A NEW LIFE

Pairing : Sasuke U & Hinata H

Disclaimer by Masashi Kishimoto

Don't Like This Pairing? Don't read ^^

.

.

Terkadang goresan luka itu terlalu dalam, sehingga membuatmu menyerah. Lalu kau mulai mencari jati diri baru dan duniamu sendiri. Berawal dari sebuah kesalahan kecil, takdir membuatmu seolah terikat pada benang merahnya yang membawamu pada pria yang tak kau kira. Dan hidup barumu pun segera dimulai. SasuHina, Canon (Dihatiku).

.

.

Sasuke melepaskan ciumannya dari Hinata, saat hendak mencium gadis itu kembali, Hinata sontak mendorong Sasuke dengan sedikit keras sehingga pelukannya pada Hinata terlepas dan dia nyaris terjatuh kebelakang. Sasuke menatap Hinata dengan pandangan bertanya-tanya, mengapa tiba-tiba dia mendorong dirinya seperti itu. Sadar telah melakukan kesalahan, Hinata segera menunjuk ke arah pintu dimana Tsunade dan Sizune masih merasa terkejut melihat pemandangan tadi agar Sasuke tidak semakin bertanya-tanya akan penolakannya. Rasanya Hinata ingin menangis, ciuman pertamanya di ambil oleh orang yang bahkan Hinata dekat dengannya saja tidak, meski pun kini dia telah menjadi suaminya.

"Ehem, maaf kalau kami mengganggu," Tsunade menghampiri kedua orang tersebut, sementara Sasuke merasa kesal karena dua wanita ini terus mengganggunya semenjak dia membuka mata di ruangan ini.

"Kenapa kalian selalu datang kemari?" Sasuke menatap tajam Tsunade yang berdiri di depannya.

"Tentu saja, karena sudah kewajibanku sebagai Hokage dan kepala Ninjutsu medis di sini mengawasi setiap hal-hal yang mencurigakan!"

"Apakah berciuman termasuk dalam kategori mencurigakan, eh?" jawab Sasuke sinis, sementara Hinata yang mendengar kata-kata lelaki tersebut rasanya tubuhnya lemas, karena hanya akan semakin membuatnya sadar bahwa dia baru saja berciuman, meski lebih tepatnya dicium sepihak dan itu adalah ciuman pertamanya, semua bayangan tentang ciuman pertama yang indah kini sudah tak bersisa. Mengapa hidupnya bisa begitu sial?

Tsunade sendiri merasa dongkol, 'meski hilang ingatan ternyata tidak merubah kebiasaan bocah ini bersikap sinis,' batin Tsunade. Sasuke hendak mengatakan sesuatu namun Hinata sudah lebih dulu berbicara, "Hentikan, Uchiha-san jangan bersikap tidak sopan!" Hinata menegur Sasuke karena kata-katanya barusan. Hinata langsung sadar bahwa dia salah menyebutkan marga Sasuke sekarang.

"Uchiha? Siapa?" Sasuke bergumam bingung.

"Ahahaha... Gomenasai, aku dan Hokage-sama tidak bermaksud untuk tidak sopan dan menganggu acara kalian, kami memiliki hal penting untuk didiskusikan dengan kalian menyangkut keamanan kalian," Sizune tertawa kikuk dan berinisiatif membantu gadis itu dengan mengalihkan pembicaraan karena Hinata kelihatannya tidak bisa menjawab pertanyaan dari Sasuke.

"Keamanan? memangnya ada hal apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa kan Hime?" Sasuke memegang tangan Hinata dan menatap gadis itu dengan pandangan khawatir, sementara Hinata sekali lagi merasa terkejut dengan tindakan tiba-tiba yang di lakukan Sasuke.

"Ehem, dia baik-baik saja Yamada-san," Tsunade merasa risih melihat sikap berlebihan bocah itu, Sasuke melepaskan pegangan tangannya dan menatap sinis wanita itu.

"Jadi keamanan apa yang kalian maksudkan?"

"Apa kau ingat alasan mengapa kau berada di rumah sakit ini?" Tanya Tsunade.

Sasuke terdiam cukup lama, dia mencoba memikirkan jawaban dari pernyataan tersebut, tapi dia tidak bisa mengingatnya, ini adalah suatu hal yang aneh, dia bisa mengingat awal mula pertemuan dengan istrinya, pernikahan dan rumah tangga mereka, lingkungan tempat mereka tinggal, tapi terasa ada banyak kejanggalan, rasanya ada banyak hal yang hilang, sementara itu Hinata merasa sedikit takut, bagaimana jika semua pertanyaan itu justru membuat semuanya berantakan.

.

.

.

Flashback

"Hinata, sebelum menemui Sasuke kupikir ada baiknya memberitahukanmu tentang Sasuke," Tsunade mengambil sebuah buku dan memberikannya kepada Hinata.

"Apa ini Hokage-sama?" Hinata menatap buku yang di sodorkan Tsunade dan membuka halaman pertama, terdapat rincian biodata Sasuke.

"Itu adalah identitas dan semua hal yang berkaitan dengan Sasuke yang hilang ingatan serta ada beberapa catatan mengenai rekap medis perkembangan otak Sasuke. Di halaman pertama kau bisa melihat identitas baru Sasuke, tentang ingatan dirinya yang sekarang." Hinata membaca sekilas info tentang Sasuke yang ada dalam buku tersebut.

"Jadi aku harus mengahafalkan semua ini Hokage-sama?"

"Iya, sebenarnya bukan hanya sekedar menghafal Hinata, tapi kau juga harus menganggap bahwa identitas Sasuke yang sekarang adalah identitasmu juga karena kalian suami istri dan kau akan semakin terlibat dalam hidupnya."

Hinata membaca dengan teliti halaman pertama mengenai identitas baru suaminya itu. Tentang tanggal lahir, golongan darah bahkan tinggi badannya.

"Jadi sekarang kami menggunakan marga Yamada, aku belum pernah mendengar marga itu?" tanya gadis itu bingung.

"Semalam aku telah memerintahkan para anbu untuk masuk kedalam pikiran Sasuke dan inilah informasi yang mereka dapatkan, kau harus ingat Hinata saat ini Sasuke masih meyandang status sebagai missing nin dengan rangking S, dia masih dianggap salah satu ancaman untuk desa. Sasuke masih belum diterima di desa ini, meski dia berkontribusi sangat besar selama perang dunia ninja ke empat."

Hinata membuka halaman selanjutnya, di situ tertulis tentang kenangan, kebiasaan dan kegiatan Sasuke dan juga dirinya. Muka Hinata sontak memerah saat membuka halaman berikutnya yang masih merupakan sambungan sebelumnya, bagaimana bisa mereka menuliskan detail tentang ciuman pertama mereka dan kegiatan yang bahkan Hinata sendiri merasa malu membayangkannya. Hinata cepat-cepat membuka halaman selanjutnya, di halaman itu tertulis segala kesukaan, hobi, dan semua hal tentang keinginan Sasuke. Hinata membaca satu-persatu halaman buku tersebut hingga selesai. Dia sudah mengingat beberapa hal tentang Sasuke. Setidaknya dia yakin dia bisa mengenal lebih lanjut tentang calon suaminya itu.

