reYHan ft. Hana

present

first Sequel of XOXO drama (KaiLay ver)

The Ritual

Rate: T-M

Pair: LayKai (Main) and other

Warning: typo(s), gaje, alay, lebay, dipenuhi kata-kata yang ada di Kamus Wolf by reYHana, kurang hot, gak nyambung ama fic utamanya, kepanjangan, de el el de el el

Gak suka? Tidak usah baca gak papa

Suka, monggo di lanjut.

Enjoy

.

.

.

The Ritual

Chapter One

Welcome and High Wall Ritual

Mentari perlahan mulai keluar dari peraduannya. Menggantikan kerja bulan menerangi bumi seisinya. Sinar hangatnya mengisi relung dingin dunia. Bertanda pagi akhirnya datang.

Jongin masih dalam selimutnya, bergelung dalam indahnya dunia mimpi miliknya sendiri. Wajah cantiknya tampak lebih cantik hari ini.

Sinar mentari perlahan menyusup dari balik tirai ungu muda dengan bagian bawah berwarna merah kamar namja itu. Mencoba menerangi ruangan remang-remang itu dan menghangatkannya. Sekaligus, mencoba membangunkan sang Tuan Putri yang masih nyaman di dalam alam bawah sadarnya.

Ketika sinar kemilauan itu mengusiknya, Jongin menggeram kecil. Segera, ia membalikkan tubuhnya memunggungi kaca jendela kamarnya –mencoba menghalau sinar matahari yang berhasil menyusup ke dalam kamarnya. Kemudian menarik selimut merah maroon miliknya dan mencoba kembali tidur.

Suasana kamar itu kembali tenang dan damai. Tidak ada suara bahkan suara samar pun. Tentu saja, kamar itu memang dirancang kedap suara.

Tok Tok Tok

Suara benda terketuk itu datang dari arah jendela kamar Jongin yang masih tertutup rapat. Terdengar lembut walau mengusik. Tetapi tetap tak sanggup membangunkan sang Tuan Putri dari tidurnya.

Tok tok tok

Suara itu kembali terdengar. Masih dari arah yang sama, masih terdengar sama. Tapi kali ini, Jongin mulai menggeliat kecil.

Tok tok tok

Sekali lagi suara itu terdengar. Kali ini, akhirnya membuat Jongin membuka matanya. Wajah manis dan tenang namja itu hilang entah kemana. Tergantikan dengan ekspresi kesal dan terganggu yang amat sangat.

Ck, siapa sih yang berani menggagu tidurnya di hari libur begini?!

'Hei, mau sampai kau tidur terus, ha? Aku lelah menunggu!'

Sontak Jongin langsung terbangun ketika suara khas dari Lay –yang belakangan ini benar-benar sering sekali ia dengar- masuk, Jongin lantas langsung bangkit dari tempat tidurnya. Secara tergesa-gesa, namja tinggi dengan kulit tan eksotis itu langsung berlari menuju jendela kamarnya.

Sraaaak

Srak

Masih tergesa-gesa, Jongin membuka tirai tebal itu, kemudian menyusul tirai lainnya yang lebih tipis berwarna putih transparan. Sebelum kemudian membuka jendelanya yang langsung berhadapan dengan pohon Winter Blossom (Sakura Musim Dingin).

Dan senyum secerah mentari milik Gegenya pun menyapanya dengan hangat.

"Pagi, Manis. Hari ini kamu semakin cantik saja." Sapa namja itu masih dengan senyum secerah mentari miliknya. Lengkap dengan dimple manis yang membuat senyum itu semakin menawan.

Sejujurnya, semenjak keduanya berpacaran, sapaan pagi seperti ini selalu terjadi. Baik di hari sekolah, maupun masa-masa liburan seperti ini. Tapi, sekalipun begitu, tetap saja wajah Jongin akan langsung merona padam ketika mendengarnya.

"S-selamat pagi, Ge." Balasnya dengan nada kecil dan terkesan malu-malu. Kepala namja itu tertunduk, berusaha untuk menyembunyikan semburat merah yang menyaingi merahnya semburat di ufuk timur sana.

Yixing tertawa kecil.

"Aigo~ Kyeopta." Tangan Yixing terulur ke pipi tan Jongin, kemudian mengangkat kepala namja itu agar mereka saling berpandangan.

Yixing tersenyum ketika melihat semburat merah di pipi tan Tuan Putri kesayangannya. Tangannya yang menangkup pipi namja itu perlahan bergerak mengelus pipi yang sedikit chubby itu. Sementara matanya tak lepas dari kedua manik caramel Jongin.

"Neomu kyeopta..." seolah tertarik sesuatu, wajah Yixing mendekat ke arah Jongin. Perlahan tapi pasti, memperkecil jarak di antara wajah mereka berdua.

Tanpa perintah, mata Jongin perlahan tertutup ketika Yixing mendekat ke arahnya. Tau apa yang akan terjadi setelah ini.

Wajah mereka semakin mendekat, jarak semakin terhapus. Perlahan, bibir mereka mulai bersentuhan –

"Jongin-ah? Kau sedang apa?"

Mendengar suara itu, Jongin tersentak kaget. Refleks, tanpa sengaja, Jongin mendorong Yixing menjauh. Membuat namja itu terdorong ke belakang dan kehilangan keseimbangannya.

Oh ya, perlu aku ingatkan, Yixing itu ada di atas pohon. Setinggi lebih dari 5 meter.

SRAAAAAAK

"AAAAAH!"

"Kya! Gege!"

.

.

.

Jongin PoV

Sudah 3 bulan ini, aku dan Yixing-ge mulai menjadi sepasang kekasih. Tapi, hari ini adalah hari dimana kami akan menjalani ritual penyatuan -atau kata lainnya Mating.

Memang terkesan terlalu cepat, tapi apa mau dikata? Yixing-ge itu anak sulung dari sebuah Clan besar di China sana. Jelas, ia harus mendapatkan pendamping secepatnya karena Sehun -adik Yixing-ge- sudah mendapatkan pendamping dan bahkan kini sedang menunggu hadirnya si kecil di antara mereka.

Memang sebenarnya Sehun tidak akan mengancam posisi Yixing sebagai Putra Mahkota. Namja yang seumuran denganku itu terlalu malas untuk menjadi Head Alpha -katanya. Hanya saja, para tetua Clan-nya terus mendesaknya untuk segera mating sebelum pertengahan musim panas berakhir -yang berarti kurang dari 2 minggu lagi- dan segera mendapatkan keturunan yang sehat -dan kalau bisa Alpha- secepat mungkin.

Ditambah lagi, Ritual dari Clan-nya benar-benar sepanjang kereta monorail. Panjaaaaaaaang sekali. Aku bahkan hampir pusing membaca semua ritual yang ditulis dengan aksara yang membuat kepalaku serasa ingin meledak.

Makanya, secepat mungkin aku dan Yixing-ge harus menyelesaikan ini semua agar kami tak lagi harus berkutat dengan ocehan-ocehan kakek-kakek dan nenek-nenek kurang kerjaan itu.

"Jongin-er?"

Padahal, sebenarnya, aku ingin upacara mating kami berjalan simple saja. Seperti upacara mating Joonmyeon-hyun dan Kyungsoo-hyung. Sangat simple tapi begitu bermakna.

"Jongie-er?"

Pernikahan mereka digelar dengan sederhana tapi elegan, mewah dan privat. Mereka hanya mengundang kerabat terdekat dan teman-teman saja. Tidak ada lampu-lampu flash asing, tidak ada wartawan.

