Mata itu memicing tajam, penuh dengan kebencian yang meluap-luap, Rin tidak bisa melepaskan pandangannya dari Pandora, dia hanya terus memapah Len tanpa bisa melakukan apa-apa untuk mencegahnya.

"Kenapa?! Kau terkejut?! Kau terkejut karena aku selama ini hanya memanfaatkanmu?!" Teriak Pandora sombong.

Rin sebenarnya juga sudah sadar, semenjak Pandora bilang kepadanya kalau dia lelah menjadi pengamat, Rin sadar jika itu artinya Pandora akan bertindak secara aktif, dengan kata lain, dia akan melakukan hal yang selama ini dia tahan. Agar itu bisa terjadi, Pandora menggunakan Rin sebagai katalisnya… Rin sadar, dia sadar betul akan hal itu, tapi bayangan kebahagiaan yang bisa dia dapat jika dia menuruti Pandora menjadi penutup antara dirinya dengan kenyataan yang sudah lama dia sadari. Rin tidak bisa melakukan apa-apa lagi, ini semua salahnya, salahnya seorang diri… Dia mengatakan kalau sekarang, semuanya harus bertindak dewasa dan meninggalkan sisi naifnya, tapi dirinyalah sendiri yang menyimpan kenaifan yang paling besar.

Sudah berpuluh-puluh tahun Rin hidup, dimulai dari muda, masa lalu yang menyakitkan, bertemu Len, mengetahui kebenaran, bertarung bersama Len, menyelamatkan dunia, menyatukan dunia, menjadi tua, hingga dia kembali muda karena kasus memberontaknya Pandora. Dia seharusnya sudah hidup cukup lama untuk bisa berpikir matang, tapi apa daya… Pikirannya bahkan masih belum jauh beda dengan anak kecil yang mudah termakan rayuan dan permen…

Rin terus berpikir sudah sejak lama, andai dia mengikuti Len, andai dia bersama dengan Len dan tidak pernah berpisah dengannya hanya demi mengikuti Pandora, apakah semuanya akan berbeda?

Ditengah berkecimpungnya pikiran yang kusut di kepala Rin, Len memegang tangan Rin erat. Membuat Rin kembali menatap Len dan menggenggam tangan Len.

"Jangan… Salahkan… Dirimu… Sendiri…" Ucap Len.

Rin mengerti, Len hanya ingin menyemangati dirinya… Tapi, apakah pantas bagi Rin yang sekarang ini, Rin yang bahkan sudah membuat Len tidak berdaya bahkan untuk menjaga matanya tetap terjaga sekalipun?!

"Jangan… Pikirkan… Hal… Aneh…" Ucap Len lagi.

Rin mengerutkan dahinya terhadap perkataan Len.

"Memang… Sudah… Berapa… Ka-"

HOEK!

Mulut Len kembali memuntahkan darah, membuat tangan Rin berlumuran darah milik suaminya sendiri. Mata Rin kembali melemas, ingin rasanya dia menangis, tapi apakah dia pantas untuk menangis?

"-li… Kau… Ingin… Membunuhku?" Lanjut Len.

Len benar, ini bukan yang pertama kaliny bagi Rin untuk benar-benar ingin membunuh Len, yang pertama kali adalah ketika Rin mengetahui kalau yang membunuh ayahnya adalah Len dan Rin tidak ingin mendengarkan penjelasan dari Len. Dia mengejar-ngejar Len tanpa akal sehat sambil membawa pisau dengan keinginan mutlak ingin menikam Len hingga Len tidak bisa bernafas lagi.

Len benar, kenapa aku baru menyesal saat ini? Pikir Rin. Rin sudah berkali-kali ingin membunuh suaminya sendiri, mulai dari yang bercanda sampai yang serius… Tapi, kenapa dia baru menyesal? Apa karena saat ini resikonya bukan hanya di antara Rin dan Len, tapi juga seluruh dunia?

Apapun yang bisa Rin pikirkan, Rin sudah tidak berdaya sekarang… Berharap keajaiban turun sambil menunggu Luka Len bisa cepat tertutup, tapi sepertinya hal itu memiliki kesempatan yang sangat kecil. Yume, hawa dimana para youkai bisa berkali-kali meningkatkan kemampuannya, tidak ada di tempat ini… Len harus bergantung pada stamina dan jiwanya sendiri untuk bisa menyembuhkan diri. Padahal, Rin ingin memberikan sebagian dari kekuatan sihirnya jika itu bisa membantu mempercepat penyembuhan Len, tapi Len berkali-kali menolaknya.

"Apa? Kau sudah selesai?" Tanya Pandora ketika melihat picingan tajam Rin menghilang dari wajah Rin.

Rin menunduk dalam diam, air mata sudah mengumpul di pelupuk matanya… Apakah… Ini akhir dari dunia?

"Jangan… BERCANDA!"

BUAK!

