Tetangga Masa Gitu Kurobas's Version

Disclaimer: always Fujimaki Tadatoshi

Warning: OOC, Failed humor, Reader' POV

Chapter 2, Kuroko Tetsuya: Misteri Teror Komplek

.

Pagi yang cerah dengan diiring kicau burung yang bertengger dibalkon, atap, dan ranting pohon. Aku bangun karena sinar matahari yang menembus jendela kamarku. Sambil mengucek mata, aku merenggangkan badan seperti kucing. Setelah kesadaranku pulih sepenuhnya, mataku beralih pada sekumpulan warga yang berdiri didekat rumahku sambil membicarakan sesuatu. Kulihat diantara para warga ada beberapa surai rambut warna-warni yang merupakan sekumpulan boyband (#plak), maksudnya GoM ikut bergabung dalam pembicaraan mereka.

"Hontou? Menyeramkan sekali! Apa benar itu terjadi?"

"Tentu saja! Bahkan security yang berjaga malam di pos malam kemarin sampai mengundurkan diri karena ketakutan."

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bahkan ini lebih mengerikan daripada sadako yang muncul dari sumur."

"Ohayou, ada apa ini?" Tanyaku mendadak berdiri diantara GoM

"Gyaa! (Name)cchi! Kenapa mendadak seperti Kurokocchi ssu? Tiba-tiba muncul seperti itu.." ujar Ryouta menyebutkan nama sang bayangan yang tidak kulihat sosoknya sejak di balkon. Atau memang aku yang tidak sadar.

"Aku baru tiba kok. Kulihat dari balkon kalian semua membahas sesuatu yang seru. Sesuatu yang berkaitan dengan seram dan sadako. Apa itu?" Tanyaku antusias.

"(Name)chin seperti psikopat. Meyukai hal-hal semacam itu." Ujar Atsushi sambil mengunyah snacknya hingga remahnya mengenai wajahku. Hiyaks.

"Aku bukan psikopat. Yang psikopat itu adalah Aka-"

"Siapa (name)?"

Suhu dibelakang punggungku mendadak turun dengan sangat drastis dan bisa kurasakan aura hitam juga menyertainya. Aku berbalik dengan perlahan sambil tersenyum kikuk melihat sosok kerdil (*author dilempar gunting) menatapku dengan gunting yang takpernah lepas dari tangannya kecuali buang hajat(?).

"Bukan siapa-siapa. Ohayou, Sei, ehm, Akashi-san."

Dari keenam Generation of Miracles, hanya Akashi Seijurou lah yang tak berani kupanggil dengan nama kecilnya. Entah kenapa, setiap kali aku akan memanggilnya dengan nama kecil disekelilingku mendadak berubah menjadi kobaran api yang siap melalapku hidup-hidup. Bagiku, memanggil nama kecil Akashi lebih menyeramkan daripada dihantui hantu dari berbagai dunia selama berminggu-minggu. Oke, back to topic.

"Katanya, kompleks perumahan ini sedang dihantui ssu!"

Mataku langsung berbinar-binar hingga membuat Ryouta semakin bergidik ngeri.

"(Name)chin kelihatan sangat senang~" ujar Atsushi sambil mengunyah snacknya entah yang keberapa.

"Hidoi ssu! (Name)cchi lebih psikopat dripada Akashicchi" (*kise digantung Akashi)

Aku menggelengkan kepala melihat Ryouta yang selalu mendramatisir semua hal. "Bukannya aku perhatian padamu, tapi tidak bisakah kau berhenti bersikap sentimentil, Ryouta?"

"Hidoi ssu!"

"Bukannya aku ingin ikut campur, tapi tidak bisakah kau tidak mengikuti cara bicaraku, (name)?"

"Ups, gomen, Shintarou." begitu aku sadar telah mengikuti cara bicara tsundere three shooter Shutoku itu. "Jadi, ada cerita apa di kompleks ini?" Tanyaku kembali ketopik pembicaraan

"Satpam yang selalu berjaga malam di kompleks kita sudah berhenti kemarin."Ryouta memulai cerita. "Penyebabnya, ia diteror oleh hantu. Setiap malam, satpam itu sedang menonton sambil berjaga, saat ia berbalik untuk melihat ada tidaknya penghuni pulang larut, pagar kompleks sudah terbuka dengan sendirinya. Bukan hanya itu, bahkan tempat sampah jatuh berserakan dan itu terjadi selama tiga hari berturut-turut."

"Doumo."seseorang berdiri disebelahku, menyapa kami semua.