Beda denganku. Pesta pernikahanku akan diadakan di dua negara sekaligus. Secara besar-besaran dan world wide. Secara, yang aku nikahi 'kan putra sulung dari Wu Yifan, sang CEO Wu Apparel and Boutique, dan Wu Zitao, penerus Huang Group, perusahaan properti terkenal di China.

"Jongie?"

Padahal, Hyung-ku itu kan anak sulung -alias Putra Mahkota- dari Presdir –yang akan segera berganti menjadi CEO- Lotte Corp, Choi Siwon, yang memiliki begitu banyak properti. Mulai dari mall, taman bermain sampai hotel dan resort. Dan Kyungsoo-hyung sendiri adalah anak tunggal dari Chef terkenal, Do Hyunsik, yang memiliki banyak restoran besar di hampir seluruh belahan dunia.

Harusnya mereka berdua yang menggelar pernikahan besar-besaran begini. Kenapa jadi harus aku sih yang menanggung malu dengan pernikahan begitu terang-terangan seperti ini?

"Baby-ah?"

"Ne?!" aku sontak tersentak kaget ketika tiba-tiba pundakku di tepuk seseorang. Tubuhku melompat kebelakang beberapa centi dari tempat sebelumnya aku duduk. Sukses membuat Yixing-ge menatapku dengan aneh.

"Ada apa?" tanyanya dengan sebelah alis naik, aku menggeleng cepat dan buru-buru membuang wajahku. Berusaha menyembunyikan rona merah yang perlahan menjalar di pipiku.

Bukan, bukan karena aku malu ketahuan melamun. Tapi, lebih tepatnya, aku malu karena dia terlalu dekat denganku. Jika saja tadi aku melompat ke depan, bibir kami pasti sudah bertabrakan tadi.

Blush

Ugh! Menyebalkan!

End Of Jongin PoV

Normal PoV

Melihat Jongin ber-blushing seperti itu membuat Yixing terkikik. Aigo... Jongin manis sekali sih!

"Yah! Kenapa kau tertawa seperti itu, huh?!" seru Jongin sebal seraya menggembungkan pipinya. Kedua tangannya di lipat di depan dada -pasang posisi ngambek ceritanya.

Melihat tingkah imut dan terkesan kekanakan kekasihya itu, tawa Yixing akhirnya meledak. Namja yang beberapa saat lalu baru saja jatuh dari pohon yang memiliki ketinggian lebih dari 5 meter itu tertawa dengan OOC -out of character- nya membuat Jongin mempoutkan bibirnya.

"Ish! Apa yang lucu sih?" gerutunya kesal. Kedua tangannya masih terlipat. Masih dalam posisi ngambeknya.

"Tentu saja kau, Baby-ah. Hahahaha... Kau ini memang imut sekali!" ujar Yixing gemas seraya mencubit kedua pipi sedikit tembam Jongin. Sukses membuat namja itu berteriak kesal.

"Yah!"

"Ya! Kalian ini, jangan berisik. Myeonsoo dan Myeonkyung sedang tidur!" ujar Taemin yang entah datang dari mana. Membuat Jongin yang tadinya hendak memukul kepala Yixing membatalkan niatannya.

Kedua namja itu terdiam, kemudian saling berpandangan.

Astaga! Mereka lupa kalau di rumah besar itu sedang ada bayi!

"Mianhae." ujar keduanya hampir berbarengan. Kepala mereka tertunduk. Wajah mereka menggambarkan betapa merasa bersalahnya mereka.

Taemin hanya menghela nafas kecil seraya memutar bola matanya. Sudah bosan dengan tingkah dua pasang kekasih yang sedang di mabuk cinta itu.

Sekalipun keduanya bilang maaf. Paling, 5 menit lagi, keduanya akan berisik lagi. Membuat rumah besar nan mewah itu menjadi lebih ramai.

Sebenarnya sih tidak apa-apa. Malah, Taemin -walaupun ia tidak akan mengakuinya- senang karena rumah mereka jadi bertambah ramai. Jadinya rumahnya terkesan lebih 'hangat' lagi.

Tapi, berhubung ada dua bayi mungil, lucu, imut dan menggememaskan berstatus keponakannya di rumah ini sedang tidur, makanya tidak ada yang boleh berisik dan mengganggu tidur keduanya. Tidak seorang pun. Bahkan adik kesayangannya itu.

-alasan yang sebenarnya sih, Taemin iri dengan kemesraan yang terus menerus diumbar Yixing-hyung dan Jongin. Ugh! Naeun! Dimana dirimu di saat Taemin membutuhkanmu?

Setelah peringatan yang entah keberapa kalinya dari Taemin, Yixing dan Jongin terdiam. Memandangi ujung alas kaki mereka seolah-olah pemandangan itu adalah pemandangan paling menarik sedunia. Bibir mereka terkatup, kepala mereka terus bekerja untuk memecahkan keheningan yang benar-benar tidak nyaman ini.

Ugh...

"A..."

Buzz buzzz buzz buzz

Belum sempat Yixing mengucapkan satu kata, tiba-tiba ponsel di saku celananya -yang untungnya selamat setelah ia jatuh tadi- bergetar. Segera, namja itu pun langsung merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel keluaran paling baru itu.

Dilihatnya layar ponsel yang chasing-nya retak sedikit itu -akibat jatuh tadi. Caller id "Mama" terpampang di sana. Sontak, Yixing pun langsung menjawab panggilan itu.

"Halo?"

"..."

"Aigo, kenapa –"

"Aku ti – Yah, mana aku tau!"

"Mama..."

Mendengar nama itu disebut, pandangan Jongin pun langsung teralihkan. Mata coklat caramelnya memandang Yixing yang kini tengah bercakap-cakap dengan seseorang yang Jongin ketahui sebagai calon-ibu-mertuanya.

"... Xingxing tidak mengerti sama sekali. Mama bicara sendiri dengan Jongin." ucap Yixing kemudian menyerahkan ponsel yang sepertinya harus di ganti itu ke Jongin yang kini tengah menatapnya dengan aneh.

"Bicara dengan Mama. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang ia bicarakan." ujar Yixing masih mengulurkan ponselnya pada Jongin. Semburat merah tipis menghias pipi pucatnya.

Jongin menaikan sebelah alisnya. Bingung. Tapi, ia tetap menerima uluran ponsel itu.

"Halo, Mama? Ini Jongie."

"Halo, Baby. Ada yang ingin Mama tanyakan padamu." mendengar itu, Jongin semakin penasaran.

"Tentang?"

"Heat cycle-mu, kapan terakhir kali kau mendapatkannya?"

Blush

Sontak, wajah tan eksotis Jongin langsung memerah padam. Mata besarnya kini membulat sempuran.

He-heat cycle? Kenapa Mama tiba-tiba tanya hal sesensitive itu?

"I-itu... Ano..." perasaan gugup dan malu tiba-tiba bercampur menjadi satu dalam benak Jongin. Membuat namja yang lebih tinggi sedikit dari Yixing itu terbata-bata.

Kikikkan kecil terdengar dari ponsel itu.

"Tidak usah gugup begitu. Santai saja. Mama hanya ingin menghitung masa suburmu."

Blush

Kalau saja masih mungkin, wajah Jongin pasti sudah bertambah lebih merah dari ini.

"M-Mama... Kenapa be-bertanya begitu sih?" Jongin tidak bisa menyembunyikan perasaan malunya sama sekali. Ugh! Pertanyaan ini benar-benar sangat memalukan. Ditambah dengan kehadiran Yixing -yang juga sama-sama tengah merona- semuanya jadi tambah memalukan.

