Life Story

By

Han

Do Kyungsoo, Kim Jongin, Park Chanyeol, Byun Baekhyun, and other..

Friendship, Romance, Hurt/Comfort, Family.

Genderswitch/GS!

.

.

Chapter 3 : We..

.

.

Kyungsoo menghela nafas panjang, ia menatap kaca jendela yang ada di hadapannya. Di sampingnya seorang pria bertelinga lebar—Park Chanyeol—sedang menyetir dengan senyuman yang tak kunjung luntur. Pria itu baru saja mengatakan pada Kyungsoo tentang bagaimana ia bisa berada ditempat yang sama dengan Kyungsoo. Dan alasan inilah yang membuat Kyungsoo jadi satu mobil dengan Chanyeol.

Ya, Chanyeol adalah keponakan Kim Jongdae. Dan ia berada disana sebenarnya tidaklah sering. Jadi, Chanyeol bisa dibilang tidak bekerja di klub malam itu. Ia hanya sekedar—iseng—membantu Jongdae. Karena kadang pegawainya tidak masuk dan Chanyeol-lah yang menggantikannya, seperti hari ini mungkin.

"Aish, pantas saja aku seperti pernah melihatmu," geram Kyungsoo. Chanyeol terkekeh.

"Lalu kenapa memangnya?"

Kyungsoo memutar bola matanya malas. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain, jika saja Chanyeol tidak muncul, pasti ia akan pulang diantar Minseok bukan Chanyeol. Yep, Kyungsoo selalu menghidari Chanyeol, 'kan?

"Kyungsoo," panggil Chanyeol.

"Apa?" jawab Kyungsoo tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Kenapa kau bekerja disana?"

Kyungsoo terdiam. Perlahan genggaman tangannya pada self-belt mengerat. Chanyeol melihat itu. "Tidak alasan yang perlu kau ketahui, Chanyeol."

"Kau masih tidak menganggapku temanmu?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena aku tidak membutuhkanmu,"

"Tentu kau membutuhkan teman, Kyung."

Kyungsoo melepar tatapannya pada Chanyeol. Matanya berkilat marah, ia membuka self-belt, membuat Chanyeol membulatkan matanya panik. "Apa yang kau lakukan?"

"Berhenti disini." tegas ucapan Kyungsoo menyadari bahwa Kyungsoo amat-sangat tersinggung dengan apa yang tadi Chanyeol ucapkan.

"Tidak akan, Kyung."

"Aku akan loncat,"

Kyungsoo memang tidak pernah main-main dengan apa yang ia ucapkan. Tangan Kyungsoo bergerak memegang handel pintu untuk membuka, Chanyeol reflek memutar stir hingga mobil yang mereka naiki oleng dan terdengar decitan ban mobil yang dipaksa berhenti. Kyungsoo yang sudah melepaskan self-belt merasakan tubuhnya terguncang dan tersungkur ke depan. Ia merasakan kepalanya terbentur sesuatu, hingga mobil berhenti dan Chanyeol memegang lengan Kyungsoo.

Kyungsoo tidak apa, ia mendongak dan melihat Chanyeol yang terlihat sangat marah. "Kenapa kau ingin melakukan itu, hah?! Kau gila!?" teriaknya di wajah Kyungsoo.

Dengan kasar Kyungsoo menepis tangan Chanyeol. Ia menegakkan tubuhnya, lalu memandang keluar jendela. Tubuhnya tiba-tiba menegang, sesuatu yang ada didalam hatinya menyeruak. Menyesakkan hingga rasanya hati Kyungsoo mau meledak. Matanya terasa panas, ia yakin sebentar lagi airmatanya akan meluncur. Namun, ia tidak ingin menunjukkan sisi lemahnya pada siapapun, termasuk Chanyeol.

"Berhentilah menyuruhku untuk berteman, Chanyeol. Aku tahu kau pria yang baik, kau begitu perhatian dengan siapapun. Tapi.. inilah hidupku, berhenti mengurusi hidupku." Kyungsoo berujar dengan lirih.

