Flowers of Happiness

(Love sick sequel)

Genre : Romance, Family, Hurt, MPREG

Rating : T

Cast : Jung Yunho (40 tahun), Kim Jaejoong (39 tahun), Shim Changmin (18 tahun), Cho Kyuhyun (18 tahun) and other

Author's Note : Ini merupakan part terakhir dari seluruh chapter sequel. Judul yang di pakai tiap part berbeda karena mewakili perasaan pada part masing-masing.

Chapter sebelumnya :

Jaejoong agak kesulitan untuk membuka liontin itu. Ia ingin memastikan liontin itu milik siapa dengan melihat foto yang ada didalamnya.

Dan dengan usahanya, ia berhasil membuka liontin itu sambil tersenyum.

Part 2

Ting..tong..ting..tong

Jaejoong yang hampir membuka liontin itu terkejut karena bel flatnya yang ditekan berulang kali. Ia pun mendesah, masih dengan liontin ditangannya, ia berjalan untuk membukakan pintu.

"Minwo sshi" Jaejoong terkejut melihat Changmin yang berdiri didepan pintu dengan wajah lelah.

"A-ahjussi, apa kau.." Ucapan Changmin terhenti saat matanya menemukan benda yang ia cari ada ditangan Jaejoong, tanpa meminta ia langsung merebutnya dari Jaejoong.

"Dimana kau menemukannya?" Tanya Changmin dengan wajah khawatir. Jaejoong bingung dengan sikap Changmin itu.

"Apa kau membukanya?" Tanya Changmin lagi dengan tergesa padahal pertanyaan sebelumnya belum terjawab.

Jaejoong hanya menggeleng lalu melihat pada liontin yang kini berada ditangan Changmin.

"Aku hanya menemukannya terjatuh didekat sofa, tapi tak tahu itu milik siapa" Jawabnya jujur. Kyuhyun baru datang dan berdiri disamping Changmin.

"Mian, Ahjussi. Benda itu pemberian ayahnya" Kata Kyuhyun memberitahu. Jaejoong mengangguk sambil melihat pada Changmin.

Entah kenapa, cara Changmin berekspresi begitu ia kenal, wajah khawatir dan kerutan diwajah itu mengingatkannya pada seseorang. Tapi Jaejoong belum mau menebak.

"Oh..iya, aku harus kembali kedalam untuk memasak" Kata Jaejoong agak ragu. Ia melihat pada Changmin dan Kyuhyun secara bergantian. Kedua orang itu mengangguk lalu berbalik untuk pergi, tapi terhenti ketika Jaejoong memanggil mereka.

"Mianhae.." Kata Jaejoong, "Karena kalian baru disini, mau tidak ikut denganku ke panti asuhan?" Entah kenapa Jaejoong ingin mengundang mereka. Terlebih Changmin. Ada sebuah rasa ketertarikan pada pria tinggi itu, ia tak tahu apa itu. Ia bisa melihat kesedihan dimata Changmin saat mereka secara tak sengaja saling berpandangan.

Kyuhyun menoleh, meminta persetujuan Changmin, tapi pria disampingnya itu hanya diam, "Bagaimana?" Suara Jaejoong kembali terdengar, dengan nada memohon.

"Tidak masalah" Jawab Changmin. Sejujurnya ia ingin lebih dekat dengan Jaejoong. Bicara berhadapan seperti sekarang adalah impiannya, dan pergi bersama Jaejoong lebih dari sekedar impian.

Kyuhyun yang mendengar itu pun tersenyum, Changmin memang pandai menyembunyikan perasaannya, mungkin sifat Jaejoong menurun pada anak tunggalnya itu.

"Kalau begitu kita ketemu disini 3 jam lagi" Kata Jaejoong sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau kita ikut membantu Ahjussi memasak?" Usul Kyuhyun tanpa meminta persetujuan dari Changmin yang menatap bingung dirinya.

Jaejoong tersenyum, tentu ia tidak menolak.

.

.

.

"Aish, kemana bocah itu? Dari kemarin ponselnya tak bisa dihubungi" Gerutu Yunho sambil menyetir. Ia sudah cukup pusing dengan pekerjaannya, ditambah sang anak yang belum ditemukan.