Ugh! Mama ini benar-benar frontal!

Tapi, buah 'kan memang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jadi, wajar saja sih. Tapi... Ugh!

Lagi, tawa kecil datang dari seberang sambungan sana.

"Ya ampun Jongin-er. Kau ini benar-benar lucu sekali! Masih sangat pemalu seperti ini!" Jongin bisa merasakan pipinya semakin panas. "Tapi, Mama benar-benar butuh tau kapan terakhir kali kau dalam Heat cycle. Ini permintaan tetua-tetua sialan itu."

Jongin tersentak. Bukan, bukan karena Mama memanggil para tetua dengan embel-embel sialan -sifat Mama memang seperti itu kata Gege- melainkan karena ini permintaan mereka. Untuk apa mereka tau tentang Heat cycle -

Oh ya... Tentu saja mereka mau tau. Mereka 'kan mau menghitung masa suburnya. Jadi, mereka bisa tau kapan Jongin bisa hamil dan persentase kelahiran Alpha.

Ya ampun... Benar-benar...

"Itu... Umm... Mungkin sekitar 10 hari sebelum ini." ujarnya dengan nada kecil. Berharap Yixing yang ada di sebelahnya tidak mendengarnya.

-Harapan yang sia-sia sebenarnya. Lihat saja, wajah yang biasanya pucat itu kini merona padam. Untung saja Jongin tidak menyadarinya.

Mama berdeham di ujung sana. Jongin bisa membayangkan namja cantik nan tinggi itu kini tengah mengangguk-anggukan kepalanya mengerti seraya mungkin mencatat apa yang barusan ia katakan.

"Bagaimana dengan periodenya?"

"Um... Se-sebulan satu kali?" entah mengapa, ucapannya barusan terdengar seperti pertanyaan di telinganya sendiri. Membuatnya terkesan tidak yakin. Mungkin karena ia sedang sangat gugup dan malu seperti ini, ia jadi seperti itu.

Ugh! Memalukan!

Lagi-lagi, Mama tertawa.

"Aigo... Kau ini lucu sekali, sih! Seperti Luhan! Masih sangat sensitive dengan hal-hal seperti ini. Ungh! Kyeopta!" mendengar itu, Jongin malah semakin tenggelam dalam rasa malunya. Ugh! Kenapa Mama terus-terusan membahas seperti ini sih?

"Ma, bi-bisa berhenti membahas ini?" akhirnya Jongin mengutarakan hal itu. Ugh! Ia tidak ingin merasa di permalukan seperti ini!

Menyebalkan!

Lagi-lagi, di ujung sana, Mama tertawa.

"Iya, iya. Maaf mama membuatmu merasa di permalukan begini, tapi..." terdengar suara tawa di tahan. "Mama harus menanyakannya. Kalau tidak para tetua sialan itu akan terus menerus mengusik." kalimat itu disampaikan dengan nada sebal yang jelas sekali kentara.

Walaupun Mama tidak bisa melihatnya karena mereka tidak sedang video call, Jongin menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, sampai jumpa besok, Ne? Have a nice trip! Sampaikan salam untuk Mommy dan Daddy-mu juga, ya?"

"Ne, Ma. Akan Jongin sampaikan."

"Kalau begitu, Mama tutup, ya? Anyeong."

"Anyeong." *Pik* sambungan itu pun terpustus. Secepat kilat, Jongin pun langsung mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya tanpa menatap sang pemilik.

Ugh! Ia tidak ingin Yixing melihatnya seperti ini!

Setelah merasakan ponselnya sudah di ambil, Jongin pun lantas bangkit dari sofa. Ingin segera pergi dari sana dan menuju toilet untuk membasuh wajahnya yang terasa sangat panas.

Tapi, belum sempat Jongin melangkah, tangannya keburu di tarik.

"Ap-"

Chup

Satu kecupan manis mendarat di bibir Jongin. Sukses membuat mata besar Jongin membulat. Sontak semburat merah yang sempat menghilang, kembali menghiasi pipi Jongin.

"That's my morning kiss. See you 6 hour again." belum juga Jongin sempat mencerna apa yang tengah terjadi, ciuman itu berakhir. Diikuti dengan menghilangnya Yixing dari tempat. Meninggalkan Jongin berdiri mematung di tempatnya.

*Blink*

*Blink*

*Blink*

Blush

"YAH! WU YIXIIIIIIINGGGG!"

.

.

.

Makan siang baru saja berakhir, tapi Jongin masih setia berada di meja makan. Jemari-jemari tangan lentiknya bermain-main dengan ponsel merah berbordir hitam di tangannya. Matanya kosong menatap meja makan sederhana namun terkesan mewah itu.

Bimbang. Ya, namja manis itu lagi-lagi tengah dilanda kebimbangan. Entah mengapa dan bagaimana, di detik-detik terakhir seperti ini, ia malah mau mundur.

Sebentar, sebentar.

Lagi?

Ya, Lagi. Karena bukan hanya kali ini saja Jongin seperi ini. Sudah berkali-kali. Dan frekuensinya semakin bertambah menjelang semua ritual ini.

Padahal, beberapa menit sebelum makan siang, ia sudah sangat siap untuk segera berangkat ke China. Tapi, ketika Mommy-nya mulai membahas tentang serba-serbi rumah tangga dengan segala persoalannya yang bagai benang kusut, Jongin mulai di landa kegalauan dan rasa bimbang. Apa ia bisa melakukannya?

Mommy-nya bilang, ini wajar. Seorang calon pengantin memang selalu seperti ini. Merasa bimbang dan ingin mundur di detik-detik terakhir karena tertekan dari sana sini dan stress. Tapi, tidak masalah. Semua ini hanya sesaat saja. Jadi Jongin harus kuat menahannya.

Tapi, Jongin merasa dia sudah benar-benar diujung rasa bimbangnya. Kakinya terasa tengah ditarik untuk mundur. Membuat perasaannya jadi campur aduk sekarang.

"Kenapa, sayang? Bimbang lagi?" suara lembut khas Mommy-nya itu membuat Jongin tersadar dari lamunan sesaatnya. Namja itu pun lantas menolehkan kepalanya ke arah sumber suara itu berasal.

Dari arah dapur, Mommy-nya datang. Di tangannya terdapat nampan berisikan dua piring kue dan peralatan tea party.

Jongin menganggukkan kepalanya pelan. Wajahnya masih murung. Dan matanya masih kosong. Mommy hanya tersenyum kecil.

"Jangan dipikirkan terus. Nanti kepalamu tambah sakit lagi, loh." ujarnya seraya menaruh nampan yang dibawanya di atas meja. Setelahnya ia mengambil tempat duduk di samping putranya itu. "Tenang saja, semuanya akan berjalan baik-baik saja."

Jongin menghela nafasnya, lalu mulai mengetuk-ketukkan jemarinya di meja.

"Sekalipun aku ingin, tapi aku tak bisa, Mommy. Aku terus saja memikirkannya." keluh Jongin seraya menarik nampan yang tadi di bawa Mommy-nya ke hadapannya, sebelum memulai kebiasaan barunya, 'tea party'.

"Coba lebih keras lagi, Sayang." Mommy-nya kembali berucap. Mata coklat caramel cantiknya tak lepas dari gerakan lincah tangan aegya-nya itu.

Jongin tak menjawab. Mulutnya terkatup rapat. Kepalanya berputar mencoba melakukan apa yang di katakan Mommy-nya, sementara kedua tangannya dengan cekatan meracik teh untuk diminum dirinya dan Mommy-nya.