Suara itu terdengar sangat keras di telinga Rin, dia mendongakan kepalanya sambil mengusap matanya yang agak buram karena air mata. Di sana… Ada sosok yang terbang, meninju Pandora dan mementalkan sosoknya jauh… Sayap itu, dia kenal sayap itu, sayap dari makhluk yang pernah diburu Rin dan Len hingga dua tahun lamanya.

Orang yang terbang di atas mereka menoleh ke arah Rin, dia turun perlahan dari posisinya, dan menundukkan kepalanya.

Saat itulah Rin tahu, dia adalah keajaiban yang sedari tadi Rin tunggu untuk turun dari langit.


XOXOX


~Dreamy Cherry Blossom: Requiem~

Main pair : VY2 Yuuma & Aria, Kagamine Len & Kagamine Rin, maybe a little bit of slight pair and crack pair content

Disclaimer : Vocaloid © Yamaha, and other companies
Story © Me
UTAUloid © Owner creator
Fanloid © Creator

Summary :

"Dalam akhir, dalam penderitaan. Dunia yang kacau, berisi konflik dan perpecahan, disinilah aku, mencari kebenaran, mencari keadilan, dalam sebuah idiom perkataan yang terasa membengkak dalam kehancuran."

Warning : OOC (maybe), typo(s), gaje, pendeskripsian kurang, kesalahan eja 'EYD' dan teman-temannya.

'Abc' (italic): Flashback, kata asing, atau percakapan secara tidak langsung (telepon, email, sms, dll)
"Abc" : Percakapan normal
'Abc' (kutipsatu) : Hayalan, angan, atau (monolog) pikiran karakter.
'Abc'/ 'ABC' (bold atau kapital) : Kata atau kalimat yang diberi penekanan, kata atau kalimat penting.

HAPPY READING!

Chapter 18: Requiem of Our Song (End)


XOXOX


"Kau… Kenapa?" Len membuka matanya perlahan, kantung matanya yang menghitam terlihat sangat menyedihkan.

Yuuma berdiri di hadapan mereka berdua, ─Rin dan Len─ dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Biarkan aku membantu kalian!" Teriak Yuuma.

Sesaat, Rin bisa merasakan kepolosan yang terdengar dari suara itu, suara seorang anak yang naif, dimana jika dia bisa melakukan sesuatu, dia merasa akan bisa menyelamatkan semua yang ada di depannya, sepenuhnya, sesuai keinginannya. Mengingatkan akan sosok Len waktu mereka semua masih melawan Kiyoteru dan bawahannya, Len masihlah seorang yang mirip dengan Yuuma waktu itu, dia merasa kalau dia bisa menyelamatkan semua orang dan membuat akhir yang bahagia, walau seiring waktu Len juga belajar, akhir yang bahagia tidak akan dapat terjadi tanpa adanya pengorbanan yang setimpal.

"Dapatkan aku mempecayai perkataanmu?" Akhirnya Rin membuka mulutnya, meminta persetujuan bantuan dari Yuuma.

Awalnya Yuuma nampak tidak yakin, kedua orang di depannya adalah salah satu penyebab dirinya dan Aria menderita selama ini, mereka berdua adalah Akane Rin dan Akane Len, orang yang membuat dirinya menjadi setengah youkai. Sebenarnya Yuuma tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kedua orang ini, karena mereka sendiri juga tidak sadar kalau Yuuma adalah salah satu dari produk yang mereka secara tidak langsung turun tangan di dalamnya. Tapi Yuuma tetap tidak terima, mereka berdua juga membuat Aria menderita, salah satu dari mereka memberi Aria harapan semu, dan satu orang yang lain menghancurkannya tanpa ada rasa belas kasihan. Yuuma tetap tidak bisa berhenti memikirkan itu, tapi dia sudah membulatkan keputusannya, dia tidak peduli bagaimana nasibnya nanti, asalkan Aria bahagia, Yuuma tidak keberatan untuk mati lagi.

"Aku tidak melakukan ini untuk kalian, atau dunia yang kalian perjuangkan selama ini. Aku melakukan ini hanya untuk wanitaku satu-satunya, Nishino Aria!" Teriak Yuuma lantang.

Saat itulah Rin dan Len sadar, anak di depannya dan juga orang yang penting baginya ─Yuuki Yuuma dan Nishino Aria─ benar-benar mirip dengan Rin dan Len… Sangat mirip. Len tersenyum kecil, hampir terlihat seperti seringai… Dia mengangkat tangannya dan meminta jabatan tangan Yuuma.

"Baiklah…"

Yuuma mengangguk dengan wajah tegas, dia menerima uluran tangan itu, seketika tubuh Len dan Yuuma bersinar terang, dalam sekejap, semua luka Len tertutup dan dia bisa berdiri kembali. Len membersihkan pakaiannya yang berantakan dari serpihan debu, lalu memposisikan tegap badannya untuk menjaga image.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Yuuma datar.