Selama 15 tahun, ini kali pertama Changmin pergi tanpa pesan yang pasti dan kebiasaan selalu memantau Changmin membuat ia tidak bisa berpisah dengan anaknya.

Yunho menjaga Changmin dengan baik beberapa tahun ini, berusaha menjadi ayah yang selalu ada untuk anaknya itu.

"Aish..awas kalau kau kutemukan, Jung Changmin!" Desis Yunho kesal.

.

.

.

"Potong yang benar sayurannya.." Kata Jaejoong pada Kyuhyun, "Aduk terus santannya, Minwo sshi" Lalu beralih pada Changmin yang asik mengaduk-aduk santan diatas wajan.

Jaejoong memanfaatkan dengan baik bantuan yang datang. Ia jadi tidak terburu-buru karena mengerjakan semuanya sendiri.

"Apa Ahjussi selalu memasak untuk panti asuhan seperti ini?" Tanya Kyuhyun. Jaejoong tersenyum, ia sedang menguleni adonan untuk membuat rollade daging.

"Tidak juga. Aku melakukan ini jika punya uang lebih. Rasanya bahagia melihat anak-anak itu makan dengan lahap" Jaejoong berkata jujur. Setiap melihat wajah bahagia anak-anak itu, ia seolah-olah melihat wajah Changmin. Ia ingin suatu hari nanti memasak untuk buah hatinya itu.

"Apa Ahjussi tinggal sendiri?"

"Iya. Aku memang selalu sendiri" Ada nada sedih dalam ucapan Jaejoong itu. Kyuhyun menoleh pada Changmin yang sedang menatap Jaejoong.

"Apa kau tidak punya istri?" Kyuhyun terus bertanya. Jaejoong menghentikan gerakan tangannya yang sedang memotong cabai.

Melihat hal itu membuat Kyuhyun menjadi tak enak, apa ia salah bertanya?

"Tidak. Tapi aku punya seorang anak" Dan jawaban itu sungguh membuat Kyuhyun dan Changmin tersentak. Apakah Jaejoong akan menceritakan tentang Changmin?

"Oh ya? Lalu dimana anakmu?" Kyuhyun mengalihkan pandangannya kepenjuru flat. Jaejoong menggenggam gagang pisau dengan erat, wajahnya berubah sendu. Ia jadi mengingat tentang masa lalunya.

"A-anakku..sudah bahagia bersama orang lain" Katanya dengan lirih. Ia ingin menangis, bahunya bergetar dan ia segera menggeleng.

"Ah sudahlah, masakan ini harus selesai tepat waktu" Jaejoong tersenyum dengan sangat terpaksa. Changmin tahu ibunya itu sedih. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya, ia ingin memeluk Jaejoong, merasakan kembali kehangatan yang dulu pernah ia rasakan yang sekarang sudah samar ia ingat.

.

.

.

Drrt..drrt..

Kyuhyun merasakan ponsel didalam saku celananya bergetar. Ia yang sedang mengaduk-aduk sup meminta ijin pada Jaejoong sambil menunjukkan ponselnya. Ia menjauh dari dapur, berhenti tepat didepan pintu masuk. Changmin tidak tahu kepergiannya karena sedang serius melipat daging.

Kyuhyun melihat Id penelepon, lalu menepuk jidatnya karena lupa mematikan ponselnya. Ia menggigit jarinya, bingung harus bagaimana, menjawab atau mematikan? Argh, bingung.

"Yak, Choi Kyuhyun! Kenapa lama sekali?" Bentak Yunho setelah Kyuhyun menjawab teleponnya. Kyuhyun agak berjengit, ayah kandung sahabatnya itu lebih cerewet dari sebelumnya.

"Mi-mianhae, Ahjussi, tadi aku sibuk"

"Dimana kau sekarang?" Tanya Yunho langsung, ia ingin cepat mengetahui keberadaan sang anak dan sahabatnya itu.

"A-aku di..." Kyuhyun terjebak diantara todongan pistol didepan dan jurang dibelakangnya.

Ia harus bagaimana? Kenapa juga ia harus begitu bodoh hingga lupa mematikan ponselnya, padahal ia yang mengusulkan pada Changmin agar tak menyalakan ponsel selama misi dilakukan, tapi ia sendiri yang tidak melakukannya.

