Tittle : The Horoscope

Cast :

Sehun

Kai

Baekhyun

Taemin

Suho

Minho

Kyungsoo (GS)

Etc Other Cast

Warning : BL, HunKai, 2Min, SuDo, typo nyebar, cerita abal.

Disclaimer : ini bukan cerita murni Hwa ya, sama kaya Kai, Mianhae. Titipan temen.

Happy

Reading

Lima orang namja sedang duduk mengelilingi sebuah meja di salah satu restoran China. Mereka teman kuliah satu angkatan dan satu jurusan, tidak terlalu populer tapi cukup banyak yang mengenal mereka. Mereka sedang merayakan kelulusan mereka. Ah! Sebenarnya bukan kelulusan seperti itu. Hanya saja, mereka sudah terbebas dari UAS di semester ke lima mereka. Siapa yang pertama mengusulkan untuk merayakannya, mereka pun sudah lupa.

Kini mereka telah selesai memakan makanan favorit mereka masing-masing. Tentu saja mereka harus membayar makanan mereka sendiri-sendiri. Saat sedang asik mengobrol sambil menunggu makanan mereka benar-benar masuk ke dalam lambung, seorang pelayan resto mendekati mereka. Dengan membawa sebuah tabung kaca berbentuk bulat, yeoja itu tersenyum ramah pada kelima namja itu.

"Kalian mau diramal?" tanya yeoja pelayan dengan tersenyum ramah setelah sampai di tempat duduk kelima namja tersebut.

Seorang namja bernama Baekhyun mendongak. Sedikit tertarik dengan perkataan yeoja bername-tag Park Hyun In itu. "Kau memakai apa? Tarot? Angka? Atau membaca garis tangan?"

Yeoja itu masih tersenyum manis. "Di dalam tabung ini terdapat kombinasi angka-angka. Dua di antaranya memiliki angka yang sama. Jika dua orang di antara kalian mengambil angka yang sama, berarti kalian berjodoh."

Sehun memutar bola matanya. Ia kurang percaya dengan hal-hal seperti itu. Bullshit! Namun, berbeda dengan keempat temannya yang lain. Mereka begitu bersemangat mengambil sebuah kertas yang telah dipilin sedemikian rupa. Sehun akhirnya ikut mengambil meski sedikit enggan.

"Nah, setelah kalian membukanya. Jangan lupa nanti kalian tuliskan di buku sebelah sana. Kami akan menghubungi kalian jika ada yang memiliki nomor yang sama seperti milik kalian." Yeoja itu tersenyum kembali. "Terima kasih. Semoga hari kalian menyenangkan," kata terakhir yeoja itu, kemudian ia berbalik menuju pelanggan yang lain.

"Kalian masih percaya dengan hal-hal seperti ini, eoh?"tanya Sehun malas kepada keempat temannya.

"Kenapa? Ini menyenangkan. Iya kan?" kata Baekhyun meminta dukungan temannya yang lain. Mereka mengangguk setuju dengan pernyataan Baekhyun.

"Ayo dibuka!" kata Taemin yang merasa penasaran dengan isi kertas di tangannya.

Mereka pun membuka kertas masing-masing.

Dengan semangat, Baekhyun berteriak. "Aku mendapat nomor 99. Kau Tae?"

"Aku 46."

Baekhyun memandang Suho agar namja itu membacakan nomornya. "Punyaku 93," kata Suho.

"26." Kai menyahut.

"Mwo? Ka- kau bilang berapa?" Sehun terkejut.

"26. Wae?" tanya Kai datar.

Mendengar itu, Sehun meletakkan kertasnya di atas meja agar semua temannya dapat melihat angka yang tertera di sana.

"26?" Taemin menutup mulutnya. Shock dengan sesuatu yang barusan dilihatnya.

Bukan hanya Taemin yang shock. Baekhyun juga Suho, termasuk dua orang penyebabnya, Sehun dan Kai. Mereka semua saling memandang satu sama lain. Kurang percaya dengan hal ini. Bagaimana bisa? Apa itu berarti Sehun dan Kai berjodoh? Oh, siapa yang ingin pingsan duluan, eoh?

