"Bagaimana penampilanku?" Jongin berdiri berhadapan dengan Sehun.

Sehun berpikir cukup lama, sebenarnya ia hanya ingin menggoda kekasihnya. Raut wajah Jongin yang sedang menunggu vonis dari Sehun begitu menggemaskan, dengan tatapan mata itu tepat menatap lurus kepadanya.

"Aish Hun, cuma berkomentar aku cantik atau tidak saja sepertinya begitu sulit bagimu." Ucap Jongin tersinggung.

"Sulit Noona," ucap Sehun serius, "Kau sudah cantik, jadi aku bingung harus berkomentar apa."

"Ya sudah, kalau begitu kau tunggu di luar. Aku mau membenahi make up ku" Jongin mendorong punggung Sehun agar keluar dari kamarnya dan menunggu di ruang tamu.

Suara pintu terkunci membuat Sehun menyerah. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembusnya kasar.

Padahal ia berniat mencuri satu ciuman di bibir kekasihnya itu.

Kekasih ? Ah, Sehun dan Jongin sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Sejak malam Sehun terjebak di apartemen Jongin ketika hujan turun membuatnya hati mereka saling terbuka antara satu sama lain. Dan isi hati mereka saling terucapkan dari tautan bibir yang tidak henti-hentinya meraba dan menerobos pertahanan masing-masing.

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada malam itu. Semalaman Jongin tidur di dalam pelukan Sehun, dan ia juga memeluk Jongin dengan lembut. Berulang kali Sehun terbangun untuk mengecek keadaan Jongin, dan ia tersenyum lega saat melihat namja cantik itu masih tertidur pulas di dadanya.

Dan kini, Sehun berdiri di tengah ruangan sambil menggerutu sebal. Ia menenggelamkan tangannya dalam saku celana yang ia kenakan. Hari ini mereka berdua akan menghandiri pernikahan Taemin dan Minho.

Walaupun Taemin tidak memberikan undangan kepadanya, tapi Sehun telah memutuskan untuk mengundang dirinya sendiri ke pernikahan itu. Lagian, Taemin tidak akan keberatan ada satu orang tamu yang tidak di undang, bukan ?

Selagi menunggu Jongin, Sehun juga memeriksa penampilannya. Dasi kupu-kupu dan setelan jas mahal melekat erat di tubuhnya. Ia menepuk-nepuk debu yang sebenarnya tidak ada. Lalu tangannya berhenti saat ia merasakan ada benda asing di dalam kantung jasnya. Ia memeriksa dan tersenyum.

Dia lupa, bahwa selesai menghandiri pernikahan Taemin, ia juga akan memberikan kejutan buat Jongin.

"Hei, bagaimana ? Dan kali aku tidak terima komentar 'hm' atau 'cantik noona' atau 'sempurna'."

Jongin tiba-tiba muncul. Sehun malah tidak mendengar sama sekali suara pintu kamar di buka.

"Kalau begitu kau lebih dari sempurna Noona." Sehun tertawa, Jongin pun ikut tersenyum mendengarnya.

"Jawaban yang bagus." Jongin mengandeng lengan Sehun,

"Tunggu !" Sehun berhenti,

"Ada apa ? Kita akan terlambat Hun. Aku tidak suka menjadi orang terakhir yang datang di pesta."

"Berikan waktu lima menit untuk kita berdua."

Jongin menaikan alisnya sebelah, "Haruskah sekarang?"

Sehun mengangguk mantap,

Jongin melepaskan tangannya dari lengan Sehun, lalu mengalungkannya di leher Sehun.

"Kau harus bertanggung jawab bila baju ku kusut karena ini."

"Tidak akan Noona, karena aku lebih tertarik dengan ini."

Sehun mengecup bibir Jongin pelan, sesaat hatinya hanya berniat mengecup bibir itu. Tidak lebih. Tapi saat bibir tebal Jongin menyentuh bibirnya, ada getaran yang mengguncang batin Sehun. Ia ingin menguasai bibir mungil itu di dalam. Dan Jongin menggodanya dengan menarik bibirnya sendiri sebelum lidah Sehun mencoba menjelajahi relung sempit itu.

"Kita masih banyak waktu setelah pernikahan Taemin." Jongin tertawa.

