Pertama kali aku mengenalnya, kukira dia adalah seorang yang dingin, playboy, dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Dan dia adalah seseorang yang telah menyakiti perasaan sahabatku berkali-kali. Namun aku tidak pernah tau sifat dia yang sebenarnya.

.

.

.

"Kare ga Aru" by Kazusaki Kuga

Kuroko no Basuke belongs to Fujimaki Tadatoshi

Kare ga Aru is belongs to me

Kagami X Readers

Happy Reading

.

.

.

Hari itu kau berjalan bersama sepupumu menuju lapangan basket jalanan yang biasa kalian kunjungi, dengan alasan karena sepupumu tidak ada teman dan akhirnya mengajakmu. Di sebelahmu, seekor anjing yang memakai baju tiruan seragam basket sepupumu berjalan dengan riangnya sambil menjulurkan lidahnya serta mengibas-ngibaskan ekornya tanda senang.

Sesampainya di tempat tujuan, vanilla milkshake yang sedari tadi diseruput sepupumu diletakkan di bench yang ada di pinggir lapangan. Ia mulai mendribble bola basket yang dibawanya dari rumah, menggiringnya ke tengah lapangan. Kau hanya berjongkok di pinggir lapangan sambil mengelus Nigou, anjing sepupumu. Kau memerhatikan wajah sepupumu yang terlihat begitu menikmati permainannya itu.

"Apa basket begitu menyenangkan, Tetsuya?"

Orang yang kau sebut namanya itu pun menghentikan sejenak permainannya setelah menshoot bola oranye itu ke ring. Dan bola itu memantul menabrak pinggiran ring.

"Yang paling menyenangkan, [name]," jawabnya.

"Meski kau tak jago menembak?" tanyamu lagi, kali ini dengan sedikit nada menyindir.

"Urusai," balasnya menggerutu. "Aku tidak mau dikomentari oleh orang yang tidak bisa main basket."

Twich... sebuah perempatan mendarat di keningmu. Seorang Kuroko Tetsuya memang pintar berkata-kata tajam. Kau pun mengambil bola basket yang menggelinding ke arahmu dan melemparnya pada remaja bermanik cyan yang berdiri di tengah lapangan.

"Tetsuya teme!" Bersamaan kau mengumpat sepupumu, bola basket yang kau lempar tepat mengenai kepalanya. "Aku bukannya tidak bisa, aku hanya tidak jago!"

"Itte..." rintih Kuroko sambil memegangi kepalanya.

"Ngomong-ngomong, Tetsuya," tiba-tiba suatu ide terlintas di benakmu. "Apa pendapatmu andaikan aku jadi manager?"

Kuroko terdiam sejenak memandang bola oranye bergaris hitam di tangannya. Mendribble sebentar, kemudian terdiam lagi. Mungkin ia sedang berpikir. Dan kemudian ia menoleh padamu. "Kenapa tiba-tiba kau berpikiran seperti itu?"

"Kau tahu aku pernah ikut klub basket, namun itu bukan segalanya bagiku, tidak sepertimu. Tapi meski begitu, menurutku basket bukan olahraga yang membosankan? Aku senang ketika melihatmu bermain. Mungkin karena aku tahu beberapa peraturan permainannya."

"Baiklah, tentu saja aku tidak keberatan jika kau menjadi manager kami. Aku yakin kau bisa menjadi manager yang baik seperti Momoi-san."

Kau tertawa pelan. "Aku bukanlah tandingan manager elit seperti Momoi. Lagipula, Seirin kan sudah punya Riko-senpai."

"Tidak. Aku yakin semua akan setuju kau jadi manager jika mengingat kau bisa memasak," sela Kuroko menghampirimu, bermaksud mengambil vanilla milkshakenya di bench dan menyesapnya.

"Are~? Memang apa hubungannya dengan aku jadi manager?"