"Aku hanya meminta sedikit kemampuan regenerasimu, jangan marah ya." Ucap Len sama datarnya.

Setelahnya Rin tertawa kecil dengan air mata di sudut matanya, dia menghalangi mulutnya sendiri dengan telapak tangannya untuk menutupi tawanya.

"Kalian… Benar-benar mirip…" Ucap Rin.

DUARR!

Sebuah asap dari debu mengepul tidak jauh dari mereka bertiga, di sana terbayang sosok yang berdiri di belakang kepulan asap, setelahnya sosok itu semakin jelas, Pandora berdiri sambil merenggangkan lehernya, terdengar bunyi *kretek* yang sangat keras berkali-kali, membuat Len dan Yuuma menghadap Pandora bersamaan.

"Loh? Kalian berdua kerja sama?" Ucap Pandora pura-pura terkejut.

"Toh, tidak apa-apa. Majulah, kita akan jadikan ini pertarungan terakhir."

Mereka bertiga maju bersamaan, saling mendekat berhadapan, setelahnya suara debuman terdengar sangat keras, lonceng tanda pertarungan akhir dimulai.


XOXOX


TRANG! TRANG! TRANG!

Len dan Yuuma menghantam Pandora dengan tebasan pedang secara bergantian, walau baru kali ini bertarung bersama, tapi koordinasi Yuuma dan Len bisa dibilang cukup bagus. Pandora menahan tebasan dengan kedua tangannya, dari bunyi hantaman yang terdengar, tangan Pandora bisa dikatakan sekeras besi waktu berhadapan dengan pedang Len dan Yuuma.

Len meloncat mundur ke belakang cukup jauh dan mengganti senjatanya dengan dua buah handgun, tidak ingin menyia-nyiakan waktu, Len menembakan sebuah tembakan melengkung horizontal dengan diameter kecil, peluru itu melesat dengan cepat menuju Pandora.

Yuuma menyadari maksud Len, dia turun ke bawah dengan sangat cepat dan dengan kecepatan yang luar biasa, meninju dagu Pandora dari bawah, membuat Pandora terpental ke udara tanpa ada jalan kabur lagi. Yuuma melempar pedangnya yang cukup besar dari bawah… Serangan dua sisi, dengan begini Pandora tidak akan bisa kabur ke belakang ataupun ke atas. Selain itu, di udara, dia tidak bisa dengan leluasa menggerakan tubuhnya untuk menghindar.

Seakan menghancurkan perhitungan Len dan Yuuma, tubuh Pandora menjadi asap dan menembus semua serangan Yuuma dan Len, Membuat sedikit ekspresi terkejut di wajah keduanya.

"Apa hanya ini kemampuan kalian?" Ejek Pandora.

Tidak terima dengan kegagalan, Yuuma menarik pedangnya yang semula melesat ke atas, ada benang kecil di gagangnya yang membuat Yuuma bisa menarik lagi pedangnya. Bersamaan dengan Len yang memegang Durandal, Len dan Yuuma kembali melesat cepat ke arah Pandora.

Len melempar pedangnya ke atas pertama kali, lalu dia menggunakan Vajra untuk membuat pertarungan fisik jarak dekat dengan Pandora. Tinjuan demi tinjuan dikerahkan oleh Len ke arah Pandora, walau dia berkali-kali berubah menjadi asap. Pada saat itulah, Yuuma dengan kelebihannya, terbang melesat ke atas untuk mengambil pedang Len.

Ketika merasakan berat dari pedang Len, dia langsung menghilang dan muncul di belakang Pandora dengan dua pedang, membuat sebuah tebasan diagonal yang menyilang dari atas ke bawah di punggung Pandora.

CRASSSH!

Serangan itu kena telak, membuat postur Pandora agak condong dan dengan sikutan dari atas, Len berhasil menjatuhkan telak tubuh Pandora. Len dan Yuuma mundur beberapa langkah dari sosok Pandora yang terjatuh.

"Cih… Kalian sudah mengerti trik ku ya?" Tanya Pandora, agak kesal.

"Kemampuanmu untuk menghindari serangan hanya bisa aktif ketika kau sadar akan arah dari serangan itu, buktinya kau masih bisa terpental ketika Yuuma meninju dagumu dari bawah dengan cepat, membuktikan kau tidak bisa memprediksi serangan Yuuma yang baru saja terjadi." Jelas Len.

"Kecepatan dari anak itu menjadi nilai plus di sini." Lanjut Len.

Pandora tersenyum kecut, awalnya wajahnya lemas serasa dia sudah kalah, walau beberapa detik kemudian, seringai muncul di wajahnya. Sayap Pandora kembali terlihat, dia menaikan tubuhnya yang seakan tidak bernyawa ke langit, kepalanya tiba-tiba mendangak.

"Sudah selesai! Sudah selesai! SEMUANYA SUDAH SIAP! BWAHAHAHAHAHAHA!"

