Want to Feel Loved

4.

"Aku hanya ingin meminta maaf." Kata Baekhyun yang terdengar agak terburu-buru. Ia dan Chanyeol kini berada di ujung jalan perumahan Chanyeol (yang sepi dari pejalan kaki) hanya untuk berbicara. Sebelumnya Baekhyun berkata bahwa ia lupa memiliki janji dengan orang lain sehingga tidak bisa mentraktir Chanyeol minum teh — Oh, Chanyeol! Maaf, aku lupa aku harus bertemu dengan orang lain sebentar lagi. Mungkin lain kali kutraktir minum teh, tapi aku benar-benar ingin membicarakan suatu hal denganmu!

Chanyeol tidak masalah jika ia tidak ditraktir minum teh atau sejenisnya, tetapi ia sempat berpikir bahwa setidaknya ia akan dibawa ke sebuah kafe atau suatu tempat yang memiliki tempat duduk untuk berbincang, karena kakinya sudah merasa pegal.

"Oh, okay." Chanyeol meresponnya pendek karena tidak tahu harus berkata apa lagi. Chanyeol tidak menatap wajah Baekhyun, ia menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan mantan kekasih Kris itu.

"Kau memaafkanku begitu saja?"

"Y-ya."

Meski Chanyeol tidak dapat melihat raut wajah Baekhyun keseluruhan, tetapi dari ujung pengelihatannya ia tahu bahwa Baekhyun tersenyum setelah mendengar jawaban dari Chanyeol. Well, sepertinya Baekhyun memang benar-benar merasa menyesal, pikir Chanyeol.

"Terima kasih! Maaf aku sangat hina saat itu sampai tidak memikirkan apa yang kuperbuat." Ucap Baekhyun sungguh-sungguh, ia terlihat muram untuk beberapa saat—mungkin karena teringatkan perbuatan buruknya pada Chanyeol di masa lalu.

Chanyeol tidak merespon pernyataan Baekhyun yang satu ini, ia malah memainkan sudut kain pakainnya karena merasa bingung harus bereaksi seperti apa. Kemudian tak lama setelah itu, Chanyeol mendengar lagi Baekhyun berkata, "Kalau begitu, aku pergi dulu. Hanya itu yang ingin kusampaikan padamu. Dan maaf, aku tidak mentraktirmu seperti yang kujanjikan."

Chanyeol hanya mengangguk, ia kemudian melihat Baekhyun berjalan menjauh darinya setelah berpamitan dan tersenyum. Karena tidak ingin dianggap tidak sopan, Chanyeol pun membalas senyuman Baekhyun dan ikut berjalan dari tempat. Ia memutuskan untuk tetap pergi ke pasar swalayan yang arahnya berlawanan dengan ke mana Baekhyun baru saja berlalu. Sepuluh, sebelas, dua belas langkah, Chanyeol membalikkan tubuhnya ketika terasa aura tubuh seseorang yang mengikutinya dari belakang. Ia tak sempat menjerit karena refleksnya sibuk menghindari sebilah belati tajam yang mengarah ke perutnya, dan untungnya refleks tersebut menyelamatkannya dari bahaya itu sehingga ia baik-baik saja. Namun tetap saja, sebagai gantinya kulit lengannya teriris panjang.

Inginnya Chanyeol bereaksi seperti menjerit atau berlari mengejar Baekhyun yang dengan cepatnya kini sedang berlari jauh dari Chanyeol atau tepatnya kabur dari tempat perkara. Tetapi ia hanya dapat diam untuk beberapa saat, masih merasa terkejut pada peristiwa yang terjadi sangat cepat itu. Tangannya bergetar dan dibasahi oleh keringat dingin, jantungnya berdebar kencang. Kain wol dari sweater yang digunakannya sobek, dikhiasi oleh noda kemerahan dari darah yang mengalir keluar. Karena baru pertama kalinya Chanyeol mengalami hal seperti ini, ia pun merasa sangat panik. Chanyeol jadi sulit berpikir untuk menyelamatkan dirinya sendiri, misalnya saja dengan segera pergi ke rumah sakit terdekat. Pada akhirnya dengan tangan yang bergetar, secara tak sadar Chanyeol pun menghubungi nomor ibu Kris menggunakan ponselnya untuk meminta bantuan.