Chanyeol mengepalkan kedua tangannya. Ia kemudian menarik kembali lengan Kyungsoo, membuat Kyungsoo berakhir dengan menatapnya. Chanyeol tersentak ketika melihat kedua mata Kyungsoo sudah mengeluarkan begitu banyak cairan bening yang begitu menyesakkan. Tangan Chanyeol bergerak menyentuh pipi Kyungsoo, dihapusnya aliran airmata yang masih saja turun itu dengan ibu jarinya.

"Maafkan aku.." bisik Chanyeol. Kyungsoo masih diam, ia pernah merasakan hal ini. Iya, dulu—

—dulu sekali.

"Tapi yang harus kau tahu dan kau ingat. Aku akan selalu ada untukmu,"

Kyungsoo menatap sepasang manik yang seperti anak kucing itu dalam. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini, namun ia merasakan hatinya menghangat. Ini pertama kalinya sejak ia meninggalkan rumah—rumahnya yang dulu—ia merasa... tidak sendirian.

"Terimakasih,"

.

.

"Kau tahu kalau besok libur?"

"Eh?"

"Besok tanggal merah, karena ada perayaan hari anak. Kau tidak tahu?"

"Tidak,"

Chanyeol menarik kedua sudut bibirnya, dengan menyesap kopi yang sudah agak menghangat buatan Kyungsoo. Ia melihat Kyungsoo yang sedang sibuk merapihkan pakaiannya. Tadi Kyungsoo berniat ingin membantu, namun Kyungsoo menolaknya. Oh ya, Chanyeol akan menginap dirumah Kyungsoo. Ya, Kyungsoo tidak tega menyuruh Chanyeol pulang dengan menyetir mobil dengan keadaan lelah dan mengantuk.

"Kau tahu? Aku pasti tidak akan bisa tidur setelah ini,"

"Aku tahu,"

Kyungsoo menoleh ke arah Chanyeol saat melihat pergerakan pria itu. Tiba-tiba saja pria itu bangkit dari sofa dan bergerak menuju dapur, oh, mungkin meletakkan gelas yang tadi dipakainya.

"Oh ya, maaf, kau tidur disofa ya. Aku akan istirahat," ujar Kyungsoo, ia menyerahkan selimut dan juga bantal pada Chanyeol. Chanyeol tersenyum maklum.

"Tidak apa, aku tahu keadaanmu."

"Terimakasih, sangat menyindir sekali."

"Ups, sori."

"Ngg, Chanyeol.." Chanyeol menoleh ke belakang. "Sebenarnya aku ingin bertanya, apa benar kau dan Baekhyun itu pernah berpacaran?" tanyanya agak pelan.

Chanyeol terdiam, namun tiba-tiba ia tersenyum. "Kau ingin mendengar ceritaku? Tapi pasti akan menyita waktu istirahatmu,"

"Oh tidak kalau begitu. Lain kali saja," Kyungsoo langsung menutup pintu kamarnya, Chanyeol memandang pintu berwarna cokelat itu sendu.

Baekhyun ya?—batin Chanyeol.

.

Life Story

.

Chanyeol mengerjapkan matanya beberapa kali. Sinar matahari mengganggu kelopak matanya. Hidung Chanyeol bergerak, ia mencium aroma harum yang sangat enak. Chanyeol bangkit dari tidurnya, merenggangkan otot punggung dan lengannya. Tidur di sofa memang tidak enak, pikirnya. Chanyeol menyandarkan punggungnya pada kepala sofa, terdengar suara dari dapur. Chanyeol tiba-tiba tersenyum sumringah. Ah dia ingat ternyata kalau semalam ia menginap dirumah Kyungsoo. Buru-buru Chanyeol menuju dapur, saat sampai disana ia hampir tersandung kakinya sendiri karena berlari.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Kyungsoo, ia menoleh pada Chanyeol yang sedang berpegangan pada tembok. Ia melihat cengiran khas Chanyeol, membuatnya sedikit menaikkan sudut bibirnya.

"Kau sedang memasak?"

"Bukan aku sedang mencuci,"

Chanyeol tertawa, ia mendekat ke arah Kyungsoo. "Masak apa?"

"Nasi goreng kimchi,"

"Wuah, pasti enak."

"Tentu. Ngomong-ngomong kau mandi dulu sana, setelah selesai makanan akan siap."

"Ay ay kapten!"

