Tetangga Kok Gitu GoM's version

Summary:

Terinspirasi dari sitcom Tetangga Kok Gitu. Bagaimana jadinya jika karakter GoM plus Kagami Taiga menjadi tetangga kalian? Senang karena bisa melihat wajah babyface Kuroko? Stress karena kebisingan Kise? Atau parno jangan-jangan Aomine ngintipin kamu mandi? (#aomine: kagak gitu juga thor..)

Hope you like it! Flamer go away! Review please~

Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi

This is original story by author

Warning: OOC, failed humor, always reader's POV

.

.

.

Chapter 1, Akashi Seijurou: Siapa tuan rumahnya?

Welcome to summer! di bulan Juni hingga Agustus Jepang akan merasakan yang namanya 'neraka dunia'. Terima kasih kepada abang jual eskrim, abang jual buah-buahan apalagi semangka, dan pemilik caffe yang menyediakan ac dan wifi gratis (#Author: hobi author nih nyari wifi gratis), berkat kalian, semua jutaan manusia terselamatkan nyawanya dari dehidrasi akut, termasuk aku.

Selain sekolah diliburkan selama beberapa pekan, orangtuaku juga tidakada di rumah selama beberapa waku hingga aku dibebaskan dari 'kerja rodi' yang menyebabkan keringatku bertambah berkali-kali lipat. YATTA! This is a perfect summer! Dengan ditemani semangkuk eskrim, beberapa snack, film horror terbaru edisi musim panas, aku duduk santai di sofa dengan nyaman sambil diterpa AC yang sejuk. Aku dengan seksama menonton setiap adegan film dan sesekali tersedak eskrim karena terkejut jika 'sesosok' yang mengerikan tiba-tiba muncul entah dari bawah meja, kasur, atau di atap merangkak seperti cicak.

Sayang seribu sayang, tidakada yang sempurna di dunia ini. Konsentrasiku terpecah saat mendengar bel berbunyi berkali-kali, seperti ingin aku cepat-cepat membukakan pintunya dan membiarkannya masuk. Aku menerka-nerka siapa yang memencet bel dengan ganas seperti itu. Tou-san? Kaa-san? Tidak mungkin. Mereka pasti langsung masuk tanpa perlu memencet bel. Semakin lama aku melangkah, bel itu semakin ganas berbunyi. Aku berdecak kesal, orang ini ingin bertamu atau nantangin tawuran sih?!

Dengan malas aku memutar kunci dan membuka kenop pintu, dan terpampanglah wajah datar dengan dihiasi hidung mancung, mata heterochrome, dan jidat landasan pesawat (*author langsung dikulitin akashi) didepan rumahku, maksudnya orangtuaku.

"Ada ap-"

"Kau tidak membiarkanku masuk?" Tanyanya memotong pertanyaanku.

"Memang kau ada perlu apa?" Tanyaku lagi

"Kau ingin membiarkanku masuk atau darahmu akan kering didepan teras rumahmu ini?" Ancamnya.

Aku membuka pintu lebar-lebar dan memepersilahkannya masuk. Dangan gaya elegannya ia melepas sepatu dan masuk keruangtamu bergitu saja meninggalkanku yang cengok karena melihat tingkahnya yang err-kelewat angkuh. Segera aku menyusulnya ke ruangtamu dan sudah mendapatinya duduk di sofa dan menonton film yang sedang kutonton.

"Film apa ini? Kau menonton film sampah ini?" Akashi meraih remote dan menukarnya dengan siaran pacuan kuda. "Lebih baik." Ujarnya. Sekuat tenaga, kutahan hasrat menggetok jidatnya yang 'luar biasa' itu.

Aku kemudian duduk di sofa lain dan memandanginya. "Kenapa kau ke sini?"

"Tou-san sedang pergi."

"Biasa juga begitu. Di rumahmu kan ada banyak pelayan."

"Memangnya sekolah saja yang diliburkan?" Tanyanya sambil mengunyah snack. Itu punyaku!

"Lalu sampai kapan kau disini?"

"Memangnya itu penting?" Arghh! Berhentilah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!

Dengan kesal yang sudah mencapai stadium 5, aku memakan eskrimku dan menonton hewan kaki empat yang perkasa itu berlari dengan lincah.

.

Aku keluar kamar dengan wajah kelelahan walau sudah tidur berjam-jam. Aku kemudian menuruni tangga, menuju ruang makan untuk meminum susu kotak, kebiasaanku dipagi hari, dan melihat Akashi dengan santainya bermain shogi dan minum teh di ruang makan. Sekedar informasi, dia-Akashi- masih di rumahku dan sudah menginap selama seminggu. Catat: SEMINGGU. Inilah neraka dunia sesungguhnya. Ditemani seorang iblis dari neraka di musim panas yang terik. This is the perfect hell, guys.

"Ayahmu belum pulang?"

Akashi menghentikan bermain shogi. "Kau tidak senang aku disini?" Tahu diri juga dia. "Entahlah. Aku sudah menelfonnya dan katanya akan pulang seminggu lagi." jelasnya sambil melanjutkan permainan shogi yang sempat tertunda.