.

Kris masih tidak mengerti permasalahan apa lagi yang kini Chanyeol lakukan hingga membuat ibu Kris memarahi putranya habis-habisan. Awas saja kalau ini adalah permasalahan yang konyol, Kris tidak akan membiarkan Chanyeol tidur nyenyak malam ini.

"Bagus, kaudatang lebih awal dari yang dijanjikan." Kalimat yang pertama kali diucapkan oleh Nyonya Wu atau ibu dari Kris ketika ia akhirnya bertatap muka dengan sang putra. Mereka kemudian berjalan ke taman besar yang mengelilingi bangunan rumah mewah itu. Kris jadi teringatkan kembali pada masa kecilnya di mana ia sering diajak berjalan-jalan bersama ibunya di taman.

Wajah serius sang ibu membuat Kris merasa waspada pada apa yang akan mereka bicarakan mengenai Chanyeol. Akhirnya sebuah tamparan keras di pipi membuat Kris tersadar dari lamunannya. Kris merasa kebingungan sekaligus terkejut pada tindakan dari ibunya yang terlalu tiba-tiba itu.

"What—"

"Jangan berkomentar apa pun, kau pantas mendapatkannya!" napas Nyonya Wu sedikit tersengal, mungkin karena amarah besar yang berusaha ditahannya.

Karena tidak terima diperlakukan seperti itu tanpa alasan yang jelas, Kris pun menautkan kedua alisnya. Ia juga terlihat sama gusarnya. "Apa maksudnya?!"

"Seriously, kau masih akan berpura-pura tidak tahu?" wanita itu melipat kedua tangannya di dada—bahasa tubuhnya ketika marah. Sekilas matanya melirik ke arah jendela kamar yang dulu pernah menjadi milik Kris, kemudian kembali memusatkan perhatian pada Kris. "Apa aku harus beritahu Dad sampai kauingin mengakuinya?"

"Mom, jangan bermain teka-teki." Kata Kris ikut merasa kesal. "Aku tidak mengerti apa yang kaubicarakan."

Nyonya Wu menarik napasnya dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, ia berusaha untuk menyimpan amarahnya nanti setelah berbicara pada Kris. "Apa kau tahu sesuatu terjadi pada Chanyeol?"

Pertanyaan itu membuat Kris kembali teringatkan pada pesan teks dari ibunya mengenai Chanyeol, lebih spesifiknya sang ibu mengirimi pesan seperti,

Ini mengenai Chanyeol, dan kau harus datang kemari.

Padahal sebenarnya banyak hal telah terjadi pada Chanyeol yang melibatkan Kris. Misalnya saja Chanyeol yang tersesat di tengah kota sehingga harus Kris jemput. Atau ketika Chanyeol digoda oleh segerombolan pria mabuk yang sedang pesta minum di ujung jalan dekat rumah, mau tak mau Kris—yang kebetulan pada saat itu sedang lewat dengan rekan kerjanya—pun segera menyelamatkan Chanyeol.

Meski begitu, seingat Kris, Chanyeol tidak pernah mengadukan hal-hal tidak menyenangkan yang dilaluinya pada siapa pun. Apalagi pada kedua orang tuanya dan orang tua Kris. Jadi mungkin hal mengenai Chanyeol kali ini sangatlah penting sehingga melibatkan Kris dan sang ibu.

"Chanyeol dicelakai pagi ini."

Butuh waktu lama untuk Kris mencerna berita tersebut, ia mengernyitkan keningnya, lalu beberapa detik kemudian ia pun berkata, "Oh." dengan wajah yang nampak terkejut. Kris segera sembunyikan keterkejutannya tersebut dengan tidak berkata apa pun lagi.