Kyungsoo tersenyum saat melihat Chanyeol begitu antusias, rasanya menyenangkan sekali. Ini kedua kalinya ada orang yang menginap dirumah Kyungsoo dan semuanya.. laki-laki. Kyungsoo menghela nafas. Ia jadi teringat Jongin. Teringat bagaimana sikapnya pada Kyungsoo, ia jadi kesal sendiri kalau mengingat itu. Dasar Kim Jongin tidak tahu terimakasih. Tiba-tiba Kyungsoo merasakan perih dari ujung jari telunjuknya. Cairan merah langsung menyeruak keluar dari kulit Kyungsoo yang tergores pisau.

"Sial! Ini semua gara-gara Kim Jongin!"

Dengan gerakan cepat, Kyungsoo menaruh jari telunjuknya pada permukaan wastafel. Dengan air kran yang mengalir Kyungsoo memejamkan matanya. Rasanya perih sekali, meskipun kenyataannya luka goresan ini bukan pertama kali ia dapatkan.

"Oh Ya Tuhan! Apa yang terjadi pada jarimu Kyung?"

Kyungsoo mengedipkan kedua matanya beberapa kali saat melihat Chanyeol sudah ada disampingnya. Entah sejak kapan Chanyeol sudah memegang jarinya, menekan darah agar keluar. Kyungsoo meringis pelan.

"Dimana kotak P3K?"

"Disana," Kyungsoo menunjuk lemari kecil yang ada didekat kulkas. Chanyeol langsung saja kesana dan mengambilkan kotak tersebut.

Chanyeol menyiramkan sedikit alkohol pada luka Kyungsoo, tak lupa juga obat merah, kemudian diperbannya jari Kyungsoo dengan kain kasa. Kyungsoo tersenyum kecil.

"Ini hanya tergores, Chanyeol."

"Meskipun begitu darahnya keluar cukup banyak, Kyung. Itu tandanya goresan ini pasti dalam. Lagipula kenapa kau bisa tergores begini? Kau tidak hati-hati sekali," omel Chanyeol.

Kyungsoo terkekeh, "Kenapa khawatir sekali sih. Ini hanya luka kecil,"

"Jangan mengabaikan sesuatu yang kecil. Ini bisa jadi besar kau tahu?"

"Tidak,"

"Aish, sudahlah. Biar aku yang melanjutkan masakanmu,"

"Eh tidak mau! Lebih baik kau duduk saja di meja makan. Aku baik-baik saja,"

Chanyeol memutar bola mata malas. Bagaimanapun Kyungsoo tetaplah orang yang keras kepala. "Baiklah,"

.

.

Kyungsoo menghela nafas, sudah sejak tadi Kyungsoo melihat senyuman Chanyeol yang tak kunjung luntur dari bibirnya. Entah setan apa yang sedang merasuk pada Chanyeol sampai-sampai membuatnya seperti orang autis. Chanyeol semakin mengembangkan senyumannya saat sendok terakhir masuk ke dalam mulutnya. Sepertinya ia senang sekali karena telah dimasakkan oleh Kyungsoo. Chanyeol meletakkan sendok di atas piring.

"'Wuah makananmu enak sekali,"

Kyungsoo tersenyum. "Tentu saja. Oh ya, aku ingin mendengar cerita yang semalam,"

"Tentang?"

"Kau dan Baekhyun."

Chanyeol terdiam. Meskipun senyumannya masih mengembang, Kyungsoo melihat bahwa Chanyeol sedang mengontrol suasana hatinya agar tetap tenang. Namun Kyungsoo tidak peduli, ia ingin sekali mendengar cerita dari hubungan Chanyeol dan Baekhyun yang entah sejak kapan mulai mengganggu pikirannya.

"Aku dan Baekhyun, ya?" Chanyeol tampak berpikir. "Kau benar-benar ingin tahu?"

