!WARNING!

Updatean kali ini ada double update, yaitu chapter 5 (part 1) dan chapter 6 (part 2) sekaligus. Anda sedang membaca chapter 6. Merasa belum membaca chapter 5? Silakan klik tombol previous dulu.


Chapter 5 part 2

...

Sudah selesai, kan, gangbang-nya?

Dalam keheningan, Kris menghitung sejenak dalam hati. Luhan, sudah. Sehun, Minseok, Baekhyun, Chanyeol, dan Dio juga sudah. Bahkan Tao dan Chen yang tidak membayar pun sudah ia puaskan juga. Mereka semua sudah letih dan nampak tidak berminat untuk mengerjainya lagi.

Siapa lagi pelanggannya yang belum ia puaskan? Sudah tidak ada, kan? Semuanya sudah menyentuhnya, kan?

Kris sudah boleh istirahat... benar?

Aah, akhirnya boleh tidur juga...

"Umph-"

Kris langsung membuka matanya kembali ketika merasakan tumbukan di bibirnya—sebuah penis yang tegang. Penis mlik orang yang sudah sangat familiar—Kai.

"Kai...!? Apa yang kau lakukan—mmh," Kris sudah lelah, tapi efek afrodisiak itu masih bekerja. Dia melumat kejantanan si resepsionis. Kris tidak tahan melihat penis menganggur begitu saja di dalam mulutnya. Apalagi penis Kai—penis seorang lelaki underage yang berkulit agak gelap namun justru terkesan eksotis. Lelaki yang masih sekolah, tapi memiliki otot dan liuk-liukan tubuh yang mantap karena merupakan seorang dancer di sekolahnya. Lelaki yang belum ilegal, namun lupakanlah kelegalan sekarang karena si illegal ini memiliki penis yang luar biasa—besar berurat, uncut, gelap, dan seksi. Bulu-bulu yang berada di sekitarnya pun cukup membuat Kris terangsang dan mengulum penis itu lagi penuh nafsu.

"Aku mau membuatmu hard kembali," Kai menjawab dengan tenang, "Tugasmu belum selesai, Kris. Aku memberimu dua perangsang, kau masih bisa melakukan yang lebih daripada ini."

Kris mengernyit bingung; kenapa tugasnya belum selesai? Padahal semua klien sudah ia puaskan-

"Kamu," Kai menoleh ke arah kanannya, menuju sosok seseorang yang berdiri di dekat pintu masuk. "Kau belum dipuaskan oleh Kris, Tuan Lay."

Lay tertegun kaget. Semua mata sekarang melihatnya, terutama ketiga sahabat yang tadi datang bersama—Dio, Tao, dan Chen—yang tadi ia temui sebelum jam operasional klub. Mereka tiga orang yang tahu bahwa dia paling tidak menerima apabila Kris jadi bot. Lay menelan liurnya—dia harus berakting seperti demikian di depan mereka bertiga, kan?

"Ng, nggak usah repot-repot, Kai. Aku nggak mau memesan Kris-"

Kai malah bangkit dan berjalan mendekati Lay, menggenggam pergelangan tangan lelaki itu dan menariknya ke tengah lobi. "Tidak usah malu-malu, Tuan. Kamu bisa bayar setelah menikmatinya nanti."

"T-tidak perlu!" Lay berusaha tetap diam di tempat, tapi perbedaan kekuatan di antara mereka berdua membuat Lay tidak dapat melawan Kai hingga dia ditarik paksa sampai ke dekat Kris. "Apa-apaan sih...!? Aku ini bot, nggak mungkin aku mau dipuaskan oleh bot juga!"

"Tuan Chen dan Tuan Tao juga mengatakan hal yang sama, dan mereka memasuki Kris tadi."

"Aku—aku berbeda! Aku tidak suka memasuki, tidak suka jadi top! Apalagi kalau Kris yang jadi bot—dia itu top sempurna!"

"Kalau begitu buat apa kamu datang ke sini hari ini, Tuan Lay? Kau sendiri tahu hari ini adalah Rabu ketiga."

Lay tertegun. Dia langsung diam, menatap permadani dan bergumam tidak jelas, seolah tidak tahu harus menjawab apa. Semburat merah tampak di kedua pipinya. Memangnya dia wajib bilang apa alasannya datang ke sini? Memangnya dia harus beri tahu Kai dan yang lain bahwa dia penasaran!? "Itu..., karena-"

"Aaangh~~~!" Lay terdiam karena desahan Kris menarik perhatiannya. Di bawahnya, Kris mendesah sambil menggeliat di permadani, tak lain karena ulah Kai. Resepsionis berkulit tan itu meremas kemaluan Kris dengan menggunakan jari-jari kakinya karena tangannya masih sibuk memegang tangan Lay. Kai hanya menggesek-gesekkan batang kemaluan Kris ke atas dan ke bawah dengan telapak kakinya, tapi lelaki pirang itu mendesah layaknya sedang diperkosa. Kris mengerang, mendesah, dan menggeliat keenakan.

Lay merasa darahnya seperti naik ke kepala. Kenapa... kenapa Kris bisa merasakan sensasi enak separah itu!? Tanpa sadar Lay menggertakkan giginya, matanya tidak bisa lepas dari sosok Kris yang saat ini terlihat sangat submisif. Emosi yang ganjil terasa di dadanya saat melihat Kris terus menatap Kai dengan seduktif, dengan suara manja meminta resepsionis itu menyentuh lubangnya yang berkedut dan mengocok penisnya lebih cepat lagi.

Lay merasa emosi. Kesal. Marah. Jijik.

Kai menyeringai melihat Lay di sebelahnya yang menampakkan ekspresi tidak dapat ditebak. Dengan cepat lelaki itu mendorong tubuh Lay hingga si pelanggan kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke permadani dengan pose tengkurap. Tepat di atas Kris.

Namun arah tubuh mereka berbalikan—Lay jatuh tengkurap dengan wajahnya tepat di atas selangkangan Kris. Sementara Kris sendiri harus rela melihat selangkangan Lay yang mendarat tepat di atas wajahnya.

Posisi 69.

Dan anehnya itu malah membuat Kris makin terangsang. Penisnya menegang, menggelitik pipi Lay yang masih bengong karena syok. Memuaskan Lay yang seorang bottom sejati? Apakah dia bisa? Kris tidak mau, dia nggak akan bisa. Lay sulit dipengaruhi. Dia bot sejati.

Dan Kris penasaran apakah dia bisa menjadi bot untuk seorang bot sepenuhnya. Afrodisiak ini membuatnya menganggap hal itu adalah sebuah tantangan.

Tangan Kris langsung menangkup selangkangan si pemuda, menarik resleting celana Lay supaya penisnya—yang masih lemas—lepas dari kungkungan. Ketika Kris menggenggam batang kejantanan itu, menghasilkan desahan keterkejutan dari mulut Lay, tiba-tiba sebuah jambakan terasa di kepala si Host.

"Hei, Kris. Tidak boleh lantang. Aku tahu kamu sudah nafsu dan ingin mengisi mulutmu yang lapar oleh kejantanan pria, tapi kamu seharusnya meminta izin dulu pada klienmu." Itu Kai. Dia berjongkok di samping Kris, menjambak rambut pirangnya sambil menyeringai nakal. Dari posisi ini, dia bisa melihat jelas bagaimana Kris sangat bernafsu kepada Lay, dan Lay yang sebenarnya juga sangat bernafsu terhadap penis Kris yang menyentuh pipinya.