Sehun tiba-tiba gusar. Meski awalnya ia tak tertarik dan kurang percaya dengan hal-hal seperti ramalan, tapi melihat kejadian ini, ia jadi merasa.. ah entahlah. Sulit diucapkan dengan kata-kata. Ia menatap keempat temannya satu per satu. Dan ketika tatapan matanya bertemu dengan mata Kai, ia segera menundukkan wajahnya. Kenapa pipinya tiba-tiba panas, eoh? Aishhh... jinjja!

Sedangkan Kai merasa ada bagian tubuhnya yang aneh. Tapi, dia tak tahu di mana letak keanehannya. Mereka telah berteman selama dua tahun. Dan selama dua tahun ini mereka berlima tinggal di apartemen yang sama. Itu berarti mereka berdua akan sering bertemu. Bukankah mereka memang selalu bertemu? Tapi setelah kejadian ini, apakah hubungan mereka akan sama seperti dulu?

.

.

.

'Angka yang sama berarti kalian berjodoh.'

'Mwo? 26?'

"Aissshhh..." Sehun mengacak rambutnya. Kejadian tadi malam masih terngiang-ngiang di telinga dan pikirannya. Kenapa di saat pagi-pagi begini, saat seharusnya otaknya masih fresh, justru hal itu yang ia ingat pertama kali. Ia berdecak, kemudian bangkit dari ranjangnya. Membuka pintu kamar. Hahhh... kenapa orang itu juga yang pertama kali dilihatnya, eoh?

Kamar Sehun memang berhadapan dengan dapur. Dan orang itu, orang yang baru saja ada dalam pikirannya sedang berdiri di sana. Membawa segelas susu yang baru saja ia ambil dari kulkas. Sama-sama berdiri mematung sambil memandang satu sama lain. Hingga akhirnya orang yang ada di dapur memilih pergi dengan sedikit tergesa. Entah ia tak sadar, atau terlalu bersemangat melarikan diri, kakinya terselip, ia tak mampu menjaga keseimbangan. Dan...

'Eoh! Tunggu! Kenapa kepalanya tak terbentur?'

Ia perlahan membuka matanya yang dari tadi tertutup rapat. Hah?!

Ternyata Sehun yang menahannya agar tak terjatuh. Tangan kanan Sehun melingkar di pinggangnya, dan tangan kiri menahan bahunya. Wajah Sehun dan dirinya hanya terpaut sekian puluh centi. Dua orang tersebut saling bertatapan dengan posisi seperti itu.

3 detik

6 detik

9 detik

"Ehem!"

Suara yang menginterupsi itu segera membuyarkan adegan tersebut. Dua orang itu langsung saja memperbaiki posisi berdirinya masing-masing.

"Kalian sedang apa, eoh?" tanya Suho yang sok tak ingin tahu.

"Su… Suho." Kai tersenyum canggung. "A- aku akan membersihkan susunya."

Sehun mengelus tengkuknya, kemudian segera berlari ke kamar mandi. Melewati Suho yang memandangnya heran. Sedang yang satu lagi, Kai tentu saja, mengambil kain lap untuk membersihkan susunya yang tumpah karena ia terpeleset tadi.

"Ada apa?" tanya Baekhyun yang baru muncul dari kamarnya. Suho hanya mengendikkan bahu menanggapi pertanyaan Baekhyun. Tsk.. kenapa orang-orang di sini sangat aneh, begitu pikir Baekhyun saat ini.

.

.

.

Kai, Baekhyun, Suho, dan Taemin duduk mengelilingi meja di kantin kampusnya. Yah, meskipun UAS telah berakhir, tapi mereka masih harus ke kampus untuk melihat pengumuman. Barangkali ada satu mata kuliah yang tak lulus.

Beberapa saat kemudian, Sehun datang dan segera duduk di samping Kai, Itu tanpa ia sadari tentu saja. Mengambil minuman di sampingnya, lalu segera meminumnya sampai habis. Keempat temannya memandang Sehun dengan ekspresi mulut 'o'. Setelah itu ia meletakkan gelasnya di meja, dan melihat temannya yang sepertinya sedang memandang aneh padanya.