"Hinata, aku mengundangmu kemari bukan hanya untuk kau membaca buku itu. Ada hal penting yang perlu kau waspadai dalam hal ini!" Tsunade menatap gadis itu serius.

"Apakah ada sesuatu hal yang salah Hokage-sama?"

"Beberapa anbu termasuk Ino dan shikamaru telah memeriksa kondisi ingatan Sasuke. Sebenarnya ada hal yang aneh dari pikiran Sasuke. Aku telah meneliti bahwa delusi yang terjadi pada bocah itu bukan sebuah delusi biasa. Memang pada bagian otaknya telah mengalami kerusakan yang cukup parah akibat benturan yang sangat kuat hingga dirinya menjadi koma selama setengah tahun, tapi pada umumnya dalam dunia ke dokteran ada tiga jenis orang yang kehilangan ingatan, permanent dalam artian semua ingatan itu telah terhapus sepenuhnya atau sementara yang artinya sewaktu-waktu ingatan itu bisa kembali dan yang terakhir hanya memori tertentu yang hilang, bisa kejadian yang tidak dia inginkan atau kejadian masalalu atau masa sekarang. Tapi di dalam otak bocah itu sususan sel-sel memorinya masih utuh, yang artinya dia tidak kehilangan memori sepenuhnya tapi pada saat ino mencoba memasuki pikiran Sasuke, memori itu seolah-olah telah di segel oleh seseorang dan diganti dengan memori yang baru," jelas Tsunade panjang lebar. Sementara gadis itu merasa sedikit kaget dengan perkataan Hokage itu.

"Apakah itu semacam genjutsu Tsunade sama?"

"Bukan, cara kerja genjutsu hanya sementara Hinata, dan tidak mungkin ingatan Sasuke tersegel. Ingatan Sasuke seperti di manipulasi oleh seseorang, dan ingatan itu hanya berputar di satu titik. Kejadian yang terjadi dalam delusi itu berulang terus menerus. Ino tidak bisa melihat memori Sasuke yang dulu, dia bilang ada penghalang yang sangat kuat, aku menduga bahwa Sasuke mungkin mengalami pencucian otak akan tetapi beberapa kebiasaan masalalu Sasuke masih terjadi dalam memorinya sekarang namun dalam versi dirinya yang baru. Hinata, aku meminta kau untuk berhati-hati. Aku masih belum tau apakah ingatan Sasuke di kontrol oleh seseorang."

"Tapi siapa yang melakukan hal itu Hokage-sama?"

"Aku juga tidak mengerti, aku masih belum menemukan tanda apakah pikiran Sasuke di kontrol oleh seseorang karena delusi yang terjadi sangat alami, tidak ada bagian dari delusi tersebut yang terpotong atau berurutan tidak jelas, semuanya terhubung satu sama lain. Dan bahkan tidak ada hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu yang mencurigakan, karena bocah itu mengingat dirinya hanya sebagai warga biasa yang lahir dari keluarga pedagang yang kaya. Meski memang ingatan tentang keluarga itu terlihat samar-samar dan semua ingatan itu berkaitan dengan dirimu." Tsunade memijit keningnya, rasanya otaknya juga menjadi pening memikirkan analisa yang belum bisa mencapai titik terang, apa penyebab pemuda itu mengalami delusi yang menyeret Hinata.

"Hinata apakah kau memiliki memori masa kecil bersama Sasuke? Atau bagaimana hubungan kalian selama menjadi genin dan teman satu angkatan?"

Hinata terdiam, dia mencoba mengingat-ingat apakah pemuda itu pernah menjadi teman kecilnya atau semasa genin mereka pernah membicarakan sesuatu yang penting. Tapi Hinata tidak bisa menemukan sesuatu, karena pada dasarnya mereka hanya dua orang asing yang pernah berlabel sebagai teman yang mungkin saja hanya saling mengetahui nama satu sama lain. Hinata bahkan ragu pemuda Uchiha itu tau tentang namanya, mengingat Hinata yang dulu tidak pandai bersosialisasi dan hidupnya banyak di habiskan di dalam kompleks Hyuuga. Hinata jarang pergi keluar dengan teman-temannya kecuali dengan tim delapan. Hinata baru membuka diri ketika usianya mencapai umur lima belas tahun, dia terkadang ikut dengan ajakan teman-temannya seperti makan bersama atau berlatih bersama dan pergi ke onsen tapi saat itu Sasuke telah pergi dari desa.

"Tidak ada Hokage-sama, aku tidak pernah dekat dengan Uchiha-san. Kami hanya bertegur sapa beberapa kali saat di genin itu pun tidak secara langsung dan hanya aku yang menyapanya tapi dia tidak pernah membalas sapaanku."

"Apakah tidak ada hal lain yang bis kau ingat?"

"Ah, iya aku pernah mengobrol sebentar dengannya seusai ujian genin saat aku berhasil dikalah oleh Neji-niisan. Saat itu, kami berada di ruangan yang sama setelah Uchiha-san dikalahkan oleh Kazekage-sama. Tapi itu bukan hal yang penting Hokage-sama, kami hanya membicarakan tentang ujian saat itu. Itu juga sangat singkat."

"Baiklah jika itu memang yang terjadi, aku menganggap bahwa kau benar-benar bersih dalam kasus ini." Tsunade memijat pelipisnya, kepalanya berdenyut cukup keras, semua hal ini benar-benar menguras energinya. Mungkin memang sebaiknya dia harus segera pansiun.

"Lalu apa yang harus aku lakukan Hokage-sama?" Hinata bertanya dengan bingung, karena Tsunade justru terdiam , kemudian memejamkan matanya dan memijat keningnya. Tsunade membuka matanya dan menatap gadis di depannya, sebenarnya dia tidak ingin kasus ini semakin meluas, dan melibatkan Hinata yang benar-benar asing. Tapi sebentar lagi mereka akan resmi menjadi sepasang suami istri.

"Aku ingin kita bermain drama Hinata, kau dan Sasuke akan menjadi tokoh utamanya, sedangkan aku akan menjadi sutradaranya," jelas Tsunade, Hinata menatap bingung Hokage didepannya itu. Dia benar-benar tidak mengerti, sebuah drama?

"Ya, drama yang harus kita rancangkan. Begini, untuk mempermudah dirimu kita akan memberitahu bahwa Sasuke kehilangan ingatannya," Hinata semakin tidak paham, kenapa mereka harus memberitahu laki-laki itu. Jika begitu, bukankah lebih baik jika jujur saja mengatakan bahwa dia bukanlah istrinya, dengan begitu dia tidak perlu menjadi istri pemuda itu. "Tapi, kita akan memanipulasinya sedikit," tambah Tsunade.