Atmosfer dalam pertarungan tiba-tiba berubah, gravitasi perlahan menjadi sangat berat. Tubuh Yuuma dan Len dipaksa untuk berlutut karena tingginya kekuatan tarikan ke bawah.

Len baru sadar akan hal tersebut, Pandora dari tadi tidak menyerang dan tetap menjaga mulutnya dari pembicaraan tidak perlu karena dia menyiapkan sesuatu yang besar… Dia mengucapkan pengucapan suci yang cukup panjang, dia sudah siap untuk mengubah isi dari seluruh dunia…

"Terima kasih, kalian berdua, karena sudah menemaniku." Ucap Pandora dengan seringai.

.

.

.

Tanah berguncang, Kaito menerawang ke langit pada saat itu.

"Apa yang terjadi?!" Tanya Miku.

"Sepertinya pertarungan Len dan Yuuma sudah sampai puncaknya." Ucap Ted.

Aria masih terus berdoa selama yang ia bisa, tiba-tiba dia bisa merasakannya, kekuatan di dalam tubuhnya seakan terhisap keluar. Aria membuka mulutnya lebar tanpa suara, kedua pupil matanya seakan tertarik ke atas.

Kaito baru sadar akan hal itu, Lui dan Ring yang masih pingsan juga lama-kelamaan memiliki sosok yang kabur.

"Jangan-jangan…"

Kaito langsung memerintahkan Miku untuk membuat Pengasingan disekitar mereka, tubuh Lui dan Ring sudah terlanjur menghilang, sedangkan Aria jatuh pingsan.

"Apa yang terjadi Kaito?!"

"Pandora, dia akan memulai tahap terakhir dari rencananya mengubah dunia."

.

.

.

"Lenka-sama! Lenka-sama!"

Dua buah suara memanggil-manggil Lenka dari luar tempat tinggalnya. Lari dengan tergopoh, dia mendapati Haku dan Miki menghadap dirinya langsung saat ini.

"Apa yang terjadi?" Ucap Lenka berusaha tenang.

"Dungeon, dungeon! Seluruh dungeon terkikis hancur!" Ucap Miki.

"Ma-maksudmu?" Ucap Lenka, meminta penjelasan lanjut.

"Saat saya dan Miki sedang menerima tugas rutin mengecek keadaan beberapa dungeon terdekat, sebuah pemandangan tidak biasa terjadi, sosok dungeon yang bulat sempurna itu terkikis habis sedikit demi sedikit, ada yang aneh." Ucap Haku.

Saat itulah Lenka menangkap maksud dari Haku dan Miki. Dia langsung buru-buru mengambil sandal kayunya, bersama Haku dan Miki, mereka bertiga lari ke bangunan para tetua berada.

"Pandora… Dia sudah siap mengubah dunia…" Ucap Lenka pelan.

.

.

.

Yuuma dan Len masih belum bergerak, kedua pedang yang dipegang Yuuma terjatuh ke tanah dan tertahan kuat di sana. Pandora turun perlahan, dia mengambil salah satu pedang itu dan menatap Len.

"Kau mengerti yang akan terjadi kan?" Ucap Pandora, tertuju ke Len.

"Aku akan menggunakan seluruh dungeon yang sudah tercipta, dungeon secara langsung menghisap unsur kehidupan dari dunia asli ke dalamnya, seluruh kekuatan itu ada di dalam tiap-tiap inang dari dungeon. Dengan mengambil keberadaan seluruh dungeon, itu sudah lebih dari cukup untuk mengembalikan dunia keketiadaan, dan Tuhan akan membentuknya kembali beberapa ratus tahun kemudian dengan aku sebagai penguasa mutlak. Dunia dimana aku bisa memberi arahan yang benar kepada seluruh makhluk hidup dan memberikan mereka kehidupan damai yang sebenarnya. Tidak akan ada perang atau konflik, tidak untuk pemberontakan, tidak juga untuk revolusi dan perubahan. Aku akan bisa mengendalikan dunia dan isinya ke satu jalan yang sama." Jelas Pandora.

"Apa?! Apa kau bodoh?! Manusia tidak akan berkembang jika kau menahan emosi mereka! Mereka akan selamanya merasa seperti budak! Mereka tidak akan bisa membawa kelahiran yang baru jika kau menahan seluruh bentuk revolusi dan perubahan! Itu sama saja hidup di dalam kehampaan!" Tolak Len.

"Itu masih lebih baik, daripada dunia yang kau perjuangkan, dunia dimana hanya ada manusia-manusia penuh ego yang mendahulukan nafsu mereka." Jawab Pandora dingin.

"Kau salah…"

"Kau salah!" Ucap Yuuma.

"Manusia bukanlah boneka yang bisa kau arahkan perkembangannya! Mereka adalah pembentuk dunia! Mereka adalah pemberi peradaban! Tidak semua manusia buruk! Masih banyak jenis manusia yang belum kau lihat! Ada yang baik, inovatif, konstruktif, bahkan banyak dari mereka yang lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri!" Teriak Yuuma, teringat kembali akan ingatan dirinya dan teman-temannya.