Sehun menghela nafas. Jantungnya masih berdebar kencang. Padahal ini bukan ciuman pertamanya bersama Jongin, tapi jantung Sehun sepertinya belum terbiasa menerima lembutnya bibir Jongin.

Dan ia bertekad, malam ini harus mendapat lebih dari sekedar ciuman.

"Ayo Hun !" Jongin menoleh, "Apa yang kau lakukan disana? Senyum-senyum sendiri seperti orang kehilangan akal sehat."

Sehun tidak menjawab, kata-kata Jongin memang benar. Ia memang sudah kehilangan akal sehatnya.

.

.

#####

.

.

Pernikahan Taemin dan Minho begitu meriah. Sehun merasa seperti memasuki dunia artis. Wajar saja, Minho photografer terkenal dan begitu banyak model dan aktris serta aktor yang pernah di tangani oleh tangan dinginnya. Dan tiba-tiba Sehun menjadi ciut.

Tapi berbeda dengan Jongin, ia cantik dan pintar. Dunia ini adalah dunianya, sebelum akhirnya Jongin berhenti dan memilih kehidupan penuh tindakan sosial. Naluri Jongin tajam, ia merasakan Sehun gugup dan ia berinisiatif menggengam telapak tangan Sehun yang besar dan menuntunnya kedalam. Melewati puluhan pandangan mata yang menatap kehadiran mereka.

"Trims cantik." Bisik Sehun.

Jongin membalas dengan senyum.

Sepanjang perjalanan pesta banyak sekali wajah-wajah familiar menyapa Jongin. Menanyakan alasan kenapa ia berhenti dari dunia model. Jongin menjawabnya dengan penuh bijaksana, ia menjawab hanya ingin dirinya di lihat oleh sang kekasih, sambil mengandeng erat Sehun. Para wanita histeris melihat keromantisan mereka, dan beberpa pria yang dulunya mengincar Jongin harus menahan kecewa saat melihat Sehun lah yang berhasil menarik perhatian Jongin.

"Hei Kai," seseorang menepuk pundak Jongin.

"Chanyeol ! Sudah lama aku tidak pernah melihatmu."

"Seharusnya aku yang mengatakan itu. Kau tiba-tiba menghilang dan mengatakan ingin berhenti." Mata sipit Chanyeol baru menyadari bahwa ada Sehun disisinya.

"Wajahmu tidak asing," ucap Chanyeol pelan, sambil mengawasi Sehun. Sedangkan Jongin hanya tersenyum geli.

"Tuan Senyuman bersinar bukan? Kau pernah mencoba mencium kekasihku dulu."

Chanyeol menepuk jidatnya sendiri, "Kau, bocah yang mengekori Kai kan ? Dan kini kalian sepasang kekasih ?" Chanyeol tertawa terbahak-bahak, "dunia sungguh aneh,"

Percakapan di antara Jongin dan Chanyeol terus terjalin. Dan Sehun merasa di abaikan memilih pergi. Ia memilih duduk di sebuah bangku putih dan mengambil segelas sampanye dari nampan yang lewat di hadapannya. Meneguknya dalam sekali minum.

"Sepertinya ada yang sedang cemburu." Bisik seseorang di telinga Sehun. Ia menoleh dan melihat sosok Taemin berdiri dengan pakaian pengantinya dan setangkai bunga di genggamannya.

"Taemin !" Sehun terperangah melihat namja manis di hadapannya, ia pun memamerkan senyumnya yang menawan, "Kau cantik sekali."

"Kau juga tampan sekali Hun. Aku sampai harus mengosok mataku berulang kali untuk meyakinkan bahwa kau adalah bocah yang tiga tahun lalu mengejar-ngejar Kai."

"Dimana Tuan Choi ?"

"Ah, dia sedang gugup di toilet. Padahal sebentar lagi acara akan di mulai."

"Wajahmu terlihat muram ? Apa Noona cantikmu masih mengabaikanmu ?" Taemin memandang ke arah Jongin yang sedang tertawa mendengar lelucon Chanyeol.

"Entahlah Tae. Jongin selalu akrab dengan siapapun, dan orang yang di ajaknya bicara pasti betah berlama-lama dengannya."

"Ckck kau hanya berubah fisik. Tapi kepalamu masih berisi pikiran bocah enam belas tahun."