Kini Kuroko tersenyum tipis namun penuh misteri. "Kenapa kau tidak mencobanya saja? Karena kebetulan sebentar lagi kami akan mengadakan training camp untuk liburan musim dingin dekat ini, aku yakin kau akan sangat dibutuhkan."

Kau makin tidak mengerti maksud perkataan sepupumu itu.

# # #

Dan disinilah dirimu, kau berjalan dibelakang Aida Riko, pelatih basket Seirin sekaligus juga senpaimu, menuju gym. Kau merasakan adanya getaran yang tidak biasa pada tanganmu. Beberapa buku terjepit kuat diantara tangan dan badanmu.

"Santai saja, [name]-chan. Jangan gugup begitu," ucap Riko, tersenyum padamu.

"Eh... ah... Ha-Hai, senpai," balasmu terbata-bata.

Dan dibukalah pintu gym oleh pelatih perempuan bersurai coklat itu bersamaan setibanya kalian disana. Di lapangan indoor, terlihat beberapa senpai kelas 2 maupun teman seangkatanmu kelas 1. Kau mengamati mereka yang sedang melakukan pemanasan. Ah, tentu saja sepupumu juga ada. Ia sempat tersenyum melihatmu. Namun kedua manikmu melebar ketika melihat siapa lawan bicara Kuroko saat itu. Rambut gradasi merah dan hitam serta alis bercabang itu!

"[Name]-chan?" panggilan Riko membuyarkan lamunanmu. Ia menyuruhmu untuk meletakkan barang-barangmu dulu sebelum perkenalan. Kau hanya mengangguk menuruti seniormu.

PRIIITT...

Peluit yang menggantung di leher sang senpai dibunyikan menghasilkan gema di dalam gym. "Minna, berkumpul sebentar!"

Tanpa menunggu waktu, hanya dua kalimat perintah itu mampu membuat semua yang ada di gym kini berdiri di depanmu yang berdiri di sebelah sumber bunyi peluit tadi.

"Kita akan kedatangan anggota baru," ujar Riko, tersenyum.

Para atlit basket muda itu mulai ramai dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang terdengar menyiratkan rasa heran. Tentu saja kecuali si pemuda bersurai dan bermanik baby blue yang sudah mengenalmu. Entah hanya perasaanmu atau apa, kau merasa sepupumu itu terlihat senang saat mengetahui kini kau berdiri disini dan akan menjadi bagian dari mereka.

Tak lupa juga kau merasakan tatapan tajam dari orang itu. Tatapannya begitu tajam dan menusuk bagaikan hewan liar yang siap menerkam mangsanya kapan saja. Garang sekali wajahnya, gumammu dalam hati, hampir saja kau mempertemukan kedua alismu, namun kau tahu kau tidak boleh menciptakan image buruk di hari pertamamu.

"Hajimemashite," seucap kata yang terlontar dari bibir mungilmu berhasil meredakan keramaian dari para pemain basket Seirin itu. Setelah dirasa semua sudah mulai menyimak, kau melanjutkan. "Namae wa [Full name] desu. Yoroshiku," dengan sedikit membungkukkan badanmu, kau memperkenalkan diri.

"Yoroshiku!" balas yang lain antusias.

"Apa dia sepupu yang pernah kau ceritakan itu?" tanya seorang pemuda bermanik ruby pada Kuroko tiba-tiba.

"Oi, oi, Bakagami," dan seorang senpai berkacamata mendaratkan pukulannya di kepala si junior. "Kau harus memperkenalkan diri dulu sebelum bertanya hal yang tak sopan seperti itu."

"Etto... Kagami Taiga desu," tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung memperkenalkan dirinya. "Maaf atas ketidaksopananku."

Kedua manikmu melebar. Dimana wajah garangnya tadi? Apa kesan dingin yang kau pikirkan tadi hanya perasaanmu saja? Dan apa itu tadi, Bakagami? Dia dipanggil 'Baka'?