"Memanipulasi?"

"Ya, Kita akan memanipulasi hilangnya ingatan itu, agar sewaktu-waktu jika kau kesulitan kau bisa menggunakan alasan tersebut. Aku tau kondisi saat ini akan sangat sulit untukmu membiasakan diri dengan Sasuke, kau bahkan tidak tau siapa dirimu dalam bayangan Sasuke, itu sebabnya aku telah memikirkan cara untuk mempermudah menyatukan semua hal-hal yang mengganjal itu." Tsunade, berhenti sejenak berharap Hinata akan menangkap maksudnya, " Kemudian, setelah kita mengatakan padanya bahwa dia kehilangan ingatan itu bisa menjadi lebih mudah supaya Sasuke juga tidak akan banyak bertanya mengenai memorinya yang sekarang padamu, dan semua perbedaan situasi di dalam otaknya dan kehidupanmu akan lebih mudah membaur."

"Baiklah, aku mengerti Hokage-sama," Gadis itu mengangguk pertanda paham maksud ucapan Tsunade.

"Tapi bukan hanya itu, untuk memastikan Sasuke dan kau aman dalam jangkauanku, aku telah menugaskan ino dan shikamaru menemanimu, mereka akan di seberang rumahmu, kebetulan sekali rumah tersebut rusak karena perang dan tidak berpenghuni dan sekarang mereka sedang memperbaiki tempat itu. Apapun yang terjadi kau harus berkonsultasi dengan mereka Hinata, sesuai kesepakatan kita."

"Bailah, jika hanya mereka berdua Hokage-sama aku akan menerima, tapi sesuai kesepakatan kita ak-aku mohon jangan sampai ada yang mengetahui ini lagi terutama tim tujuh."

"Tidak perlu kau khawatirkan hal itu, aku akan mengirim tim tujuh akan memiliki misi selama tiga bulan kedepan Hinata, selain itu untuk membuat semua ini lebih nyata, jika Sasuke bertanya tentang apa yang terjadi, di dalam delusinya yang terakhir kalian pergi ke padang dandelion bersama, disana kalian diserang sekawanan perampok, Sasuke kalah dan kau diculik tapi tanpa sengaja anbu Konoha melihat hal itu dan menyelamatkan kalian, tapi Sasuke koma selama dua minggu, itu kejadian yang akan kita ceritakan padanya."

"Bagaimana jika dia tidak percaya Hokage-sama?" Hinata sedikit khawatir, dia sangat tidak bisa membohongi seseorang tapi semua demi kebaikan bersama, jika dia ingin semuanya berjalan mudah, mungkin dia perlu mengikuti rencana Hokage.

"Akan kubuat hal itu terjadi, saat ini aku hanya bisa menaruh harapan padamu Hinata, semantara kau merawat Sasuke, aku akan memperbaiki sisanya dan mencari tau apa yang terjadi. Hanya kau yang bisa melakukannya kali ini Hinata," Tsunade membuka laci mejanya dan mengambil sebuah gulungan dan membuka gulungan itu dan meletakannya di meja, tepat di depan gadis itu. Hinata membaca setiap kata, hatinya berdebar sangat keras dan dia bisa merasakan tangannya gemetaran. Apakah dia benar-benar siap? Menikah dengan seseorang yang bahkan kau tidak pernah kenal secara sungguh-sungguh. Sasuke telah menanda tangani gulungan itu dengan darahnya. Hinata menatap hampa pada gulungan di hadapannya. Bagimanapun, jalan inilah yang dia telah ambil. Matahari telah meninggalkannya sejak lama, matahari bukan lagi sumber kekuatannya, dia telah menyadari bahwa realita adalah kehidupan yang harus dia jalani, dan dia telah membulatkan tekadnya, untuk membantu pemuda itu. Pemuda yang mengalami nasib yang jauh lebih buruk dari dirinya, dia tidak bisa terus mengeluh dan bertanya mengapa dia harus mengalami semua ini. Dia telah berubah, dia telah membuang semuanya termasuk cintanya.

Hinata menggigit ibu jarinya, hingga muncul sedikit darah dari sana, kemudian dia menempelkan ibu jarinya ke gulungan tersebut, tepat di samping tanda yang Sasuke buat.
Dalam benak Hinata, tidak pernah dia akan menikah dengan cara seperti ini, tanpa upacara perayaan, tanpa bunga-bunga yang bertaburan, serta Kimono yang membentang indah dan riuh tawa teman-temannya menggema menghiasi suasana pesta itu, tapi kini hanya kesunyian dan bahkan laki-laki yang kini resmi menjadi suaminya secara dokumen negara tidak berada di sisinya, Hinata tidak tau caranya untuk merasa baik-baik saja. Dia menikah di usia yang bahkan belum genap dua puluh tahun. Dia bahkan belum menjadi jounin, karena pada akhirnya dia hanyalah rakyat biasa. Tapi menangisi nasibnya tidak akan bisa memperbaiki keputusan yang telah dia ambil, selama ini dia selalu berdiri di atas keputusan orang lain, berjuang demi orang yang pernah menjadi matahari baginya, bahkan mungkin jalan ninjanya semata hanyalah karena pemuda bermata safir itu, tapi di detik ini semua telah berubah, dia telah resmi menikah dengan orang lain. Dia memang harus belajar berteman dengan kenyataan, bukan mimpi kosong yang ternyata hanya berujung pada kegelapan.

Tsunade tersenyum setelah, melihat Hinata telah menandatangani dokumen pernikahan dirinya dan bocah tersebut, setidaknya beban pikirannya telah berkurang satu. Meski dia masih harus melakukan invetigasi terkait hilangnya ingatan Sasuke. Konoha masih dalam keadaan rapuh, dia juga tidak ingin mengambil resiko membahayakan desa ini, lagipula dia juga sedang sibuk mempersiapkan Kakashi sebagai penerus Hokage selanjutnya, karena sejujurnya pertempuran ini membuatnya menyadari bahwa dia telah merasa lelah dan Kakashi satu-satunya calon yang bisa dia pikirkan.

" Selamat Hinata, kau telah resmi menikah hari ini," Tsunade memberikan selamat kepada gadis itu, dan Hinata hanya tersenyum samar, senyum yang dibalut penuh kebohongan, bukankah dari awal memang semua ini adalah sebuah drama, "Arigatou Hokage-sama, ak-aku mohon bantuannya," ucap Hinata. Sesudahnya dia meghela nafas untuk membuang semua perasaan sesak di hatinya.

Tsunade berdiri dari tempat duduknya sambil membawa dokumen pernikah tersebut dan menyimpannya di dalam rak lemari di sudut ruangan, "Kalau sudah, mari kita jalankan drama ini Hinata, aku rasa bocah tengik itu sudah tidak sabar melihatmu, karena dia terus menanyakannya. Ah, iya... ingat kau hanya boleh mengungkit tentang Yamada Sasuke, bukan Uchiha," kemudian dia beranjak menuju pintu keluar untuk menuju rumah sakit Konoha yang telah di rekonstruksi.