"Kau menyinggung perasaanku."

"O kalo begitu bagus. Kau memang harus di perlalukan seperti itu."

"Jadi ? Aku butuh saranmu Tae."

Taemin berpikir sejenak, "Tidak. Kau sudah cukup dewasa. Dan masa kau tega menyuruh seorang calon pengantin membantu kisah percintaanmu."

Sebelum Sehun menjawab, Minho muncul dengan wajah tegang dan kakunya. Ekspresi yang lucu, membuat Taemin harus menahan geli. Ia memberikan lengannya pada Taemin agar namja manis itu dapat mengandengnya ke altar perkawinan mereka.

Taemin menoleh kebelakang sejenak, dan melambaikan tangannya pada Sehun. Ia membisikan, "good luck" pada namja tampan itu.

Sehun mendengus. Menjadi pria dewasa lebih sulit dari bayangannya dulu.

Apa yang harus di lakukannya sekarang ?

.

.

#####

.

.

"Hei darimana saja Kau? Aku mencarimu dan ternyata kau disini."

"Kau sedang asik dengan Tuan Senyuman Bersinar itu."

"Berhenti menjulukinya seperti itu Hun. Kau jadi terlihat seperti anak kecil saat mengucapkannya."

"Kau marah aku menyebutnya seperti itu ?"

"Bukan. bukan marah dalam pengertian bahwa aku merasa tidak senang, hanya saja ucapanmu itu kekanak-kanakan."

Sehun merapatkan bibirnya rapat-rapat. Ia kesal, tidak tahu harus bagaimana. Di depan sana, Taemin dan Minho sudah mengucapkan janji sehidup semati mereka. Dan itu manis sekali menurut Sehun.

Ia ingin Jongin juga berada disana, dan mengucapkan sumpah setia bersamanya.

Ah, bagaimana ia bisa lupa benda yang ia sembunyikan di kantong jasnya. Ia benar-benar bodoh. Rasa cemburunya menutup akal sehatnya. Menutup rencana awalnya. Maka dari itu, ia mengambil ponselnya dan menekan beberapa tombol.

"Kau menelpon siapa ?" Tanya Jongin ingin tahu. Ia menjulurkan kepalanya ke arah Sehun.

"Rahasia Noona." Ia tersenyum lembut.

.

.

#####

.

.

Saatnya pelemparan bunga, Jongin sudah berdiri di deretan paling depan bersama gadis-gadis dan namja cantik lainnya yang memiliki niat yang sama, yaitu merebut bucket bunga pengantin.

"Siap ya !" Seru Taemin bahagia,

"Siap !" Teriak mereka,

Taemin membelakangi tamu-tamunya, ia sudah bersiap-siap melempar bunganya.

"Satu ... Dua ... Tiga. TANGKAP." Taemin melempar ke sembarangan arah,

Jeritan dan teriakan yang memekik memenuhi suasana pesta. Minho yang menatap dingin satu-satu tamunya harus menutup kuping. Ia selalu bertanya-tanya kenapa mereka begitu bodoh mempercayai mitos bunga pengantin.

Desah kecewa terdengar saat seseorang dari mereka berhasil mendapatkan bunga itu. Jongin pun salah satunya. Jelas sekali ia terlihat kecewa, tapi wajahnya berubah sumringah saat melihat bucket bunga itu di tangkap oleh Sehun yang kebetulan berada tepat di belakang Jongin.

Taemin bertepuk tangan kegirangan, ia berharap Sehun akan menyerahkan bunga itu pada Jongin dan melamarnya di depan orang banyak.

Tapi wajah Jongin dan Taemin berubah dratis, mata membelalak dan bibir mereka membulat seperti huruf o. Sehun berjalan melewati Jongin dan menyerahkan bunga tersebut pada Minho.

"Tuan Choi, dari pada bunga ini menimbulkan kekecewaan. Lebih baik kau menyimpannya dan memberikannya pada istrimu."

"Kau bocah pintar, aku memang merasa konyol menghadapi sikap gadis-gadis ini. Memperebutkan bunga pengantin."

Minho memeluk erat Sehun dan menjabat tangannya mantap. "Semoga kau berhasil." Ucapnya penuh maksud.