Kris mengangguk pelan lalu membuka mulut untuk bicara, "Mmm... Tuan Lay, bolehkah saya membuka celanamu dan menikmati penismu di dalam mulutku?"

Entah kenapa Lay mendengar permintaan itu seperti suatu rengekan manja yang sering dikeluarkan oleh para bottom. Dia bagaikan mendengar suara Kris menjadi tiga oktaf lebih tinggi. Lay tidak bisa melihat wajah Kris saat ini, tapi di benaknya tergambar imej Kris yang menggembungkan kedua pipinya dengan imut dan menekuk alis, melakukan ekspresi pouty yang biasa ditampakkan para bot—

—Lay tidak suka imej itu sampai-sampai dia menggenggam erat kejantanan Kris yang berada tepat di depannya. Menggenggamnya sangat erat seakan ingin menghancurkannya.

"Aaahhh T-Tuan Laaaay-..."

Rengekan itu lagi...

"Sialan-" Kali ini Lay langsung memasukkan satu jarinya ke liang Kris yang mengetat, menghasilkan jeritan dari Host tersebut atas rasa nikmat yang mendadak muncul. Dinding-dinding anus Kris menjepit jari telunjuk Lay, tubuh Kris bergetar akibat rangsangan yang tiba-tiba, mulutnya tidak sengaja menyentuh kejantanan Lay—tetapi Lay justru makin merasa emosi.

"Aku tidak suka ini..." Gumamnya sembari menekuk-nekuk jari telunjuknya di dalam sana. "Aku—aku benci kamu. Aku benci kamu yang seperti ini."

Jari tengahnya kini menemukan jalannya untuk masuk ke dalam anus Kris tepat di sebelah jari telunjuknya. Kris terengah, menahan napasnya sesaat ketika Lay melanjutkan kata-katanya. "Kamu sangat submisif seperti bottom sejati. Bahkan lebih bot dariku. Sampai aku kalah. Aku... tidak suka itu!"

Jari ketiga yaitu jari manis Lay mulai bergabung dengan si telunjuk dan tengah di dalam lubang Kris. Ketiganya menekuk dan merenggang secara bersamaan, melebarkan lubang Kris, sementara si Host mulai menaikturunkan pinggulnya karena keenakan. Rasanya memang tidak sehangat dan sebesar penis, namun kemampuan jari untuk melakukan gerakan menggunting yang otomatis melebarkan liang Kris itu adalah nilai plus baginya. Kris pun mengurut kejantanan Lay di atasnya, dan untungnya si pemuda tidak mengeluh.

"Aku benci kamu—kamu sukses membuatku benci padamu sekarang karena kamu seperti begini, padahal aku sangat, amat, menyukaimu!"

Jari kelingking Lay mulai ikut memaksa masuk ke dalam lubang Kris, membuat si Host membelalak kaget. Dua atau tiga jari memang cukup merangsang, namun empat jari membuat Kris merasa bahwa yang ada di dalamnya adalah penis. Tebal—terlalu tebal! Lubangnya pasti sudah melebar sekarang. Apalagi ketika keempatnya menekuk di saat yang sama, Kris bagaikan dihantam oleh kepalan tangan—oleh batang kejantanan yang tebal namun fleksibel.

"Aku benci kamu, benci kamu, benci kamu!"

Di setiap kalimat, keempat jari Lay keluar-masuk lubang anus Kris, seperti memerkosa lubang itu dengan jarinya. Kris makin terangsang, remasannya pada penis Lay mulai dipererat. Precum mengalir pelan dari kejantanan Kris, dan Lay yang menyadari itu langsung menggigit batang kemaluan itu. Suara teriakan campur desahan mengalun keras di lobi klub itu. Lay tidak suka—suara penuh kesubmisifan itu datang dari pria yang sangat dominan untuknya. Datang dari pria dominan yang Lay pun rela kalau diinjak-injak olehnya.

Di mana pria dominan itu sekarang?

TCH-

"Berengsek-!" Jari kelima yaitu jempol langsung melesak masuk ke dalam Kris.

"AAAAAAAKH-!" Si Host menjerit lebih keras, air mata kembali mengalir dari kedua matanya. Semua jari Lay sudah masuk sepenuhnya ke dalam anus Kris yang bisa dipastikan sudah longgar sekarang. Hanya dengan satu dorongan masuk saja, Kris yakin kepalan tangan Lay akan masuk sepenuhnya. Tidak—Kris takut. Dia tidak pernah melakukan fisting sebelumnya, baik sebagai pemberi ataupun penerima. Ini tidak mungkin bisa-... ini mengerikan...! Lubangnya bisa benar-benar robek sekarang!

Kai pun membelalak kaget. Seperti mengerti apa yang Kris pikirkan, dan juga Suho yang menatap marah kepada mereka bertiga dari meja resepsionis, Kai langsung menarik tangan Lay—otomatis menarik kelima jari Lay keluar sebelum ia nekat memasukkan kepalan tangannya. Lay menatap Kai dengan kesal, seperti anak kecil yang kehilangan mainannya, namun dia langsung melemas saat sensasi basah terasa di selangkangannya. Lidah Kris mulai bermain di penisnya yang setengah tegang, menjilati alat vital itu dan mengulum ujungnya pelan.

Dia sepertinya tahu bagaimana mengalihkan perhatian Lay.

"U, uh...!" Lay memejamkan matanya, menikmati lumatan lembut Kris. Di saat seperti inilah dia bisa merasa seperti bottom karena penisnya dipuaskan. Dia sendiri pun mungkin merasa bingung karena disentuh oleh top yang diidamkannya namun sebagai top dari top tersebut. Otaknya bingung, tapi tubuhnya hanya tahu satu yang pasti: kenikmatan. Baik sebagai top ataupun bot, penisnya sekarang sedang dipuaskan dan itu membuatnya tegang.

Dan kali ini Lay semakin dilema karena ia sendiri terangsang melihat lubang longgar Kris. Melihat bagian pribadi top yang diidamkannya, tapi sebagai submisif—uh, apakah kalian bisa mengerti betapa bingungnya Lay sekarang!? Ia harus apa? Harus bagaimana?

"Stop-" Lay bangkit pelan-pelan, memaksakan dirinya untuk berjalan ke bagian selangkangan Kris sekarang. Dengan satu gumaman "menungginglah" pelan, sekarang Kris membalikkan badannya dan benar-benar menungging untuk Lay. Lay dapat melihat jelas lubang Kris, dan juga dapat melihat kejantanan Host itu mengeras dan mengeluarkan precum. Kris menikmatinya.

Sementara Lay? Tidak.

Dia hanya memegang kedua pinggul Kris—melesakkan kejantanannya masuk ke dalam anus Kris dengan mudah—hanya karena dia tahu bahwa ini semua tidak akan selesai kalau Lay tidak segera mencumbunya. Kai akan terus selalu memaksanya mencumbu Kris meskipun Lay menolak. Dan Lay tidak mau berada di sini lebih lama lagi, menyaksikan sisi submisif Kris lebih lama. Sambil menghujamkan penisnya di anus Kris pun Lay terus menggumamkan 'aku benci kamu, aku tidak mau melihat wajahmu, aku tidak mau mendengar suaramu', yang tentu saja tidak diindahkan oleh Kris yang terus menerus mendesah keenakan oleh penis Lay. Penisnya menumbuk titik terdalam Kris, membuat si Host mengerang seksi meminta lebih pada Lay, dan penis Lay sendiri makin menegang dan mengeluarkan precum, pertanda bahwa dia sendiri menikmatinya dan ejakulasi bisa terjadi sebentar lagi.