"I- itu minumanku." kata Kai menyela kegiatan Sehun.

Sehun segera menoleh. Terkejut. Ternyata orang yang ada di sampingnya itu... Ia beralih memandang gelas kosong di depannya. Itu berarti ia dan Kai.. indirect kiss?! What?!

Tanpa sadar, Sehun memegang bibirnya. Kai, si pemilik minuman tadi menumpukan dahinya di meja depannya. Menatap lantai atau sepatunya mungkin. Sedang ketiga temannya menutup mulutnya menahan tawa. Dua orang ini sungguh sangat menghibur.

Kiss and touch me, taste and touch me baby
Shitaiyouni make love
Bite and touch me, kill and touch me baby
Mada hoshikunaru intoxication

Ponsel Taemin berdering. Ia mengangkat teleponnya menjauh dari keempat temannya. That's personal business, right. Setelah menutup teleponnya, ia kembali ke meja tempat teman-temannya berkumpul sambil senyum-senyum.

"Kau kenapa, eoh? Senyum-senyum seperti orang tak waras." kata Baekhyun.

Taemin cemberut, kemudian tersenyum lagi. "Aku baru saja ditelepon pelayan resto. Katanya, ada orang yang mengambil nomor yang sama denganku. Aku tak sabar melihat seperti apa orangnya." kata Taemin bersemangat sambil membayangkan sosok yang mungkin saja adalah jodohnya.

Deg

'Kenapa membahas itu lagi?! Sial!' umpat Sehun dalam hati.

'Itu lagi..' batin Kai.

"Oh, ya?" kata Baekhyun berbinar-binar. "Aku belum dihubungi..." katanya sambil mempoutkan bibirnya.

Suho menyenggol lengan Baekhyun, lalu mengarahkan dagunya agar memandang dua orang yang sedang membisu. Baekhyun tersenyum canggung, lalu buru-buru mengganti topik sebelum suasana semakin tak nyaman.

"Minggu depan kita libur. Kita akan ke mana?" tanya Baekhyun. Suho, Taemin, serta Kai menatap Baekhyun kemudian beralih menatap Sehun.

"Wae? Kenapa kalian melihatku?"

"Biasanya kau yang punya ide untuk mengisi liburan kita, Hun." kata Suho.

Bukan tanpa alasan mereka berkata begitu pada Sehun. Di antara mereka berlima, keluarga Sehun lah yang paling kaya. ayah-nya berbisnis property, jadi mereka sering menginap di vila milik ayah Sehun. Liburan gratis, siapa yang tak ketagihan, eoh?

"Kalian tak pulang?" tanya Sehun datar.

"Kita libur selama 3 minggu. Kurasa 2 minggu di rumah sudah cukup. Lagipula, aku tak mau terlalu lama bersama Minseok hyung. Dia menyebalkan." kata Suho.

"Aku kesepian di rumah. Appa dan umma pergi bekerja setiap pagi, dan selalu pulang sore." Baekhyun menyahut.

"Aku juga kesepian di rumah." kata Kai.

"Aku... terserah saja. Kalau kalian mau liburan, aku harus ikut." kata Taemin meyakinkan.

Sehun berpikir sejenak. "ayah ku baru membeli sebuah vila di dekat pantai. Kalau kalian mau.."

"Iya!" kata Kai, Baekhyun, Suho, dan Taemin serempak memotong kalimat Sehun.

Sehun berdecak. "Baiklah, kita ke sana. Aku akan minta ijin pada appa."

Keempat teman Sehun tersenyum senang. Pantai, sudah lama mereka tak ke pantai. Kemudian, mereka mendiskusikan apa saja kegiatan mereka nanti di sana, barang apa yang harus dibawa, berapa uang yang akan digunakan, dan lainnya.