"Kurasa aku tak perlu berkenalan lagi," sahut Kuroko, membuyarkan lamunanmu.

Dan detik berikutnya, member pemain basket yang lain pun menyusul ikut memperkenalkan diri padamu. Hyuga Junpei-senpai, Kiyoshi Teppei-senpai, Furihata Kouki, beberapa nama baru sudah mendaftar di memori otakmu. Namun, tetap saja kau tak bisa mengalihkan perhatianmu dari si remaja bergelar ace Seirin itu.

Orang yang telah menyakiti sahabatmu. Dan hal itu tak bisa dibilang hanya beberapa kali saja.

PLOK... PLOK...

Suara tepukan tangan mengalihkan pikiranmu, namun tidak untuk fokusmu. Beberapa detik kemudian, barulah kau menolehkan kepalamu ke arah sumber suara tadi. Sang pelatih baru saja mempertemukan kedua telapak tangannya, menghasilkan suara yang mengandung suatu instruksi.

"Lanjutkan pemanasan kalian. Aku akan membantu [name]-chan melewati hari pertamanya dulu," ucap Riko, masih ceria seperti biasanya.

Setelah sekumpul atlit muda itu membubarkan diri dari pusat baru di pinggir lapangan, si pelatih perempuan itu menghampirimu.

"Aku yakin kau pasti sudah tahu beberapa tugas manajer. Tapi, aku tetap akan memandu dan memberitahumu apa saja yang akan dan harus kau lakukan sebagai manajer baru tim basket Seirin," terang seniormu.

"Hai, tasuketekudasai, Riko-senpai," balasmu, sedikit membungkukkan badan.

Ketika mengerjakan apa yang diinstruksikan sang senpai, tanpa sengaja, perhatianmu teralihkan oleh para pemain yang sedang bertanding, senior vs junior. Pandangan matamu terus mengamati permainan mereka.

Tetsuya sudah mulai berkembang daripada ketika SMP dulu, pikirmu dalam hati.

Ya, kau masih ingat seperti apa permainan sepupumu, bahkan para Kiseki no Sedai. Meski tidak bersekolah di SMP Teikou, kau cukup dekat dengan kelima pemuda berwarna-warni itu sejak Kuroko memperkenalkanmu pada mereka.

Kau menggelengkan kepalamu sedikit keras, membuyarkan pikiranmu sendiri. Dan, satu fokus baru berhasil mengambil alih perhatianmu.

Seorang remaja berambut gradasi merah dan hitam, yang baru mempertontonkan sebuah kombinasi permainan bersama Kuroko.

Tanpa sadar, kedua manikmu terpaku dengan permainan mereka. Inikah, basket yang dibanggakan pemuda baby blue itu?

"Kau pernah menonton basket Seirin?" tanya Riko tiba-tiba, membuatmu menoleh padanya. Namun, pandangan Riko tetap pada lapangan.

"Kurasa ini yang pertama kali," jawabmu. Kemudian kau menoleh lagi pada permainan basket di lapangan indoor.

"Ini hanya pemanasan. Kau akan melihat basket Seirin yang sebenarnya besok, di pertandingan semifinal Winter Cup melawan SMA Kaijou," terang Riko.

Kau menoleh lagi pada sang senpai. "Kaijou?" ulangmu. "Kise?"

Kini Riko menoleh padamu. "Kau mengenal Kise-kun?"

Kau mengangguk. "Ya, aku kenal semua Kiseki no Sedai."

"Aah~" Kau terheran-heran melihat Riko menutup wajah dengan kedua tangannya. "Andaikan kau bergabung lebih awal, kita pasti mendapat informasi tentang Kiseki no Sedai daridulu," lanjutnya serasa menyesal.

Kau mengerjab beberapa kali. "Go-gomen..."

"Haha, nandemonai."

Setelah itu, kau kembali mengamati permainan basket yang masih berlangsung. Mungkin lebih tepatnya mengamati seseorang.