"Cepat jawab, atau kau ingin aku adukan pada Choi-sshi kalau kau membawa kabur anak orang" Ancam Yunho, ia tahu kelemahan Kyuhyun.

"Hiks, Mianhae"

.

.

.

Changmin mengangkat kedua alisnya ketika melihat Kyuhyun masuk kedalam dapur setelah pergi entah kemana. Wajah pria seumurannya itu terlihat lesu padahal tadi ia yang begitu bersemangat.

"Kau kenapa, Kyu?" Tanya Jaejoong yang juga menyadari perubahan sikap Kyuhyun. Yang ditanya hanya menggeleng lemah, ia melihat pada Changmin yang juga melihatnya dan memberikan tatapan menyesal pada sahabatnya itu.

"Apa masih lama matangnya, Ahjussi?" Tanya Kyuhyun pelan. Jaejoong tersenyum lalu menunjukkan sup kari yang sudah matang.

"Setelah membereskan semua ini, kita bisa pergi ke panti asuhan" Kata Jaejoong.

Jam pun sudah menunjukkan pukul 3 sore.

.

.

.

Yunho tersenyum senang, ia tak jadi kembali kekantor dan langsung memutar arah tujuannya ketempat yang tadi Kyuhyun sebutkan. Ia sempat kaget setelah mendengar nama tempat itu karena merupakan daerah terpencil, dan yang membuat ia bingung, apa alasan anaknya pergi ketempat seperti itu. Tugas sekolah? Bahkan Changmin baru lulus sekolah beberapa bulan yang lalu.

Tadi Kyuhyun bersikeras tidak mengatakan apa alasan mereka berada disana dan itu membuat Yunho bertambah kesal. Ia tak habis pikir kalau anaknya itu pergi tanpa meminta uang padanya, dan itu membuat ia begitu cemas. Bagaimana jika Changmin kelaparan? Atau yang lebih parah anaknya itu menjadi gelandangan? Oh sepertinya sikap protektif Yunho terlalu berlebihan.

"Awas kau, Jung Changmin! Aboji akan menghukummu karena membuatku khawatir" Kata Yunho cukup sadis.

.

.

.

Jaejoong, Changmin dan Kyuhyun tiba di panti asuhan setelah naik mobil yang disewa Jaejoong dari flat mereka. Beberapa anak kecil berlari mendekati Jaejoong yang bahkan belum sampai didepan pintu panti.

"Jeje Jusshi dataaang~ Yeiy!" Teriak anak-anak itu penuh kegirangan. Jaejoong memeluk anak-anak itu bergantian meski mereka tetap saja berebut.

"Ini untuk, Ahjussi" Kata seorang anak bergigi kelinci sambil memberikan kincir kertas pada Jaejoong.

Jaejoong menerima benda itu sambil tersenyum, mengusap kepala bocah lelaki itu, "Gomawo, Minhyukie" Anak itu balas tersenyum lebar.

Changmin melihat pemandangan itu dengan haru. Melihat bagaimana Jaejoong berinteraksi dengan anak-anak itu. Ia jadi ingin merasakan masa-masa yang hilang itu bersama Jaejoong.

Dulu Yunho selalu memberikan banyak mainan dan membelikan makanan yang ia suka, tapi Yunho jarang bermain dengan Changmin karena terlalu sibuk bekerja, sedangkan Yejin selalu marah tiap Changmin mengajaknya bermain. Changmin begitu rindu dengan Jaejoong, tak ada satu orangpun yang menyayanginya seperti pria itu, penuh kasih sayang dan selalu ada untuknya.

"Jusshi, itu siapa?" Tanya anak yang lain sambil menunjuk Changmin dan Kyuhyun. Jaejoong menoleh pada orang yang berdiri dibelakangnya. Ia lalu bangun dari jongkoknya dan memperkenalkan kedua orang itu.

"Yang ini Kyuhyun Hyung..dan ini Minwo Hyung" Kata Jaejoong menunjuk satu persatu.

"Minwo Hyung mirip Jeje Jusshi ya?" Celetuk seorang bocah perempuan. Jaejoong dan Changmin pun terkejut, terlebih Jaejoong. Ia mengamati wajah Changmin, ternyata itu yang membuat ia merasa mengenal Changmin.