Kai teringat liburan mereka tahun lalu yang bisa dibilang menyenangkan. Semua berjalan seperti yang mereka harapkan. Ya... karena saat itu hubungan mereka semua masih seperti sahabat pada umumnya. Apa liburan kali ini juga akan seperti tahun lalu? Mengingat sekarang hubungannya dengan Sehun semakin aneh. Ia tak bisa menjelaskan. Yang pasti, tak sama seperti dulu. Apalagi, sekarang dada Kai berdebar membayangkan apa yang akan terjadi dengan liburan mereka nanti. Huffttt...

.

.

.

Holiday Time!

Mungkin seperti itulah kalimat yang terukir di otak kelima namja ini. Yap! Setelah menunggu 2 minggu lamanya dengan menghabiskan waktu di rumah, akhirnya mereka akan berangkat ke vila yang telah dijanjikan Sehun untuk mereka tempati. Dengan semangat membara, mereka menjinjing tas-tas besar untuk dipindahkan ke dalam bagasi. Lima tas yang berisi barang-barang pribadi masing-masing, serta dua tas yang berisi berbagai keperluan mereka nanti, seperti makanan instan, bir, snack, dan lainnya.

Sehun mengibas-ngibaskan tangannya setelah memasukkan sebuah tas, kemudian ia menoleh dan mendapati masih ada sebuah tas yang teronggok. Segera saja ia mendekatinya dan bermaksud untuk memasukkan tas itu ke bagasi.

"Eh?!" Sehun mendongak saat ada tangan lain yang menyentuh tas itu. Sialnya, mereka menyentuh bagian yang sama. Jadi, tangan Sehun berada di atas tangan lain tersebut. Dan ketika menyadari siapa pemilik tangan itu, Sehun buru-buru menarik tangannya. Orang itu juga melakukan hal yang sama, lalu keduanya tersenyum canggung.

"Ee... biar aku saja yang bawa, Kai." pinta Sehun.

"Tak usah. Ini berat. Biar aku saja yang bawa." kata Kai dengan senyumnya.

"Tak apa. Aku saja."

"Sudah kubilang, biar aku yang bawa!" paksa Kai.

Okey, cukup perdebatannya. Daripada mengulur waktu hanya demi siapa yang memasukkan tas, lebih baik salah satu dari mereka pergi mengecek hal lain.

"Baiklah kalau kau memaksa." Sehun berkata dan berlalu pergi dari sana.

Setelah kepergian Sehun, Kai menggerutu dengan suara pelan. "Mwo?! Dia main pergi saja?! Ck, dasar manusia tak peka! Ini kan berat! Apa susahnya membantu mengangkatnya, eoh! Aisshh..."

"Mau kubantu, Kai ?" Suho menawarkan diri setelah melihat Kai yang terlihat sedikit kesusahan mengangkat tas berwarna coklat gelap yang sekarang sedang berada di kedua tangannya.

"Tak perlu!" kata Kai ketus.

"Kenapa dia?" tanya Suho kepada dirinya sendiri yang merasa heran melihat tingkah Kai. Ia hanya mengendikkan bahunya kemudian masuk ke mobil.

.

.

.

Mobil BMW hitam itu berjalan dengan kecepatan sedang. Sehun, sang pemilik berada di bagian kemudi. Baekhyun berada di samping Sehun. Sedangkan tiga yang lain duduk di bagian belakang dengan Kai berada di antara Suho dan Taemin.

"Ah! Aku kemarin dihubungi oleh Hyun In noona." kata Baekhyun semangat. Agak memiringkan posisi duduknya agar dapat melihat ke belakang. Tepatnya, agar dapat menatap Taemin.

"Aku malah sudah bertemu dengan orang yang memiliki nomor yang sama denganku." ucap Taemin santai.

"Jinjja?! Othe?" Mata Baekhyun semakin berbinar mendengar penuturan Taemin.

"Dia... tampan." Taemin berpikir sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.

"orang orang bilang, wajah kami mirip."

"Jeongmalyo? Wahh... kata orang, jika memiliki wajah mirip itu berarti mereka jodoh. Hmm... apa ramalan itu memang benar, ya..?"