Tunggu. Sejak kapan disebelahku ada orang? Aku menoleh dan terlihatlah sesosok laki-laki berwajah imut dan ekspresi facepalm andalannya."KYAAA!" teriakku kaget walaupun itu terlambat. "Tetsuya-kun.. sejak kapan kau disini?"

"Sudah dari tadi."

Seharusnya aku memang tidak menanyakannya. Hawa keberadaannya memang sangat tipis.

"Tetsuya-kun sudah mendengarnya juga? Tentang hantu yang meneror komplek perumahan ini?" Tanyaku.

Kuroko berpikir sejenak kemudian menggeleng. "Akhir-akhir ini aku sibuk dengan kegiatan klub."

"Bagaimana kalau kita menyeledikinya saja?" Ujarku tiba-tiba yang langsung disambut tatapan horor Ryouta.

"Aku tidakmau ikut ssu!"

"Membosankan. Tapi aku ikut." Ujar Daiki-kun yang labil.

"Bukannya aku tertarik, tapi aku ikut hanya karena tidak ada kegiatan." ujar Shintaro sambil memegangi gunting rumput ditangannya yang dibalut perban.

"Darimana kau dapat benda itu?" tanyaku sambil menunjuk benda mengerikan ditangannya. "Bukannya itu punyaku?" Sudah seminggu ini, aku mencari gunting rumput karena ilalang sudah mulai menutupi rumah hingga pengantar koranpun enggan untuk melempar koran kehalaman rumah.

"Aku meminjamnya selama seminggu. Ini adalah lucky itemku."

Dia ini penggila oha-asa atau pengidap kleptomania sih?

"Apa nanti kita bisa makan snack?" Aku yakin, bocah berambut ungu ini rela di lempar kedalam jurang paling dalam sekalipun jika ia dibayar dengan segunung snack. Atsuhi, betapa polos dan gantengnya dirimu. (*author berfangirling-ria)

"Tidakada yang boleh lebih menakutkan daripada aku. karena aku absolute."

Nyonya Akashi, dulu ngidam apaan sampai punya anak horror kayak begini?! Jadi menakutkan saja bangga banget.

"Tetsuya-kun, ikut juga?" tanyaku sambil membayangkan bagaimana reaksi sang makhluk halus jika bertemu dengan makhluk yang hampir kasat mata (?) didepanku ini. Aku yakin dia tidak akan berani datang ke komplek perumahan kami lagi dan langsung pensiun sebagai mahkluk halus(?)

"Sumimasen, aku masih sibuk dengan kegiatan klub. Aida-senpai memberi kami jadwal latihan yang sangat padat."

Aida-san, kenapa dirimu tega menyiksa makhluk seimut Tetsuya? (*author nangis)


"Kau bilang takut, kenapa malah ikut?"

Ryouta yang berdiri didepanku hanya cengengesan.

"Kan ada (Name)cchi. Jadi kalau hantunya muncul, aku bisa langsung bersembunyi dibelakangmu ssu."

Sial. memangnya aku jimat penangkal roh jahat?

"Kenapa kau bawa itu?" Aku melihat Shintarou yang memegang kalung bawang putih ditangannya. "lucky itemmu?" tebakku.

"Tentu saja untuk menangkal roh jahat, nanodayo. Tapi bukan berarti aku takut!"

Udah penakut, masih aja tsundere. Aku jadi ingat saat kami menonton film horror musim panas dulu. Diantara kami semua, wajah Shintaroulah yang paling pucat pasi, bahkan daripada Ryouta sekalipun. Padahal, sosok hantu di dalam film tersebut tidak terlalu menyeramkan, hanya pria tanpa kepala yang memegangi kapak berlumuran darah (#Ryouta: itu menyeramkan ssu!)

"Atsushi, untuk apa kau membawa tas gunung?"

Atsushi hanya memandangiku dengan wajah malas andalannya sambil mengunyah snack. "Ini persedian snackku."

"Atsushi, kita hanya mengawasi bukan mendaki gunung. Lagipula, rumahmu tidak jauh dari sini." ujarku geleng-geleng kepala.

Pandanganku beralih pada Daiki yang masih setia dengan majalah mai-chan dan Akashi yang memegangi gunting dengan wajah bengis andalannya, seolah akan menyayat hantu(?) yang telah merebut gelar 'menakutkan' darinya. Aku merasa dunia ini tidak adil. Kenapa Kami-sama menciptakan manusia-manusia absurd tapi ganteng didepanku ini?