Tapi Lay tidak suka. Dia tidak percaya bahwa dirinya bisa klimaks karena memperkosa top idealnya. Dia merasa bersalah pada tubuhnya sendiri. Pada dirinya sendiri. Bahkan dia sempat terisak, setetes air mata mengalir dari matanya.

"T, Tuan Lay...! Oh-... ah, enak... s, sebentar lagi-..."

Di satu sisinya, Lay adalah bot yang suka dimanjakan. Di sisi lain, Lay tetaplah pria yang notabene suka menjadi pemimpin dan memegang kendali. Saat ini dia berada di tengah keduanya. Dilema. Kris adalah sosok yang ideal untuk sisi bottom Lay, namun Kris yang sama juga sekarang minta dipimpin dan dikendalikan oleh Lay.

Oh, apakah rasa aneh di bawah perut ini pertanda bahwa dia akan klimaks sebentar lagi-?

T-tidak boleh. Lay tidak boleh menyerah!

"Kai-" Lay langsung mengeluarkan penisnya dari dalam Kris yang langsung mengerang ingin dimasuki lagi, "-kamu saja."

Ah, apakah lagi-lagi Kris gagal memuaskan pelanggannya?

Kai mengangkat bahunya, menatap ke arah sang Owner dan menggumam 'potong saja dari uang jajanku', sebelum tangannya diletakkan di belahan pantat Kris, lalu membenamkan wajahnya di belahan pantat itu. Wajahnya digesek-gesekkan ke kanan dan ke kiri pantat itu dengan sangat cepat, membuat Kris terlonjak lagi dan sengaja menggoyangkan pinggulnya supaya pantatnya semakin ganas menggesek wajah Kai. Rasanya hangat. Apalagi ketika Kai tiba-tiba memasukkan lidahnya ke dalam lubangnya.

"OH-!" Kris memejamkan matanya merasakan nikmat yang tiba-tiba. Kai menjilati dinding lubang anusnya dengan cepat dan brutal, mulutnya melahap lubang itu dengan terkesan sangat lapar. Mengemut pintu masuk anus tersebut dengan sepasang bibir tebalnya. Sebuah gigitan kecil pun terasa di tempat yang sama.

Rimming. Kris sering memberikannya pada kliennya karena banyak dari mereka yang selalu menggelinjang keenakan ketika Kris 'memakan' lubang mereka, dan Kris sekarang mengerti kenapa reaksi mereka sangat berlebihan. "Oh Fuck—ini enak sekali...! Kai—Kai! Jilati terus-! Ah, akh-"

"C, cerewet-" Tentu saja, Lay tidak menyukai suara yang dikeluarkan Kris akibat mendapat kenikmatan yang biasa dirasakan oleh para bottom. Lelaki itu langsung menyodokkan kasar kejantanannya ke dalam mulut Kris, bermaksud untuk menyumpal mulutnya supaya tidak lagi bersuara. Dia cukup berhasil karena Kris langsung diam, memejamkan matanya, dan hanya mendesah keras. Lay hanya berdiri diam namun Kris memaju-mundurkan Kepalanya, berinisiatif memberikan kepuasan pada penis itu layaknya bot pada umumnya—dan itu justru membuat Lay makin sebal dan penisnya menegang di dalam mulut Kris, menusuk kerongkongannya.

Kris melenguh, dinding-dinding anusnya refleks menyempit dan menjepit lidah Kai di dalam. Kai mengerang, menjauhkan wajah dari bongkahan kenyal Kris dan otomatis menghentikan rimmingnya—yang menghasilkan rengekan penuh nafsu dari mulut Kris, seakan meminta resepsionis itu untuk kembali melakukan rimming. Kai tersenyum simpul—Kris sudah benar-benar menikmati menjadi bot, dan itu semua karena dua afrodisiak yang Kai berikan. Kai cukup bangga.

"Nah, aku sudah menunggu sangat lama untuk ini-" Kai bangkit dan menurunkan resleting celana dan juga celana dalamnya, mengarahkan kejantanan gelap eksotisnya ke lubang Kris. "Kris hyung, kau akan menerima penis dari kedua lubangmu... depan dan belakang. Aku harap kau siap.

"Ah, sudah pasti siap, sih. Lubangmu saja sudah selonggar ini..." Kai mengelus mulut lubang Kris dengan ujung penisnya dengan gerakan melingkar. Sejujurnya sulit bagi Kai untuk melepaskan pandangan —juga wajah serta mulutnya—dari lubang yang sudah menganga lebar ini. Kai satu-satunya pegawai Scappatella yang belum pernah melihat tubuh telanjang Kris sepenuhnya karena dia hanya seorang resepsionis yang bekerja di depan, lebih fokus kepada pelanggan. Baru kali ini Kai dapat melihat tubuh Kris—dan Kai amat menyukainya. Apalagi melihat tubuh Kris saat waktunya Wednesday Wetkrisday, di saat pria itu bermandikan peluh dan semua bagian privatnya dipermainkan sebagai bot yang patuh. Melihat figur Kris saja sudah membuat Kai menjilat bibirnya penuh nafsu. Kejantanannya menegang di bawah sana. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menghentakkan penis kerasnya masuk ke dalam anus Kris. Kai harus berterima kasih pada sembilan orang di klub ini yang sudah memasuki Kris duluan sehingga penisnya sangat lancar melesak masuk ke titik terdalam anus Kris.

Meski lubang Kris sudah melonggar, bagian dalamnya tetaplah surga buat Kai. Dinding-dinding lubangnya tetap setia meremas kejantanan yang ada di dalamnya. Tarik keluar, hentakkan masuk, tarik keluar lagi, hentakkan lagi—ini surga.

"Oh, Kris—kau, sangat nikmat-... aku harap kamu mau melakukan ini lagi denganku nanti walaupun aku cuma resepsionis," racau Kai dengan suara pelan yang penuh nafsu. Kris mengangguk dalam diam, mulutnya masih sibuk mengisap dan mengemut daging keras di dalam mulutnya. Satu tangannya mengocok kejantanannya sendiri yang sudah basah di bawah sana, tinggal menunggu beberapa detik untuk klimaks. Mungkin sepuluh detik lagi atau justru lebih cepat lagi, misalnya—

"NNNNGH!" —nol setengah detik. Desahan Kris keluar bersama dengan muncratan spermanya ketika kejantanan Kai menemukan prostatnya. Si lebih muda menghujam titik itu berulang-ulang, memberikan stimulasi pada otak Kris lagi untuk terangsang, padahal penis Kris sudah lelah akibat ejakulasi terlalu sering. Jadi dia fokuskan perhatiannya pada penis Lay yang ada di mulutnya sekarang, menjilatinya manja dan mengisapnya keras hingga kedua pipinya mencekung. Tidak lupa juga dia lakukan ekspresi mematikan yang biasa Kris lakukan untuk membuat kliennya cum—yaitu menatap tepat di matanya dengan seduktif, seakan menunjukkan bahwa dia adalah Slave yang patuh dengan penis masternya di mulutnya.

