Title : One More Time (CHANBAEK)

Author : DandelionLeon (Aleyna Park)

Cast : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Oh Sehun, Xi Luhan, Kim Jongin, Do Kyungsoo, Choi Zelo dan masih banyak cast yang dirahasiakan.

Genre : Romance, Drama

Rate : M (Mature)

Pairing : Chanbaek, Hunhan, Kaisoo and other.

Disclaimer : seluruh cerita sepenuhnya ide dari saya sendiri, cast disini hanya pinjam nama. Seluruh cast milik Tuhan dan orang tua mereka.

WARNING! Yaoi (boyxboy), explicit content, bahasa vulgar bakal bertebaran di chapter-chapter selanjutnya. Buat bocah harap tekan tombol close. Dosa tanggung sendiri! :p . DLDR! gak suka, jangan baca! *melotot*

Summary : Apakah aku bisa mengatakan 'aku mencintaimu' sekali lagi? Aku membuangmu, namun akhirnya kau memenuhiku. Jika kau bersikeras menolakku, maka maafkan aku. Aku akan memaksamu untuk menatapku kembali, dengan cara yang kotor sekalipun. Kau harus menjadi milikku. /Karena luka yang tak dapat terhapus sangat menyakitkan./

Recommended song : Navi ft. Kebee of Eluphant – Incurable Disease

.

.

Dua tumpukan kertas terlihat memenuhi meja kerja direktur muda tersebut. Mungkin berisikan dokumen-dokumen penting yang harus ia tanda tangani. Terlihat seorang lelaki berjas hitam menggeram frustasi di meja kerjanya. Rambutnya terlihat acak-acakan. Mungkin terlalu lelah akibat pekerjaan yang seakan menguras waktu, fikiran dan juga tenaganya. Maklum, resiko sebagai CEO ternama membuatnya harus bekerja banting tulang demi kelangsungan perusahaannya.

Bicara tentang lelaki muda yang tengah fokus pada pekerjaannya itu. Apakah kalian masih mengingatnya? Si brengsek yang suka main perempuan dan juga kasar saat masa sekolahnya dulu. Siapa lagi jika bukan Park Chanyeol si putra tunggal keluarga Park. Ia benar-benar telah brubah sejak beberapa tahun yang lalu.

Selesai bersekolah di Victory High School-sekolah milik keluarganya. Chanyeol meneruskan pendidikannya untuk mengambil gelar strata ke Amerika dengan jurusan managemen ekonomi. Hanya butuh dua setengah tahun untuk lulus-mengingat Chanyeol adalah orang dengan otak jenius. Setelahnya ia meneruskan pendidikannya lagi ke Universitas Oxford di London untuk meraih gelar magisternya.

Kini ia telah berusia dua puluh empat tahun. Chanyeol telah berubah menjadi pria dewasa yang semakin tampan dan juga penuh wibawa. Banyak yang kagum dengan dirinya baik itu di kantor maupun di kalangan teman-temannya.

"Chanyeol-a, kau harus hentikan pekerjaanmu dulu. Kau melupakan sahabatmu yang baru saja pulang dari Paris ini?"

Jemarinya yang tadi mengetik dengan mahir terpaksa terhenti akibat seseorang yang hadir secara tiba-tiba itu. Si tampan Oh Sehun ternyata. Chanyeol hanya tersenyum tipis lalu menggerakkan tangannya mengisyaratkan Sehun agar duduk di sofa yang telah di siapkan.

"Kapan kau sampai?" Tanya Chanyeol. Lelaki jangkung itu ikut duduk disebelah Sehun.

"Lima jam yang lalu dan_hey! Apa-apaan dengan kantung mata itu? Ku fikir kau terlihat seperti… panda."

"Yeah, aku lembur selama dua hari penuh."

Sehun hanya merespon dengan tatapan kasihannya. Ia menepuk pundak sahabatnya itu seolah-olah Chanyeol mengalami masa terpuruk-walau sebenarnya bisa dikatakan demikian.

"Oh iya, aku sudah menghubungi Jongin juga. Katanya kita akan mengadakan reuni. Apa kau mau ikut?"

Chanyeol menatap Sehun sejenak lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Aku tidak bisa berjanji karena kau tahu sendiri, pekerjaanku banyak sekali. Ibarat cucian kotor di rumahmu."

"Candaanmu tak lucu sama sekali tuan Park. Cucianku tidak sebanyak itu karena_"

"Ada Luhan yang mengerjakan semuanya. Benarkan? Cih!" Potong Chanyeol cepat.