"Manusia bukanlah eksistensi yang bisa kau kendalikan dengan paksaan! Mereka butuh orang lain untuk berkembang, saling menukar pendapat untuk membawa kemajuan bagi diri mereka masing-masing! Itulah arti hidup para manusia, tidak terkecuali untuk youkai!" Lanjut Yuuma.

Pandora menggeratakkan giginya, dia geram melihat Yuuma, mengangkat pedang di tangannya, Pandora berteriak dengan kencang.

"DIAM!"

CRASSHHH!

Salah satu sayap Yuuma tertebas putus dan jatuh ke tanah dengan penuh darah. Yuuma awalnya tidak merasakan apa-apa, setelahnya ada perasaan sakit yang amat sangat mengalir di tubuhnya.

"Aaa─GYAAAAAAA!"

Yuuma berusaha memegang sayapnya sendiri, tapi ketika dia berhasil menyentuhnya, sayap itu serasa bergerak seperti gumpalan daging, regenerasi Yuuma kembali aktif. Rasa sakit dari regenerasi anggota tubuh yang putus sakitnya berkali-kali lipat dari ketika anggota itu putus… Membuat Yuuma berteriak-teriak histeris.

"GYAAA! GYAAAA!"

"BWAHAHAHAHAHA! Kau lihat itu Akane Len?! Kau lihat itu, PAHLAWAN?! Dia benar-benar menyenangkan, berapa kalipun kau melukainya, asal tidak mengenai jantungnya, dia tidak akan mati! Itu menyenangkan! Sangat menyenangkan! BWAHAHAHAHA!" Pandora kembali menebas-nebas tubuh Yuuma yang tidak bisa apa-apa. Jeritan demi jeritan kembali terdengar, memekakan telinga Len.

Len tahu sakitnya seperti apa, dia pernah merasakan tangannya putus dan tumbuh kembali… Dan sakitnya luar biasa.

.

.

.

"Lenka-sama!"

"Bagaimana ini Lenka-sama?!"

Ketika Lenka memasuki ruangan para tetua, beberapa tetua panik, sebuah penglihatan terlihat di depan mereka, permukaan bumi tertutupi sebuah cairan kental berwarna hitam kemerahan yang terus menjalar dengan cepat. Lenka menggigit bibirnya sendiri.

"Jadi Pandora serius ingin membuat dunia ini kembali ke ketiadaan…" Ucap Lenka.

"Aku akan pergi ke dalam ruangan ritual bumi! Aku akan memperlambat kecepatan cairan itu dengan kekuatan sihir alam! Sisanya, kita hanya bisa berdoa kepada anak-anakku yang sedang bertarung dengan Pandora!"

Lenka berlari pergi dengan setengah panik, pertama dia menghampiri gua tempat Neru, Nero dan Kamito berada. Lenka memerintahkan untuk memindahkan mereka ke ruangan ritual. Setelahnya Lenka pergi ke ruangan ritual sambil berjalan cepat.

"Rin, Len… Semoga kalian berhasil…"

.

.

.

"AAARRRGGGHH!"

Jeritan Yuuma masih terdengar sangat memilukan, Pandora masih terus-menerus menebas tubuh Yuuma tanpa berhenti.

"Andai… Andai ada yang bisa aku lakukan." Gumam Len

Len menoleh ke arah Rin, sosok itu muncul kembali. Sosok besar dengan tudung yang hanya terbuat dari kerangka tulang muncul kembali di belakang Rin. Rin meneriakan sesuatu setelahnya, membuat tubuh Pandora tidak bisa bergerak dan dikelilingi sebuah lingkaran tipis transparan.

"Apa?! Apa yang kau lakukan?!" Pandora berteriak marah.

"Len! Aku akan menyegel Pandora dengan jiwaku! Aku akan menutup kembali kotaknya dan mengembalikan keadaan!" Ucap Rin.

Alasan kenapa Rin tidak berbicara dari tadi, karena dia juga mengucapkan pengucapan suci, dia menyiapkan sesuatu yang lebih besar untuk Pandora, mantra yang akan bisa digunakan untuk menyegel Pandora dengan taruhan nyawa orang yang pertama kali menyentuh Pandora setelah terkena mantra itu.

"Kau?! KAU! KENAPA KAU BISA MELAKUKAN MANTRA SEMACAM ITU?!" Pandora berteriak histeris yang tercampur dengan kemarahan.

"Hanya mereka yang menyandang gelar 'Juru Selamat' yang pernah diajarkan mantra ini! Hanya mereka dan keturunannya! Tunggu, kau, apa wanita sialan itu mengajarkannya padamu?! Tapi dia belum mati dan sesuai tradisi, dia tidak akan mewariskannya pada siapapun sebelum dia mati!" Teriak Pandora setelahnya.