"Apa kau yang melakukannya?"

"Tentu saja tidak." Jawabnya cepat dengan alis yang masih bertaut.

"Okay," Katanya, "dan tamparan untukmu tadi karena kupikir kau yang mencelakai Chanyeol pagi ini." Lalu diam, ia pandang baik-baik putranya itu. Masih ada ketakutan yang terpancar di kedua matanya, wanita tersebut menggigiti bibirnya sambil bergumam—memikirkan haruskah ia menanyakan hal ini pada putranya. Akhirnya setelah berpikir cukup lama, Nyonya Wu pun berbisik meski tak ada orang di sekitar mereka selain Kris yang dapat mendengar, "Sebenarnya yang aku ingin tanyakan adalah … apa kau yang bertanggung jawab atas luka-luka di tubuh Chanyeol?"

Seharusnya Kris memprediksikan pertanyaan ini akan datang suatu hari. Ia terlalu bodoh karena disibukkan oleh banyak hal yang tak terlalu penting di sekitarnya sampai-sampai tidak pernah memikirkan harus bagaimana ia menjelaskan hal mengenai kekerasan yang diterima oleh Chanyeol.

"Kris, aku tahu kau tidak suka dengan perjodohan ini," Kris hendak memotong pembicaraan ibunya tetapi terhentikan, "tapi bisa kau setidaknya bersikap baik padanya?"

"Well, mau bagaimana lagi? aku memang tidak suka semua hal tentang perjodohan ini."

Ibu Kris menatap putranya tak percaya. Pernyataan sederhana nan dingin dari Kris itu cukup untuk menjawab pertanyaan sebelumnya mengenai Chanyeol. Padahal Nyonya Wu hanya mencoba membawa pertanyaan tersebut karena siapa tahu Kris mengetahui siapa yang telah menyakiti Chanyeol. "Jadi benar …? Kau yang melakukannya?"

Setelah berpikir baik-baik, Kris pun memutuskan untuk menjawab pertanyaan itu seadanya. Saat ini ia tidak memiliki jawaban yang tepat untuk mengelak. "A-aku hanya memberinya pelajaran—" lalu ia pun bungkam seketika sambil memegangi pipinya yang terkena tamparan untuk yang kedua kali di hari ini.

Nyonya Wu terlihat sangat gusar. Air mata yang menggenang siap kapan saja untuk jatuh ke pipi. Ia masih tidak percaya bahwa putranya dapat melakukan perbuatan tidak manusiawi seperti yang ditakutkannya. Ia sempat mencoba berpikir positif dengan beranggapan bahwa kekerasan fisik yang diterima oleh Chanyeol murni semata kecelakaan yang hampir setiap hari menimpa Chanyeol—persis seperti apa yang dikatakan Chanyeol ketika Nyonya Wu menanyakan luka-luka di kulit tubuhnya.

"Kau beruntung kau adalah putraku dan aku ada di pihakmu," ucap Nyonya Wu agak bergetar, ia mencegah dirinya untuk tidak meluapkan seluruh amarah dan kekecewaannya pada sang putra, "jika tidak, aku sudah melaporkanmu pada polisi atas apa yang kauperbuat pada Chanyeol."

Kris tatapi rerumputan yang dipijaknya untuk mengalihkan pandangannya dari sang ibu. Sebagai responnya, ia hanya dapat menggumamkan, "Sorry."

"Katakan itu pada Chanyeol dan orang tuanya."

"Mom,"

"Juga pada Dad, aku tidak akan membelamu di hadapannya." Nyonya Wu melangkahkan kakinya menjauh dari Kris. Namun sebelum benar-benar menjauh, ia kembali menghadap Kris dan berdiri di hadapan putranya sangat dekat, hanya untuk membisikkan, "Aku tidak ingin mendengar berita buruk sekecil apa pun mengenai kau dan Chanyeol." Bisiknya separuh mendesis. "Ingat, Kris. Kau akan menjadi seorang ayah."