Well, Sehun dan Luhan memang sudah bertunangan sejak awal. Hanya saja dulu hubungan keduanya tidak pernah terlihat akur. Namun jangan tanyakan sekarang ini. Keduanya bahkan telah tinggal bersama. Benar-benar!

"Ye, lupakan. Sekarang bagaimana jika kita makan siang dulu? Kau terlihat seperti zombie, bung."

"Baiklah, kajja~ "

.

.

Pemuda itu tersenyum tiap kali dua sahabatnya-Jongin dan Sehun-membuat lelucon konyol. Padahal lelucon tersebut tak lucu sama sekali.

Begini lah kehidupannya beberapa tahun ke belakang. Sangat datar, memuakkan dan juga hampa. Yeah, kau masih mengingat bukan? Lelaki mungil yang pernah ia siksa dulu pergi dari hidupnya-tepatnya pindah jauh ke negeri orang.

"Hey Jongin, bagaimana dengan proyek barumu?" Tanya Chanyeol mencoba mencari topik baru jika tidak mau mendengar lelucon itu terus berlanjut. Jongin menghentikan tawanya dan terlihat-sedikit-serius.

"Yeah, lumayan. Aku akan membuka cabang baru di Jepang, Jerman dan juga Swiss."

Tangan Chanyeol yang tadinya menyuap sesendok spageti terhenti. Jantungnya terasa sakit tiap kali mengingat hal yang berhubungan dengan si lelaki mungil. Seperti Swiss contohnya.

Sehun menepuk jidat Jongin, mulutnya bergerak seolah mengatakan 'diam bodoh!' . Sedangkan Jongin meringis pelan.

"Maaf Yeol, aku tak bermaksud untuk mengingatkanmu pada_"

"Apa bisa kita lanjutkan pertemuan ini nanti? Pekerjaan telah menantiku. Kau tau bukan jika waktu adalah uang? Annyeong chingudeul."

Chanyeol melesat pergi meninggalkan kedua sahabtnya yang terdiam di tempat dengan perasaan bersalahnya. Sehun berulang kali merutuki kebodohan Jongin tadi.

"Kau bodoh atau bagaimana? Aisssh! "

"Maaf, aku 'kan tidak sengaja mengucapkan itu semua. Dia saja yang terlalu sensitive!"

.

.

Sudah empat tahun lebih, semenjak Baekhyun pergi dari kehidupannya. Chanyeol semakin banyak berubah. Banyak yang mengira bahwa dirinya baik-baik saja. Padahal, jauh di dalam lubuk hatinya rasa penyesalan itu tetap ada.

Chanyeol rindu, Chanyeol ingin memeluk Baekhyun. Ia ingin meminta maaf apapun caranya. Ia ingin mengatakan bahwa dirinya mencintai Baekhyun. Ia telah bisa menjawab segala perasaannya.

Cinta tak buta, tetapi manusia yang membutakannya. Bukankah begitu?

Dulu Chanyeol seolah tutup mata dengan kehadiran Baekhyun. Seolah lelaki itu hanyalah sampah. Hanya mainan yang dapat ia permainkan sesuka hatinya. Tapi kini, pada akhirnya justru Byun Baekhyun memenuhi hatinya. Chanyeol juga tak mengerti, apakah ini bisa disebut dengan cinta?

Lelaki jangkung itu duduk di mini bar yang ada di dalam apartemennya. Ya, Chanyeol memilih tinggal di apartemennya sendiri.

Tangannya memegang gelas sloki yang berisikan cairan kemerahan itu. Meneguknya perlahan hingga habis tak bersisa. Netranya menatap kosong pada gelas di tangannya.

Mengapa semua terasa hampa? Hatinya seakan kosong, tak bisa merasakan apapun. Berulang kali kedua orang tuanya hendak menjodohkan Chanyeol dengan anak rekan bisnis mereka. Padahal dulu, kedua orang tuanya telah berjanji akan memberi kesempatan Chanyeol, menentukan kehidupannya sendiri. Namun kenyataannya sama saja. Sang ibu tetap bersikiras, mengingat Chanyeol tampak seperti mayat hidup. Ibunya berfikir jika memiliki teman hidup, mungkin Chanyeol takkan begini lagi. Ya, jika teman hidupnya itu Byun Baekhyun pasti Chanyeol takkan seperti ini.

Tangannya meletakkan gelas sloki yang sedari tadi ada di pegangannya. Chanyeol meraih sebatang rokok dari dalam saku jasnya. Mematuknya dengan korek api lalu menghisapnya. Menghembuskan asapnya dengan kasar ke udara.

Getar ponselnya menyadarkan pemuda itu. Ia menatap malas pesan masuk dari sekretarisnya.