Sehun hanya berdecak mendengar ocehan dua temannya itu. Tahu apa yang membuat Sehun sebal? Karena topiknya tentu saja. Lalu, tanpa sebab yang jelas, ia melihat tiga orang temannya yang duduk di belakang melalui spion di atasnya. Saat mata Sehun tertuju pada Kai, ternyata namja itu juga tengah menatapnya. Tiba-tiba Sehun merasa gugup, dan segera mengalihkan pandangannya ke depan. Oh, shit! What the hell?!

"Aku juga sudah bertemu dengan orang yang memiliki nomor sama denganku." Suho menyahut.

Baekhyun menatap Suho takjub. Juga Taemin yang segera mengalihkan tatapannya pada Suho. Biasanya, Suho enggan membicarakan hal-hal seperti ini di depan teman-temannya. Tapi, kenapa kali ini dia mau? Terbawa suasana mungkin.

"Namanya Kyungsoo, Do Kyungsoo. Dia yeoja yang manis. Aku menyukainya." kata Suho senyum-senyum dengan wajah memerah. Aigoo...

"Ck.. sepertinya Guardian angel kita sudah menemukan malakatnya." sindir Baekhyun. "Lalu, nama orang itu siapa, Tae?" Baekhyun mengalihkan pandangannya pada Taemin, karena ia mual melihat tingkah Suho yang sok imut.

"Minho." kata Taemin semangat.

"Ahh... aku jadi tak sabar ingin melihat bagaimana orang itu." kata Baekhyun membayangkan orang seperti apa yang dia inginkan. Apakah namja tampan seperti pasangan Taemin, atau yeoja manis seperti pasangan Suho? Ia mengawang dengan wajah tersipu.

Beberapa menit berlalu, dan keadaan mulai hening. Sehun kembali memperhatikan tiga orang di belakang melalui kaca spion. Sepertinya mereka sudah mulai tertidur, pantas saja. Yah.. mengingat perjalanan mereka cukup jauh. Jarak antara apartemen mereka dengan vila kira-kira 3 jam jika ditempuh menggunakan mobil.

Sehun beralih ke arah Baekhyun, meliriknya. Namja cantik itu telah menyumpal telinganya dengan earphone yang terhubung dengan I-Phone putihnya. Tak henti-hentinya ia berkomat-kamit melantunkan lagu yang keluar melalui earphone.

Sangcheoibeun jageun mame seulpeohadeon yeppeunnune

Ije dasineun nunmul heulliji anke naega saranghalgeyo

"Kau tak lelah mengoceh terus dari tadi, eoh?" ledek Sehun.

Baekhyun hanya memandang Sehun sekilas, kemudian segera mengalihkan pandangannya ke depan serta melanjutkan nyanyiannya.

Dagaganeun i nae mameul gipeoganeun nae sarangeul

Geudaega eoneugoseseo itdeorado nan hangsang neukkyeojilsuitgeyo

"Tak bisakah kau diam seperti yang lain?" sinis Sehun.

Baekhyun memicingkan mata, dan mendekatkan wajahnya pada Sehun. "Yang lain? Maksudmu Kai?" ucapnya dengan nada sedikit menggoda.

Sehun terkejut. "Mwo?!"

Ckiiiittttt

"Yah! Kau mau membuat kita semua mati muda, eoh?!" teriak Baekhyun yang kaget karena Sehun mendadak menginjak rem mobilnya. Untung saja tidak apa-apa. Bagaimana kalau mobilnya oleng karena ulah Sehun itu? Bisa-bisa mereka tak jadi liburan. Baekhyun sempat menengok ke belakang, dan mendapati ketiga orang temannya masih terlelap.

Sehun hanya mengomel tak jelas sambil menjalankan lagi mesin mobilnya. Kenapa menyebut nama itu secara tiba-tiba, eoh? Ck, dasar. Menganggu konsentrasi saja.

Sedangkan Baekhyun menahan tawanya melihat ekspresi Sehun, meskipun sebenarnya ia masih kesal. kembali menatap jalanan melalui jendela di samping kanannya. Kali ini, mulutnya sudah terkunci. Ia tak mau Sehun mengomel-ngomel lagi seperti tadi. Tsk.. namja bermata sipit itu sebenarnya yeoja atau namja?!