"Yep. Aku penasaran,"

"Baiklah—"—Ting Tong. Ucapan Chanyeol terhenti saat terdengar bunyi bel, ia buru-buru berdiri dari kursi. "Aku akan buka pintunya,"

Kyungsoo berdecak, "bilang saja kalau kau tidak ingin bercerita,"

Ia langsung bangkit dan membawa piring dan gelas kotor ke dapur, kemudian mencucinya. Setelah selesai, Kyungsoo mengedarkan pandangannya namun tak ada Chanyeol di meja makan. Ia pun menuju ruang tamu. Kyungsoo menghentikan langkahnya saat melihat siapa yang ada di ruang tamu. Siapa yang sedang duduk sambil menatap ke arah Kyungsoo dengan tatapan bingung namun penuh luka. Kyungsoo memejamkan matanya lalu kembali melangkah ke ruang tamu. Ia berdiri disamping Chanyeol.

"Baekhyun.. ada apa?"

Kyungsoo bisa melihat perubahan dari raut wajah Baekhyun. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain, kemudian kembali menatap Kyungsoo. Kyungsoo melirik sekilas laki-laki yang duduk disamping Baekhyun. Dia—Kim Jongin.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Di pinggir kota ada festival," kata Baekhyun terdengar ceria, namun Kyungsoo tahu Baekhyun memaksakan itu semua.

"Benarkah?"

"Kau mau ikut tidak? Ngg, kita bisa pergi bersama Chanyeol juga," Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol, namun Chanyeol hanya diam. Mereka bertatapan cukup lama dan yang lebih dulu memalingkan wajah adalah Chanyeol. Kyungsoo menghela nafas.

"Baiklah, aku ganti baju dulu."

.

.

"Apa yang kau lakukan, Jongin?" tanya Kyungsoo saat ia keluar dari kamarnya dan menemukan Jongin yang berdiri disamping pintu Kyungsoo.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu nona Do. Apa yang kau lakukan bersama Chanyeol? Apa dia menginap dirumahmu?"

"Kupikir itu tidak ada urusannya denganmu. Dulu kau juga—Umph,"

"Jangan ucapkan apapun," Jongin melepaskan bekapannya dari mulut Kyungsoo. Kyungsoo mengusap mulutnya dengan punggung tangannya.

"Kenapa? Kau takut ketahuan Baekhyun?" Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya. Jongin mengela nafas kasar.

"Salah kalau berurusan dengan gadis sepertimu nona Do,"

Kyungsoo menaikkan ujung bibirnya, tersenyum meremehkan. "Memang,"

.

Life Story

.

Kyungsoo memalingkan wajahnya ke samping. Ia tak habis pikir kalau ia akan semobil dengan orang yang menyebalkan. Padahal awalnya ia berharap kalau satu mobil dengan Chanyeol. Setidaknya ia telah mengenal Chanyeol dan Chanyeol selalu bersikap baik padanya. Berbeda dengan pria yang satu ini.

"Kau berharap satu mobil dengan Chanyeol?"

Hening. Ia bisa mendengar kalau pria disampingnya terkekeh. Sialan kau Kim Jongin, geram Kyungsoo dalam hatinya.

"Aku hanya ingin Baekhyun bahagia.." lirihnya. Kyungsoo menoleh ke arah Jongin. Ia tidak mengerti kenapa bisa Jongin bersikap seolah-olah dirinya baik. Atau memang sebenarnya Jongin adalah orang yang baik?

"Maksudmu?"

Jongin menatap Kyungsoo, kemudian ia menatap lurus ke jalanan. Ia menggelengkan kepalanya. "Lupakan."

"Aku tahu Chanyeol dan Baekhyun pernah pacaran, tapi kenapa anak-anak disekolah tidak ada yang tahu?"

"Kau tahu dari mana?"

"Baekhyun,"

Jongin menghela nafas, "sepertinya sudah tidak ada yang perlu disembunyikan. Aku akan menceritakan hubungan Baekhyun dan Chanyeol yang sedikit aku ketahui,"

"Baekhyun dan Chanyeol sudah berteman sejak kecil. Ya, sejak sekolah dasar. Mereka selalu bermain bersama, melakukan apapun bersama. Hingga menginjak tingkat menengah pertama, Chanyeol menyatakan perasaannya pada Baekhyun dan Baekhyun menerimanya dengan senang hati. Mereka terus melanjutkan hubungan mereka sampai tiba-tiba di hari kelulusan sekolah, Baekhyun meminta untuk mengakhiri hubungan mereka. Aku tidak tahu persis kenapa Baekhyun meminta hal itu, tapi yang aku tahu saat itu Baekhyun masih sangat mencintai Chanyeol, bahkan mungkin sampai sekarang..."