"Sulit, Mom." akhirnya Jongin berucap seraya kembali duduk di kursinya. Menunggu teh dalam poci porselennya jadi.

"Aku sudah berusaha, tapi, sulit." lanjutnya seraya menghela nafas.

Mommy tersenyum kecil. Ia maklum. Dulu ia juga seperti ini. Hal yang sama juga terjadi pada adik 10 menitnya, Niel. Namja cantik dengan bibir tebal sexy itu bahkan mating di usia yang sungguh belia, 16 tahun.

Bedanya, ia dan Niel mendapat pembekalan sudah dari jauh-jauh hari –mengingat keduanya Omega. Sementara Jongin hanya mendapatkan waktu satu bulan pasca ia dan Yixing menjadi sepasang kekasih. Putra paling manjanya itu di paksa mempersiapkan dirinya menghadapi bahtera rumah tangga yang rumitnya seperti benang kusut.

Tapi, mau bagaimana lagi? Clan Wu itu memang terkenal dengan adat istiadatnya yang sangat kental dan masih dipertahankan serta dijalankan. Maklum saja, mereka kan Clan dengan Keturunan Murni. Maka dari itu, tak heran kalau Jongin dan Yixing di paksa untuk segera mating dan menikah walaupun keduanya baru saja bertemu dan menjadi sepasang kekasih.

Ia sendiri yang juga dari Keturunan Murni pun juga merasakan hal yang demikian. Hanya saja, karena dirinya adalah seorang subdominan, kata 'harus' itu tidak begitu di tekankan. Karena yah, semua bergantung pada pihak Dominan.

Beda dengan Jongin, pihak Dominannya di sini adalah Yixing, Wu Yixing, putra mahkota Clan Wu. Seorang Keturunan Murni yang benar-benar sangat murni. Jelas saja kalau Jongin harus segera menikahinya, selain karena adat, Keturunan Murni itu biasanya akan menghasilkan Alpha yang sangat kuat ketika mereka masih sangat muda.

Tengok saja dirinya, ia melahirkan Joonmyeon saat usianya baru saja 17 tahun, -Siwon barely 16 tahun-. Dan lihat saja sendiri, Putra sulungnya itu bahkan bisa mengalahkan Appanya Kyungsoo saat Give Me Ritual. Padahal, Do-sshi itu masuk dalam 10 besar head alpha terkuat sekarang.

Makanya, tak heran kalau Jongin dan Yixing di haruskan untuk mating secepat mungkin sebelum pertengahan musim panas berakhir agar Jongin dan Yixing bisa Mating di saat Jongin dalam masa Heat-nya dan menghasilkan anak-anak yang kuat dan tangguh.

"Mommy, otteokhae?" Jongin tiba-tiba berucap setelah ia selesai menuangkan teh ke dalam dua buah cangkir porselain putih berukiran bunga-bunga halus yang ada di nampan. Kemudian memberikan satu cangkir kepada Mommy-nya, sementara yang satu untuk dirinya sendiri.

"Sudah, jangan dipikirkan terus." tangan Mommy terulur untuk mengusap lembut bahu Jongin. "Pikirkan saja hal-hal yang positive tentang semua ini."

"Seperti?" Jongin mengalihkan perhatiannya pada Mommy-nya. Wajah gelisahnya kini bercampur dengan wajah bingung.

Apanya yang positive tentang pernikah secepat ini?

Oke, banyak sih. Tapi... lebih banyak negativenya!

-Setidaknya, itu kata sisi Teenagers-nya Jongin.

Mommy terdiam. Suara geraman kecil terdengar seiring dengan kepalanya yang miring. Sebelum kemudian, senyum jahil muncul di bibirnya.

"Seperti... Yah kau tau lah. 'Mating'." Mommy berucap dengan nada jahil yang sukses membuat mata Jongin membesar.

Blush

Sontak, wajah Jongin, untuk entah yang keberapa kalinya hari ini, kembali merona padam.

"Mommy~! Apaan sih!" ujar Jongin seraya menggeliat tidak nyaman di tempat duduknya. Membuat Mommy-nya terkikik pelan.

"Tidak usah seperti itu. Mommy tau kok kalau kalian anak muda selalu tidak sabaran dan ingin langsung ke 'intinya' saja."

Blush

Wajah Jongin semakin merona padam.

"Mommy~! Jangan bekata begitu! Lagian Jongin tidak berfikiran seperti itu kok." Bantah Jongin masih menggeliat tidak nyaman di kursinya. Mommy menyeringai jahil.

"'Berfikiran seperti itu' yang seperti apa? Hayo~ Jongin sudah berfikiran yang tidak-tidak, ya?"

Skak mat!

Ugh... Mommynya ini memang bisa super jahil seperti ini.

"Mommy~"

"Ciye! Mukanya memerah tuh!"

"Mommy!"

.

.

.

.

.

Changsa Huanghua International Airport

"Mama!"

Tao mengalihkan perhatiannya dari smart phone yang ada di tangannya ke arah sumber suara itu berasal. Wajahnya yang tampak begitu bosan sontak langsung berubah cerah begitu ia melihat siapa gerangan yang baru saja memanggilnya.

"Xingxing!"

Seolah tertarik dengan panggilang yang sebenarnya memalukan itu, Yixing sontak mengeratkan backpack-nya yang hanya terpasang di bahu sebelah kanannya saja dan langsung berlari secepat kilat menuju Mamanya yang kini tengah merentangkan tangannya, bersiap untuk menerima terjangan putra sulungnya itu.

"Mama!" Yixing pun lantas memeluk erat namja yang sedikit lebih tinggi darinya itu. Wajahnya tenggelam di ceruk leher Mamanya yang masih benar-benar sangat cantik itu.

"Mama, Xingxing kangen." gumamnya seraya memeluk erat Mama-nya yang sudah hampir 6 bulan lamanya tidak ia temui.

Tao tersenyum kecil, sebelum kemudian turut mengeratkan pelukkannya.

"Mama juga kangen denganmu, My new star." ujar Tao seraya melepas pelukkannya. Ia pun tersenyum pada Yixing yang juga balas tersenyum padanya.

"Ehem... aku juga ada di sini, Xingie..." dari arah pilar di sebelah Tao, suara protes terdengar. Sontak saja, Yixing langsung mengalihkan perhatiannya.

"Ah, Papa. Apa kabar?" refleks, Yixing langsung menyapa Papanya. Tubuhnya membungkuk 90 derajat sebagai tanda hormat. Mengabaikan kenyataan bahwa beberapa detik yang lalu ia baru saja beradegan teletubies dengan Mamanya.

Yifan menghela nafasnya. Kedua tangannya yang sedari tadi ia silangkan di depan dadanya kini jatuh ke sisi-sisi tubuhnya. Sang Head Alpha Clan Wu itu pun menegakkan tubuhnya yang sedari tadi bersandar pada pilar dan menghampiri putranya yang masih saja membungkuk.

"Papa sudah bilang berapa kali, sih, Yixing? Tidak usah seformal itu pada Papa. Papa ini Papamu sendiri." Ujarnya dengan nada setengah frustrasi seperempat sedih dan seperempat yang lainnya kecewa.

Ugh... untuk pertama kalinya, Yifan berharap Yixing punya sifat membangkang dan kurang sopan seperti adiknya, Sehun –yang menurun dari Mama mereka. Yixing ini benar-benar copy-an sempurna sifat-sifatnya.