"Hai, Hokage-sama." ucapnya pelan, sambil mengikuti langkah Hokage tersebut, untuk keluar dari ruangan tersebut.

End Flashback

.

.

.

Sasuke terdiam cukup lama, pikirannya sedikit samar-samar, sulit untuk mengingat detail kejadian terakhir. "Aku hanya ingat, terakhir kami pergi bersama ke padang dandelion tempat pertama kami bertemu," Sasuke kembali terdiam, mengapa dia tidak bisa ingat hal apan yang terjadi selanjutnya, kenapa banyak hal di dalam ingatannya hilang, lantas kenapa dia bisa ada di tempat ini, kenapa mereka jauh dari rumah mereka? Semuanya hal tersebut membuat kepala Sasuke pening.

"Aku tau apa yang terjadi padamu, " kata Tsunade yang membuat Sasuke terkejut dengan perkataanya, kenapa wanita ini seolah tau tentang banyak hal, sebelumnya nama istrinya, tapi Sasuke tidak pernah merasa mengenal wanita ini.

"Kau, siapa kau sebenarnya? Apa kau sengaja ingin menjebak kami?" Sasuke menarik tangan Hinata agar gadis itu mendekat ke arahnya, yang membuat gadis itu kaget dan memekik tidak sengaja.

"Kau, harus tenang anak muda, aku bukan musuhmu sebaliknya akulah yang telah menyelamatkan kalian berdua, kalau kau tidak percaya tanyakan saja pada istrimu."

"Eng, itu benar Sasuke-kun, Hokage lah yang telah menyelamatkan kita, " Hinata menyentuh pundak pemuda tersebut untuk menyakinkannya, agar Sasuke tidak curiga dan membuat situasi semakin sulit.

"Jelaskan padaku!" Kata Sasuke penuh penekanan agar wanita di hadapannya ini, mengatakan semua hal yang terjadi.

"Baiklah, jadi istrimu telah menceritakan padaku bahwa kalian sedang berada di padang dandelion, akan tetapi segerombolan perampok tanpa sengaja melewati tempat itu dan karena melihat kecantikan istrimu, mereka hendak meculiknya. Kau berusaha melawan tapi karena kalah jumlah kau terluka sangat parah dan bahkan kehilangan lenganmu, sepertinya kau juga terbentur sesuatu yang sangat keras, sehingga kini kau hilang ingatan. Setelah mereka membawa istrimu, tanpa sengaja para anbu Konoha melihatnya dan menolong istrimu. Lalu dengan bantuan para anbu tersebut kalian bisa di selamatkan, karena istrimu merasa takut dengan kejadian tersebut akhirnya kami membawamu kemari. Dan kebetulan sekali kami sedang mengembangkan suatu lengan buatan lalu karena istrimu memohon, kami pun melakukan operasi untuk menyambungkan kembali lenganmu tersebut dengan dna khusus milik salah satu ninja dari desa kami."

Sasuke melihat kearah lengannya yang di perban, memang sejak awal dia merasa ada yang berbeda dengan lengannya, jadi dia telah kehilangan lengannya. Jadi berapa lama dia sudah tidak sadarkan diri dan kini dirinya mengalami Hilang ingatan?

"Apa yang di katakan Hokage-sama semuanya adalah hal yang sesungguhnya," Hinata berusaha menyakinkan pemuda tersebut, meski dia tau benar, kebohongan adalah kenyataan yang sesungguhnya. Tapi terkadang, dalam hidup kita memang di harusnya untuk menjadikan sesuatu sebagai rahasia agar tidak semua orang tau dan bukankah hidup ini memang drama, dan saat ini Hinata telah menjadi pemainnya. Sasuke masih terdiam, dia masih merasa semua ini bukan hal yang benar, bagaimana bisa dia mengalami semua ini.

"Kau telah terbaring disini, selama dua minggu dalam keadaan tidak sadar, beruntung kini akhirnya kau telah membuka mata kembali. Bahkan kau bisa meggerakan tangan barumu."

"Kalau begitu, apakah aku bisa kembali bersama istriku? Aku telah sembuh, dan aku tidak betah berada disini, lagipula di sini bukanlah rumahku," Sasuke benar-benar merasa asing dengan semua kondisi ini, dia ingin kembali kerumah dan bersama istrinya, dia hanya tidak yakin dengan wanita di depannya.

"Sayangnya, kau tidak bisa kembali. Para kawanan perampok itu telah menghancurkan rumahmu dan akan sangat berbahaya bila kalian kembali, selain itu lengan buatanmu itu masih menjadi uji coba bagi desa kami, kau masih belum pulih seratus persen," Sasuke mendecih, siapa orang yang berani berbuat seperti itu padanya, apakah itu artinya semua pelayannya telah mati terbunuh dan bagaimana keadaan keluarganya, dia tidak bisa mengingat mereka dengan jelas, "Kalau kau ragu padaku, maka kau harus percaya pada istrimu, aku hanya berusaha membantu kalian dan dia setuju dengan apa yang kulakukan untuk kalian."

"Em, Hokage-sama dan Shizune-san bisakah kalian tinggalkan kami berdua, aku ingin berbicara dengannya, mungkin setelah itu Sasuke-kun bisa mengerti,"

"Baiklah, aku rasa kalian juga butuh waktu untuk sendiri, selain itu aku juga harus mengurus hal lainnya," Tsunade dan Shizune segera meninggalkan Sasuke dan Hinata di ruangan tersebut.

Setelah pintu tertutup tinggalah mereka berdua diruangan itu, Sasuke menatap Hinata dengan padangan khawatir dan bingung di saat yang bersamaan, tangan pemuda itu membelai pipi gadis tersebut, selama seminggu dia tertidur dan ternyata Hime-nya telah berubah sangat kurus, gadis itu pasti sangat mengkhawatirkannya.

"Aku merindukanmu," ucap Sasuke.

Jantung Hinata berdegup dengan kencang, bagaimanapun situasi seperti ini sangat baru baginya, meski mereka telah menikah dan lelaki di hadapannya seolah telah mengenalnya selama bertahun-tahun, tapi nyatanya mereka hanya dua asing yang entah bagimana bisa bertemu dalam semua kerumitan benang takdir ini.