...

Lay tidak suka. Seharusnya Kris menatapnya seduktif dengan tatapan seksi, tatapan tajam yang seolah memaksa bottomnya untuk klimaks. Bukan tatapan penuh kepasifan begini—tatapan seduktif imut minta dikasihani yang bermakna 'aku adalah bot yang patuh, kan? Kamu mau menghadiahiku dengan memberikanku spermamu, kan?'

"SIALAN-!" Entahlah—tapi kemarahan dan emosi yang memuncak membuat Lay semakin tegang dan menumpahkan spermanya di mulut Kris. Kelihatannya sperma yang ia keluarkan cukup banyak dan mendadak sampai menyebabkan Kris terbatuk—Lay yang kaget langsung refleks mencabut penisnya keluar. Sesaat matanya bertemu dengan mata Kai yang berdiri berseberangan darinya, menangkap seringai lelaki itu.

"Jangan lupa bayar, Tuan Lay."

Oh. Oke.

Selang beberapa detik, pintu ruang pegawai tiba-tiba terbuka, menampilkan Chanyeol yang sudah tidak lagi mimisan. Ia berhenti di ambang pintu ketika matanya menangkap sosok Kai yang memperkosa Kris dengan doggy style. Matanya membelalak.

"HEI! KAI! Apa-apaan-!?"

Kai justru tertawa melihat reaksi Chanyeol dan memajumundurkan pinggulnya lebih cepat lagi. Setiap sodokan menghasilkan desahan dari Kris yang juga malu melihat Chanyeol. "Menikmati Kris. Kamu saja boleh, masa aku nggak boleh?"

"Tapi-"

"Aku sudah bayar. Tenang saja, Chanyeol."

"Tapi Kris-"

"-tetap bukan milikmu." Oh, senang sekali Kai mengerjai Chanyeol yang emosian. Tangannya menampar pantat Kris, mengajaknya bicara tapi dengan kedua mata masih menatap Chanyeol. "Kris hyung? Coba katakan, apa kamu menyukaiku?"

"Ahh-... ah! I, iya-... aku menyukaimu, Kai..." Memang susah untuk menolak di saat prostatnya terus diserang seperti ini berkali-kali, kan?

"Katakan sesuatu, Kris hyung," Kai masih menatap Chanyeol. Lelaki bertelinga lebar itu menelan liur karena kesal. "Katakan sesuatu yang bisa membuatku klimaks. Aku ingin Chanyeol lihat spermaku mewarnai pantatmu."

Kai benar-benar usil terhadap Chanyeol.

"... ah, Kai-... Tuan Kai," Tetap saja, sebagai Host yang baik, Kris patuh. Dia menatap ke belakang, ke arah wajah Kai, dan kembali menunjukkan ekspresi poutnya yang imut. Pantatnya sengaja digoyang-goyangkan ke kanan dan ke kiri. "Aku suka ditusuk oleh penismu yang besar dan panjang-... penis eksotismu saja enak sekali di dalamku-... apalagi kalau ditambah dengan sperma lezatmu. Keluarkan di dalam... aaahhh Kai sayang...~"

DEG—

—Itu dia. ITU DIA! Panggilan yang membuat Kai, seorang remaja puber, meleleh. Juga panggilan yang membuat Chanyeol tenggelam dalam imajinasinya bagaikan dialah yang dipanggil seperti itu. 'Sayang'.

"Kris hyung-... kau, kau sangat imut..." Ucap Kai terbata, perlahan tapi pasti ia menyemburkan spermanya di dalam Kris hingga meluber keluar. Kris langsung terjatuh lemas di permadani, sementara Chanyeol menghampiri mereka berdua dan mencengkeram kerah baju Kai.

"Kau! Jangan terlalu senang cuma karena Kris hyung memanggilmu sayang! Itu cuma dibuat-buat!" Chanyeol marah.

"Yah, setidaknya aku bukan seperti lelaki yang digantung setelah menyatakan cintanya."

"APA—Kai, Kris milikku! Camkan itu!"

"Kris memanggilku dengan 'sayang' duluan!"

"Tapi Kris tetap-"

"Kris milikku!" Satu suara lain memekik di antara pertengkaran mereka berdua. Itu suara Lay. Wajahnya memerah, baru menyadari bahwa dia baru saja membuat suatu pernyataan. "Eh... itu... maksudku-..."

"JANGAN BEGO, KALIAN! KRIS MILIKKU, POKOKNYA MILIKKU!" Ah, suara yang berapi-api itu. Itu suara Luhan.

"Kris milikku."

"Yif—Kris juga milikku mulai sekarang...!"

"Dia milikku!"

Ah, itu suara siapa saja? Tidak tahu. Kris sudah tidak peduli lagi. Suara mereka pun terdengar samar-samar. Kris hanya ingin bertistirahat sejenak saja mumpung mereka sedang sibuk bertengkar. Memejamkan mata sebentar saja...

.

.

.

.

.

.

.

"Kamu pilih mana, Kris!?"

"Hei… Kris?"

Tidak ada jawaban.

/ / /

Sekarang pukul setengah dua pagi. Lima belas menit yang lalu, sesaat setelah Lay dan Kai klimaks, Kris akhirnya tak sadarkan diri karena kelelahan. Chanyeol dan sang Owner, Suho, langsung menggotong Kris ke bilik nomor sepuluh untuk membiarkannya istirahat di sana. Bilik terdalam, bilik nomor sepuluh, dipilih karena letaknya yang paling jauh dari lobi dan pintu masuk. Mereka menginginkan Kris beristirahat total di sana tanpa perlu terganggu oleh suara-suara dari lobi. Tidak ada yang protes oleh tidurnya Kris karena memang klub sudah hampir tutup, Kris sudah melakukan tugasnya dengan baik selama tujuh jam.

Setelah selesai mengantar Kris ke kamar, Chanyeol kembali ke lobi untuk mengerjakan tugasnya yang tersisa, sementara Suho beristirahat di kantornya yang terletak tidak jauh dari kamar nomor sepuluh Kris berada karena tugasnya hari ini sudah selesai. Di lobi, orang-orang mulai kehabisan tenaga. Beberapa berhamburan keluar. Lay contohnya, dia sudah lari keluar setelah klimaks di dalam anus Kris dan membayar seratus ribu pada Suho langsung dengan wajah yang memerah—mungkin dia syok.

Minseok juga demikian, dia urung melihat mata semua orang di sana sambil menarik tangan Baekhyun, menyuruhnya pulang. "Baekkie ayo kita pulang sekarang! Aku ada kuliah jam delapan—setidaknya tolong beri aku waktu untuk tidur barang satu atau dua jam."

Baekhyun menurut saja sambil menguap, tas berisi macam-macam sextoy yang dia bawa itu dia seret secara asal saja meski resletingnya belum tertutup benar. Sebelum Baekhyun dan Minseok benar-benar pergi, Sehun—yang juga sudah rapi kembali dan menenteng ranselnya, menghentikan mereka di depan pintu dan berbisik pelan, "Jangan lupa buatkan aku buttplug yang tadi. Sampai jumpa rabu ketiga bulan depan," sambil berlalu keluar.