Seorang ayah. Hanya kata-kata itu yang dapat Kris tangkap dan terngiang-ngiang di kepalanya. Ia terlalu terkejut untuk bahkan mengucapkan sepatah kata sebagai sebuah reaksi. Kris memang mengerti apa yang dimaksud oleh ibunya, tetapi ia masih memiliki banyak pertanyaan mengenai hal itu untuk dapat benar-benar dimengerti, seperti apa kau serius? Apa itu berarti Chanyeol memiliki kekasih yang lain yang tidak diketahui? atau, apakah ini tanggung jawabku?

"What?! Mom—M-mom!" Kris berusaha mengejar ibunya yang sudah berlalu cukup jauh. Maka karena pasrah, ia pun menghentikan langkahnya dan berteriak, "Apa maksudnya?!"

.

Hati Kris jadi merasa tak tenang. Sudah hampir dua puluh menit ia berdiri tak mau diam di hadapan pintu kamarnya yang dulu. Nyonya Wu memberitahu bahwa Chanyeol sedang beristirahat di dalam kamar Kris, wanita tersebut juga memerintahkan putranya untuk memeriksa keadaan Chanyeol. Namun nyatanya Kris bahkan tak ingin menyentuh kenop pintu ruangan itu. Ia masih tidak siap menghadapi Chanyeol setelah mengetahui bahwa mungkin Chanyeol kini sedang mengandung keturunannya.

Seorang ayah…, aku seorang ayah.

Meski Kris inginnya sang bayi bukanlah buah hatinya, tetapi ia tidak dapat mengelak begitu saja atau mengatakan bahwa ia bukan seseorang yang harus bertanggung jawab. Karena—meski Kris benci mengakui ini—namun ia ingat dan tahu bahwa di masa lalu pada awal pernikahan dirinya dengan Chanyeol, serta di beberapa pekan ini, ia sudah berkali-kali meniduri Chanyeol secara paksa saat pulang larut dalam keadaan mabuk berat. Kris juga ingat bagaimana Chanyeol meronta dan menjerit untuk menolaknya.

Maka dari itu, terdapat kemungkinan besar bila Kris adalah sang ayah biologis. Dan yang paling Kris benci dari berita yang menurutnya sangat buruk ini adalah bagian di mana dirinya bertanya-tanya, mengapa harus Chanyeol? Mengapa tidak Baekhyun saja?

Kris merasa sangat kesal. Ia ingin membuktikan bahwa ia bukanlah seseorang yang harus bertanggung jawab tetapi sulit. Sungguh sulit, mengingat bahwa Chanyeol tidak pernah memiliki kekasih sebelumnya, ia juga bahkan seperti tidak pernah tertarik pada orang lain dalam cara yang romantis selain pada Kris.

Masalah-masalah ini membawanya kembali pada pikiran mengenai dirinya yang ketahuan oleh sang ibu telah melakukan kekerasan fisik maupun batin pada Chanyeol, belum lagi ayah Kris itu sangat keras dan mengerikan. Yang paling Kris takutkan adalah sang ayah dan tentunya kedua orang tua Chanyeol yang berhak dan dapat kapan saja menyebarkan imej buruk Kris pada orang-orang. Masalahnya, imej buruk tersebut dapat mengakhiri karier Kris, dan ia sangat tidak menginginkan hal itu.

"God." Gumamnya sangat pelan. Ia menarik napas dalam-dalam untuk yang kesekian kalinya. Kris menyemangati dirinya sendiri dalam hati untuk memberanikan diri membuka pintu di hadapannya.