"Jinja?" Tanya Changmin pura-pura terkejut. Bocah tadi mengangguk lucu.

"Iya, pantas deh kalau jadi anaknya Jeje Jusshi"

Changmin tertawa, berusaha menutupi kegugupannya, terlebih karena Jaejoong yang terus menatapnya.

"Kau ini.." Changmin mengusap kepala anak itu.

Jaejoong terdiam, apa yang dikatakan Yoona—anak kecil tadi ada benarnya. Ia seperti pernah bertemu dengan Minwo tapi lupa dimana. Wajah pria itu tak asing. Jaejoong merasakan kemejanya ditarik-tarik, ia langsung menunduk, mendapati seorang anak sedang tersenyum padanya.

"Jusshi, aku lapar"

Jaejoong menepuk jidatnya, ia lupa dan membiarkan anak yang lain menunggu.

"Ah, Mianhae. Baiklah, ayo kita makan" Seru Jaejoong dengan riang.

.

.

.

Yunho sudah tiba ditempat yang Kyuhyun sebutkan tadi. Sebuah apartemen kecil dipinggir desa. Ia melihat plang apartemen yang bernama Bolero.

"Jadi disini tempat anak-anak itu tinggal? Aku penasaran, sebenarnya apa tujuan Changmin berada disini" Gumam Yunho. Ia bingung harus bertanya pada siapa karena tempat itu sepi. Ia lalu berjalan masuk dan tepat didepan pintu masuk—semacam lobby, seseorang duduk dibelakang meja tinggi.

"Permisi" Sapa Yunho. Pria berumur didepannya terkejut dengan kehadiran Yunho.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Bisa beritahu aku dimana kamar Jung Changmin?" Tanya Yunho. Pria itu beralih kebuku diatas meja didepannya, mencari nama yang disebutkan Yunho.

"Tidak ada orang yang bernama Jung Changmin, Tuan. Mungkin anda salah tempat"

"Memang ada berapa apartemen didaerah ini?" Tanya Yunho bingung.

"Ada 2, tapi yang satu cukup jauh dari sini, harus naik mobil sekitar 15 menit"

Yunho menggeleng, ia ingat saat Kyuhyun mengatakan kalau apartemen mereka bernama Bolero dan tak jauh dari jalan pintu masuk desa. Yunho mengetuk jarinya diatas meja sambil berfikir.

"Ah, tunggu" Yunho mengeluarkan ponselnya, "Apa kau pernah melihat anak ini?" Tanya Yunho sambil menunjukkan foto Kyuhyun.

"Oh ini anak yang tinggal bersama Minwo sshi"

"Apa? Minwo?"

"Iya, Kim Minwo. Mereka baru menyewa flat dilantai 2 kemarin pagi" Jawab pria tua itu.

"Apakah orang ini yang kau maksud?" Yunho menunjukkan foto Changmin.

"Iya, dia Minwo sshi"

.

.

.

Kyuhyun dari tadi tak bisa duduk tenang. Ia sengaja keluar panti dan duduk dibangku depan pintu masuk. Didalam anak-anak panti sedang bernyanyi bersama-sama.

Changmin yang tak melihat keberadaan sahabatnya itu langsung mencarinya dan menemukannya berada diteras panti.

"Ada apa, Kyu? Kau terlihat pucat" Tanya Changmin yang khawatir. Kyuhyun yang biasanya cerewet sekarang pendiam, pasti ada yang salah dengannya—pikir Changmin.

Lagi-lagi Kyuhyun menggeleng.

"Kau tak seperti biasa, Kyu. Apa kau sakit?"

Kyuhyun memutar sedikit tubuhnya untuk menghadap Changmin, lalu menggenggam tangan sahabatnya itu.

"Kau tahu kan kalau aku menyayangimu? Kau sahabatku, Chwang" Changmin mendelik saat mendengar itu. Kata-kata Kyuhyun seperti surat wasiat dan ia tak mengerti kenapa Kyuhyun berubah melow begitu.

"Kau ini kena..."

"Jung Changmin!"