What the hell?! Dua minggu bersama Akashi Seijurou-iblis dari segala iblis neraka (*author dibakar hidup-hidup), dimusim panas merupakan cobaan terberat dari yang terberat dalam hidupku. Apa tujuanmu Kami-sama? Setelah meredam emosiku, aku kembali membuka kulkas dan mencari sesuatu yang bisa dimakan. Tunggu. Dimana dia? Aku yakin sudah menyimpannya disini. Dimakan kucing? Sejak kapan kucing bisa membuka kulkas? Aku langsung menatap Akashi

"Kau lihat keju import dan roti isi punyaku?"

"Lihat."

"Dimana?"

"Terkhir kali di atas piring sebelum masuk kedalam sistem pencernaanku." Kama-sama! Izinkan aku memutilasi makhluk ini!

.

Seperti kemarin pertama kali ia mendatangi rumahku, ia mengusai ruangtamu beserta televisi dan menonton pacuan kuda favoritnya sambil menyesap teh. Sedangkan aku? Diduduk di sofa sambil menyusun rencana bagaimana membuang makhluk didepanku ini dengan rapi tanpa meninggalkan jejak. Dimasukkan kedalam kardus yang bertuliskn 'bahaya! Jangan membukanya jika tidak ingin terkena kutukan' dan meninggalkannya dipinggir jalan? Atau mencampur tehnya dengan obat pencuci perut?

"Jangan khawatir, aku tidak akan kemana-mana." ujarnya dang tatapan fokus pada televisi. Aku justru lebih khawatir kalau kau tidak kemana-mana kerdil (*langsung disayat-sayat akashi). "Kau masih punya tofukan?" Aku menatapnya bingung. "Buatkan aku sup tofu. Sekarang. Tanpa komentar."

Rancana B: Bagaimana membuang makhluk laknat itu dan membekap mulutnya yang tajam melebihi koleksi guntingnya?

.

Jika kalian melihat rupaku sekarang, kalian pasti mengira aku adalah makhluk gunung yang tersesat dikota. Rambut acak-acakan, kantung mataku punya kantung mata, wajah pucat pasih bak sadako. Kemarin, dengan wajah innocentnya dia menyuruhku ini itu seolah dia adalah majikan dan aku adalah budaknya. Membersihkan seluruh rumahku-yang memiliki dua lantai-hingga loteng yang dijadikan gudang. Harus bersih. Tanpa noda. Tanpa komentar. Karena dia mutlak. Semalam itu juga aku sudah mencari dari angka 1-100 'rencana jitu dan rapi menyingkirkan induk hama dirumahku'. Dan hasilnya nihil. Fakta yang ketemukan malah bobot tubuhku berkurang drastis, dan itu lebih memgerikan daripada dehidrasi akut. Mungkin lain kali akan aku sarani dia agar mendaftar menjadi instruksi diet di salahsatu gym.

Hari ini, seperti hari-hari neraka sebelumnya (sekarang aku mengerti kenapa anggota timnya selalu mengatakan 'latihan neraka' jika Akashi yang memberikannya), aku diperbudak dan kali ini coba tebak dia menyuruhku apa? Memangkas rumput taman belakang.

"Kulitmu terlihat pucat. Potong rumput halaman belakang agar kau terpapar sinar matahari." Ujarnya tegas, dengan nada memerintah.

What the f*ck. Kenapa tidak dia saja yang memotongnya? Sudah jelas tiap hari dia yang memegang gunting. Memang dia lupa sekarang musim panas? Lima menit saja aku bisa berubah menjadi kepiting rebus dan disantap oleh semua warga komplek. Walau begitu, aku tetap melakukannya dan saat orangruaku pulang dan melihat rumahnya bersih hingga dihalaman belakang, mereka akan memberiku uang jajan tambahan. Hahaha.

Satu jam berikutnya, setelah rumput dipotong pendek dengan rapi dan bersih, aku beristirahat sejenak dengan kaus basah karena keringat dan..kulit gosong. Terimakasih Akashi. Aku kemudian merogoh saku dan mengambil smartphone, mengecek akin socialmediaku. Taklama setelah melihat berita terbaru diberanda akunku, sebuah ide yang aku yakin sangat jitu terlintas difikiranku.

"Akashi." Panggilku.

"..."

"Bukannya kau ada training camp?" Tanyaku.

"Memang. Tapi aku sudah memberitahu Reo dan lainnya agar pergi duluan dan memulai latihan mereka sendiri." Jelasnya.

"Hountou? Kau tidak melihat beranda akunmu ya?"

Akashi mengambil ponselnya, mengecek social media, dan seketika aura gelap mengelilinginya. Ia segera bangkit dan pergi keluar meninggalkan rumahku.

"Kau mau kemana?" Tanyaku (pura-pura) polos.

"Aku harus 'membersihkan sampah'." Ia membanting pintu rumahku dan pergi.

Aku tersenyum puas. Kulihat ponsel dan terpajanglah foto Reo, Hayama, Nebuya, dan Chihiro sedang bersenang-senang dipantai (kecuali Chihiro yang hanya duduk dibawah payung sambil membaca LN).

Rencana 101: tumbalkan unkrowned kings+Chihiro pada Akashi. Mission complete.

TBC/END

Chapter 1 finished! Bagaiman menurut pada readers? Klik review dibawah ini jika ingin memberikan saran dan komentar. Menurut reader, karakter siapa di chapter berikutnya?