"Ak-aku juga," Hinata kembali berdusta, Sasuke tersenyum mendengarnya, rasanya sudah lama sekali dia tidak mendengar ucapan malu-malu dari perempuan tersebut. Sasuke mendekatkan bibirnya ke arah gadis itu untuk menciumnya kembali, tetapi Hinata segera memalingkan wajahnya, jadi hanya sudut bibirnya saja yang dicium oleh pria itu. Sasuke mentap gadis itu dengan bingung. Pikiran Hinata melayang tidak menentu, entah kenapa dia merasa takut untuk menjalani semua ini, dia merasa rapuh dan tanpa sadar air mata mulai membasahi pipinya, Sasuke mengulurkan tangannya dan menghapus airmata gadis itu, "Ssst..., jangan menangis Hime. Aku baik-baik saja, dan kita pasti bisa melewati ini semua." Sasuke memeluk gadis itu dengan erat, Hinata tidak bisa mengendalikan perasaannya lagi. Hatinya terasa sakit, seandainya saja laki-laki yang tengah memeluknya ini adalah pemuda bermata biru safir, dengan senyumnya yang secerah matahari, seandainya saja dulu pria itu lebih memilih dirinya, Hinata selalu menatapnya dari kejauhan, diam-diam dan berharap bahwa pemuda itu bisa melihatnya, tapi kenapa sekarang takdir begitu tega menghancurkan hatinya, dengan mengikatkan simpul pada sahabat laki-laki dari orang yang selalu membuatnya gelisah di malam hari karena rindu yang mengisi hatinya yang perlahan-lahan mulai kosong.

Gadis itu perlahan membalas pelukan pemuda tersebut, entah mengapa terselip rasa bersalah karena telah memikirkan pemuda lain, padahal kini mereka berdua telah menikah, "Gomen..., gomen...," dalam isaknya Hinata meminta maaf pada Sasuke karena ketidaksetiaannya, padahal dirinya telah berjanji untuk melupakan Naruto, tapi belum genap sehari dirinya kembali teringat tentang pemuda itu. Sasuke mengusap punggungnya pelan, "Jangan meminta maaf padaku, aku bersyukur kau tidak meninggalkanku," perkataan pemuda itu terasa lembut di telinganya, entah mengapa dia yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

Setelah berhenti menangis, gadis itu melepaskan pelukan Sasuke dan menyuruhnya duduk di tempat tidur di ruangan itu, dia juga duduk di samping Sasuke, mata lavendernya menatap pada pria itu, "Para perampok itu menarikku ke dalam hutan, namun tiba-tiba beberapa ninja dari desa ini yang mereka mendengar teriakanku dan menolongku, tetapi para ninja itu tidak membunuh mereka. Aku meminta mereka membawamu kembali kerumah, saat itu kau kehilangan banyak darah, Hanya beberapa waktu berselang para perampok itu mendatangi kita kembali dan membawa rombongan yang lebih besar dan mereka membunuh semua pelayan. Akan tetapi aku meminta Hoshi untuk membawa kita pergi sebelum mereka membunuh kita, mereka membakar semua rumah kita." Sasuke terdiam mendegarkan cerita Hinata, sedikit banyak ingin rasanya dia mencari tau, mengapa perampok itu melakukan hal keji seperti itu.

"Beberapa perampok itu mencoba mengejar kita, Hoshi mencoba menghambat mereka tapi dia terbunuh karena jumlah mereka yang banyak, entah bagaimana kurasa Kami-sama sangat menyayangi kita, kita bertemu kembali dengan para ninja dari desa ini, aku memohon pada mereka untuk membawa kita karena kau semakin kehilangan banyak darah, mereka melakukan sesuatu dan berhasil membuat darahmu berhenti, begitulah ceritanya," Hinata menghela nafas, dan menampilkan ekspresi muram supaya Sasuke tidak curiga. Sasuke terdiam cukup lama, dia sibuk memikirkan banyak hal termasuk siapa Hoshi, karena dia tidak mengingat seseorang dengan nama pemuda itu. Apakah benar dia hilang ingatan, seperti kata wanita yang di sebut Hokage itu?

"Sasuke-kun...?" Suara Hinata menyadarkan Sasuke dari pikirannya, "Kalau begitu, sebaiknya kita kembali ke desa kita, aku harus menemukan para perampok itu," tatapan Sasuke berubah dipenuhi amarah.

"Aku mohon jangan Sasuke-kun, kita tidak boleh kembali, aku tidak ingin mengingat hal buruk saat kau nyaris mati," Hinata kembali berdusta, 'Kau tidak boleh kembali, karena semua ini hanyalah drama yang harus kita mainkan bersama,' batin Hinata.

"Tapi ini bukan rumah kita Hime."

"Tapi kita bisa menjalani hidup baru dan membangun rumah kita disini, aku takut Sasuke-kun, melihatmu terbaring di sini membuat hatiku sakit. Lagipula desa ini telah banyak membantu kita, kita tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja, karena lengan buatan itu masih menjadi uji coba bagi desa ini!" Sasuke memeluk gadis itu kembali, pasti dia merasa takut akan kejadian itu apalagi para penjahat itu hendak melakukan hal buruk padanya, "Para perampok itu, tidak menyentuhmu kan?" Hinata menggelengkan kepalanya, Sasuke sedikit merasa lega mengetahuinya. Gadis itu masih tetap menjadi miliknya. Dia tidak suka jika sesuatu yang telah dimilikinya, disentuh oleh orang lain. Demi Kami-sama dia akan membunuh seseorang itu. Sasuke melepas pelukannya. "Baiklah kita akan tinggal disini, kita harus mencari rumah baru."

"Umm, sebenarnya Hokage-sama telah menyediakan rumah bagi kita dan selama ini, aku tinggal disana. Aku juga sudah mengenal orang-orang di sana, mereka sangat baik." Hinata tersenyum, namun pikirannya sedikit bingung, bagaimana dia akan menjelaskan situasinya kepada penduduk desa disana bahwa dia telah menikah, apalagi dia juga mengajar anak-anak di tempat itu. Tapi apapun yang terjadi, dia juga tidak bisa berada di rumah sakit ini terlalu lama. Tim 7 pasti akan mencari tau kabar Sasuke dan dia tidak sanggup bertemu dengan mereka, terlebih hilangnya ingatan Sasuke dan kini mereka telah resmi menikah.

"Jika itu membuatmu merasa nyaman, baiklah. Kita harus berbicara dengan wanita tua tadi, aku tidak betah di tempat ini. Aku ingin berduaan denganmu tanpa ada yang mengganggu," tiba-tiba Sasuke memajukan kepalanya, pemuda itu menyatukan bibir mereka untuk kesekian kalinya. Sontak saja Hinata kaget, namun dia tidak ingin membuat pemuda itu curiga apabila dia menolak ciuman tersebut, entah mengapa hatinya terasa sesak. Sasuke memperdalam ciuman mereka, dan salah satu tangannya memegang salah satu pipi gadis itu dan mengelusnya lembut. Sudah berapa lama dia tidak merasakan bibir yang terasa manis ini. Dua minggu adalah waktu yang cukup lama banginya, Sasuke memangut bibir Hinata dengan lembut, namun semakin lama ciuman itu berubah sedikit menuntut. Hinata tidak ahli berciuman dan ini adalah pengalaman pertamanya berciuman seperti itu, dengan segera gadis itu mendorong tubuh Sasuke karena dia butuh oksigen. Gadis itu terengah-engah, pipinya memerah dan jantungnya berdegup kencang karena gugup, meski ada gelgar perasaan sakit seperti ada yang mencubit hatinya dengan keras. Perasaannya campur aduk, tapi dia harus bisa mengendalikan emosinya di depan suaminya ini.