Tak lama, pemandangan pantai sudah terlihat. Sehun semakin bersemangat melajukan mobilnya. Beach... we're coming...

.

.

.

Mobil Sehun berhenti tepat di depan sebuah vila bercat putih yang langsung berhadapan dengan pantai. Vila dua lantai yang bernuansa modern, namun masih ada sentuhan klasik. Sehun mendengar dari ayah-nya kalau vila itu milik orang Amerika, kemudian dijual karena pemiliknya kembali ke negaranya. Dan beruntung appa Sehun lah yang mendapatkannya meskipun dengan harga yang sedikit mahal, tapi hal itu sebanding dengan pemandangan yang dapat dilihat dari vila. Jarak antara pagar vila dengan bibir pantai kira-kira hanya 100 meter. Menyenangkan bukan?

Satu per satu mereka turun dari mobil, kemudian mengambil tas-tas dari bagasi untuk dibawa ke dalam. Setelah masuk, Taemin langsung duduk di sofa putih yang ada di ruang tamu sekaligus ruang TV. Ia menyandarkan kepalanya di sana. Baekhyun duduk di sandaran tangan sofa tepat di sebelah kiri Taemin. Ia sebenarnya tak sabar ingin masuk kamar dan istirahat. Sementara tiga orang lainnya masih berdiri. Mereka berembuk mengenai pembagian kamar serta informasi ruang-ruang yang ada di vila.

"Di sini ada tiga kamar, semuanya ada di lantai dua. Di lantai satu ada ruang tamu, dapur sekaligus tempat makan, dan kamar mandi." beritahu Sehun.

"Berarti ada seorang yang tidur sendiri?" tanya Suho yang sangat berharap kalau dialah yang menempati kamar sendiri.

Sehun mengangguk, dan melanjutkan. "Iya.. dan tentu saja aku yang tidur sendiri."

Semua berteriak protes saat Sehun mengucapkan itu. Ini tak adil.

Sehun berdecak. "Ya! Ini vilaku."

"Lebih tepatnya vila appa-mu." sinis Baekhyun. "Kau tak bisa begitu. Kita tetap harus mengundinya."

Sehun memutar bola matanya. "Baiklah.."

Lebih baik menyerah, dan memilih setuju dengan usul Baekhyun. Selain karena tak ingin beradu argumen dengan namja itu, ia juga sudah merasa sangat lelah. Mengendarai mobil dari apartemen ke vila itu melelahkan, kau tahu?!

Mereka semua berdiri melingkar, lalu memulai pengundiannya.

Kahi Bai Bo

Sehun mendesah lega saat melirik tangan Kai yang terkepal. Bukan apa-apa, biasanya ia dan Kai selalu mendapatkan sesuatu yang sama. Seperti saat mengambil nomor di restoran China. Oh! Lupakan yang itu! Mungkin benar jika mereka berjodoh. Dan lupakan juga soal itu!

Pengundian selesai hanya dalam satu tahap. Kai sekamar dengan Taemin, Baekhyun dengan Suho, dan Sehun sendiri. Lalu mereka mengambil barang masing-masing, dan segera naik ke lantai dua. Mereka sangat lelah, jadi memutuskan untuk beristirahat.

Setelah makan malam, mereka berkumpul di ruang TV. Duduk di lantai mengelilingi sebuah meja. Meskipun sangat ingin ke pantai, tapi mereka tak bisa karena hari sudah malam. Bisa saja sebenarnya, tapi mereka ke pantai karena ingin menikmati sinar matahari. Jadi, mana ada sinar matahari di malam hari.

"Ayo main!" ajak Taemin semangat.

"Main apa, eoh?" tanya Baekhyun malas. Ia tengkurap di sofa sambil memainkan I-Phone.

Taemin tampak berpikir. "Dokkaebinara. Yang kalah harus menghabiskan segelas bir." Tersenyum dengan menaik-naikkan kedua alisnya.