"Kaa-chan tidak melanggar tradisi, pada saat kau memberontak, kaa-chan sudah koma di rumah sakit, dia sudah mati suri, sebelum itu dia sudah mewariskannya padaku. Karena kesalahanmu yang mengembalikan waktu hidup semua orang, kaa-chan menjadi muda dan lepas dari penyakitnya! Kau tidak memperhitungkan ini!" Jawab Rin, membuat mata Pandora diselimuti kebencian sambil terus berusaha keluar dari lingkaran yang membelenggunya saat ini.

Len terkejut, dia melihat Rin berdiri dengan susah payah, dia berjalan perlahan karena tertarik gravitasi, menuju ke Pandora. Len tidak sudi, dia langsung ikut berdiri dan menghalangi langkah Rin.

"Kenapa?! Kenapa kau melakukan hal ini?!" Ucap Len.

"Aku yang membuat semua masalah ini! Aku juga yang akan menyelesaikannya!" Jawab Rin.

"Aku akan memikirkan cara lain! Aku tidak akan membiarkanmu!" Ucap Len lagi.

"Hanya aku satu-satunya yang bisa! Hanya aku yang mewarisi kekuatan okaa-chan! Hanya aku yang bisa melakukan hal ini!" Sosok besar di balik tubuh Rin menggerakan tangannya, menyingkirkan tubuh Len yang berdiri tepat di depannya.

Tangan dari tengkorak besar itu menggenggam tubuh Len, mengangkatnya dan memberikan akses bagi Rin untuk berjalan.

"Hanya ini pilihan terbaik…" Ucap Rin ketika mendongak ke atas melihat Len.

Tiba-tiba cahaya sudah terbentuk di depan mereka berdua. Tangan Yuuma memegang tubuh Pandora yang diselimuti selubung tipis, Yuuma menyentuh Pandora tanpa diduga, membuat dirinyalah yang menjadi pengorbanan. Dia tersenyum dan mengatakan dengan pelan…

"Apa yang kau?!"

"Tolong, sampaikan perasaan terakhirku pada Aria."

SRIING!

Entah sejak kapankah cahaya dihatiku… bersemi

Dan kan ku jaga sepenuh hati….

Walau ku jauh melangkah… Terjatuh lagi dan lagi….

Ku berharap langkahku akan.. Slealu… Bercahaya..

Tubuh Yuuma bergetar sangat hebat bersamaan dengan bergetarnya tubuh Pandora, Rin dan Yuuma ada di dalam sebuah ruangan yang seluruhnya berwarna putih di sana, seakan terpental ke sebuah dimensi yang tidak diketahui, Rin melihat sosok di depannya dengan mata berair.

"Kenapa?! Kenapa?! Itu tugasku! Kenapa kau menggantikanku?!" Teriak Rin, sejenak, Rin merasakan kalau sosok Len lah yang menghilang menggantikan dia di hadapannya, merasakan dari bagaimana miripnya Len dan Yuuma di mata Rin.

"Aku… Aku, sudah mencapat ketenangan." Ucap Yuuma pelan.

Dalam kenyataan yang terus berulang…

Ku ingin dia selalu bersama diriku..

Namun muncul hari esok yang kutemukan

Ku tak dapat melawan perasaan ini…

"Kenapa? Walau begitu, kenapa kau melakukan ini?" Tanya Rin lagi.

"Aku, aku hanya ingin, jika Aria bisa hidup bahagia, aku tidak peduli apa yang akan terjadi pada diriku." Jawab Yuuma, dalam cahaya itu.

"Tapi, bagaimana dia bisa senang?! Jika satu-satunya alasan dirinya untuk hidup kembali menghilang?!" Tanya Rin.

Yuuma menunduk sedikit, serasa perkataannya tercekat tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Kemudian dia menatap Rin mantap dan mengatakan isi hatinya.

"Oleh karena itu, karena aku pada akhirnya akan meninggalkannya, aku tidak akan membatasi keinginannya setelah ini. Aku akan menghargai semua keputusannya setelah ini. Tapi, jika dia memilih untuk terus melanjutkan hidupnya, aku mohon, tolong rawat dia, berikan dia kasih sayang, seakan akulah yang menyayanginya di sana." Ucap Yuuma.

"Memilih? Maksudmu… Mungkin dia akan memilih untuk mengakhir hidupnya juga?!" Tanya Rin tidak rela.

"Jika memang itu yang terbaik…" Ucap Yuuma.

Kuterima dunia yang ada di hadapanku ini..

Walau semua hanyalah mimpi..

Aku kan terus melangkah.. Jauh di dalam hatiku..

Akan kuusahakan, teriakanmu akan… Selalu… Menggema

Rin mengusap matanya, tidak bisa memberikan pertanyaan lagi, dia mendatangi Yuuma dan mengelus keningnya. Memeluk Yuuma sebentar, Rin berbicara suatu hal kepada Yuuma.