Ucapan Changmin terputus, tubuhnya menjadi tegang dan Kyuhyun jadi semakin lesu.

Changmin menoleh kebelakang, melihat sang ayah yang sedang berkacak pinggang. Ia berdiri lalu mendekati Yunho.

"A-Aboji, kenapa kau bisa disini?" Tanya Changmin gugup. Yunho menarik telinga Changmin hingga anaknya mengaduh kesakitan.

"Kau ini masih saja nakal, umurmu sudah 18 tahun, Changmin tapi kau membuatku cemas seperti ini, hah" Omel Yunho panjang lebar.

"Lepas, Aboji~" Changmin memohon dan Yunho melepaskan telinga Changmin.

"Darimana Aboji tahu kalau aku disini?" Tanya Changmin kesal sambil mengusap-usap telinganya yang perih.

Yunho tak menjawab, hanya melihat pada Kyuhyun yang tampak ketakutan dan tentunya Changmin mengerti itu.

"Choi Kyuhyun" Desis Changmin memanggil nama Kyuhyun. Merasa ada bahaya, Kyuhyun pun berlindung dibelakang Yunho.

"Mianhae, Changmin ah, aku terdesak waktu itu" Kyuhyun menyatukan kedua telapak tangannya untuk memohon.

"Kau tak usah salahkan Kyuhyun, sekarang cepat pulang"

"Tapi-"

"Yunho"

Ucapan Changmin lagi-lagi terhenti, dan kini mereka semua menegang termasuk Yunho. Ia melihat orang yang berdiri dibelakang Changmin.

"Jaejoong"

"Ke-kenapa kau.." Jaejoong terperangah, tak menyangka akan bertemu Yunho setelah 15 tahun.

'Oh rencanaku' Keluh Changmin dalam hati. Ini yang dinamakan kejadian tak terduga. Apa yang harus ia lakukan? Semua rencananya hancur karena Kyuhyun. Ish.

"Ternyata kau disini, Jae" Yunho tersenyum. Ia mencari Jaejoong selama bertahun-tahun dan tak menyangka akan bertemu secara tak sengaja seperti ini.

"A-aku.." Jaejoong menunduk.

"Kenapa kau tak bilang kalau kau sudah bertemu ibumu, Changmin?" Tanya Yunho kesal. Jaejoong terkejut karena Yunho menyebut nama itu.

"Apa?" Jaejoong bingung, menatap Changmin butuh penjelasan.

Changmin menghela nafas, sudah tak ada yang harus ditutupi, rencananya sudah gagal.

"Baiklah aku menyerah" Changmin mengangkat kedua tangannya, "Aku Jung Changmin"

"Kau...a-anakku?" Jaejoong menutup mulutnya. Ternyata keanehan yang ia rasakan itu adalah benar. Ia bukan sekedar mengenal Minwo, tapi ia memang orang yang melahirkannya.

"Mianhae.." Changmin tersenyum sedih.

BRUK

"Minnie ah..hiks hiks" Tanpa persiapan, Jaejoong menubruk tubuh Changmin, "Anakku" Tangisan Jaejoong semakin kencang membuat suasana menjadi haru.

"Appa..aku datang" Changmin membalas pelukan Jaejoong sambil membisikkan kata-kata rindu.

Yunho yang melihat itu ikut terharu. Ia adalah orang bodoh yang telah memisahkan kedua orang yang memiliki ikatan darah selama bertahun-tahun. Ia harus menebus kesalahannya dimasa lalu dengan memberikan kebahagiaan pada dua orang yang paling berharga dalam hidupnya itu.

.

.

.

Deru angin ditengah persawahan itu ikut menemani kedua orang yang sedang duduk dibawah pohon. Jaejoong dan Yunho masih diam sejak kedatangan mereka setengah jam yang lalu. Tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana membuat Yunho gerah.

"Bagaimana kabarmu, Jae?" Tanya Yunho mengakhiri keterdiaman mereka.

"Aku baik, kau?"

"Heum baik" Setelah itu mereka kembali diam untuk beberapa saat.

"Dari mana Changmin tahu aku disini?" Tanya Jaejoong. Ia tadi tak sempat bertanya karena terus menangis dan memeluk Changmin. Ia tak menyangka bisa memeluk anaknya lagi.

