya di kursi disebelahku. Segelas soda disebelah tangan kanannya ia letakkan dihadapanku. Sementara ia langsung menenggak segelas cairan berwarna merah pekat. Aku hanya memperhatikannya minum dan sepertinya ia menyadari itu.

"Kau mau minuman sepertiku saja?" Tanyanya.

Aku menggeleng. Sebisanya aku akan menahan dahaga supaya aku tak perlu meminum apapun. Aku bahkan mencurigai bahwa segelas soda gembira untukku ini mengandung alcohol. Ya, siapa yang tahu? Aku hanya antisipasi. Lagipula, aku tak pernah datang ke tempat begini. Tidak ada pengalaman. Tapi, jujur saja, aku haus sekali. Sejak diperjalanan aku berbicara tanpa henti. Memperhatikan Kyuhyun meminum cairan itu lagi membuat dahagaku semakin meradang. Tak sadar aku menelan ludahku. Disamping itu, Kyuhyun seksi juga ya?

"Min."

Ya ampun, apa yang kau pikirkan?

Aku langsung mengalihkan pandanganku ke gelas berisi soda milikku yang masih penuh. Memainkan pinggang ramping gelas yang tinggi itu. Apapun, asal tak memandang ke arahnya.

"Jadi, bagaimana bisa kita melakukan sex phone itu?" Ia memulai pembicaraan yang sesungguhnya.

"Awalnya, aku bermain permainan truth or dare dengan ketiga temanku, termasuk adikmu. Aku kalah dan ketiganya memberiku tantangan untuk menelepon nomor emergency police dan mengajaknya sex phone dan ya… ternyata kamu…"

Kyuhyun terdiam. Kemudian aku menyadarinya, aku tahu apa yang ia rasakan… ia pasti merasa di permainkan. Ku genggam tangannya yang bertada di meja, maksudku, aku ingin menenangkannya. Aku merasa tak enak. Ya ampun seharusnya aku tak mengatakan itu.

"Aku sudah bilang sebelumnya kaaaaaaaaaan. Aku sedang bertugas saat itu, panggilan yang masuk ke nomor emergency police di alihkan ke telepon ku."

Ya, Kyuhyun suidah mengatakan itu. Diam-diam aku bersyukur jika Kyuhyun yang mengangkat teleponku. Hey, kau bayangkan saja jika polisi sungguhan yang melayani phones sex ku? Aku bisa dituntut.

Kemudian kilasan ketika aku tengah meraba tubuhku sendiri di bathup ketika melakukan phone sex itu muncul di otakku. Spontan, aku mengangkat tanganku yang hinggap ditangan Kyuhyun. Aku merasa pipiku panas. Mengipas-ngipas dengan tanganku, aku berharap Kyuhyun tak melihat rona merahnya. Terima kasih karena tempat begini selalu disetting dengan pencahayaan minim.

"Sungmin…

"Aku menyukaimu setelah kita bertelepon selama beberapa kali." Rona merahnya bukan menghilang tetapi semakin nyata, aku merasakan telingaku ikut terbakar. Sialan. Ya, kau sudah mengatakannya, kyu. "Kupikir kau perempuan yang sangat cantik, tipe idealku begitu." Kyuhyun mengikik.

"Tapi, kau sudah melihatku kan? Aku bukan perempuan yang kau bayangkan itu, kyu." Kataku. Menatap lurus ke wajahnya yang dihiasi bekas jerawat. Ia tersenyum hingga giginya yang putihnya terlihat. Jujur saja ya, dia tampan. Tapi, aku tak kalah tampan. Tentu saja.

"Tapi kau cantik, min. Kau lebih cantik dari yang ku bayangkan. HAHAHA."

APA?!

Bukan, bukan. Aku terkejut bukan karena jawaban bodoh yang keluar dari bibirnya tapi… siluet di belakang Kyuhyun. Mr. Kim, guru bahasa inggrisku. "Astaga." Aku berbisik dan menutupi wajahku. Berdoa di dalam hati semoga guruku tak sempat melihatku duduk disini. Jika ya, maka apa yang harus ku katakan padanya? Ia mengenal keluargaku dengan baik. Kami jamaat di satu gereja yang sama.

"Kenapa?" Tubuh berbau maskulin itu mendekat ke arahku.

"Yang memakai setelan jas berwarna coklat itu guru bahasa inggrisku." Aduku padanya. "Namanya Mr. Kim, kami jamaat di satu gereja."

"Hey, kau… ?

"Aw, shit." Aku segera memunggunginya. Mengumpat untuk Kyuhyun yang dengan bodohnya memanggil Mr. Kim.

"Sialan, Kim, sudah lama kita tak saling bertemu." Suara bass Kyuhyun terdengar begitu percaya diri. Ia mengatakannya seolah mengenalnya baik.

"Apa aku mengenalmu?" Mr. Kim menjawabnya. Oh baik, jangan berbalik dia sudah melihat punggungmu, min.

"Apa masalahmu? Aku hanya menyapamu, teman. Kenalkan, ini Sungmin." Kyuhyun menepuk pundakku dan mau tak mau aku berbalik.

"Lee Sungmin?" Mr. Kim mengeja namaku di bibirnya. Dia terlihat begitu keheranan. Kerutan di dahi itu tampak semakin jelas. Ya, aku melihat tepat ke wajahnya sambil menelan ludah. Tapi setakut apapun aku padanya, kami harus bicara setelah ini.

"Ini pertama kalinya ia kesini. Kenapa kau tak memberinya hadiah seperti… one night stand untuknya?"

Apa?! Kyuhyun sudah mabuk!

.

.

.

.

.

TBC

Abaikan typos lol

Maksud kata kata Kyuhyun yang "Ini pertama kalinya ia kesini. Kenapa kau tak memberinya hadiah seperti… one night stand untuknya?"

Itu maksudnya Kyuhyun bilang ke Mr. Kim kalau ini pengalaman pertama Sungmin dan kenapa ga kasih hadiah kaya… bayarin one night standnya Sungmin sama pelacur disana gitu. Bukannya one night stand sama gurunya -_-

Udahlah, kebanyakan bacot banget deh, jangan lupa review ^^