Sementara itu, Kyungsoo, setelah membayar bagian Zitao dan Jongdae dengan uangnya sendiri—tentu saja dia akan minta ganti uangnya kepada mereka nanti—harus menarik Zitao dan Jongdae berdiri dan menyeret mereka supaya mereka mau bangun. Zitao dan Jongdae seperti orang mabuk, masih lemas dan bicara tak karuan.

"Aku sudah tidak perawan lagi... seks pertamaku luar biasa." ucap Zitao. Kyungsoo miris mendengarnya, temannya yang polos dan imut ini sudah tidak perawan lagi dan kemungkinan akan menjadi maniak seks karena seks pertamanya sehebat ini. Kyungsoo merasa bersalah juga sih karena dia sendiri yang menyuruh Zitao memenetrasi Kris bersamaan tadi. Ckck, Kyungsoo sangat menyesal! Seandainya dia tadi tidak mengantar mereka ke sini, seandainya hari ini bukan Wednesday Wetkrisday, seandainya dia tidak ikut daftar...!

Sementara itu, dibandingkan Zitao, Jongdae justru merasa antusias dengan hal lain. Kyungsoo yakin dia mendengar Jongdae bergumam "Aku bisa jadi top... ternyata asyik juga..." selama Kyungsoo menyeretnya ke arah pintu masuk. Sebelum dia benar-benar keluar, Kyungsoo membungkuk pada Chanyeol, mengucapkan terima kasih.

Luhan, rasanya masih saja punya banyak stamina. Dia berkeras ingin melihat keadaan Kris di dalam, tapi ditolak berkali-kali oleh Kai dan Chanyeol karena Kris butuh istirahat dan tidak boleh diganggu.

"Memangnya di kamar nomor berapa sih dia?" Teriaknya kesal. "Biarkan aku pergi melihatnya! Aku khawatir sama dia, tahu! Aku suka Kris, Kris nggak boleh sampai sakit!"

Ouch. Luhan mungkin saingan terbesar Chanyeol dalam urusan cinta dan memperebutkan hati Kris.

Meski sudah berargumen selama lima menit, tetap saja Kai dan Chanyeol tidak membolehkan Luhan untuk melihat keadaan Kris. Karena sia-sia, Luhan menyerah dan akhirnya memutuskan untuk pulang. Akan tetapi, sebelum benar-benar pulang, dia mengatakan bahwa nanti malam—hari Kamis—dia akan datang lagi dan memesan Kris untuk minum-minum supaya bisa menenangkan diri. Kai mengangkat bahu, "Luhan bisa jadi kekasih yang sempurna seandainya dia nggak overprotektif dan memiliki kink aneh."

Yang tersisa hanya tinggal Chanyeol dan Kai. Mereka berdua merapikan bekas-bekas cangkir kopi, lalu mengangkat dan menggulung permadani yang berceceran sperma itu untuk dicuci. Setelah itu Chanyeol merapikan seragamnya, bersiap untuk pulang, sebelum tiba-tiba teringat apa yang Tuan Xiumin katakan pada Baekhyun tadi. 'Aku ada kuliah pukul delapan.'

Tunggu... bukannya Xiumin teman sekelasnya Kris, ya? Kalau begitu, Kris juga harus cepat-cepat pulang dan istirahat, dong?

Chanyeol meminta izin kepada Kai untuk ke dalam sebentar, lalu berjalan menuju bilik satu—tempat di mana Kris ditelanjangi oleh Baekhyun tadi—dan mengambil pakaian Kris yang berserakan di sana, dari mulai kemeja, jas, celana panjang, kaus kaki, sepatu, bahkan celana dalam. Dia lipat pakaian itu supaya rapi, lalu berjalan keluar untuk mengantarkannya pada Kris yang beristirahat di bilik sepuluh. Memang seperti inilah perhatian yang sering Chanyeol berikan kepada Kris. Apalagi sekarang Kris sudah tahu bahwa Chanyeol menyukainya—aah, wajah Chanyeol langsung memanas. Ia seperti anak SMP yang sedang kasmaran lagi. Ia sudah menyatakan cintanya pada Kris, dan juga sudah mencumbui Kris... berarti sekarang mereka pacaran, kan? Iya, kan? Kris tidak terlihat dia menolak perasaan Chanyeol, kok! Malah menjawab dengan senyuman dan ucapan bahwa dia sudah tahu. Chanyeol berjingkrak-jingkrak sendiri memikirkannya bahwa setelah ini mereka akan bisa menjalani hubungan cinta yang normal layaknya pacaran biasa, tidak hanya bertepuk sebelah tangan!

Bilik sepuluh terasa sangat jauh dari lobi, karena memang letaknya yang paling di ujung. Scappatella memiliki satu koridor utama yang sangat panjang dan lurus. Di ujung koridor itu adalah ruangan Owner. Untuk mencapai sana, harus melewati lima lorong yang bercabang dari koridor utama, lima lorong di kanan koridor dan lima lorong lagi di kiri koridor. Lorong-lorong kanan dan kiri koridor utama itu berujung ke bilik. Bilik memang ditempatkan agak jauh dari koridor utama, tempat orang berjalan-jalan, supaya suaranya tidak terdengar keluar. Lima lorong di sebelah kiri berisikan bilik nomor ganjil, dan bilik bernomor genap ada di lima lorong di kanan. Karena itu perjalanan Chanyeol dari bilik nomor satu sampai bilik nomor sepuluh sangat jauh, karena bilik satu berada di lorong kiri dan paling dekat dari lobi, sementara bilik sepuluh berada di lorong kanan dan terjatuh dari lobi.

Akhirnya Chanyeol tiba di bilik sepuluh itu, dan dia sudah siap untuk berlaku keren di depan Kris saat membuka pintunya pelan-pelan. "Kris, ini bajumu! Mau sekalian kuantar pulang? Hari ini aku bawa mobil, kamu nanti ada kuliah pagi, kan? Kamu tidur saja di jok belakang sementara aku yang nye-... tir..."

Chanyeol diam.

Tidak ada siapa-siapa di dalam. Tidak ada Kris.

Chanyeol berkedip bingung. Dia yakin sekali tadi menaruh Kris di bilik sepuluh ini, di kasur ini. Di atas kasur pun terlihat seprai yang agak berantakan seperti habis ditempati. Tapi tidak ada Kris di atas kasur, di bawah kasur, di mana pun. Kamarnya gelap.

Chanyeol, masih memegang pakaian Kris, menyalakan lampunya dan memanggil-manggil nama Kris. Siapa tahu dia sedang bersembunyi. Chanyeol sudah membuka pintu lemari, mengintip ke kolong tempat tidur, mengintip ke kamar mandi, tapi sosok Kris tidak terlihat. Chanyeol kebingungan. Sungguh. Lalu sekarang Kris di mana? Apa dia sudah pulang? Tapi pakaiannya kan masih ada di tangan Chanyeol...? Dia mau pulang dengan pakaian apa?

Masih keheranan, Chanyeol keluar dari kamar itu dan berjalan menuju lobi, ingin menanyakan apakah Kris sudah pulang duluan pada Kai. Untuk menuju lobi, dari lorong bilik sepuluh cukup berbelok kiri dan lurus terus sampai ujung. Sementara apabila Chanyeol belok kanan maka akan terlihat ruangan Owner di ujung koridor.

Dan Chanyeol menyadari sesuatu yang aneh saat dia tidak sengaja menengok ke kanan.