"Maaf karena telah menyeretmu ke dalam semua masalah ini. Maaf karena telah membuatmu dan Aria menderita, maaf karena telah memberikan akhir yang buruk di dalam ceritamu, maaf karena pada akhirnya kaulah yang menanggung tanggung jawabku." Ucap Rin, lembut.

"Wangimu, sama seperti Aria." Ucap Yuuma di sela-sela perkataan Rin.

Rin membelalakkan matanya, dia tersenyum dan melepas senyumannya. Semuanya kembali semula, ketika Rin membuka matanya, gravitasi sudah tidak terasa berat. Len ada di depannya, memapah sebuah tubuh dengan mata yang menatap kosong, tubuh Yuuma. Sedangkan Pandora, dia kembali menjadi sebuah kotak kecil di tanah.

"Mungkin, ini akhir yang sebenarnya…" Gumam Len, dengan suara lemah.

Rin mengangguk sebagai jawaban.

"Kau partner yang hebat, walau cuma sebentar." Ucap Len, meninju lengan Yuuma, walau dengan sedikit isakan dan air mata.

Tuk' mencari sepasang sayap yang utuh..

Menuju tempat yang tak mungkin.. Perlahan menyakitiku..

Namun segala hal yang aku perlukan… Hanyalah dirimu

Hanya sesuatu yang dapat melindungiku…

Dimensi tempat Len dan Rin yang dibuat oleh Pandora runtuh, mereka berdua kembali ke tempat awal… Di dalam dungeon yang sudah setengah hancur dan terus hancur, terlihat dari langitnya yang runtuh.

Kaito menyambut Len dengan suka cita, karena Len berhasil mengalahkan Pandora. Tapi, Aria memasang wajah tidak puas di sana, luka Aria tidak bisa menutup kembali, dia tidak juga mau disembukan oleh Miku dan Teto. Len, membawa Yuuma ke samping Aria, mata Yuuma sudah tertutup, senyuman terhias di wajahnya. Tanah dungeon berguncang, membuat Kaito memberi ajakan untuk segera keluar dari dungeon.

"Ayo! Kita harus cepat pergi!" Kaito menarik lengan Aria, tapi Aria hanya menggeleng.

"Tidak, aku akan menemani Yuuma di sini."

Ketika mendengar perkataan itu, Rin menunduk dalam, dia merasakan penyesalan yang amat sangat. Sesaat dia mendongak dengan air mata dan memeluk Aria erat.

"Maafkan aku, Maafkan aku, Maafkan aku, Maafkan aku, Maafkan aku…" Ucap Rin berkali-kali.

"Tidak apa-apa… Terima kasih, karena telah memberi aku kesempatan untuk bersama Yuuma lagi. Sekarang kami bisa bersama untuk selamanya…" Ucap Aria lemah.

Rin tidak mengatakan apapun, dia melepaskan pelukannya, dengan tatapan terakhir ke arah Aria, dia mengikuti Kaito, Len dan yang lain melewati gerbang untuk keluar dungeon, dungeon itu semakin hancur dan gerbang yang dibuat oleh Miku dan Teto sudah hampir tertutup.

Sesaat Rin bisa melihat Yuuma membuka matanya lagi, walau tidak ada cahaya di sana, dan makin melebarkan senyumnya. Setelahnya, dia bisa melihat Aria dan Yuuma berciuman untuk yang terakhir kalinya.

Meski tanpa jawaban… Ku kan terus melangkah

Meski tidaklah indah… Ku tak akan menyerah..

Ku kan terus percaya... Pastilah akan muncul cara…

Mencoba menggapai asa… Dalam akhir sebuah derita…

Len dan yang lainnya sampai di luar dungeon, saat itulah, mereka melihat cahaya matahari yang sudah lama tidak pernah menyinari dunia semenjak kehancuran yang disebabkan oleh Pandora.

"Semuanya telah berakhir…" Ucap Len.

"Aku… Aku tidak akan melupakan kenangan mereka berdua…" Ucap Rin.

Mereka berenam menyongsong matahari di dunia baru, saling berpegangan tangan satu dengan yang lain. Rin menutup mata, mencoba mengingat sosok Aria dan Yuuma… Mematrinya ke dalam ingatannya dan berjanji, tidak akan pernah melupakan cerita cinta mereka berdua…

Tanpa ada batas…

Kuterima dunia yang ada di hadapan ku ini

Walau semua hanyalah mimpi…

Aku kan terus melangkah… Jauh di dalam hatiku..

Getaran cerita yang akan selalu… Menggema dalam dunia yang indah…


XOXOX


Chapter terakir selesai~~

Akhirnya fict ini tamat (Dan saya rada gak enak naruh author note di tengah gini)… Happy end untuk mereka semua #PLAK #APANYA?!

Jangan keluar dulu, seperti biasa, dibawah masih ada omake.

Cekidot!