Yixing menegakkan tubuhnya, kemudian gumamkan kata 'maaf'. Sebelum kemudian ia di bawa kedalam pelukkan hangat dari sang Dragon of Wu itu.

"Papa kangen denganmu, kau tau? Sekolah saja di China." Ujarnya dengan nada mengeluh yang tersirat. Yixing tersenyum kecil.

"Bagaimana dengan Sehun?"

"Anak itu akan selalu mengikuti kemanapun Gegenya pergi layaknya anak ayam yang selalu membuntuti induknya." Yifan berucap seraya melepaskan pelukkannya pada putra mungilnya itu –Yixing sepertinya mendapat gen mungil ini dari Yifan (orang tua Yifan dua-duanya juga mungil tapi kakek dan neneknya tinggi). Yixing danTao terkikik geli.

"Kalau Shushen dengar, dia pasti akan ngambek padamu seminggu." Tao berucap di tengah-tengah tawa kecilnya.

"Dia tidak akan dengar, Tao. Anak itu sedang sibuk di hajar Luhan untuk sekedar menggubris apa yang sedang aku katakan." Ujar Yifan mengundang rasa penasaran Yixing.

"Dihajar? Maksudnya?"

"Mood swing. Mood swing Luhan benar-benar kacau. Hampir setiap hari Shushen kena damprat olehnya." Jelas Tao kembali tertawa ketika bayangan anak bungsunya di damprat habis-habisan oleh menantunya yang kini tengah hamil 2 minggu –kalau manusianya 2 bulan.

Yixing tertawa kecil membayangkan adik kesayangannya itu di hajar oleh sahabat karibnya. Bayangan muka Sehun yang merana karena Luhan terus menerus mendampratnya tanpa sebab benar-benar lucu!

Ah... apa nanti kalau Jongin hamil, ia akan bernasib sama dengan Sehun?

Blush

Eh... kok kepikiran ke sana sih?!

Pipi putih pucat Yixing pun dengan cepat dihiasi semburat kemerahan. Wajahnya yang semula tenang kini tampak panik, seperti maling tertangkap basah.

Yifan dan Tao yang melihat putra sulung mereka seperti itu saling berpandangan, sebelum kemudian terkikik geli sendiri.

Aigo... sepertinya bukan cuma Jongin yang masih malu-malu dalam hal ini. Putra sulung mereka juga ternyata tak ada bedanya.

Ckckck... aigoo...

.

.

.

Mentari baru saja kembali keperaduannya beberapa menit yang lalu. Meninggalkan suasana gelap di langit malam yang masih berwarna kemerahan.

Di saat itulah, Jongin dan Choi family sampai di kediaman pribadi Wu Yifan. Sebuah rumah besar bergaya victorian yang tampak begitu elegan dan menawan di terangi cahaya lampu-lampu. Membuat Jongin yang sebenarnya sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini –ayolah, rumahnya bergaya sama dengan rumah ini- terpukau karenanya.

"Selamat datang di rumah keluarga Wu Yifan. Mari saya antar menuju ruang tengah." Seorang butler yang sepertinya adalah kepala semua butler di kediaman itu. Siwon, sebagai pemimpin rombongan mengangguk.

Kemudian rombongan itu pun mulai memasuki rumah pribadi Wu Yifan itu. Sementara barang-barang mereka di baw oleh butler lain ke kamar masing-masing.

Setelah berjalan beberapa menit perjalanan melewati lorong-lorong, akhirnya mereka sampai di depan pintu ruang tengah rumah besar itu. Sang butler yang memimpin mereka pun membukakan pintunya dan mereka pun masuk.

"Ah, Siwon-hyung." Yifan yang sedari tadi tengah berbincang dengan Luhan –yang akhirnya diam setelah di berikan martabak selai kacang hijau dengan keju- berucap seraya bangkit dari tempat duduknya. Namja tinggi semampai itu membungkuk hormat pada seniornya itu.

Siwon tersenyum, kemudian turut membungkukkan badannya homat.

"Halo, Yifan. apa kabarmu?" tanya Siwon seranya berjalan menuju tempat di mana Yifan dan keluarganya kini tengah berdiri. Anggota keluarga Choi yang lain mengikuti di Jongin.

Tapi, belum sempat namja itu berjalan satu langkah, tiba-tiba Namja itu di peluk seseorang dari belakang. Membuat Jongin tersentak kaget dan hampir berteriak.

Benar-benar hampir berteriak jika ia tidak sadar ia kini ada di mana.

"Gege, kau membuatku terkejut." Jongin berucap seraya menghela nafasnya dan menyandarkan tubuh lelahnya pada tubuh Yixing yang kini tengah memeluknya dari belakang.

"Maaf, aku terlalu merindukanmu." Yixing berucap seraya menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Jongin. Membuat namja yang lebih tinggi darinya itu menggeram kecil.

"Kita baru saja berpisah beberapa jam dan kau sudah merindukanku? Berlebihan." Jongin berucap seraya menggenggam kedua tangan Yixing yang kini melingkari perutnya.

"Habisnya..."

"CKckckck, kalian berdua ini. Bersabarlah! Di ruangan ini banyak orang." Ujar Taemin –yang masih saja sewot akan kemesraan Yin. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Sukses membuat penghuni ruangan itu tertawa kecil.

"Ya ampun, Taemin. Mommy tau kau iri. Tapi tida seperti itu juga, kan?" Mommy berucap di tengah-tengah tawa kecilnya. Sementara Taemin merespon dengan mempoutkan bibir sexy-nya.

"Habisnya, aku 'kan jadi kangen Naeun." Gumam Taemin masih dengan bibir terpoutkan. Sehingga suaranya menjadi tidak jelas dan itu membuat seisi ruangan kembali tergelak.

"Aigo... lucunya!" Tao, yang sepertinya tidak tahan dengan hal-hal lucu, langsung mencubit pipi Taemin dengan gemas. Membuat Taemin menggeram kesal dan semakin mempoutkan bibirnya.

"Aigo... anak-anakmu benar-benar manis semuanya, Hyung. Aku jadi iri. Anak-anakku tidak ada manis-manisnya." Ungkap Tao tiba-tiba seraya mempoutkan bibirnya. Mommy –ah, Heechul- tertawa kecil.

"Mungkin sudah dasarnya begitu. Lagi pula, kalau anak-anakmu selucu dan semanis Mamanya, Yifan bisa kehilangan jati dirinya sendiri." Heechul berucap masih dengan wajah geli.

Yifan menaikan sebelah alisnya. Mendelik pada Hyung yang lebih tua darinya dan Siwon itu.

"Maksudnya?"

"Kau 'kan selalu luluh dengan keimutan Tao dan rela melakukan apapun untuknya. Bahkan melakukan hal paling aneh pun kau ladeni. Bagaimana jadinya kalau ada 3 Tao di dunia ini?" penjelasan itu bukan datang dari Heechul melainkan Siwon. Yifan pasang muka datar kesalnya.

Dan seluruh ruangan pun kini di penuhi tawa. Bahkan Yixing dan Jongin yang masih asik berpelukkan di dekat pintu.

.

.

.

Setelah makan malam selesai, Sehun pamit mengantar Luhan –yang bisa-bisanya tertidur ditengah-tengah makannya- ke ruangan mereka. Sementara Taemin dan Sungjong pamit ingin membereskan barang-barang mereka. Membuat kini, hanya ada Yixing, Jongin dan kedua orang tua mereka di ruang tengah.