Pintu ruangan Owner terbuka sedikit dan samar-samar terdengar suara desahan dari dalam sana.

/ / /

Ketika Kris membuka matanya, yang pertama dia rasakan adalah udara dingin yang menyentuh kulitnya yang kering. Lebih dingin daripada AC di lobi, dan Kris langsung tahu di mana tempat yang memiliki AC terdingin di klub ini. Empat belas derajat Celcius dan dibuat mode swing supaya anginnya bisa berayun. Kris sudah tahu, ruangan ini sangat familiar. Keadaannya sekarang pun sangat familiar. Pose tubuhnya sendiri saat ini bukanlah berbaring, namun berdiri. Kakinya masih menyentuh lantai, namun lututnya agak menekuk karena tubuhnya sedikit membungkuk oleh gravitasi yang menariknya ke bawah tetapi sesuatu yang menahannya dari atas untuk tidak jatuh. Dari tangannya yang tidak dapat digerakkan, Kris langsung tahu bahwa kedua tangannya tertarik ke atas, seperti tergantung oleh suatu tiang di atas sana. Tiang itulah yang menahannya supaya tidak jatuh tersungkur ke bawah.

Yang mengikat kedua pergelangan tangannya adalah borgol, Kris tahu itu dari rasa dingin di pergelangan tangannya. Borgol itu terhubung ke tiang berbentuk horizontal yang bisa dipasang-lepaskan dari dinding. Kris tahu semuanya, dia sudah biasa. Oh, sudahkah diberi tahu bahwa Kris hafal semuanya tanpa perlu melihat karena matanya sekarang sedang ditutup oleh kain penutup mata berwarna hitam gelap?

Tubuhnya tidak lagi seluruhnya telanjang. Sebuah collar terkalung di lehernya. Collar itu kemudian terhubung dengan sesuatu yang terbuat dari kulit, berbahan seperti ikat pinggang, yang melilit tubuhnya, namun tidak menutupi bagian-bagian sensitif seperti kedua puting dada, perut, dan kedua tangan. Di bagian bawah, perangkat bernama chastity belt—alat yang berguna untuk 'mengunci' selangkangan Kris dan melarangnya klimaks—menutupi selangkangannya seperti celana dalam, meski hanya sekadar sabuk tipis yang bahkan tidak menutupi bentuk pantatnya—dan di bagian depan chastity belt itu dibuat mengikuti lekukan alat kelamin lelaki, sehingga bentuk skrotum dan batang kejantanan Kris dipertunjukkan di sabuk itu. Chastity belt yang dikenakannya saat ini terasa berat dan keras di sekitar penisnya, jadi Kris bisa mengira bahwa chastity belt ini adalah pelarang orgasme sekaligus electric stimulationestim—yang bisa merangsang penisnya dengan getaran dari arus listrik. 'Pakaian' yang sangat minimalis, bisalah dibilang saat ini Kris hanya mengenakan sabuk yang disampirkan asal ke sekujur tubuhnya, tapi Kris tahu benar bahwa ini bukanlah pakaian asal.

Ini outfit BDSM.

"Kau sudah sadar, Kris-ku sayang?"

Tanpa melihat pun Kris sudah tahu suara itu, logat itu. Sudah hafal siapa yang sering melakukan BDSM padanya setiap Rabu ketiga selesai. "Iya... owner."

Suho menyeringai, bunyi sepatunya yang mendekat terdengar sangat menegangkan untuk Kris. "Kau salah memanggilku, Yifan."

Kris menelan liurnya. ketika ia sudah dipanggil Yifan, maka semua permainan dimulai— "—maafkan aku, Daddy."

/ / /

Pukul dua pagi. Di dalam ruangan Owner yang pintunya sedikit terbuka, terdengar erangan seksi yang juga terdengar memilukan.

"Daddy...! Daddyyyyy, setrumannya-! Kumohon lepaskan-"

Suara cambuk bertemu kulit, yang membuat Kris kembali menjerit. "Sebagai Owner, aku ingin menilai performamu malam ini, Kris. Kau berbuat banyak kesalahan."

Suho mengelus pantat Kris yang berangsur-angsur memerah akibat cambuknya barusan, sesekali mencubitnya. "Pertama, kamu menolak saat Tuan Baekhyun mau membawamu ke lobi untuk gangbang. Itu seharusnya tidak boleh. Host di sini harus selalu menganggap pelanggannya sebagai raja!"

"Aaaarh!" Kris menjerit lagi saat cambuk Suho mendarat keras di pantatnya, memberikan getaran sampai ke selangkangannya, dan membuat aliran listrik di penisnya yang meliputi penisnya menyetrum lebih kuat. "Maaf Dad—"

"Dan kau berkali-kali memanggil Tuan Xiumin dengan nama aslinya!" Cambuk panjang itu kembali mendarat di pantat Kris, kali ini di pipi pantat sebelah kanan yang masih belum terlalu merah, menimbulkan jeritan dari Kris lagi. "Sudah berapa tahun kau kerja di sini, Kris? Kau seharusnya tahu identitas pelanggan sama pentingnya dengan identitas Host!

"Ketiga, kau sempat menolak permintaan dua klien untuk memenetrasimu bersamaan! Kau tahu kau seharusnya tidak boleh menolak!" Cambukan ketiga di pantat Kris, bahkan sekarang satu tangan Suho sempat meremas bongkahan kenyal itu, membuat Kris mendesah oleh perlakuan yang amat bertolak belakang.

"Keempat!" Suho mencambuk bokong Kris berkali-kali sekarang, bahkan cambukannya sekarang agak turun hingga ke paha belakang Kris. "Kau disentuh oleh... Luhan, Chanyeol, Lay. Mereka yang menyukaimu-"

"Tapi, Daddy—Daddy sendiri yang membolehkan mereka menyerangku bersama-sama—AAAAKH!"

Kris tidak dapat menahan teriakannya ketika setruman di penisnya mengencang karena tangan Suho meraih bagian bawah chastity belt tersebut dan menyalakan setrumannya menjadi level maksimal. Ini sangat menyiksa bagi Kris—penisnya bergetar oleh setruman, namun pada saat yang sama kejantanannya itu terbungkus sabuk yang keras dan tidak bisa dilepas oleh dirinya sendiri. Bola kembar dan batang penisnya sudah mengeras dan menegang, namun tertahan di dalam sabuk dan tidak bisa bebas. Dirangsang dan dilarang untuk klimaks di saat yang sama...

"Bukan itu masalahnya!" Suho ikut berteriak sekarang, nada frustrasi dan sebal terdengar dari suaranya. "Mereka mencicipimu, dan mereka menyukaimu. Padahal—kau tahu? Kau tahu kenapa tidak ada satu pun pelanggan yang datang ke klub ini ketika gangbang sudah dimulai? Karena aku yang mengunci pintu masuknya, Yifan! Aku yang tidak ingin kalau ada banyak orang lain datang lagi mencicipimu! Kau tahu kenapa!? Itu karena… di sini, aku—"

Karena matanya tertutup oleh blindfold, semua sentuhan bagaikan rangsangan yang dapat memacu adrenalin Kris saat ini. Salah satu inderanya tidak berfungsi, oleh karena itu dia menjadi lebih sensitif di sentuhan. Termasuk saat benda kenyal yang merupakan bibir Suho mendarat di atas bibir Kris dengan lembut. Meskipun itu adalah ciuman yang lembut dan tidak terasa penuh nafsu sedikit pun, Kris tetap terangsang. Dan disentuh dengan lembut oleh bibir Suho setelah baru saja merasakan penyiksaan yang menyakitkan di bokongnya dari orang yang sama, ...itu membuat Kris terangsang.