"Kyuhyun bilang Siwon sshi yang memberitahu mereka. Ternyata dia tahu keberadaanmu, tapi dulu saat aku bertanya ia bilang tak tahu"

"Aku yang menyuruhnya. Ada baiknya kalian tak menemuiku"

"Tapi apa kau tahu Changmin menangis sepanjang hari karena tak menemukanmu? Bahkan ia sakit selama berhari-hari" Yunho bicara agak emosi, itu ucapan yang keluar sebagai bentuk kekecewaannya.

Jaejoong menunduk. Ia tidak bisa menyalahkan Yunho karena memang ia yang salah.

"Aku melakukan itu hanya agar kalian bahagia, itu saja" Jawabnya lesu.

"Kebahagiaan kami adalah kau, Jae" Suara Yunho bergetar karena emosi. Ia ingin memukul wajah mantan istrinya itu, mengatakan kalau apa yang dilakukannya itu adalah kebodohan.

"Tapi bukankah ada Yejin? Kalian hanya membutuhkannya"

"Jebal, Jae. Jangan terus menempatkan dirimu pada pihak ketiga. Aku ingin kau sedikit egois" Suara Yunho mulai melunak. Ia hanya ingin Jaejoong mengerti.

"Aku..mencintai kalian. Itu sudah cukup. Melihat kalian sehat seperti sekarang membuatku lega. Tak ada yang aku butuhkan selain itu" Kata Jaejong sedih.

"Changmin membutuhkanmu, Jae. Ia sudah tahu siapa dirimu dan kedatangannya padamu adalah bukti kalau ia masih membutuhkanmu, bahkan setelah 15 tahun berlalu" Jelas Yunho lembut. Perlahan ia mengambil tangan Jaejoong, melingkupinya dengan tangannya sendiri.

"Terlebih aku, Jae. Aku sangat membutuhkanmu" Tatapan Yunho terpusat pada mata Jaejoong yang masih sama seperti dulu, bening dan menghanyutkan. Membawa tangan Jaejoong kedadanya.

"Kau tahu, Jae. Kepergianmu membuat luka menganga didalam sini. Aku bodoh karena lama menyadari pentingnya kehadiranmu, dan aku ingin meminta kesempatan, untuk mengganti masa lalu kita dengan yang baru"

"Mengulang kembali masa-masa indah yang hanya ada kau, aku dan Changmin" Lanjut Yunho.

"Tapi, Yejin..."

Yunho menggeleng, "Dia tak akan mengganggu kita lagi, Jae. Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu" Katanya sambil tersenyum.

Jaejoong terkejut mendengar itu, "Jadi..."

"Jadi bagaimana jawabanmu?" Yunho menyambung perkataan Jaejoong.

Jaejoong terdiam, ia menatap Yunho lama. Lalu tersenyum.

"Bisakah kau membuatku jatuh cinta untuk kedua kalinya? Bisakah kau menungguku mendapatkan kembali rasa cinta seperti 18 tahun lalu? Bisakah kau meyakinkan bahwa hanya aku satu-satunya dan yang terakhir? Jika iya, maka jawabannya adalah aku mau" Katanya sambil tersenyum manis.

"Tentu, Jae. Kau harus menungguku, akan kulakukan semua itu untukmu. Aku mencintaimu"

Kepala mereka kian mendekat seiring dengan matahari yang hampir tenggelam dibelakang mereka, menampilkan bayang indah untuk menjadi saksi pertemuan kembali cinta yang tak lagi muda, namun masih terasa gairahnya.

Cinta memang menyakitkan, bukan hanya tentang rasa, tapi cinta adalah bagaimana pengorbananmu. Meski kau tak mendapat kebahagiaan, tapi kau telah membuat kebahagiaan untuk orang lain.

And love sick is finally done~

Present By Jeje100607

.

.

.

Yeyeye selesai ^_^

Ending ff yang happy gak harus diakhiri dengan pernikahan atau penerimaan cinta kan? Yg penting semua karakter bahagia. Hoho.

Aku akan kembali dengan oneshoot yang lain kalau ada ide, tapi aku mau menyelesaikan angelos yang sudah ubanan dulu ^_^

Bersedia review?