Waktu itu rencananya mau update cukup lama karena lagi buntu ide. Alhasil, saat membaca review pembaca saya nangis sesegukan (karena rata-rata pembaca adalah fujoshi hiks!) lalu memasang review menjadi DP BBm. Lalu...

T(nama disamarkan): "Mak! Lanjutin yang chapter 3 dong!"

Me: "Tunggu sampai reviewnya 12."

Dan saya pikir review hanya off sampai 11, saat melihat ada lagi masukan review. Alhasil dengan nazar yang berpegang teguh, saya kembali menulis meski sifat rada malas muncul. Oke saya author memang suka nulis sesuka mood.

.

BoBoiBoy Fanfiction

.

Gardening

.

.

Summary: Fang pun mulai meragukan para kawannya terutama BoBoiBoy akibat tanaman yang ia rawat sendiri.

.

Disclaimer: BoBoiBoy milik Animonsta Studios

Warming: bahasa indonesia + bahasa melayu (setiap percakapan saja), OOC (tapi diusahakan untuk tidak sampai kesana)

.

.

Chapter III - Missing Control

"Keris petir!" BoBoiBoy Petir segera melancarkan beberapa petir dari kedua tangannya langsung ia ciptakan, mengarahkannya pada Probe. Probe dengan super lincah menghindari setiap petir yang dilempar, seakan tahu kemana saja petir-petir BoBoiBoy petir akan menuju.

"Alah, tak berhasil ini," ucap BoBoiBoy Angin.

"Buahahahaha! Aku dah buat Probe biar menghindar setiap serangan dengan cepat!" Adu Du tertawa kemenangan. Probe mengeluarkan alat penembak dari depan. Ia terbang gesit menuju arahku.

"Harimau Bayang!" kukeluarkan langsung bayangan berupa kucing besar (harimau lah) bermata merah bertubuh gelap. Ia meraung dan langsung menerjang Probe, namun sang lawan dapat menghindarinya mudah.

"Tanah tinggi!"

Robot ungu bermata merah dengan nampak gigi bergerigi milik Adu Du terhempas gundukan tanah yang dihantam BoBoiBoy ke dataran ke langit-langit kamar.

"Adu Du! Tolong jangan ganggu kami sekarang!" pintaku yang masih jua memeluk tanaman yang telah kami rawat bersama ini.

"Kami takkan semudah itu membatalkan rencana kami. Serahkan dulu koko ataupun resep koko milik Atuk BoBoiBoy tu!"

"Boleh aku membunuh dia, BoBoiBoy? Dia memuakkan!"

"Jangan Fang! Kita tak boleh membunuh," kata BoBoiBoy Tanah dermawan. Jika tidak ada hukum kriminalitas, aku sudah membunuh kedua makhluk hidup ini dengan hanya harimau bayang. Menyebalkan sangat untuk mematuhi rival, juga merelakan alien kotak hijau ini masih hidup dan memijak yang bukan planetnya.

"Sudah aku bilang Fang. Semua makhluk memang menyebalkan."

'Siapa itu?!' tanyaku langsung dalam benakku ketika mendapati kalimat yang tidak aku pikirkan muncul seakan seperti mendengar bisikan makhluk astral.

"BoBoiBoy Halilintar! Gerakan kilat!"

"Kecohannya berhasil." Adu Du yang kini berada di belakangku, tersenyum jahat penuh kemenangan dengan sebuah pistol dari tangannya. Aku baru saja memerintahkan untuk membuat perisai bayang, jika saja dia tidak lebih cepat dariku. Lebih cepat untuk menembaki sang tanaman yang berada dalam pelukanku.

"Rasakan kemarahan dari Adu Du!"

"FANGGGG!"

Sesuatu melilit tubuhku kencang laksana ular piton yang ingin membunuh mangsanya. Sangat kuat. Aku nyaris kehilangan rongga untuk mengambil nafas karena lilitan sulur menjalar sampai leherku. Iya. Sulur.

Tanaman yang kami rawat, perlahan membesar lalu berubah menjadi monster seukuran gedung pencakar langit berlantai 30 (sekitar 30 meter). Muncul kedua mata garang dari batang belum berkambium tanpa hidung dan mulut. Dua helai daun yang merupakan pucuk laksana menjadi payung bagi sang monster. Sulur bergerak meliuk-liuk menghempaskan apapun di sekitarnya. Rumah hantu yang sudah tidak terawat, kini roboh seketika. Hancur mengenaskan.