Sasuke terkekeh kecil melihat penampilan Hime-nya, dia suka melihatnya sepeti ini. Polos seperti belum pernah berciuman dengannya sebelumnya. Padahal selama mereka menikah, Sasuke sering menciumnya. Sasuke mencondongkan badannya, hendak mencium gadis itu lagi. Namun Hinata dengan sigap berdiri dari tempat tidur itu, "Aa-aku harus bertemu Hokage-sama dulu Sasuke-kun dan membicarakan kapan kau bisa meninggalkan rumah sakit ini, selain itu aku akan membawakanmu makan siang," tanpa menunggu jawaban Sasuke, Hinata melangkahkan kakinya, bagaimanapun Sasuke tetap masih menjadi orang asing baginya. Laki-laki asing yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. Dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya setelah ciuman mereka. Perasaan sedih menelusup ke dalam hatinya, dia merasa telah menghianati perasaannya untuk Naruto. Tapi bukankah dia memang sudah bertekad melupakan pemuda itu, dan justru Sasukelah yang kini dia hianati. Sasuke seharusnya tidak menjadi laki-laki asing, karena kini mereka menikah, dan sekarang dia adalah Yamada Hinata yang telah dinikahinya enam bulan lalu. Hinata merasa menjadi istri yang buruk, karena Hinata tau dia masih menyimpan nama laki-laki lain, ya laki-laki lain yang selalu menjerat hatinya hingga kini.

.

.

.

Sakura berjalan menuju tempat yang hampir setiap hari dia datangi, laki-laki yang sedari kecil selalu ia dambakan bisa menjadi pangerannya, namun kini dia tertidur sangat lama, waktu berjalan maju dan dia tidak bisa memungkiri bahwa semua telah berubah, Sakura tau bahwa dirinya lah yang membuat segala sesuatu menjadi rumit. Sakura sadar bahwa sisi egois di dalam dirinya sulit untuk ia kendalikan, tapi dia hanya seorang gadis yang sedang belajar memahami dirinya. Sakura tau tindakannya mendatangi Sasuke selalu menyakiti Naruto, pemuda bermata biru safir yang selalu mengulurkan tangan padanya, yang selalu ada di kala dia menangisi Sasuke diam-diam dan membuat janji untuk mengembalikan Sasuke padanya. Bahkan kini Naruto berhasil melakukannya. Sakura sudah mencoba segenap jiwa untuk membalas segala bentuk antensi yang selalu Naruto tunjukan, namun mengabaikan Sasuke bukanlah sesuatu yang dia bisa lakukan.

Langkahnya terhenti di depan pintu kamar yang sudah tidak asing baginya, dia membuka pintu tersebut, matanya mencari sosok pemuda berambut hitam itu, namun yang ditemukannya hanyalah ruangan kosong tanpa siapapun, kecuali dirinya yang masih berdiri tepat di pintu, kakinya gemetar dan seketika pikirannya langsung tercampur aduk oleh berbagi hal, kemungkinan tentang Sasuke yang telah sadar atau justru Sasuke yang kabur diam-diam dan tidak ada yang tau, atau bisa jadi mantan rekan setimnya membawa kabur pemuda itu, tapi seperti hal itu tidak mungkin, dari kabar yang Sakura dengar mereka dan beberapa pasukan anbu, beserta orochimaru tengah melakukan misi sebagai pembebasan bersyarat dari desa Konoha. Sakura berbalik dan segera berlari menuju gedung Hokage dia harus segera mengatakan hal ini pada Tsunade-sama.

Sakura berlari tergesa-gesa dan karena pikirannya terlalu fokus ingin segera sampai ke kantor Hokage, hingga tanpa sadar dirinya menabrak seseorang yang datang dari lorong di sebelah kanannya. Sakura sedikit terpeleset dan karena dia berlari terlalu keras, kepalanya terbentur tembok rumah sakit dengan cukup keras. Dia masih memejamkan mata karena kepalanya berdenyut sangat keras, dan memeganggi keningnya, sambil mengucapkan permintaan maaf ke orang yang baru saja dia tabrak, "Gomenasai..," ucapnya lirih.

Sementara itu Hinata merintih kesakitan, beruntung hanya bahu belakangnya saja yang tertabrak oleh seseorang yang tiba-tiba datang dari arah sampingnya. Namun semua makanan yang di bawanya untuk Sasuke telah terjatuh semuanya ke lantai berserakan dan juga mengenai kimononya, direksi matanya menangkap seseorang yang telah menabraknya, tubuh Hinata bergetar saat dilihatnya orang yang telah menabraknya, jantungnya berpacu dengan cepat, tanpa sepatah katapun Hinata segera berlari meninggalkan tempat itu tepat disaat orang tersebut membuka matanya, dia tidak ingin bertemu dengan seseorang tersebut. Hinata berdoa agar gadis itu tidak melihatnya. Gadis itu meneriaki dirinya, namun Hinata segera memacu langkah kakinya lebih cepat, meski kimononya menyulitkan langkahnya untuk berlari.

.

.

.

Saat Sakura membuka matanya, dia melihat di lantai penuh dengan makanan, lalu dia mendengar suara geta berbunyi cukup keras, matanya masih memburam karena pusing di kepalanya masih belum hilang, dia melihat seorang gadis berlari, dengan rambut berwarna hitamnya yang panjang, rasanya Sakura tidak asing saat melihatnya, dia pun berteriak ke arah gadis itu "Hei, tunggu...," namun sayang dia tetap berlari, padahal Sakura kan hanya ingin meminta maaf, Sakura bangkit berdiri dan menutup matanya sejenak lalu membukanya lagi, kepalanya masih sedikit pening namun dia harus segera menemui Tsunade-sama, untuk melaporkan hilangnya Sasuke. Sebelum itu dia harus mencari nin-medis lainnya untuk meminta tolong membersihkan makanan yang berserakan di lantai.

Sesampainya di gedung Hokage dia langsung menuju ruangan Hokage, dia sedikit terkejut saat melihat bahwa anggota tim tujuh telah berkumpul semuanya termasuk Kakashi-sensei, "Ah, akhirnya kau kemari Sakura," kata Tsunade,-"Ada apa ini Hokage-sama? Mengapa tim tujuh berkumpul di sini? Apa ini ada kaitannya dengan hilangnya Sasuke?" tanya Sakura sedikit bingung dan cemas.

"Sasuke hilang?" tanya Kakashi sambil menatap gadis berambut pink itu dengan bingung. Sementara Naruto juga kaget mendengar bahwa Sasuke hilang, bukankah Sasuke sedang koma selama ini?