Sajang-nim, maaf menganggu waktumu. Sekedar pemberitahuan bahwa Daemyung resort yang ada di Gangwon-do mengalami sedikit gangguan.

Lelaki itu tampak berdecih kesal. Ingin rasanya ia membanting ponselnya sekarang juga. Padahal Chanyeol baru saja mendapat waktu santainya sejenak. Bahkan jas yang dikenakannya saja belum terlepas dan_entahlah… Chanyeol langsung mendial sang sekretaris.

'Yeoboseyo sajangnim'

"Ne, masalah yang bagaimana maksudmu?" Tanya Chanyeol to the point.

'Itu, satu gondola gantung mengalami kerusakan dan seorang pengunjung mengalami_'

"Aish, kau bisa atur semua bukan Lee Minhyuk-ssi? Dan soal pengunjung, urus semua biaya pengobatannya sampai ia sembuh total."

'B-baiklah, aku mengerti sajangnim'

PIIPP…

"Mengganggu saja!"

Chanyeol berjalan menuju kamarnya. Membuka jasnya, kemeja dan juga celana kain yang sedari dikenakannya. Ia membanting tubuhnya di atas ranjang berseprai biru laut itu. Sebelah tangannya berada didahi, matanya menatap langit-langit kamarnya dengan sendu.

"Apakah sesakit ini? Mengapa ini tak sembuh-sembuh juga? Padahal sudah bertahun-tahun berlalu."Gumam Chanyeol sangat lirih.

Lelaki tampan itu mencoba mengingat. Bagaimana perlakuannya dulu. Bagaimana wajah itu bersedih akibat ulahnya. Ingin rasanya Chanyeol memaki dirinya berulang-ulang. Sungguh!

"Apa kita bisa bertemu lagi… Byun Baekhyun?"

.

.

Seorang namja berperawakan mungil berjalan dengan menarik sebuah koper hitam. Rambut keunguannya terlihat begitu mencolok, namun sangat pas untuk wajah manisnya. Sebuah coat hitam selutut turut melengkapi penampilannya. Ia melirik kesana kemari. Mencari sosok yang ia rindu.

'BYUN BAEKHYUN'

Ia tersenyum saat melihat seorang lelaki bertubuh jangkung mengangkat sebuah kertas besar bertuliskan namanya. Ya, lelaki itu adalah Byun Baekhyun, dengan penampilannya yang benar-benar berbeda.

Lelaki itu langsung memeluk erat lelaki dihadapannya.

"Aku merindukanmu Zelo-ya."

"Nado, aku sangat merindukanmu Baekhyun-a."

Keduanya saling bertatap lalu tertawa kecil. Zelo menarik koper Baekhyun lalu mengajaknya meninggalkan bandara. Keduanya memasuki mobil Porsche milik Zelo dan kemudian melajukan mobilnya entah kemana.

"Omong-omong, Luhan dan Kyungsoo mana?" Tanya Baekhyun antusias.

"Bukankah kau tak ingin mereka tau bahwa kau pulang ke Korea, Baek?"

Si mungil tertawa lalu menggaruk tengkuknya.

"Benar juga, aku akan memberikan kejutan untuk mereka nanti."

Zelo menangguk mengerti. Keduanya terdiam, menikmati momen hening ini.

Omong-omong, Baekhyun dan Zelo sebenarnya sering berhubungan melalui ponsel. Begitu juga dengan Kyungsoo dan Luhan.

"Hey, kau cantik dengan rambut magenta mu itu." Puji Zelo dengan senyum manisnya.

"Ish! Aku tampan! Dan jangan bilang kau masih mencintaiku?" Tuding Baekhyun dengan telunjuk mengarah ke Zelo. Matanya memicing dengan lucunya.

"Hahaha, terserah apa katamu Baek. Jangan bahas masa lalu."

Baekhyun terkekeh geli, setelahnya ia menatap keluar jendela dengan tatapan yang… hampa.

"Apa kau tak berencana untuk melihat Chanyeol?" Pertanyaan Zelo membuat Baekhyun tersentak. Ia tersenyum masam lalu menggeleng.

"Jangan kau sebut namanya lagi di depanku Zelo-ya. Aku sudah melupakan orang itu." Balas Baekhyun dengan dingin.

Zelo menghela nafasnya. Apakah ini benar Baekhyun? Fikirnya. Tapi, disatu sisi Zelo merasa senang. Setidaknya Baekhyun bukanlah Baekhyun yang lemah seperti dulu.

"Baguslah, jika kau sudah melupakan anak itu."

.

.