Jongin terdiam sejenak, ia menatap ke arah Kyungsoo. "... ya sampai sekarang, sebelum seseorang menghancurkan perasaannya. Seseorang yang selalu dianggapnya teman, sampai ia mengorbankan dirinya di caci maki oleh seluruh anak sekolah. Tapi sepertinya orang itu tidak mengerti arti balas budi,"

"Maksudmu orang yang menghancurkan Baekhyun itu.. aku?"

"Siapa lagi?" Jongin meremas stir mobil. "Kau harusnya melihat bagaimana wajah Baekhyun saat melihat orang yang membuka pintu rumahmu ternyata Chanyeol, orang yang dicintainya. Kau harusnya tahu kalau Baekhyun sangat terpukul saat itu, bahkan aku bisa merasakan atmosfer yang berbeda dari keduanya. Tapi, sepertinya kau tidak akan tahu. Gadis sepertimu tidak akan tahu,"

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan Baekhyun, Jongin? Kau tahu sekali tentang Baekhyun,"

"Kau tidak perlu tahu apa hubunganku dengan Baekhyun. Tapi yang harus kau tahu, aku tidak akan tinggal diam kalau Baekhyun terluka,"

Dua pasang mata itu saling bertemu-pandang. Kyungsoo bisa melihat betapa tulusnya Jongin mengatakan hal itu. Isyarat kesungguhan yang membuat sesuatu didalam tubuh Kyungsoo yang dinamakan hati berdesir pelan, membuat tubuh Kyungsoo bergetar karenanya. Kyungsoo memutuskan kontak mata lebih dulu.

Kyungsoo diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Ini diluar kehendaknya. Ia tidak tahu kalau ia telah menyakiti Baekhyun, padahal Baekhyun sudah sangat baik padanya. Meskipun Kyungsoo sering mengabaikan Baekhyun, namun dalam hatinya yang paling dalam, ia terus memperhatikan apa yang terjadi pada Baekhyun.

.

.

.

Sejak obrolan yang hampir mengeluarkan urat-urat terjadi didalam mobil. Kyungsoo maupun Jongin hanya diam, mereka tidak saling berbicara. Berjalan berdampingan pun seperti orang yang terpaksa jalan bersama. Masing-masing dari mereka sibuk dalam dunianya sendiri. Sebenarnya tak jauh berbeda dengan pasangan yang didepan mereka. Baekhyun dan Chanyeol. Keduanya tampak canggung satu sama lain. Mereka ingin berbicara namun tenggorokan mereka seakan diganjal oleh sesuatu, membuat sulit untuk berkata-kata.

Oh mereka sudah sampai di tempat festival yang dibilang Baekhyun. Mungkin karena hari anak, jadi banyak sekali stand-stand yang didirikan untuk hiburan anak-anak. Festival ini begitu ramai sampai-sampai Kyungsoo harus menjaga dirinya lebih ekstra lagi. Kyungsoo jarang ke tempat seperti ini, atau mungkin bisa dibilang sudah lama ia tidak ke tempat seperti ini. Ya, sangat lama.

Tubuh Kyungsoo oleng saat segerombolan anak-anak kecil berlari menyenggolnya. Namun ia tidak merasakan kerasnya tanah karena tubuhnya ditahan oleh seseorang yaitu Jongin. Jongin memalingkan wajahnya, dengan cepat ia menarik telapak tangan Kyungsoo—menggenggamnya.

"Ramai sekali, aku tak ingin kita berpisah."

Kyungsoo memperhatikan tangannya yang digenggam oleh Jongin. Ia menggigit bibirnya sendiri. Matanya tiba-tiba memanas, jantungnya berdetak lebih cepat, suhu tubuhnya naik. Bisa dirasakan kalau genggaman Jongin padanya mengerat, Jongin menarik Kyungsoo untuk berjalan. Kepala Kyungsoo mendongak, ia melihat punggung Jongin yang berjalan lebih dulu. Punggung lebar tegap yang sangat kokoh. Punggung yang mengartikan bahwa Jongin adalah pekerja keras.