"Jadi, kita mulai dari mana?" tanya Heecul seraya menyesap teh yang baru saja di tuangkan oleh putra manjanya. Hmmm... Heechul seharusnya mengajarkan hal ini lebih cepat pada Jongin. Anak ini dan kembarannya yang lain benar-benar memiliki keterampilan yang hebat dalam soal membuat teh seenak ini.

"Seperti yang kalian tau, Yixing sudah melaksanakan Single Ritual sejak beberapa minggu yang lalu." Yifan memulai membuka penjelasannya. "Maka dari itu, dalam kurun satu minggu ini, mereka hanya akan melakukan 10 Ritual yang tersisa." Lanjutnya kemudian menyesap tehnya.

Jongin, yang kini duduk di sofa di samping sofa tempat Yixing duduk, menaikan sebelah alisnya. Lalu menoleh ke arah Yixing yang sepertinya sedang asik dengan sesuatu di dalam ponselnya.

"Maksudnya Single Ritual itu apa?" Jongin mengungkapkan kebingungannya. Membuat Yifan, Tao, Siwon dan Heechul menatapnya dengan aneh.

Tapi, tak lama setelahnya, Tao tersenyum. Kemudian meletakkan cangkir tehnya.

"Sepertinya, kau tidak mendengarkan apapun yang di ceritakan oleh para tetua waktu kau mendapat Pengarahan, ya?" tebak Tao membuat Jongin tersentak dan sontak menundukkan kepalanya. Malu.

Kembali, Tao terkikik geli.

"Tak masalah." Namja cantik itu tersenyum ke arah Jongin. "Aku juga sama saja. Mereka bicara dengan bahasa yang sulit di mengerti." ungkapnya seraya bersender pada sofa. Sementara itu, Yifan, Heechul dan Siwon menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ckckckc... ada-ada saja.

"Kau sudah lihat daftar yang kami kirimkan, bukan?" Jongin tersentak sedikit ketika Tao tiba-tiba kembali bicara, tetapi ia mengangguk.

"20 dari 30 Ritual yang ada di sana adalah Single Ritual, yang mana hanya di jalankan oleh Yixing, Keturunan Murni Clan Wu. Sisanya adalah The Ritual, atau simple-nya Ritual Inti. Di mana kalian berdua akan melakukan serangkaian ritual yang akan mengikat kalian berdua." Jelas Tao panjang lebar. Jongin mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tapi, karena kau dan semua kembaranmu menggunakan Chain Segel, kami harus menambah satu Ritual lagi." Ujar Yifan menambahkan. Membuat Jongin menaikan sebelah alisnya.

"Pemutusan rantai segelmu dengan kembaranmu."

"Eh?" Jongin tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Memutus rantai segel? Jangan bilang –

"Bukan. Kami tidak akan memutus rantai batin kalian." Ujar Tao buru-buru menambahkan. "Kami hanya akan memutus rantai domino yang membuat segel kalian terbuka jika kembaran kalian membuka segelnya. Tidak lebih dari itu."

"Bukannya sama saja?" Jongin berucap dengan pandangan wajah panik.

Setaunya, ketika rantai segel mereka di putus. Otomatis rantai batin mereka juga akan terputus. Soalnya, jenis segel mereka ini adalah segel paling kuat yang pernah ada. Segel ini tidak hanya menyegel kekuatan mereka, tapi juga rantai batin mereka. Membuat mereka aman sekaligus semakin kuat ikatan batinnya.

Dengan kata lain, memutus rantai segel sama dengan memutus rantai batinnya dengan Taemin, Sungjong dan Niel. Sungguh, itu adalah hal terakhir yang ingin Jongin lakukan di dunia ini.

Tao dan Yifan saling berpandangan, sebelum kemudian tersenyum maklum.

"Kau tidak perlu khawatir, Jongin." Tao berucap dengan nada halus khas seorang Ibu. "Clan Wu punya cara untuk memutus rantai itu, mengingat dasar Chain Segel adalah Shio Segel. Segel khusus milik Clan Wu yang hanya di pakai oleh Keturunan Murni." Jelasnya seraya menunjukkan pergelangan tangan kanannya yang kini menunjukkan gelang segel yang penampilannya hampir mirip dengan miliknya.

"Jadi tidak akan apa-apa?" sekalipun sudah mendengar penjelasan itu, Jongin masih ragu. Dan hal itu benar-benar dimaklumi oleh Yifan dan Tao.

"Ya. Kau tidak perlu khawatir. Kami hanya tidak ingin ketika kau harus membuka segelmu dalam satu Ritual, segel saudara-saudaramu ikut terbuka. Bukannya ingin memutus rantai persaudaraan kalian. Jadi, tenang saja." Penjelasan Tao barusan berhasil membuat Jongin menghela nafasnya lega. Sementara kedua orang tuanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ya ampun, sepertinya pengetahuan Jongin tentang segel dan Ritual benar-benar 0.

"Baiklah. Malam ini, kita akan melakukan ritual pertama." Ucap Yifan mengembalikan topik pembicaraan mereka. Matanya yang begitu gelap menatap Yixing –yang sudah kembali berkonsentrasi- dan Jongin yang duduk di dua sofa berbeda di ujung meja persegi panjang itu.

"Eh? Sekarang?" Jongin tersentak kaget –entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Secepat ini kah? Ia masih sangat lelah setelah perjalanan jauh dari Korea Selatan ke China yang dilanjutkan perjalanan lagi dari Beijing ke Changsa.

"Ya. Ini karena waktu kalian hanya 1 minggu dan kita masih punya 11 Ritual yang harus dilaksanakan." Jelas Yifan.

Jongin memiringkan kepalanya, "Ritual apa?"

"High Wall Ritual."

Mendengar nama itu, sontak Yixing membelalakkan matanya. Sementara Jongin... sepertinya namja manis itu tidak tau apa yang dimaksud calon-Papa-mertuanya itu.

"P-Pa? Masa harus pakai High Wall Ritual?! Sehun –"

"Yixing-ah, kau adalah Putra Mahkota. Kau harus benar-benar memiliki ikatan batin sangat kuat dengan Jongin. Kau harus menjalankan ritual ini." Siwon mengingatkan Yixing. Ia tau kalau Yixing pasti mengerti dengan jelas maksud ritual ini mengingat bagaimana reaksinya.

Sementara wajah Yixing berubah menjadi sedih, Jongin masih terjebak dalam kebingungannya.

Ah... kalau jadinya begini, ia akan belajar lebih banyak soal semua ritual ini.

Menyadari bahwa Putra nomor 4-nya itu tengah kebingungan, Heechul membuka suara.

"High Wall Ritual (Ritual Tembok Tinggi) adalah ritual yang bertujuan untuk memperkuat ikatan antara sepasang mate sekaligus mengajarkan mereka betapa pentingnya untuk selalu melakukan komunikasi antara satu sama lain. Selain itu, Ritula ini juga mengajarkan pentingnya untuk bersabar, setia dan tetap berfikiran baik tentang pasangan masing-masing. Ritual ini dilaksanakan dengan memisahkan sepasang mate dengan tembok atau pembatas lainnya. Selama ritual ini berlangsung, Pasangan mate tidak boleh bertatapan secara langsung dan kontak fisik." Jelas Heechul. Jongin ber'oh' ria.

Eh, sebentar.

Tidak boleh bertemu secara langsung dan tidak ada kontak fisik?!

What the?!

Sontak, wajah Jongin pun langsung berubah menjadi ekspresi terkejut yang amat sangat. Mata besarnya membulat dengan sempurna.