Tak ada yang berarti, semua sama saja bagi Chanyeol. Bahkan ketika kedua sahabat-sialan-nya mengajaknya ke club, tempat yang pernah menjadi surganya dulu. Chanyeol justru muak berada disini. Apalagi ketika banyak wanita jalang yang menatapnya seolah ingin di tiduri. Memuakkan!

"Jadi, apa alasan kalian mengajakku kemari?" Tanya Chanyeol dengan tatapan tajamnya.

"Ayolah, kami rasa kau butuh sedikit refreshing. Kau terlalu serius akhir-akhir ini." Jawab Jongin.

"Jangan bilang jika kau sudah tak sanggup lagi minum alkohol?" Ejek Sehun. Chanyeol benar-benar emosi. Tanganya meraih segelas vodka dan meneguknya dengan cepat.

"See? Bahkan di apartemenku aku bisa menikmati ini."

Sehun dan Jongin saling berhigh five.

"Hei, bagaimana jika kau mendapat kejutan secara tiba-tiba?"

Alis Chanyeol bertaut mendnegar ucapan Jongin. Ia sungguh tak mengerti dengan kata 'kejutan' disini.

"Maksudmu?"

"Seperti 'Byun Baekhyun yang kembali ke Korea' misalnya?"

Chanyeol mencengkram gelas ditangannya.

"Mengapa kau membicarakan hal yang mustahil untuk terjadi?" Tanya Chanyeol dengan nada tak suka. Sejujurnya Chanyeol berharap hal itu akan segera terwujud.

"Cih, ini masih perumpamaan bodoh! Apa yang kau lakukan jika tiba-tiba kau bertemu dengannya?"

Pertanyaan Sehun seolah menohok jantungnya. Benar, apa yang akan kau lakukan Chanyeol? Apakah harus bersikap biasa saja? Atau justru berlutut mengemis cintanya? Atau bertindak tak peduli seperti dulu? Untuk opsi yang terakhir sepertinya Chanyeol takkan melakukannya. Ia tak ingin Baekhyun pergi lagi dari sisinya-walau kenyataannya sekarang Baekhyun tak ada disisinya.

"Entahlah, mungkin aku akan sangat malu bahkan untuk berhadapan dengannya."

"Kau terlalu lemah Chanyeol. Jika itu aku, maka aku akan berjuang mati-matian." Komentar Jongin dengan wajah sok seriusnya.

"Atau jika perlu paksa dia untuk mencintaimu."

Chanyeol menatap datar ke arah Sehun. Yang benar saja? Chanyeol tak sebodoh itu untuk melakukannya.

"Idemu terlalu konyol. Aku tak bisa melakukannya."

"Kenapa? Kau sudah tobat? Hahahaha."

Lelaki tinggi itu mengambil sebotol anggur, meneguknya dengan beringas. Jongin hendak melerainya namun ditahan oleh Sehun.

"Biarkan saja, biarkan dia mabuk lalu melampiaskan semua isi hatinya disini." Bisiknya pada lelaki berkulit tan itu.

Hanya menunggu beberapa menit berlalu. Chanyeol mulai merasa pusing, sepertinya ia sudah berada dalam keadaan mabuk saat ini.

"Chanyeol? "

"Hmm… hmm…" gumamnya tak jelas. Jongin menepuk dahinya, frustasi.

"Aku pulang dulu…" Ucap Chanyeol dengan ucapan khas orang mabuk.

"Kau bisa menyetir dalam keadaan mabuk? Apa kau telah berubah menjadi seorang idiot?" Ucap Jongin kesal. Coba saja Chanyeol tak minum, semuanya takkan seperti ini. Salahkan ide Sehun yang mengajak Chanyeol masuk ke club malam ini.

Bukannya menjawab, lelaki tinggi itu malah melengos pergi dengan langkah terhuyung-huyung. Matanya melirik kesana kemari untuk mencari mobilnya saat sampai di parkiran.

"Aish! Dimana mobil sialan itu!" Umpat Chanyeol. Kepalanya sungguh pusing. Bahkan pandangannya mengabur, tak fokus pada satu titik pun.

BRUKKK… Tubuh jangkung itu menabrak seseorang di depannya. Dengan tak tau malunya Chanyeol memeluk tubuh itu dengan erat.

"Chogiyo, bisa kau lepasakan? Ini sesak!"

'Bahkan kini aku bisa mendengar suaranya, apakah ini nyata?'

Tubuh jangkung Chanyeol berusaha berdiri tegap. Samar-samar ia menatap seseorang di depannya. Matanya membola. Jantungnya berdegup dengan kencang seakan ingin keluar dari rongganya.

"B-Byun Baekhyun?" Ucapnya lirih. Seseorang itu mengerutkan alisnya tak mengerti.