"Di sini, aku," Suho melanjutkan, suaranya terdengar lirih di depan wajah Kris. "Daddy-lah yang menyayangimu, Yifan sayangku."

Tidak ada suara sedikit pun di antara mereka selama beberapa saat, dan perlahan-lahan bibir Kris membentuk senyum simpul. Dia menjilati bibir Daddy-nya tersebut, lalu menjawab dengan suara yang juga lirih namun seksi, "Aku juga sayang Daddy. Kalau tidak ada Daddy, aku tidak bisa berada di sini sekarang. Yifan sayang Daddy. Daddy..."

Dan kali ini justru Kris-lah yang menggerak-gerakkan badannya, juga menggoyangkan pantatnya seakan ingin menggoda Suho. "Daddy, sentuh aku. Fuck me... "

Suho menyeringai dalam diam, tangannya menyenggol penis Kris yang terbungkus, membuat lelaki itu kembali menjerit oleh setruman kepada batang kemaluannya. Suho berpindah ke belakang Kris, mengangkat satu kaki lelaki pirang itu ke samping supaya belahan pantatnya dapat terlihat, kemudian melepas bagian belakang chastity belt yang menutupi belahan pantat Kris itu, lalu dengan cepat menghujam ke dalam lubang Kris menggunakan penisnya.

"Oohhh Master...! Rasanya enak—ah-..."

Suho menampar pipi pantat Kris yang sudah kemerahan oleh cambuknya, "Cukup panggil aku Daddy, Yifan... I'm your Daddy."

"D, Daddy...!" Kris mengerang, satu kakinya yang terangkat mengayun dan bergerak-gerak acak akibat rangsangan yang dia terima. Lubangnya berkedut hebat setiap kali Suho menyodoknya dan penisnya tersetrum. "Daddy, lebih cepat lagi!.. dad—AAAAKH...!"

Suho sudah hafal di mana letak prostat Kris, tidak perlu waktu lama baginya untuk menemukan titik itu dan menumbuknya berkali-kali. Sodokan demi sodokan membuat Kris tenggelam dalam nafsu, tubuhnya ikut bergerak ke depan dan belakang seraya Suho memperkosanya kasar. "Yifan-ku... kau sekeras ini karena afrodisiak, hm? Afrodisiak yang membuatmu puas disetubuhi oleh Luhan dan Chanyeol...?"

Kris menggeleng tanpa suara, hanya desahan yang keluar dari mulutnya. Ketika Suho melepas ikatan dasinya dari mata Kris, lelaki pirang itu langsung menoleh sedikit ke belakang dengan matanya yang sendu namun penuh nafsu, dan akhirnya menjawab pertanyaan Suho. "Tidak mungkin, Daddy, ini bukan pengaruh perangsang! Daddy selalu bisa membangkitkan gairahku, Daddy bisa memenuhi kebutuhan biologisku-... aaahh, aku sayang Daddy... Daddy, I'm yours...—Yifan milikmu, Daddy! Yifan sayang Daddy!"

Suho sangat puas dengan jawaban Kris, hingga cairan precum membasahi dalam Kris, dan dengan cepat Owner klub itu langsung membuka bagian depan chastity belt dari penis Kris, membuat alat tersebut terlepas sepenuhnya. Tangannya pun langsung memompa kejantanan Kris seirama dengan tusukannya pada prostat Kris.

"OOHHH DADDY—DADDY...! T, terus-"

"Nnngh Yifan-... Yifannnn..."

"D, Daddy!... pelan-pelan atau... ah... Yifan akan keluar-"

"Tidak apa-apa Sayanggg..." Suho menggeram, bibirnya menciumi perpotongan antara leher dan bahu Kris. "Keluarkan saja... bersama...! Daddy juga akan mengisimu dengan sperma Daddy... mengisi penuh rahimmu dengan benih-benih bayi kita."

Kris selalu lemah dengan dirty talk aneh namun romantis tersebut—dan dirty talk Suho itu sukses membuatnya menjerit dalam kenikmatan dan menyemburkan spermanya ke lantai, bersamaan dengan rasa hangat yang ia rasakan di dalamnya yaitu sperma Suho yang juga keluar di waktu yang sama. Mereka diam dalam beberapa saat, Suho memeluk Kris dari belakang, dan tak lama dia melepaskan borgol dari tangan Kris, menyebabkan Host tersebut jatuh terbaring karena kelelahan. Setelah ia terbaring di lantai pun Suho masih menaburkan banyak ciuman di wajah Kris.

"Yifan... menginaplah di sini denganku."

Tawaran yang bagus, seandainya Kris tidak ingat bahwa dia ada kuliah pagi sekitar lima jam lagi dan jumlah absennya di mata kuliah itu sudah limit akibat selalu membolos pada Rabu ketiga setiap bulan. Kris tersenyum, menangkup pipi Suho dan memberikannya ciuman singkat, sebelum akhirnya menggeleng dan berusaha untuk bangun. "Aku harus segera pulang, ada kuliah nanti."

"Kau yakin kau bisa pulang dengan kondisi seperti ini?"

"Justru aku yakin kondisiku akan lebih memprihatinkan kalau aku menginap di sini bersama Daddy," Kris tertawa, jelas dia sudah memperkirakan berapa ronde yang akan mereka mainkan apabila menginap. "Aku akan pulang, Daddy. Terima kasih banyak atas evaluasi performanya, dan maaf kalau aku merepotkanmu."

Kris membungkuk pada Owner klubnya tersebut. Dia tersenyum simpul, senyum penuh kebahagiaan yang sama sekali tidak pernah ia tunjukkan di depan orang lain. Kris mencintai Suho—Suho adalah daddynya, secara seksual maupun tidak. Suho adalah pengganti figur ayah dalam hidupnya—pengganti figur ayah yang sudah meninggalkannya sejak dia hanya seorang Jiaheng.

Jiaheng punya ayah yang meninggalkannya, sementara beberapa tahun kemudian dia sebagai Yifan mendapatkan sosok ayah untuknya.

Sosok ayah asli yang mengubah hidup Jiaheng menjadi merana, sementara sosok ayah Daddynya membuat hidup Yifan bahagia—dia diberikan kasih sayang, cinta, pekerjaan, kehormatan, dan pelampiasan untuk nafsu.

Memikirkan Suho saja bisa membuat Kris tersenyum-senyum kecil tanpa sebab. Senyumnya tetap ia tunjukkan sambil berjalan menuju pintu keluar yang entah kenapa sedikit terbuka. Dia tersentak saat ada sesuatu tepat di depan pintu ruangan Owner tersebut.

Pakaian Kris yang sudah terlipat rapi.

THE END —


A/N:

Hayo, siapa yang menyangka fanfic ini akan berakhir happy ending antara Kris dan Chanyeol?