"M-Mommy... tadi itu becan –"

"Tidak, Jongin. Kami serius dengan semua ini." Tao memotong perkataan Jongin. Kemudian namja itu bertepuk tangan, mengisyaratkan para Maid yang sudah ia suruh tadi memasuki ruangan dengan membawa sebuah tirai besar yang menggantung di 3 buah palang berbentuk persegi panjang tanpa sisi bagian bawah.

Para maid itu pun meletakkan tirai tinggi besar itu di celah antara sofa yang di duduki Jongin dan Yixing. Membuat keduanya yang sedang saling berpandangan terhalang.

Mengabaikan perasaan bersalah ketika ia melihat ekspresi terluka di wajah dua anak remaja itu, Yifan bangkit dari duduknya. Tangannya yang sebelumnya putih bersih kini penuh dengan tulisan-tulisan aneh yang kemarin dituliskan di tangannya oleh Para Tetua.

"Ini hanya akan berjalan selama 3 hari. Setelahnya, kalian akan saling bertemu tatap lagi di Unlock Ritual. Selama itu, bersabarlah." Ujarnya dengan nada bijaksana khas miliknya. Setengah terpaksa, Yixing dan Jongin menganggukkan kepalanya.

Yifan tersenyum kecil, sedikit puas.

"Sekarang, Yixing, berikan Papa tangan kananmu." Yixing mengulurkan tangan kanannya ke arah tangan kanan Yifan. "Sekarang, Jongin, berikan tangan kirimu." Sedikit ragu, Jongin mengulurkan tangan kirinya ke arah tangan kiri Yifan.

"Papa akan memulai Ritual ini. Tahan sedikit." Walaupun tidak mengerti, Jongin menganggukkan kepalanya.

Tiba-tiba saja, tepat ketika Yifan menutup matanya, rasa panas menjalar dari tangan kiri Jongin dan tangan kanan Yixing. Jongin menggeretakkan giginya, mencoba menahan rasa panas yang menyakitkan itu.

Jongin membelalakkan matanya ketika ia dapat merasakan bahwa segelnya terbuka. Refleks, Jongin berusaha melepaskan dirinya. Tapi sayang, cengkraman tangan Yifan terlalu kuat.

"P-Papa..."

"Tenang saja, Jongin. Yifan sekarang sedang menanamkan segel High Wall Ritual di tanganmu. Segel itu yang akan mencegahmu untuk melanggar Ritual ini." Ucap Siwon dengan nada yang sedikit bergetar. Ayolah, ia hanya seorang Daddy yang benar-benar tidak bisa melihat anak-anaknya dalam kesakitan.

"T-Tapi... segel yang lain..."

"Segel mereka tidak akan terbuka. Sekarang kau tenang saja, Oke?" Siwon –yang sekarang merasa di desak perasaannya untuk menyelamatkan putranya dari rasa sakit- berucap berusaha menenangkan putranya. Jongin, masih menahan rasa sakit, menganggukkan kepalanya.

Menit-menit menyakitkan yang berlalu bagaikan hitungan bulan bagi Jongin, akhirnya selesai. Kini di bawah tanda gelang segelnya, tepatnya di atas tanda kekuatannya, sebuah tanda aneh muncul.

"Itu tanda High Wall Ritual. Tanda itu hanya akan bertahan 3 hari. Selama tanda itu masih ada, kalian akan dibuat lemas jika berusaha melanggar peraturan High Wall Ritual." Yifan menjelaskan seraya melepaskan kedua tangan anak-anaknya itu.

"Soal peraturan High Wall Ritual yang lain selain yang tadi adalah, kalian tidak boleh makan dalam satu ruangan yang sama, tidak boleh berpapasan di jalan, tidak boleh berfikiran negative tentang pasangan kalian dan kalian harus berbicara pada satu sama lain setiap harinya. Baik langsung atau telepati." Jelas Yifan setelah ia menghela nafas panjang.

Huft... memberikan tanda memang benar-benar menguras tenaga.

Jongin terdiam, begitu pula Yixing. Keduanya berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi pada mereka berdua.

Tidak boleh bertemu langsung tapi harus terus menjalin kontak dan terus percaya akan satu sama lain. Kira-kira itulah inti dari Ritual ini. Oke, Jongin rasa ini cukup mudah –cukup sulit sebenarnya. Mereka hanya tidak akan bisa bertemu pandang dan selalu terpisahkan oleh sesuatu, tapi tetap bisa berkomunikasi.

Mungkin bagi Jongin itu mudah, tapi untuk Yixing...

Astaga... sepertinya ini akan jadi 3 hari yang sangaaaaaaaaat panjang untuknya yang haus akan skinship dengan Jongin.

.

.

.

"Apa tidak apa-apa melakukan High Wall secepat ini pada mereka?" Tao bertanya setelah ia mengunci pintu kamar pribadinya dengan Yifan. Ia baru saja kembali dari kamar Yixing yang galau karena ia tidak akan bisa melakukan kontak fisik apapun dengan Jongin selama 3 hari ini.

Yifan mengangkat kepalanya dari buku yang tengah ia baca dan memandang istrinya yang juga balik memandangnya dengan tatapan kau-jahat-sekali-Wu-Yifan dari balik kaca mata bacanya.

Namja tinggi semampai itu menghela nafasnya, kemudian menutup bukunya seraya melepas kaca matanya. Kemudian, ia pun meletakkan buku itu di atas meja nakas di samping kanan tempat tidurnya.

"Tao," ia memulai. "Kita sudah bicara soal ini, kan?"

"Aku tau." Namja cantik Keturunan Murni itu berucap dengan nada setengah putus asa.

"Tapi, aku tidak tau kalau semuanya akan secepat ini. Ini... terlalu cepat." Ujarnya seraya duduk di atas king size bed-nya tepat di samping Yifan.

"Aku tau kalau keduanya memang wajib melakukan ini. Tapi, menurutku, apa tidak bisa kita lakukan ini di akhir saja? Aku rasa ini terlalu menyiksa buat mereka." Tao melanjutkan kalimatnya seraya menyenderkan tubuhnya di bahu Yifan yang kini tengah merangkul istrinya tercinta itu.

Yifan terdiam, memikirkan perkataan istrinya itu. Seraya tangannya mengelus-elus lengan atas Tao. Mencoba menenangkannya.

Sebenarnya, kalau boleh jujur, ia cukup tidak suka dengan semua ini. Ia tau kalau Yixing masih benar-benar tidak bisa pisah dengan Jongin, begitu pula sebaliknya –ia rasa. Tapi, apa mau di kata. Ini sudah di agendakan oleh para tetua sialan itu -yang sialnya lagi, Yifan tidak bisa lawan kehendaknya.

"Ini sudah diagendakan." Ucap Yifan seraya menidurkan Tao di kasur, sementara dirinya sendiri memposisikan tubuhnya di atas Tao. "Kita tidak bisa melawan." Lanjutnya seraya mulai melepas kancing baju Tao satu per satu.

"Lagi pula, ini demi kebaikan mereka juga." Yifan kembali menambahkan setelah ia berhasil melepas seluruh kancing piama Tao. Menampilkan tubuh berkulit tan menggoda milik istrinya itu.

Tao menghela nafas. Apa yang ia katakan tadi memang benar. Tapi tetap saja. Baginya, para tetua itu memang benar-benar haus akan keturunan yang lebih kuat dan lebih hebat. Mereka benar-benar tidak mau melewatkan kesempatan mendapatkan gabungan dari Alpha Subdominant Red Moon dan Alpha Dominant Black Moon muda yang masih baru di mabuk cinta.