Sambil mengeluh tentang manusia-manusia absurd berambut warna-warni kepada Kami-sama, aku melihat arloji ditanganku yang menunjukkan jam 10 malam yang artinya kami sudah menunggu 4 jam diantara semak-semak.

"(Name)chin, apa masih lama? snackku sudah habis~" Atsushi mulai merengek. "Midorima-chin, boleh kumakan bawang itu?" Atsushi mulai putus asa.

"Iya ssu. Lagipula aku bisa mati anemia karena digigit nyamuk ssu~"

Aku hanya diam sambil memandangi pagar komplek. Masih tertutup dan tong sampah juga masih utuh. Pandanganku beralih pada kumpulan makhluk nista warna-warni (*author digebukin massal) yang masih mengeluh, bahkan kulihat Shintarou dan Atsuahi mulai bertengkar karena telah memakan kalung bawang putih milik Shintarou.

"Baiklah, sepertinya kita harus pulang. Besok aku ada test."

Kami mulai beranjak dari tempat bersembunyian dan kembali ke alam masing-masing. Untuk terakhir kalinya, kupandangi pagar komplek yang terbuka. Badanku mendadak kaku.

"Chotto matte." Para GoM menghentikan langkah mereka. "Siapa yang membuka pintu gerbang?"

Ryouta refleks bersembunyi dibelakangku. "Gyaaa! aku tidak ingin mati muda ssu.." Ryouta menunjuk tong sampah yang terletak didekat gerbang. "Lihat! Sampahnya berserakan."

"Mungkin hanya angin.."Ujarku meyakinkan diri

"Sejak kapan angin bisa menjatuhkan tong sampah yang berisikan sampah sebanyak itu?" Tanya Shintarou.

"Angin topan." jawabku asal.

"(Name)cchi.. tolong aku.."

Aku berbalik menatap Ryouta dan bertapa terkejutnya aku melihat sosok hitam dibelakang memegangi bahunya. Sontak, kami semua menjauh dari Ryouta hingga membuatnya semakin takut. Bahkan Daiki yang mesumpun bewajah pucat pasi.

"Istighfar Kise, baca ayat kursi." ujar Daiki yang mendadak tobat.

"Kisecchin, ada kata-kata terakhir?" Ini anak bukannya bantuin temen.

"Hidoi ssu!"

"Ryouta, aku memaafkan segala dosamu padaku." ujar Akashi acuh

"Bukannya aku peduli nanodayo, tapi semoga kau tenang dialam sana."

Sosok hitam itu semakin memegang erat bahu Ryouta, kamipun semakin melangkah mundur. Semakin dekat dan semakin dekat. Dan tiba-tiba kepala Nigou muncul dari belakang

GUUKK!

BRUKK!

1 menit…

5 menit...

10 menit..

15 menit..

Kami semua, bahkan Akashi—walapun dengan ekspresi yang datar—terbengong melihat Tetsuya yang terkapar di tanah dengan Nigou yang terus menggonggong didekatnya. Atsushi bahkan dengan nistanya menusuk-nusuk tubuh Tetsuya dengan ranting yang entah didapatnya darimana.

"Kurokucchin, daijoubu?" Atsushi mengangkat tubuh Tetsuya seperti memungut seekor kucing. "Kurokocchin, kau masih hidup?" tanyanya polos

Tetsuya perlahan membuka matanya. "Ah.. doumo." sapanya. Dipandanginya kami satu persatu. "Kenapa kalian semua disini?"

Tiba-tiba kepalaku kembali bekerja, mencerna apa yang terjadi. "Tetsuya.." dia melihatku. "Apa kau selalu pulang selarut ini?"

"Begitulah. Aku bahkan nyaris tidak bisa berjalan hingga terus-menerus menabrak benda didepanku."

Dengan penjelasan Tetsuya, maka terkuaklah misteri teror komplek. Tidakada hantu, tidakada gerbang yang terbuka sendiri, atau hantu yang menjaili security dengan cara menjatuhkan tong sampah. Hanya seorang Kuroko Tetsuya yang pulang larut malam yang tidak disadari sang security—karena ya kau taulah—dan sangat kelelahan sampai berjalanpun sulit hingga menabrak tong sampah. Dan Ryouta bersujud syukur karena tidakjadi dibawa kealam baka oleh makhluk halus.

To Be Continued.

GOMENNE! (T-T) baru update sekarang karena sempat hiatus yang disebabkan oleh tugas yang datang secara bertubi-tubi. ARIGATOU yang sudah me-riview, author terharu karena reader menyambut positif FF ini :') JAA, see you next chapter~