"BoBoiBoy... Khh!" leherku tercekik semakin kuat, membuat kepalaku pusing kuat. Aku mengulurkan tangan kananku berharap ia dapat menarikku dari lilitan sulur tanaman yang kami tanam bersama.

Yang kami tanam dengan sepenuh cinta.

Rasanya menyakitkan sekali ketika sesuatu yang kau cintai, tiba-tiba menyerangmu. Mengharapkan engkau mati segera. Menginginkan kau lenyap dari dunia.

"BoBoiBoy Gempa! Tanah Tinggi Pencengkram!" terlihat tanah terbentuk dan menahan sulur yang mengikatku, kemudian berusaha menariknya. Namun aku malah ikut tertarik.

"Khh... BoBoiBoy..."

"Ergh... Macam mana ni?" BoBoiBoy Gempa kebingungan. Adu Du semakin tertawa bahagia dibuatnya. "Ini dia! Monster yang tidak bisa kalian lawan! Buahahaha!"

Pandanganku kabur untuk terus menyaksikan bagaimana BoBoiBoy mencoba menyelamatkan aku. Terpejam, dan akhirnya aku pun tidak kuasa menahan kesadaran hingga pingsan.

.

.

"Aku bisa memberikan dirimu kekuatan untuk memanipulasi bayangan saat malam, bahkan memberimu kekuatan yang lebih besar dari sekedar membentuk bayangan dengan pikiranmu."

'Kau siapa? Aku tidak mengenalmu.'

"Aku adalah dirimu. Serahkan dirimu pada kegelapan."

"Hanya itu?"

"Dan bunuh semua manusia di muka bumi ini."

"APA? Aku tidak mau! Mereka sebagian adalah kawanku! Walaupun mereka sedikit menyebalkan."

"Mungkin saat ini mereka adalah kawanmu. Namun, ingat bagaimana tanaman yang kalian rawat justru melukaimu? Makhluk hidup di bumi itu serakah, Fang. Seberapa baiknya dirimu, budimu takkan pernah diakui."

"...Jadi, apakah BoBoiBoy hanya berbohong?"

"Untuk bilang setiap manusia punya sisi baik. Tentu. Apa kau merasa mereka semua fokus menatap BoBoiBoy saja? Ingat bagaimana BoBoiBoy sempat menuduhmu berbuat jahat pada robot kuasanya?"

"..."

"Hihihi, tidak ada waktu untuk menimbang-nimbang. Pilih takdirmu, Fang."

"... Aku ikut denganmu."

.

.

"AAAAAAAAAA!"

Terasa kepalaku berdenyut keras seakan terjepit. Tubuhku panas serasa meriang, kesemutan. Perlahan kesadaranku mulai bangkit walau setengah, dan momen pertama saat aku sadar yang kulihat saat ini ketika BoBoiBoy Gempa berlari ke arahku dari bawah dan berteriak lantang.

"FAAAAAANNNNNNNGGGGGG!"

Cermin kacamataku perlahan menggelap memerah. Aura bayangan gelap berkumpul lebih dahsyat dari ketika aku mengeluarkan Naga Bayang saat mengingat memori bersama Ochobot. Tubuhku perlahan tubuhnya naik ke atas udara. Bahkan sulur yang melilitku kencang berangsur turun seakan ciut dengan aura yang tidak aku tahu darimana munculnya.

BoBoiBoy merasakan peristiwa sekarang ini sangat mengerikan setelah kedua pecahannya yang lain menyatu kembali dengannya. Ia memandang tanaman yang kami rawat ketakutan, berusaha menyembunyikan dirinya dari balik sulur namun percuma.

"Fang, apa yang terjadi denganmu?" BoBoiBoy berbisik kecil khawatir.

"UAARRRGGGGHHHHH!" teriakku menjadi serasa kesakitan. Bayangan semakin berkumpul menyelimutiku dan membentuk sesuatu yang baru jua besar. Sosok makhluk seperti 'sea serpent' dimana tubuhnya berselimut gelap dengan kedua mata yang merah. Tubuhnya 3 kali lebih besar dari Naga Bayangku malahan.