Suara yang pertama kali menyambut pendengaran Kris dari dalam ruangan itu adalah suara televisi yang sedang menayangkan siaran ulang kartun. Oh, Spongebob Squarepants. Tidak heran memang, mengingat selera Chanyeol yang begitu kekanak-kanakan. Contohnya saja piyama baru yang sedang dikenakan Chanyeol itu; piyama biru muda dengan pola berulang Doraemon. Kris merasa terkejut karena ternyata ada juga piyama seperti itu untuk ukuran Chanyeol. Kecuali bila memang ibu Kris yang sengaja membuat dan memberikannya hanya untuk Chanyeol.

Kris pandangi punggung kepala Chanyeol, perlahan-lahan kakinya berjalan mendekati Chanyeol dengan langkah yang hampir tak bersuara. Mungkin karena faktor karpet yang menjadi alas lantai di sana, atau karena Kris tidak ingin mengganggu perhatian Chanyeol yang tertuju pada layar kaca di hadapannya.

Chanyeol yang sedang duduk nyaman di atas sofa empuk itu masih tak menyadari kehadiran orang baru di dekatnya. Ia mengeratkan pelukannya pada sebuah boneka Teddy Bear berukuran hampir menyaingi tubuhnya yang masih memiliki kartu harga. Tangan kirinya yang terluka ia biarkan tergolek di atas sofa. Dari balik sofa tersebut, Kris dapat melihat ada banyak tulisan tangan ibunya pada perban yang melilit tangan kiri Chanyeol, contohnya seperti Get well soon, sweetie! Serta ada sebuah gambar yang Kris asumsikan gambar Rilakkuma. Inilah salah satu hal yang Kris benci dari sang ibu. Wanita itu senang sekali memanjakan Chanyeol dalam hal apa pun, ia juga menganggap Chanyeol seperti putra kandungnya sendiri.

Kris berusaha untuk tidak tersenyum melihat tampilan Chanyeol yang kini sangat menggemaskan itu. Pipi gempal yang kemerahan, tatanan rambut yang tidak rapi, serta bibir yang sedikit dikerucutkan membuat Kris tak sadar telah membawa dirinya untuk berjalan semakin mendekati Chanyeol.

Chanyeol yang terkekeh geli menyaksikan adegan lucu dari televisi pun segera menutup mulutnya dan menoleh pada objek asing yang kehadirannya masih baru di ruangan ini. Chanyeol melenguh terkejut saat menyadari siapa yang ada di hadapannya, spontan ia menyembunyikan sebagian wajahnya di balik boneka yang sedang dipeluknya.

Untuk beberapa saat mereka hanya berpandangan, momen itu tak bertahan lama.

"M-maaf, Kris." Kata Chanyeol ragu-ragu, ia mendongakkan kepalanya, menatap Kris dengan perasaan takut.

"Maaf untuk apa?" tanya Kris datar. Ia masih pada posisi yang sama; berdiri tegak di hadapan sofa yang diduduki Chanyeol.

"Uhm, untuk …, untuk—u-untuk—" entahlah. Chanyeol hanya merasa ia harus meminta maaf pada Kris atas apa pun yang telah dilakukannya. Dulu Chanyeol masih ingat Kris pernah berkata padanya bahwa apa pun yang dilakukan Chanyeol itu salah.

"Siapa yang mencelakaimu?"

Chanyeol mengerjapkan matanya berkali-kali, ia merasa terkejut karena Kris ternyata mengetahui apa yang telah terjadi padanya. Pertanyaan tersebut terlalu spontan untuk Chanyeol. "U-uh ya, dia, uhm …, orang yang kebetulan lewat."

"Orang yang kebetulan lewat ingin mencelakaimu?"

Chanyeol menganggukkan kepalanya pelan, ia masih merasa gugup berada di dekat Kris. Chanyeol kemudian memainkan bulu halus boneka yang dipeluknya untuk mengalihkan pandangan dari Kris. Sedangkan Kris berusaha keras untuk tidak menoleh pada perut Chanyeol yang tertutup sebagian oleh boneka besar dalam pangkuannya. Apa benar itu milikku? Oh, God….