Namanya Kagami Taiga.

.

.

.

Pada saat itu aku dipertemukan dengan dia pada organisasi yang baru saja aku ikuti. Dia menyelamatkan klub itu yang hampir putus asa karena kekalahan yang hampir mendatangi kami

.

.

.

Jika ditanya kesan pertama, kau tak mungkin bilang senang setelah apa yang dilakukannya pada sahabatmu. Namun, dalam sesaat, ia menghilangkan kesan buruk yang tertanam dalam dirimu hanya dengan melihat kesungguhannya.

Di pertandingan semifinal Winter Cup melawan SMA Kaijou, Kagami bertarung sengit dengan si perfect copy, Kise Ryouta. Kau tak menyangka seorang pelajar SMA sepertinya sanggup menembak bola pada jarak yang tidak bisa dibilang normal. Meteor Jam, kemampuan remaja bersurai merah kehitaman itu benar-benar membuatmu menganga melihat keajaiban lompatannya. Bahkan kemampuannya mungkin melebihi Kiseki no Sedai.

Namun, ada yang tidak kausukai dari permainannya. Awalnya kau berpikir bahwa dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia terus meminta operan bola dari para senpai dan one on one bersama Kise. Ketika masuk zone pun ia terus mendominasi permainan.

"Tidak apa, Kagami memang begitu."

Penjelasan si pelatih membuatmu kembali terheran-heran. Meski begitu, para anggota Seirin menerima sifat Kagami yang seperti itu.

"Lama-lama kau juga akan terbiasa," tambah Riko.

Baiklah, apa boleh buat jika sang senior berucap demikian. Kau memang anak baru, jadi maklum jika kau belum tahu apa-apa.

"Kaijou lagi, mereka terus mengurangi selisih! Mereka mengubah alur pertandingan!"

"Fight!"

"Maju Kaijou!"

Pada quarter keempat, entah bagaimana, tiba-tiba seluruh penonton mendukung Kaijou, membuat suasana seolah-olah Seirin adalah sang antagonis. Dan kala itulah, seorang Kagami Taiga, membuat pandanganmu tentangnya perlahan berubah.

"Ini adalah drama kami. Kamilah yang menentukan jalan ceritanya."

Kaukira kemenangan akan didapatkan oleh Kaijou. Namun, ia berhasil membuktikan kata-kata yang diucapkannya itu, menggeser takdir yang hampir membawa mereka pada kekalahan. Dan rasa penasaran terhadapnya pun mulai tumbuh dalam dirimu.

Begitu pula ketika melawan Rakuzan, melawan sang raja, sang mantan kapten basket Teikou, Akashi Seijuurou. Kau tahu Akashi adalah seorang yang penuh dengan keabsolutan. Kau yakin Akashi pasti berpikir Rakuzan yang akan menjadi pemenang, dan itu mutlak. Namun, dibantu dengan Kuroko, ia membawa tim Seirin menuju gelar pemain terbaik se-Jepang.

Meski dengan selisih yang begitu sedikit, namun hal itu sangat menentukan. Semangatnya mengubah takdir Rakuzan serta Seirin. Ia selalu memberi kejutan di detik-detik terakhir. Kuroko pernah bilang padamu, cahaya barunya adalah orang yang luar biasa. Dan kini kau mulai mempercayai hal itu.

Membuatmu tak menyangka bahwa orang seperti itu adalah pelaku yang telah merubah sifat sahabatmu.

.

.

.

T B C

(A/N)

Doumo, Kuga balik lagi dengan cerita multichapter. Apa kalimatnya bertele-tele?

Atau Kuga kurang baik dalam memilih kata?

Kira-kira cerita ini bisa menumbuhkan rasa penasaran tidak?

Masih banyak kekurangan?

Typo, abal, alur kurang jelas, dsb?

Baik, baik, Kuga akan berusaha lebih baik lagi di chapter selanjutnya. Thanks for Reading : )