Cuaca langsung gelap terlindung awan mendung. Guntur-guntur terdengar riuh siap menimpa siapa saja di dekat mereka. BoBoiBoy ketakutan setengah mati untuk menghadapi kekuatanku terbaru entah kapan aku pernah menggunakan ini. Adu Du dan Probe sudah menghilang sejak lama saking takutnya.

"Fang! Kau keren!" kagum BoBoiBoy yang kutahu itu caranya untuk menutupi rasa takutnya. Aku yang tersembunyi dari balik kedua mata merah wujud monster ini tidak kuasa mengontrol tubuhku. Tanganku perlahan maju secara kaku, dan mengarah ke depan tanda memberi perintah untuk menyerang.

'I-ini Leviathan, BoBoiBoy! Lari!' batinku memperingati walau aku tahu ini percuma. BoBoiBoy terhempas oleh ekor Leviathan bayang hingga sang jagoan kami terlempar dan mendarat cukup keras.

BoBoiBoy segera berpecah menjadi tiga dan berubah dalam mode level 2, namun masih belum bisa mengalahkan monster yang menyelimuti tubuhku ini. Semakin BoBoiBoy berusaha menahan pergerakan sang Leviathan, tubuhku semakin bergerak tanpa perintah untuk segera membunuhnya.

"Pusaran Taufan- AKHH!" BoBoiBoy Taufan terpental jauh sebelum sempat mengeluarkan jurusnya. BoBoiBoy Halilintar menggunakan gerakan kilat untuk menahan BoBoiBoy Taufan, yang malah menjadi mereka berdua sama-sama terhempas. Mereka berdua langsung terbaring pasrah.

"Tak ada harap..." desis BoBoiBoy Taufan. "Kita gali kubur saja," ucapnya mengikuti nada BoBoiBoy sewaktu melawan harimau kitar saat itu. BoBoiBoy Halilintar langsung melancarkan tatapan seram.

"Kau ni. Siapa yang dapat menghentikan Fang selain kita?!"

"Hehehe, canda je."

Beda dengan BoBoiBoy Gempa yang saat ini berpikir bagaimana cara untuk mengalahkan Leviathan. Ia melirik monster tanaman, dan berlari ke arahnya. Mereka seakan berbisik, membuat batinku bertanya-tanya apa yang mereka rencanakan.

Semoga saja mereka tahu bagaimana cara melepaskan bayangan ini dari tubuhku. Semakin lama aku merasa kesadaranku mulai diambil alihnya perlahan. Aku yang sempat berpikir tidak ingin menghabisi mereka, tiba-tiba menggejolak ingin membunuh mereka menjadi abu.

Terasa sulur-sulur menjepit Leviathan bayang dan menahannya. Aku mengerang mencoba melepas diri. Semakin aku mengerang, sulur semakin kuat terlilit.

"Argh! Lepaskan!" teriakku dari dalam. Kudapati getaran pita suaraku bukan lagi Fang sang manusia, namun seperti monster, bukan, iblis. A-apakah aku telah berubah?!

"Fang! Coba ingat saat kita merawat tanaman bersama Fang!" ucap BoBoiBoy Gempa lantang.

"Kalian jahat! Kalian hanya manis di awal, lalu kalian akan menerkamku kemudian!" jeritku.

"Fang! Kami takkan lakukan hal seperti itu! Percayalah!"

"Tidak! Tanaman saja sudah bisa menyakiti orang yang mengasihaninya!"

Mata monster tanaman terlihat berkaca-kaca. Ia menunduk walau masih mempererat sulurnya mengikat Leviathan bayang.

"Maafkan dia, Fang. Dia sekarang kan dah tahu siapa yang merawatnya."

"Tidak..."

"Fang, jika kau ingin mendapat kesan baik orang, mulailah dari dirimu sendiri dahulu. Kau tak ingin menikmati hidup bersama aku?"

"...bersama kamu?"

"Ho'oh. Kita lempar tanah ke muka masing-masing lawan, kita menyiram tanaman sama-sama, kita tertawa sama-sama sehabis berkelahi."