"Bukannya aku perhatian, okay? Mom menyuruhku untuk menanyakan ini padamu."

"Hmm." Gumam Chanyeol sambil mengangguk. Ia melirik Kris sekilas, hanya sekilas. Ia tidak ingin ketahuan tersipu malu hanya karena melihat tampilan wajah Kris yang pagi ini begitu tampan.

"Well, kau jangan menyentuh barang-barang berhargaku di sini." Ucapan random. Kris tahu itu, hanya saja ia tidak ingin sunyi membuat atmosfer di antara mereka menjadi terasa canggung. "Baseball bat-ku, lalu koleksi sepatuku, dan foto-foto itu."

Chanyeol mengikuti pandangan Kris di mana terdapat foto-foto yang dimaksud. Foto-foto tersebut adalah foto-foto Kris bersama keluarga, sahabat, dan Baekhyun.

.

Sudah Kris tendang berulang kali, ia banting pukulannya juga, dan berteriak tidak jelas saat melakukan semua hal itu. Tetapi pintu mahogani ruang kerja di hadapannya tak kunjung terbuka. Ada apa dengan ruang kerjanya di pagi ini? Apa ada seseorang yang sengaja menguncinya dari dalam? Apa ini ulah ibunya lagi? Tetapi Kris ingat betul bahwa akhir-akhir ini ia tidak pernah memperlakukan Chanyeol secara buruk atau membuat interaksi dengannya, jadi ini pasti bukan karena dirinya yang dihukum karena telah menyakiti Chanyeol. Kris bahkan dengan baik hatinya membiarkan Chanyeol hidup dengan tenang sampai tangannya hampir pulih kembali.

Ini pasti sesuatu yang lain. Mungkin memang ini ulah sang ibu, tetapi ini pasti mengenai suatu hal yang lain.

"Damn it." Umpatnya untuk yang kesekian kali. Ia pijati pelipisnya yang berdenyut kencang, tiba-tiba saja semua hal yang berhubungan dengan Chanyeol membuatnya merasa pusing.

"Tuan Wu,"

Kris berdecak kesal sebelum memalingkan wajah ke sumber suara; seorang wanita—salah satu pegawainya—yang sedang berdiri menghadap Kris. Wanita tersebut membawa sebuah amplop besar. "Untuk hari ini kau bisa minta bantuan pada Jongdae." Kata Kris sinis, masih terbawa rasa kesal oleh ulah konyol ibunya.

"U-uhm, Nyonya Wu menitipkan ini." Ia berucap hampir berbisik karena ia merasa terintimidasi oleh sikap Kris yang pagi ini begitu acuh tak acuh.

Kris tidak langsung membuka amplop tersebut. Ia membawanya pergi ke sebuah kedai kopi di dekat kantornya terlebih dahulu. Udara yang dingin seperti ini memang cocok untuk merokok sambil menyesap kopi hitam panas yang asapnya mengepul di udara.

Dengan posisi duduk, suasana, dan lingkungan yang sangat nyaman, Kris pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka isi amplop yang ibunya titipkan. Sebenarnya amplop tersebut tidak terlalu besar, mungkin sekitar sebesar satu ubin. Di dalamnya terdapat beberapa lembar kertas, salah satu yang diambil pertamanya adalah sebuah kartu pos bergambar menara jam Big Ben. London?

Spend your free time by doing your and Chanyeol's honeymoon here, darling! much love from mom

Kris segera memeriksa kertas-kertas lainnya yang ada di dalam amplop tersebut. Terdapat beberapa lembar brosur, dan dua tiket pesawat. Ia memeriksa tanggal tiket penerbangan yang tertera di sana, dan segera menyesali aksinya tersebut.

17 November.

Oh, tidak. Di hari itu…,

Kris memiliki janji di hari tersebut untuk bertatap muka dengan mantan kekasihnya dengan tujuan membicarakan hubungan mereka yang akan bersatu kembali.

.

.

.

tbc