"Chogi, kau salah orang. Permi_yak!"

Lelaki tampan itu memeluk sosok yang lebih pendek darinya itu dengan sangat erat. Seolah menumpahkan segala emosi dan juga kerinduannya disana.

"Gajima, kumohon jangan pergi lagi." Bisiknya dengan nada frustasi. Lelaki itu berusaha melepaskan pelukan 'maut' Chanyeol.

"Kau mabuk tuan, kau salah orang!" Pekik seseorang itu dengan kesal.

"Ani, bahkan suaramu mirip dengannya. Kau Byun Baekhyun. Kau Byun Baekhyun-ku bukan? Jawab!"

"Aish! Aku bukan Byun Baekhyun-mu! Ku mohon lepaskan tuan."

"Tidak, aku takkan melepaskanmu. Kau tau? rasanya aku hampir mati saat kau pergi. Aku ingin mati dengan semua penyesalan ini. Jangan pergi lagi."

Bagaikan sebuah mimpi yang nyata. Chanyeol berharap, jika semua ini adalah mimpi, maka ia tak mau terbangun. Dan jika ini nyata ia takkan melepaskan seseorang-yang ia sangka Baekhyun itu- sampai kapanpun. Bayangan wajah pemuda mungil itu terlintas di memorinya. Bagaimana wajahnya yang ketakutan saat melihat Chanyeol. Bagaimana wajah bersedih dan tersiksanya saat Chanyeol membuatnya menangis tersedu. Bagaimana senyum manis itu membuatnya hampir gila. Bagaimana… bagaimana… bagaimana kah Byun Baekhyun kini?

"Hanya sejenak, peluk aku sejenak"

Seseorang itu terdiam, menutup rapat matanya. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusap pundak lebar lelaki yang dengan tiba-tiba memeluknya itu.

"Baiklah, tapi setelah ini kau lepaskan aku. Aku juga memiliki urusan lain, tuan."

Chanyeol mengangguk dalam diam.

Hampir lima menit mereka berpelukan. Akhirnya Chanyeol memenuhi janjinya.

"Aku permisi."

Seperginya orang itu, Chanyeol jatuh terduduk di atas tanah dengan mata berair. Ia menangis terisak seperti orang bodoh. Ia tak peduli dengan tatapan orang-orang yang menatapnya aneh. Toh apa peduli mereka? Mereka tak tau bagaimana perasaan Chanyeol kini bukan?

'Baekhyun… Baekhyun… Baekhyun…"

BRUKK… Tubuh itu limbung diatas tumpukan salju yang dingin. Kesadarannya hilang seiring berjalannya waktu. Yang jelas, yang bisa Chanyeol dengar di akhir kesadarannya adalah suara Sehun dan Jongin yang berteriak mendekat ke arahnya.

"Yak, Park Chanyeol! Kau mendengarku?"

.

.

=TBC=

Annyeonghasseyo? Author comeback dengan ff baru, walau ini masih bagian sequel dari 'YWAMH' tapi ini baru juga kan? /plakk/

Btw, banyak banget yang ngirim PM pada demo minta buatin sequel. Belum lagi review-review readers yang minta sequelnya update. Aku bukan orang yang tidak tepat janji jadi… voila! Di tengah tumpukan tugas yang menggunung seperti cucian yang kotor /lirik tumpukan baju/ . di tengah kegalauan author karena tak kunjung dapetin hatinya incaran-uhhuk- author. Ditengah dompet yang kosoooong! Aku bela-belain ngetik secepat kilat. Tapi memang ada aja halangannya, jadi baru sempat publish sekarang.

Anyway, ini masih permulaan. Masih banyak kejutan-kejutan seru yang bakal muncul di next chapter. Dan bakal banyak juga kemesuman papa chanyeol. lihat aja ntar, berhubung rate udah naik /uhhuk/

Mungkin ini terlihat membosankan tapi, aku berharap kritik dan saran yang membangun dari kalian semua tetap berjalan seperti di ff sebelumnya.

Sekedar info. Kalo mau bayangin chanyeol, rambutnya kayak di foto untuk poster the lost planet, coba searching, pasti jumpa. Dan baekhyun, aku milih rambut dia yang warna magenta, biar keliatan seksi, manis dan sedikit liar /apadah/

Mungkin Cuma ini bacotan gak mutu dari author kece. Semoga kalian senang dengan kehadiran ff ini. jangan lupa read, review, follow, favorite. Aku membutuhkan semua itu untuk semangatku.

Mau update fast? Review yang banyak… hahaha… see u in next chapter.

Saranghae~~~