"Iya, Sensei. Baru saja aku ingin menjenguknya untuk memastikan keadaan Sasuke tapi kamar Sasuke kosong!"

"Apa? Benarkah Sakura-chan, Baa-chan apa ini tujuanmu mengumpulkan tim tujuh, Sasuke hilang? Apa dia melarikan diri?" Naruto benar-benar panik, bagaimana bisa Sasuke menghilang. Sementara tiga hari yang lalu dia menjenguk sahabatnya itu dan Sasuke masih belum membuka matanya, apakah dia diculik oleh mantan timnya. Naruto telah bersusah payah menepati janjinya pada Sakura untuk membawa Sasuke kembali, belum juga pemuda itu sadar kini dia telah menghilang. "Sakura-chan, apa kau yakin soal ini?" Naruto masih tidak mempercayai apa yang dikatakan Sakura.

"Iya, Naruto.. itu sebabnya aku kemari untuk melaporkannya!"

"Tenanglah kalian berdua, Sasuke tidak menghilang. Aku telah memindahkan ruangannya untuk suatu alasan tertentu," kata Tsunade, dia tidak ingin menimbulkan kehebohan lagi apalagi tentang pemintaan Hinata mengenai pernikahan rahasia mereka.

"Lalu ada apa tim tujuh dikumpulkan di sini Hokage-sama?" tanya Kakashi. Naruto dan Sakura bisa bernafas lega setelah mendegar perkataan Tsunade barusan. Meski mereka juga masih bingung mengapa tim tujuh berkumpul di sini.

"Kakashi, kau tau bukan keinginanku untuk mundur sebagai Hokage desa Konoha, dan aku telah memutuskan bahwa kau adalah orang yang pantas untuk menggantikanku, namun pasca perang dunia ninja ke empat, telah menghancurkan dan menelan banyak korban, sebagai calon penggantiku aku ingin kau pergi mengunjungi para Hokage lainnya, untuk membantu memulihkan desa mereka dan menjalin kerjasama supaya tidak terjadi kerusuhan pasca perang karena keadaan belum begitu stabil. Ini juga merupakan salah satu langkah diplomatik supaya ketika kelak kau menjadi Hokage, akan ada banyak desa yang mau menjalin kerja sama dengan desa Konoha dan membuat citra desa kita menjadi terangkat." Kata Tsunade yang membuat semua orang tersebut kaget mendengar pernyataanya tentang keinginannya mundur sebagai Hokage, kecuali Kakashi karena dirinya dan Tsunade sudah pernah membicarakan masalah ini.

"Apa, Kakashi-sensei jadi Hokage?" teriak Naruto dan Sakura bersamaan, melihat hal itu Sai pun berkomentar, "Suara jelek kalian bisa menghancurkan gedung ini dalam sekejap," Sakura yang tersinggung dengan perkataan Sai ingin memukulnya, namun Naruto segera menghentikannya, sementara Kakashi menghela nafas melihat kelakuan muridnya.

"Hentikan kalian semua!" Tsunade memukul mejanya dengan keras, sontak semua orang pun terdiam melihat bahwa Tsunade sepertinya marah besar. Tsunade benar-benar sudah mencapai batas emosinya, ada banyak masalah harus di tangani serta janji yang harus dia tepati, tim tujuh benar-benar hanya akan menjadi masalah jika melihat kelakuan mereka. Tsunade mengerti sekarang kenapa Hinata memilih menyembunyikan semua ini. Setelah situasi cukup tenang Tsunade kembali melanjutnya misinya, "Tim tujuh akan membantu mengawal Kakashi, dan kau Naruto bisa belajar melihat kondisi desa lainnya dan memperdalam ilmu diplomatik jika kau ingin menjadi Hokage selanjutnya. Segera bersiap, satu jam dari sekarang kalian harus sudah berangkat. Ini perintah dan tidak boleh ada yang protes," kata Tsunade.

"Berapa lama kami harus menyelesaikan misi ini?" tanya Kakashi.

"Kau bisa tinggal selama tiga minggu dan membantu desa tersebut hingga masalah yang kalian tangani selesai, misi ini adalah misi jangka panjang selama hampir 5 bulan, ini adalah peta daerah yang harus kalian kunjungi dan meminta kerja sama selain desa yang di pimpin oleh 5 Kage. Bawa juga gulungan ini, dan tunjukan kepada para Kage/Daimyou yang lainnya. Kalian bisa memulainya dari daerah Kawa no kuni kemudian ke Sunagakure, Ishi no kuni, Amegakure lalu kalian bisa tentukan jalurnya sendiri dan desa terakhiraadalah Kirigakure lalu kembalilah ke Konoha dan laporkan semuanya padaku," Tsunade menyerahkan beberapa gulungan kepada Kakashi.

"Tapi 5 bulan adalah waktu yang lama, lalu di mana Sasuke-kun Tsunade-sama? Kami tidak bisa meninggalkannya begitu saja, dia tetap rekan satu tim kami," Sakura tidak ingin pergi selama itu, bagimana bisa dia meninggalkan Sasuke yang bahkan sekarang saja dia tidak tau dimana dan bagaimana kondisinya hingga Tsunade memindahkannya. Semntara Naruto menatap gadis beramput pink itu sekilas dan kemudian menatap ke arah direksi lain sambil tersenyum miris, ternyata Sakura memang mencintai pemuda berambut raven itu terlalu dalam, dan sulit baginya untuk masuk ke celah di hatinya. Sai yang mengerti akan sorot mata Naruto, bisa melihat bahwa senyum cerah pemuda itu juga sedikit berubah.

"Dengar Sakura, Sasuke baik-baik saja, aku memindahkannya atas nama keselamatan desa dan juga dirinya, kalian tidak perlu khawatir tentang kondisi Sasuke atau di mana dirinya berada, aku ingin tim tujuh fokus terhadap misi diplomatik ini, karena saat ini kita perlu mengkordinasikan banyak hal dan membantu memulihkan desa lain pasca perang serta menghentikan aksi curiga antar desa, karena pasca perang masih rentan sekali kejahatan terjadi karena korban perang mungkin saja memiliki dendam akibat kehilangan keluarga atau kondisi desa yang hancur membuat mereka rela menjadi penjahat demi sesuap nasi," Tsunade memijit kepalanya yang terasa pening, menyingkirkan tim tujuh dari Sasuke bukan hal yang mudah, dan harus segera di laksanakan, apalagi bocah itu sudah sadar, bisa-bisa dia berjalan-jalan tanpa sepengetahuannya.

"Kalau begitu ijinkan aku menemuinya sebelum berangkat Tsunade-sama," kata Sakura memohon.