Dengan segenap keberaniannya, Kyungsoo membalas genggaman itu. Entah mengapa ia tidak ingin kalau genggaman ini hanya terjadi secara sepihak, ia ingin membalasnya.

Terdengar helaan nafas pasrah dari Jongin. "Kita terpisah dari Baekhyun dan Chanyeol."

"Apa?!"

Jongin menutup sebelah telinganya karena Kyungsoo berteriak ditelinganya. "Gendang telingaku bisa pecah karena suaramu, nona Do."

"Ups, maaf. Jadi kita benar-benar terpisah?" resah Kyungsoo.

"Ck, kenapa kau takut sekali, hah? Apa kau pikir kau sedang jalan dengan penculik?!"

"Tidak."

"Wajahmu mengatakannya nona Do,"

"Berhenti memanggilku begitu, aku Kyungsoo!"

"Ya aku tahu nona Do Kyungsoo,"

"Kim Jongin!"

"Iya-iya! Berhenti berteriak ditelingaku!"

Kyungsoo menghentakkan genggaman tangan Jongin hingga terlepas. Kyungsoo menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Jongin menaikkan sebelah alisnya saat melihat ekspresi kesal diwajah Kyungsoo. Jongin tersenyum dalam hati. Jarang-jarang ia bisa melihat ekspresi dari wajah datar Kyungsoo.

"Apa lagi? Kau mau marah?"

"Tidak!"

"Oh intonasimu buruk sekali nona Do,"

Jongin menaikkan ujung bibirnya, kemudian sebelah alisnya terangkat saat mata Kyungsoo berkilat kesal. "Ku bilang—"

"—Aku tahu. Berhenti memanggilku begitu, aku Kyungsoo!" cibir Jongin sambil menirukan suara Kyungsoo. Kyungsoo mengedipkan matanya berkali-kali saat mendengar suara Jongin yang dibuat seperti seorang gadis. Karakter Jongin yang dingin—seperti yang dikatakan anak-anak disekolah—langsung luntur seketika.

Tiba-tiba mereka berpandangan. Senyum keduanya mengembang, hingga akhirnya menimbulkan suara tawa dari mulut Kyungsoo. Jongin terkekeh dibuatnya, namun ia terdiam saat melihat tawa Kyungsoo yang begitu lepas.

Kyungsoo sangat manis kalau tertawa. Jongin meletakkan telapak tangannya pada puncak kepala Kyungsoo, mengusapnya perlahan membuat tawa Kyungsoo berhenti. Jongin menarik kembali tangannya saat melihat raut wajah Kyungsoo yang penuh kebingungan. Sebenarnya ia hanya melakukan hal itu pada Baekhyun—seseorang yang cukup penting dalam kehidupannya. Namun sekarang?

Senyum Kyungsoo membuatnya kehilangan akal sehat.

.

Life Story

.

"Yeol! Kita kehilangan Kyungsoo dan Jongin," kata Baekhyun panik. Ia mondar-mandir bak setrikaan sedangkan Chanyeol hanya duduk di atas rerumputan sambil menikmati ddeobboki yang dibelinya bersama Baekhyun.

"Mereka bukan anak kecil lagi, Baek.." sahut Chanyeol, ia menarik tangan Baekhyun agar gadis imut itu duduk disampingnya.

"Aku tahu, tapi lihat!" Baekhyun menengadah ke langit, "..mendung Yeol. Jongin tidak mungkin bawa payung,"

"Kyungsoo? Apa kau pikir Kyungsoo tidak bawa? Kau ini kenapa selalu mengkhawatikan sesuatu yang tidak penting sih?"

"Ugh! Dasar,"

"Makanlah.." Chanyeol menyodorkan sepotong ddeobboki ke mulut Baekhyun. Baekhyun menatapnya sekilas lalu membuka mulutnya. Chanyeol tersenyum, begitupun dengan dirinya.

"Yeol.."

"Apa lagi?"

Baekhyun menggigit bibir bawahnya. Ia gugup, jujur. "Apa kau sudah melupakanku?"

"Eh? Maksudmu?"

"T-Tidak!"

Chanyeol terdiam. Ia memperhatikan wajah Baekhyun yang agak memerah. Antara malu, kesal, sedih dan cemas. Chanyeol meletakkan makanan yang dipegangnya. Tangannya bebas dan ia langsung menyentuh pipi Baekhyun. Baekhyun mendongak.