Hm, halo! Akhirnya ff ini selesai juga. Sejujurnya saya masih belum puas terutama dengan bagian Chanyeol, Chen, dan Suho. Saya agak kepepet gitu sih karena yang ngasih saran kink pun nggak ada (?) Bahkan apa yang harus dilakukan Kai dan Lay kepada Kris saja nggak saya rencanakan sebelumnya… nulis sambil mikir saja… akhirnya Kai dan Chanyeol malah berantem. Tapi karena ada kesibukan dan lain-lain, saya pikir fanfic ini nggak akan bisa update sampai pertengahan 2016 kalau saya nggak berusaha menyelesaikannya sekarang ketika masih punya waktu. Jadi saya pikir mendingan beberapa part (Chanyeol, Chen, Lay, Suho) dan gangbangnya dibuat singkat daripada saya harus membuat kalian menunggu updatean fanfic ini sampai satu tahun lebih. Maafkan saya. Semoga kalian puas dengan gangbang (yang nggak terlalu gangbang) ini karena kalau jelek pun itu karena saya sayang kalian (?).

WARNING: Di bawah ini ada A/N yang sangat panjang, seperti credit kalau suatu film sudah tamat. Silakan diskip sampai bawah kalau kalian tidak tertarik. Di paling bawah ada suatu survey(?) dan pertanyaan yang mungkin mau kalian jawab :3

Pertama, saya minta maaf karena:

- Telat update

- Terlalu pendek dan nggak terasa seperti gangbang/bagian seksnya kurang memuaskan. Dan nggak sesuai ekspektasi. Alasannya ada di atas.

- Part ini terlalu panjang, sampai 44 halaman Microsoft Words. Terutama bagian awal yaitu Xiumin – Baekhyun – Chanyeol (9000 words/18 halaman) yang masih lebih banyak walau part DO Tao Chen, Kai Lay, dan Suho kalau digabung. Alasannya karena… saya mau mendeskripsikan Baekhyun sebagai si sadis yang memang sadis. Semoga partnya yang panjang bisa memberikan kesan sadis yang cukup. Maaf kepada para pecinta Baekhyun…

- Ada beberapa deskripsi ciri-ciri alat/tempat/posisi yang kurang bisa dimengerti. Untuk deskripsi tempat/posisi, misalnya deskripsi denah koridor dan bilik Scappatella, kalau mau tahu lebih detail, bisalah PM saya aja untuk saya gambar, bukan pakai deskripsi tulisan lagi. Hehe. Dan untuk alat sextoy, sebenernya aku melakukan banyak riset untuk chapter ini. Contohnya kopi perangsang, permen perangsang, chastity belt merangkap estim, dan breast pumper. Semuanya ada di dunia nyata, kecuali tujuh buttplug yang memang 'bikinan Baekhyun sendiri'. Saya tentu nggak bisa memasukkan masing-masing merk di dalam cerita, tapi kalau kalian cukup bingung membayangkan bentuk masing-masing sextoy, kalau cari di google pasti ada, lho. Bahkan efek samping dari afrodisiak kopi pun juga ada. Makanya sekarang perangsang itu nggak dijual bebas lagi. Lol… jadi Suho beli kopi itu dari mana?

- ada bagian yang kalian nggak mengerti dari fanfic ini. Misalnya; apa hubungan Kai dan Kris? Bagaimana Kris bisa sayang sama Suho? Kenapa Sehun minum cola? (?) Kalau memang penasaran dan bingung, Tanya saja di review/PM ya, biar bisa saya jelaskan :D

- Luhan dan Sehun nggak ikut memasuki Kris. Alasannya… di chapter 4 kan sudah? XD Jadi di sini mereka bagian supporting roles aja. Gantian dong, kasian 9 orang lainnya kalau mereka mendominasi Kris terus (?)

- Katanya, bahasa fanfic ini terlalu formal, ya? Hehehe soalnya nuansa fanfic ini juga dark sih, kayaknya aneh kalau aku pakai bahasa gaul. Di chapter ini (dan sebelumnya) udah aku masukin beberapa kata nonformal, ya, biar sedikit lebih santai.

- ada beberapa kink yang kalian nggak suka… maaf banget…

- endingnya nggak sesuai harapan kalian, dan gantung.

Kedua, terima kasih karena:

- Sudah jadi reviewer, reader, subscriber, follower, pemberi saran/kritik, pengirim PM, dan setia menunggu updatean fanfic ini! TERIMA KASIH BANYAK! Setiap hari e-mail saya penuh dengan notifikasi dari kalian, terima kasih!

- Thanks to:

ky, Wenky mell, Odult maniac, chohunhan, guest, guest, Ziall horlik, Love you, S150599, sora, Gracie willshere, Kang hyera, Sehunsdeer, A .96, Will , Mamiko momoda, Jeseey, Ohxoho, Gaemcloud347, Guest, putriakak, Rahardjo642, HamsterXiumin, DoubleAA10, Kris uke maniak, Selu88, guest, yy, laxyovrds, Jangan di baca, Kim. .77, Avs1105, guest, Saoloh v, MeMyn, Guest, aru, luluhann, Yifan yifan, kembarannya Irene RV, dan semua yang sudah PM/favorite/follow tapi tidak tersebut

- Special thanks to: h0ngbin_, jrylngmn, PhoenixChan_, diukyung

Ketiga, saya ada pertanyaan dan mau minta saran sama kalian.

- Siapa pair favorit kalian di ff ini? Dan alasannya? Jawab via review atau PM boleh, kok:D

- Rencananya saya mau bikin sekuel yang (seperti yang sudah saya jelaskan di atas) isinya hubungan antara Kris dengan mereka bersebelas di luar klub. Jadi hubungan mereka bukan antara host-klien, dan seks mereka pun bukan antara host-klien; alias bisa dilakukan di luar klub dan Kris bisa menolak. Maksud sekuel itu adalah untuk menggali karakter dan kink dari setiap tokoh lebih dalam lagi. Jadi formatnya adalah; satu chapter satu pair. Misalnya chapter 1 XiuRis, chapter 2 HunRis, dll. Dan kinknya pun tentu saja berbeda-beda tiap chapter :D Jadi… apakah kalian tertarik dengan sekuel seperti itu? Atau lebih baik ditamatkan di sini saja supaya kalian punya lebih banyak kesempatan untuk berimajinasi tentang hubungan Kris dengan mereka setelah aktivitas gangbang ini? Kalau memang tertarik, apakah di sekuel itu Kris harus tetap jadi bot, atau kembali menjadi top, atau versatile?

Omong-omong, selamat kepada avs1105 yang jawaban easter egg-nya di chapter lalu hampir benar! Di chapter kemarin ada dialog Sehun yang bilang "tujuh hari lagi aku akan berumur tujuh belas tahun". Real Sehun ulang tahun tanggal 12 April, dan chapter kemarin diupdate tanggal lima April. Jadi tujuh hari yang dimaksud di chapter kemarin adalah tujuh hari di dunia nyata kita. Easter egg sendiri artinya adalah 'fitur tersembunyi' di dalam suatu cerita =)) Selamat ya avs1105! Buat hadiahnya, kamu mau dibikinin apa? PM saja langsung =))

TERIMA KASIH BANYAK ATAS DUKUNGAN KALIAN YANG MEMBUAT FANFIC INI BISA SELESAI! Kritik dan saran tetap diterima! Terima kasih! :)

(Ps: Kalian udah lihat foto Kris peluk-peluk dan cium stan M*ybelline dirinya sendiri dan patung dirinya sendiri di Madame Tussauds? Aku jadi kebayang seme!Kris dan uke!Kris melakukan anu-anu/? XD)