"Tidak bisa, Sasuke sedang menjalani perawatan khusus. Lebih baik segera lah bersiap, satu jam dari sekarang kalian harus sudah menjalankan misi ini, silahkan bubar. Aku tidak menerima pengaduan apapun karena aku harus mengurus banyak hal lainnya!" tegas Tsunade kepada mereka, akhirnya Sakura pun harus menelan kekecewaannya, ekspresi di wajahnya langsung berubah muram. Naruto mencoba menyemangatinya dengan menepuk pundak gadis itu, supaya dia bisa bersemangat dan percaya bahwa Sasuke baik-baik saja.

"Kalau begitu kami permisi dulu Hokage-sama," Kakashi dan tim tujuh pun akhirnya membubarkan diri. Sementara itu Tsunade harus menemui Sasuke dan Hinata kembali, semoga saja setelah semua ini berakhir dia bisa sedikit bernafas lega, meskipun masalah Sasuke dan ingatannya yang hilang ini sangat aneh, delusi yang di alami Sasuke bukan delusi biasa.

.

.

.

Ino menatap rumah barunya dengan seksama, rumahnya yang baru saja di renovasi dalam semalam oleh beberapa tukang, tempat dimana dia akan mengawasi Sasuke dan Hinata yang tinggal di seberang rumah mereka, hari ini dia dan Shikamaru membantu para tukang tersebut membenarkan rumah tersebut, tidak banyak hal yang mereka perbaiki karena pada dasarnya hanya beberapa bagian rusak seperti atap yang berubang dan lantai yang retak serta bagian dinding depan rumah saja yang hangus. Mungkin besok atau nanti malam mereka sudah menyelesaikan perbaikan rumah ini. Ino menatap rumah Hinata yang baru, jadi selama beberpaa bulan Hinata menghilang gadis itu tinggal di sini, perkampungan Hinata masih sangat sepi dan hanya beberapa rumah saja yang ada di daerah ini. Suasana alam masih terasa berbeda dengan pusat kota Konoha yang di penuhi rumah-rumah penduduk, rumah Hinata menjadi satu-satunya rumah yang paling besar di desa ini, dan sepertinya memiliki halaman yang cukup luas. Selama berada di sini apa yang Hinata lakukan? Mengapa dia memutuskan untuk pindah secara diam-diam? Dia ingat minggu lalu dirinya bertemu dengan Kiba dan Shino yang sedang latihan berdua dan saat dirinya menanyakan Hinata, kedua orang tersebut bilang bahwa dia tidak bisa menemui Hinata bahkan klannya enggan memberitahukan perihal Hinata, hingga akhirnya Sasuke bangun dan terjadilah hal seperti ini.

"Hei, Ino jangan melamun saja cepat bantu aku membersihkan halaman ini," teriakan Shikamaru membuyarkan semua pemikirannya. "Hai, tunggu sebentar," Ino bergegas menghampiri suaminya tersebut, dan membantunya mencabut beberapa rumput liar.

"Shikamaru, kapan mereka kemari?" tanya Ino.

"Mungkin besok atau lusa,entahlah Hokage belum memberiku kabar," jawab Shikamaru sambil tetap mencabut beberapa rumput.

"Apa Sasuke akan mengingatmu?" Ino kembali bertanya.

"Entahlah." Ino diam menatap punggung laki-laki tersebut, sikap Shikamaru yang sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Dia selalu menghindari gadis itu semenjak mereka menikah bahkan Shikamaru selalu mengambil misi jangka panjang dan jarang berada di rumah, entah mengapa hatinya sedikit berdenyut sakit. Tapi dirinya tau, dia tidak boleh menjadi lemah meskipun kenyataannya Shikamaru diam-diam masih menemui Temari, perempuan yang harusnya berada di posisinya sekarang. Tapi Hidup selalu tidak terduga bukan?

Enam bulan bukanlah waktu yang singkat, dunia terus berputar dan hari akan selalu berganti, waktu tidak bisa berhenti. Semua bisa berubah dalam sekejap seperti siang yang tiba-tiba tergantikan oleh malam, Ino setidaknya mengerti bahwa setiap hal yang baru bisa saja terjadi dalam kehidupan kita tanpa pernah kita bayangkan, sama sepertinya yang kini tiba-tiba saja menikah dengan Shikamaru. Padahal seharusnya Sai lah yang ada di posisinya, tapi mungkin terkadang takdir punya caranya sendiri membolak-balikan keadaan. Mungkin itulah yang saat ini juga di alami Hinata, bukan?

.

.

.

-To be Continued-

.

.

Special Reviews

Sasuke hilang ingatan terus suka ma hinata. tapi kalok sadar nanti gimana hinatanya. bakal ditinggal gak :) Kira-kira bakalan sampai chap berapa? Melihat alurku yang lambat pasti bakalan banyak, tapi aku galau bisa tepat waktu gak :( Yamada? Nemu nama di mana tuh sasu? Hahaha, ini karena aku suka banget nonton DoramaKindaichi Neo, yang main Ryosuke Yamada(personil Hey Say Jump!), eh akhirnya jadi deh pake nama Yamada. Kalo Sasuke gak amnesia, tapi karena delusi berarti waktu dia koma dia lupa tentang semua kecuali Hinata? Sasuke memang hilang ingatan kok tapi di sertai delusi, delusinya itu berkaitan sama Hinata, coba baca teori Tsunade di chap 2 dan di chap ini ya karena itu hampir 100% akurat Kenapa hanya Hinata yang diinget atau didelusiin?Ketidaksengajaan sih sebenernya. Kehidupan macam apa yang akan mereka jalani?Kehidupan yang gak pernah Hinata bayangkan sebelumnya. Author kapan lanjut nya?Ini di lanjut kok, maaf lama. Semoga, #SasuHina happy ending Amin, tapi setiap orang punya presepsi beda-beda soal 'Happy Ending'. Woohooo... Sasuke mantap jiwa :v Main sosor aja ye Rate M, bukan tanpa alasan. Nanti hinata lama lama suka sama sasuke juga ngak?Sejauh ini Hinata masih suka Naruto. Kehidupan mereka nanti lancar-lancar aja apa enggak?Namanya Rumah tangga ya gitu.

.

.

Hai, Minna-san selalu setiap kali update aku bakalan minta maaf karena ternyata udah satu tahun FF ini terlantar, bukannya sengaja menelantarkan tapi sejujurnya berat Feelnya buat ngelanjutin karena aku musti nyari informasi berkaitan sama Anime/Manga Naruto, padahal aku udah males. Selain itu aku juga lanjut kuliah di malam hari sambil kerja di siang hari, jadi sulit nemuin waktunya buat bikin ginian. Ini aja aku bikin sambil di sela-sela kerjaan. Untuk menebus kesalahanku aku bikin ini cerita sampe 6000+ words satu chapter ini khusus. Biasanya paling aku bikin 3500 words, Makasih buat yang selalu mengingatkan untuk update, serta menunggu lanjutnya cerita ini. Kritik dan Sarannya aku tunggu. Arigatou Minna-san.