Taemin memandang keempat temannya yang seperti menimang usul Taemin. Beberapa saat kemudian, mereka mengangguk setuju. Boleh juga, daripada tak ada kegiatan. Suho berdiri menuju dapur. Membuka lemari es untuk mengambil beberapa botol bir dan snack. Mengapit benda-benda itu di lengannya, karena tak ada seorang pun yang mau menolongnya. Tsk..

Permainan dimulai. Sehun versus Suho.

Gangman dokkaebi, jjak!

Isanghago areumdaun ddokkaebi nara...

Dan.. Sehun adalah orang pertama yang meminum bir, setelah kalah telak melawan Suho.

"Baru dimulai saja, kau sudah kalah." ejek Baekhyun.

Sehun berdecak. Memang ia akui kalau ia kurang beruntung dalam permainan-permainan seperti ini. Tapi, ia tak mau mengakuinya di depan teman-temannya. Jadi, dia tetap melanjutkan permainannya. Dan sialnya, di sepanjang permainan itu, Sehun lah yang menghabiskan bir paling banyak. Meskipun semua temannya juga minum, tapi tetap saja dialah yang jumlahnya paling banyak.

Mereka semua mabuk. Menggumankan sesuatu yang tak jelas, bahkan bertingkah yang aneh. Lalu, semuanya terlelap di tempat itu. Tidur di sofa, telentang di lantai, bersandar di pinggir sofa, dan tertidur dengan menunduk di meja. Ck.. berantakan sekali, eoh?

.

.

.

Cahaya matahari masuk melalui jendela dan sampailah pada kedua mata sipit namja yang terbaring di sofa. Ia mengucek matanya, kemudian memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ah ya! Ia minum terlau banyak tadi malam. Bangun, lalu duduk di sofa putih itu. Masih memegangi kepalanya.

"Minum ini!"

"Eoh!" Sehun terkejut saat ada yang menyodorkan segelas minuman padanya. Ia mendongak untuk melihat siapa yang.. huftt... ternyata dia.

"Itu teh madu. Minumlah agar pengaruh alkoholnya berkurang." Kai berkata sambil duduk di samping Sehun. Tidak dekat, tapi juga tak terlalu jauh.

Sehun mengambil gelas itu karena jujur ia sangat haus sekarang. Ia terus meneguk sampai habis minuman yang ada di tangannya. Sedangkan Kai hanya menatap Sehun. Orang di sampingnya ini haus atau minuman buatannya yang terlampau enak?

Setelah menghabiskan minumannya, Sehun balik menatap Kai sehingga membuat Kai sedikit gugup. Sehun juga sepertinya agak salah tingkah. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Shit! Kenapa jadi canggung begini saat hanya berdua seperti sekarang?! Padahal dulu mereka biasa-biasa saja. Yah! Ini semua berkat ramalan bodoh itu.

"Yang lain ke mana?" tanya Sehun basa-basi untuk memecah ketidaknyamanan antara keduanya.

"Mereka ke pantai." Kai melirik ke arah jendela yangmenampilkan pemandangan pantai.

Sehun juga turut melihat ke jendela yang dekat dengan tempat duduknya sekarang. Dapat ia lihat ketiga temannya yang sedang bermain air di pantai. Ketiganya tertawa lepas. Sehun tersenyum, hm... sepertinya menyenangkan.

"Ayo kita ikut mereka!" ajak Sehun. Ia berdiri dan tanpa sadar langsung menyambar tangan Kai. Menariknya keluar menyusul ketiga temannya.

Kai hanya melihat tangannya yang digenggam erat oleh Sehun. Oh God ! Kenapa jantungnya berdetak tak karuan ? Pertanda apa ini ?

.

.

TBC

Cuap cuap author : hai, ini cerita saya, Maaf nebeng di akun Yonghwa karena akun nya baru jadi dan pas di coba buka malah lupa pass nya jadi males buat bikin lagi, di review ya, dan saya laki laki jadi mau panggil bang, oppa, om atau bapak terserah saya terima.

Paai