XOXOX


"Ah… Pada akhirnya kita tidak kembali menjadi tua…" Ucap Teto.

Kini kota-kota sudah mulai dibangun di atas permukaan, seluruh padang tandus mulai ditumbuhi kembali, walau ada beberapa tempat yang sudah terlanjur terkena fenomena ketiadaan dan sulit untuk dihijaukan lagi.

Len dan yang lainnya tidak kembali ke umur mereka semula, semua orang memulai kehidupan mereka dari umur 18 tahun lagi, kecuali untuk anak-anak yang baru lahir.

"Kemana semuanya?" Tanya Teto.

"Len, Rin, Kaito, dan Miku menuju kuil, anak-anak mereka akan disadarkan dari tidur panjangnya. Seperti mereka bertiga adalah satu-satunya yang akan memulai kehidupan baru mereka diumur 11 tahun." Ucap Ted.

"Benarkah?! Kalau begitu ayo kita ke kuil juga! Aku sudah lama tidak lihat Neru-chan! Nero-kun dan Kamito-kun juga pasti membutuhkanku nanti!"

"Kau sangat suka anak kecil ya…" Ucap Ted.

"Tentu!" Jawab Teto penuh semangat.

"Terus, kapan kita punya anak?" Tanya Ted.

Wajah Teto langsung memerah dan berlari kencang terlebih dahulu, meninggalkan Ted yang uring-uringan karena salah bicara.

.

.

.

"Rin… Kau tidak akan pergi lagi kan?" Tanya Len.

Rin menatap Len intens. Sekarang keluarga mereka bersama keluarga Kaito, Haku, Miki, Ted dan Teto juga ada di sana. Sedang bermain di sebuah taman. Len dan Rin duduk di pinggir taman berdua, membicarakan sesuatu.

"Aku tidak akan pergi lagi… Aku sudah mengerti, betapa pentingnya arti keluarga ini bagiku." Ucap Rin.

"Apa anak-anak kita mau ya, punya orang tua berumur 18 tahun?" Tanya Len.

"Jangan tanyakan hal bodoh!" Ucap Rin, menyikut Len.

"Aku harap mereka berdua, bahagia, dimanapun mereka." Lanjut Rin tiba-tiba.

"Yuuma dan Aria? Yup… Aku juga berharap sama." Jawab Len.

"Dimana kotak Pandora di simpan?" Tanya Len setelahnya.

"Katanya sih ditaruh di ruangan ritual." Jawab Rin.

"Oh…" Ucap Len singkat.

.

.

.

Di suatu tempat yang gelap, dua orang saling berpegangan tangan dan saling menyenderkan kepalanya. Mereka berdua tampak tersenyum tenang, tubuh mereka terlihat bercahaya, seperti tidak ada goresan di sana. Yuuma dan Aria, tidur selamanya dalam mimpi abadi mereka di suatu tempat khusus hanya bagi mereka berdua, memimpikan hal yang sama dimana mereka dan teman-temannya masih hidup dengan tenang dan bersuka cita bersama. Kedua tubuh bak boneka itu tanpa sadar menggerakan kedua tangan mereka yang saling berpegangan, jari-jari mereka melekat makin erat, senyuman mereka semakin bersinar satu dengan yang lainnya.

.

.

.

PLUK!

Kepala Rin bersandar di bahu Len.

"Petualangan apapun yang akan terjadi setelah ini, aku akan selalu ada di sisimu kali ini. Sama seperti Aria yang selalu berada di sisi Yuuma, apapun kondisi mereka." Ucap Rin.

Len hanya bisa tersenyum, dia menerawang ke arah langit, menaikan salah satu tangannya dan merentangkan telapak tangannya… Dia mengepalkan tangan itu erat seakan ingin memegang awan.

"Aku yakin… Mereka bahagia… Dimanapun mereka berada…"


Fin.


XOXOX


Akhirnya… Perjuangan saya… Selesai… #DORR
Kok rasanya ada YuumaXRin ya walau sedikit? #JEDORR XD

Saya bakal bertapa (?) sekitar 3 mingguan, menyelesaikan ide untuk fict baru ^^

Terima kasih untuk semua orang yang sudah menyempatkan waktunya membaca fict ini, memberikan review, baik tanggapan baik atau masukan, kepada semua orang yang udah fav-foll fict ini terima kasih, bahkan saya juga berterima kasih kepada mereka yang hanya tidak sengaja membuka halaman fict ini! Terima kasih banyak! Tanpa kalian, fict ini tidak akan bisa berjalan sampai sekarang! Terima kasih ya! T_T

Akhir kata, maaf jika ada kata yang kurang berkenan, saya mau tahu komentar kalian soal chapter kali ini, apapun itu, karena bentuk apresiasi dari kalian adalah kebahagiaan untuk saya. Sampai jumpa lagi ya di lain waktu!

Jaa~~ Matta ne~~ ^^

Best Regards,

Aprian