"Sampai sekarang aku masih bingung alasan apa yang membuatmu mengakhiri hubungan kita, Baek."

"Yeol.."

"Kau tahu kalau aku terluka. Dan kau pun tahu kalau kau juga terluka, lalu kenapa kau melakukannya?"

"Yeol, aku.."

"Apa kau takut aku melupakan semua kenangan kita? Kenangan yang bertahun-tahun kita jalani bersama?"

Darah Baekhyun berdesir naik hingga kepala, mengisi seluruh sisi wajahnya dan membuat wajah itu tampak memerah. Matanya bahkan sudah menggenang cairan yang disebut airmata. Perlahan airmata itu menetes, membasahi jemari Chanyeol yang berada dipipinya. Baekhyun mengangguk. Kejadian tadi pagi berputar di ingatannya.

"Tidak akan, Baek. Seharunya kau tahu aku masih menyayangimu, masih mencintaimu.."

"Chanyeolie, maafkan aku. Aku—"

Mata Baekhyun terpejam saat bibir Chanyeol menempel pada permukaan bibirnya. Langit mendung berhias gemuruh petir didalamnya. Air kehidupan perlahan turun membahasi permukaan bumi. Dan Chanyeol masih belum melepaskan ciumannya. Ia justru memperdalam hingga Baekhyun meremas tangan Chanyeol yang berada dipipinya.

Chanyeol mengakhiri ciumannya, lalu menempelkan dahinya pada dahi Baekhyun. "Kau percaya kalau aku benar-benar mencintaimu, 'kan?"

Baekhyun mengangguk. Ia tersenyum senang.

"Maaf membuatmu kehujanan," bisik Chanyeol didepan wajah Baekhyun.

"Aku justru menyukainya, Park Chanyeol." Sahut Baekhyun. Meski suara mereka beradu dengan gemuruh hujan. Mereka masih bisa mendengar satu sama lain dengan jelas. Oh—serasa dunia milik berdua ternyata.

.

Life Story

.

Jongin memutar bola matanya saat melihat tingkah Kyungsoo. Ia sedang berteduh di bawah canopi yang ada di stand. Tapi gadis bernama Kyungsoo itu sibuk merentangkan kedua tangannya. Menikmati air hujan yang menerpa tubuhnya. Namun disisi lain, Jongin sangat senang saat melihat wajah Kyungsoo yang seperti bersinar di bawah guyuran hujan. Perlahan kakinya berjalan mendekat ke arah Kyungsoo, membiarkan tubuhnya basah kehujanan. Ia seperti pernah merasakan hal ini sebelumnya. Seperti bukan pertama kali baginya, padahal seingatnya ia dan Baekhyun tidak pernah hujan-hujanan karena Baekhyun selalu membawa payung.

"Kau bisa sakit,"

"Eo?"

Kyungsoo bingung sendiri saat Jongin sudah ada dihadapannya. Kyungsoo memperhatikan wajah, rambut, sampai pakaian Jongin yang sudah basah kuyup seperti dirinya.

"Sudah selesai hujan-hujanannya, nanti kau sakit."

"Jongin?"

Kyungsoo mengerutkan dahinya. Ia bertatapan dengan sepasang mata milik Jongin. Sepasang mata yang seharusnya setajam elang, tapi kenapa sekarang begitu penuh sunyi dan kerinduan?

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya, Do Kyungsoo?"

Sesaat setelah mengucapkan kalimat itu tubuh Jongin ambruk ke arah Kyungsoo. Kyungsoo dengan susah payah menahan tubuh Jongin.

"Ya! Kim Jongin! Jongin!"

Kyungsoo mengguncangkan tubuh Jongin, namun Jongin tak kunjung sadar. Jongin—pingsan.

.

.

TBC

.

.

Yosh! Kengaretan yang luar biasaaa :v

Aku tegaskan sekali lagi ya, ini Official Couple!

Makasih yang udah review~~ aku cintaaa kaliaaan :* pokoknya mah kalian yang terbaik! Aku seneng banget sungguh!

.

.

Kecup sayang... Han~~ :*