Teringat pecahan-pecahan ingatan ketika dalam 2 minggu ini aku merawat tanaman bersama BoBoiBoy. Ya. Aku jadi berpikir seandainya manusia semua dilenyapkan dari muka bumi, apakah aku bisa melakukan hal yang sama dengan ketika pertama kali berduaan dengan BoBoiBoy.

"Fang... Jujur, aku ingin selalu bersamamu. Bukan sekedar 'kawan'."

Aku merasakan pedih dari kedua mataku. Aku menangis terisak. Begitu mendalam.

"Aku... Ingin menjadi lebih dari kawanmu," ucap kami berdua berbarengan. Sang tanaman melepas sulurnya disaat bayangan hitam mulai memudar dariku, tergantikan bola transparan keunguan yang menutupi tubuhku. Perlahan aku turun, lalu ketika sampai dari tanah sekitar 3 cm, aku jatuh tertubruk.

"BoBoiBoy..." tatapanku begitu kabur melihat BoBoiBoy yang menangkapku dengan tangan tanahnya dengan disamping adalah tanaman kecil dengan pot ukuran besar. Ia juga kembali seperti semula rupanya.

"Mohon jangan tinggalkan aku, Fang. Aku tak ingin tak punya kawan. Aku belum sanggup merasa kehilangan..."

"...aku takkan mati dengan cepat."

"Berikan permintaan apa saja! Pasti akan kuberikan!"

"...aku hanya ingin donat lobak merah..."

Soundtrack angst versi piano tiba-tiba tergantikan suara kaset rusak. Lalu kembali dengan suara ringkikan jangkrik terdengar.

"Ye lah. Mati pun sempat minta itu."

"Aku tipu je BoBoiBoy," aku tertawa kecil. "K-kalau aku mati, tolong besarkan tanaman kita itu ya?"

"Iye lah. Tapi jangan berucap seakan-akan kau akan mati, Fang!"

Aku berdeham kecil. "... Selamat tinggal, BoBoiBoy..."

"FAAAAANNNNNNGGGGG!"

.

.

.

.

5 tahun pun berjalan. Kalau mau bilang aku mati atau tidak, jawabannya aku terselamatkan berkat lari cepat Ying. Kini aku sudah kelas 1 SMA. Ganteng, populer-

"Disini aku yang paling hebat."

Siapa lagi kalau bukan BoBoiBoy yang celetuk berucap seperti itu. Kebetulan kami satu sekolah. Kebetulan kami satu kelas. Kebetulan pertengkaran kami belum usai.

"Ye lah. Orang hebat yang bisa tertidur dalam kelas saat pelajaran Matematika saat guru killer mengajar," celetukku. BoBoiBoy yang kebetulan duduk di sebelahku menyenggolku saat aku memposisikan melipat kedua tanganku.

"Eh Fang, mau lihat tanaman kita sudah setinggi mana?" tawar BoBoiBoy.

"Eh dah sampai mana?"

"Nanti kalau udah buahnya masak, kita makan sama-sama ya?"

"Buah apa BoBoiBoy?"

"Lihat je nanti."

.

.

.

"Jadi ini buahnya?"

"Iye lah. Aku hebat kan? Aku rawat ni dengan Atuk Aba!"

"MEMANG BUAH KAPUK BISA DIMAKAN?!"

- End -

A/N: Berakhir bikin ngakak memang impianku /woi!

Tadinya maunya rencana bikin sampai chap 4, tapi sepertinya habis ini aku musti hiatus. Maka jadinya buat sampai chap 3 doang deh. *nangis sesegukan*

Maunya buat yaoi tapi saya baru ingat, BoBoiBoy itu ISLAM :'v

Tidak berani mencemari agama sendiri so kembali ngerem. Sampai-sampai anak fandom sebelah nyasar ke sini ya? *lirik 2 author*

Adu Du dan Probe bukan fudanshi kubuat ya, mereka cuma kebetulan lihat aja adegannya. Oh ya yang mau minta pin BBm-ku : 288ED5E8

Mau buat angst tapi ntaran deh. RL (Real Life) lagi rada sibuk so sekarang aku cuma bisa jadi readers hiks. Makasih yang menyempatkan diri review apalagi fav ;3

GabriMicha Runa, Female Gender, Listening 'BuBaDiBaKo' song. /plak!