Taemin makin membelalak, melihat keakraban suaminya dan Sehun.

Taemin melemparkan pandangan sengit pada Sehun, seakan mata itu mengatakan 'Kau bodoh.'

Jongin yang berdiri di seberang Sehun, hanya menatapnya kesal. Ia tidak mengerti jalan pikiran laki-laki itu. Dan ia marah

"Noona, tunggu !" Sehun turun dari altar dan mengejar Jongin.

"Lepaskan aku."

"Kenapa kau marah?"

"Tentu saja, kau membuat aku terlihat seperti orang bodoh saat ku pikir kau akan menyerahkan bunga itu padaku. Kau malah memberikan pada Tuan Dingin itu. Menikah saja kau dengannya."

"Bukan begitu Noona, aku bisa jelaskan."

"Aku tidak butuh penjelasan,"

"Kau harus. Coba lihat kebelakang."

Jongin mendengus, ia tidak mau sedikitpun menoleh.

"Ayolah lihat kebelakang."

Jongin akhirnya menyerah, permintaan Sehun yang di ucapkan dengan kesabaran dan senyuman membuat Jongin luluh.

"Ini ? Apa ini Hun ?" Ucap Jongin takjub.

Bukan hanya Jongin yang takjub, tapi seluruh undangan pesta di tempat Taemin pun merasa terpukau dengan pemandangan yang ada di depan mereka.

Sebuah mobil pick up terbuka belakang, mengantar rangkaian bunga besar berbentuk hati. Tidak tanggung-tanggung, bunga itu adalah bunga asli. Bukan rangkaian bunga palsu yang menghiasi pesta Taemin. Harumnya yang semerbak pun menyerbu indra penciuman Jongin, ia terbuai hingga menutup kedua matanya. Saat ia merasakan sebuah kecupan lembut di bibirnya, akhirnya ia membuka matanya.

"Maukah kau menikah denganku ?"

"Sehun..." Ucap Jongin lirih

Sehun merogoh sakunya dan mengeluarkan benda mungil bewarna merah. Ia membukanya perlahan di depan wajah Jongin.

Sebuah cincin putih bermatakan berlian berkilau di balik kotak kecil bewarna merah itu.

Jongin memeluk Sehun dan menangis. Tangis bahagia, sama seperti tangisannya ketika ia melihat Sehun berdiri di depan pintu apartemennya setelah tiga tahun namja itu menghilang.

"Kau belum jawab pertanyaanku."

"Apa pelukan dan tangisan ini belum cukup sebagai isyarat bagimu hah ?"

"Ah Noona, bersikaplah romantis sedikit."

Jongin tertawa mendengar protes Sehun, "Baiklah Oh Sehun, aku bersedia."

Seluruh tepuk tangan di pesta ini hanya untuk Jongin dan Sehun. Bahkan Taemin turun dari altar dan berlari memeluk Sehun. Ia bahagia sekali, melihat keberanian bocah itu. Padahal ia sempat berburuk sangka padanya.

"Eitss ... Apa yang kau lakukan Taemin ?" Jongin memisahkan Taemin yang memeluk Sehun erat.

Taemin nyengir, "maaf maaf Kai. Aku terbawa suasana."

Minho berjalan dengan gagahnya ke arah mereka bertiga, ia bersikap resmi dengan menyalami Sehun sekali lagi dan memeluknya singkat.

"Selamat, tidak ku sangka kau bergerak secepat ini."

Sehun tertawa, ia mengalungkan lengannya di bahu Jongin dan mencium kening namja itu singkat.

"Tapi ada satu hal yang ingin ku protes Tuan Oh" Nada bicara Minho yang resmi, membawa suasana mendadak menjadi horor,

"Kalau kau ingin melamar kekasihmu, lakukan di tempat lain. Kau sudah menarik perhatian para tamu-tamuku."

Sehun dan Jongin salah tingkah, sedangkan Taemin menepuk jidatnya.

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal sekejam itu Minho." Ucap Taemin

Dan seluruh para tamu undangan tertawa. Setidaknya di pesta ini ada dua pasangan yang terjalin. Pasangan yang sama-sama memiliki kisah tersendiri saat mendapatkan cinta sejatinya.

Tapi bagi Sehun, Jongin adalah cinta sejatinya. Selamanya ...

END