Benar-benar.

"Mghhh..." pikiran Tao tiba-tiba buyar ketika ia merasakan kepala Yifan terbenam di antara ceruk lehernya. Sementar tangan jahilnya menggerilya di sekitar dadanya.

"Yifan..." nama itu di sebutkan di tengah desahan erotis yang mulai keluar dari bibir mungil seksi milik Tao. Kedua tangannya perlahan bergerak, mengalung di leher jenjang Yifan.

Merasa namanya di panggil, Yifan pun mengangkat kepalanya. Membuat wajah keduanya saling berpandangan. Dan seolah tertarik grafitasi, bibir mereka pun saling bertemu.

Ciuman itu awalnya biasa saja. Tapi, seiring dengan memanasnya suhu tubuh mereka dan tangan Yifan yang semakin kebawah, ciuman itu semakin bertambah panas. Lidah keluar untuk ikut bermain. Gigi saling membentur. Suara kecipakan terdengar menemani desahan tertahan sang nyonya Wu.

"Nhhhhnnn..." desahan itu semakin membuat Yifan bersemangat. Tangannya semakin turun. Yang awalnya mengusap-usap perut datar Tao, mulai turun ke celana tidurnya.

Perlahan, ditariknya ujung celana piyama itu. Kemudian perlahan-lahan diturunkan. Setelah sampai di pertengahan paha Tao –atau sekiranya begitu, Yifan tidak bisa melihatnya karena sibuk dengan bibir manis Tao- ia berhenti menurunkannya dan kembali naik. Menuju penis Tao yang mulai menegak.

"Nhhhnhnn... mgghhhhh... aghmmmm... Yifanmmmm!" desahan tak karuan mulai terdengar dari bibir Tao. Menyuarakan sensasi kenikmatan berlipat yang diberikan Yifan. Tidak hanya di bibirnya, tapi, juga di dadanya –tangan Yifan yang satu lagi kini tengah bermain-main di nipple Tao- dan di bawah sana.

Puas –ah tidak- merasa cukup bermain dengan bibir Tao –yang berhasil ia buat membengkak dalam hitungan beberapa menit- Yifan menarik dirinya. Menciptakan benang salivah yang menghubungkan tepi bibirnya dengan tepi bibi Tao. Sebuah benang yang menggambarkan betapa panasnya ciuman mereka.

Kerja bibir Yifan tidak hanya sampai di sana, namja tinggi semampai itu kembali melanjutkan perjalanannya ke arah leher Tao. Mengecup, menjilat, menggigit. Semua itu di lakukan Yifan berulang kali di leher Tao. Menciptakan bercak-bercak merah keunguan di atas Mating Mark Yifan yang sekalipun sudah lama sekali ia 'tempelkan' tapi masih begitu jelas kentara.

Melihatnya, Yifan menyeringai. Di jilatnya tanda itu, membuat Tao mendesah keras. Mendapatkan reaksi yang diinginkan, Yifan pun meneruskan kerjanya. Menjilati tanda kepemilikan itu. Membuat desahan Tao naik beberapa oktaf.

Cukup dengan bagian leher Tao, Yifan beranjak ke dada Tao. Di perjalanannya, ia masih tak henti memberikan tanda kiss mark dan bite mark.

Sampai di nipple Tao, yang kini sudah menegang dengan menantang, Yifan menyeringai. Di lahapnya nipple itu seperti bayi yang kehausan. Membuat desahan Tao semakin menjadi-jadi.

"Ngghhh... gege... argh! Ah!" sekarang, Tao tak hanya mendesah, tetapi juga menggeliat. Sekalipun sudah bertahun-tahun lamanya melakukan ini, Tao masih merasa semua ini terlalu memabukkan untuknya. Terlalu nikmat. Sampai rasanya tidak tahan dan ingin meledak. Padahal yang dilkukan Yifan hanyalah menggoda tubuhnya dengan belaian-belaian lembut dan mulut bertalentanya.

Ah... mungkin karena semua ini di lakukan dengan dasar cinta yang memang membuat mabuk kepayang.

Malam itu, di kamar utama Wu Mansion yang kedap suara, di penuhi dengan desahan-desahan kenikmatan penuh cinta penguninya.

To Be Continue

Haloo, gue Abang Rey (Atau kalau ada yang mau manggil Rey-Oppa juga gak masalah #tebar senyum)

(Hana: #Muntah#terus pingsan)

Halo readers. Sebelumnya perkenalkan, pen name gue reYHan. Gue anak dari kakaknya istrinya anak omnya Hana #lo ngomong apaan sih?# Intinya, gue saudaraan jauh banget ama Hana. Jelas, fix.

Gue yang bakal bertugas sekitar 85% dari sequel ini. Kenapa gak 100% aja? Pertanyaan bagus. Ini karena cerita ini kan punyanya Hana, gue gak mungkin gitu aja bikin fic ini tapi gak nyambung sama cerita sebelumnya. Kalau kayak gitu 'kan bukan sequel namanya.

Kerjanya dia adalah nambah-nambahin penjelasan dan ngedit –tapi kayaknya dia bakal ngelewat bagian mesumnya. So sorry kalau gak ke edit bagian ntu #gue males ngedit so sorry juga #dilempar bakiak.

Sebenarnya, gue juga ambil bagian dari main fic-nya (XOXO drama KaiLay ver), tapi Cuma dikiiiiiiiiiiiit banget. Kalau banyak, bah... bakal keliatan banget dah. #karena pasti ada beberapa adegan yadong.

Oh ya, sorry banget karena mutus ntu adegan TaoRis di ranjang. Sorry. Tiba-tiba mati listrik. Jadinya gue kehilangan semua inspirasi yadong gue #yang sama sekali gak ada hubungannya 'N gak akan mungkin terjadi karena gue 100% yadongers.

(Hana: (ember bocor) sebenarnya abang Rey galau karena gagal naik sampai di Mahameru dan cuma sampe pos 3. Itu juga yang menyebabkan fic ini rada telat dan rada ngaco)

Yah... pokonya kayak gitu lah. Oh ya, mulai detik ini, gue bakal jadi co-author ni akun #self proclamation #ntar gue ganti nama acc-nya #dihajar hana #tepar #idup lagi. Jadinya, jangan kaget kalau gue updet fic-fic yadong gue di sini.

Dan buat lo-lo yang kenal ama Hana secara real, sorry, gue bukannya bela tapi, ntu anak polos yang kelewatan banget kagak berhubungan dengan dunia yadongers kayak gue –yaoi biasa sih iya. Makanya, fic ini di serahkan ke gue. Karena yah... sequel ini dasar sebenarnya murniiiii banget, tapi karena tercampur dengan ide gue –yang selalu full dengan yadong- jadinya yah begini.

Udah cukup ya gue basa basi. Ni fic jadi kepanjangan deh.

Eh ya, ngomong-ngomong soal panjang (?) ni fic masih kurang panjang kagak? Kalo kurang, gue panjangin lagi. Resikonya, chapnya jadi berkurang. Tapi, semua terserah reader semua. Gue mah nurut aja ma kalian. Mau di jadiin one shoot yang panjangnya 20+ juga gue mah hayo aja #karena setelah gue itung-itung, fic ini rata-rata panjangnya 5-7+ so kalo di kali 4 chap lagi sekitar 20+

Oke dah, sampe di sini ocehan gak jelas dari author paling yadong ini. Thanks udah mau baca.

C U Nex taim

reYHan with Hana