SAO: Takdir Pilihan

Chapter 3: Rune Lord

Part 1

Kirito POV

"Paman Alex, terima kasih atas bantuanmu selama ini. Aku tidak akan melupakanmu."

Aku sungguh sungguh mengatakan itu dari lubuk hatiku, aku sangat berterima kasih atas bantuannya terhadapku.

Paman Alex menemukan aku yang masih berumur sepuluh tahun tidak sadarkan diri dan membawaku kembali ke kota. Beliau juga menguburkan mayat pamanku di samping rumah kami.

Beliau adalah seorang veteran adventurer, dengan umur yang hampir mencapai 50 tahun tapi masih sangat aktif mengikuti clearing/pembasmian monster. Walaupun bukan seorang penyihir tapi beliau mendapatkan gelar veteran adventurer karena telah banyak membantu dalam pembasmian monster di luar kota. Ilmu pedangnya sangat tinggi, karena itulah dia diakui oleh adventurer lain.

"Tidak terasa kau sudah berumur 17 tahun, sudah saatnya aku melepaskanmu pergi. Capailah tujuan hidupmu Kirito, aku hanya bisa mendoakan dari sini. Aku meminjamkan silent hunter kepadamu, ini adalah pedang kesayanganku yang dapat menyerap dan memantulkan kekuatan sihir. Memang tidak bisa bertahan dari sihir yang terlalu kuat, tapi aku yakin kau bisa menutupi kekurangannya dengan teknikmu."

Banyak sekali bantuan yang telah diberikannya kepadaku, mulai dari mengurus keperluanku sehari hari dan mengajariku ilmu pedang. Walaupun kekuatanku hilang, ilmu pengetahuanku tidak hilang sehingga aku hanya perlu mencari cara untuk menggantikan kekuatan yang hilang dengan kekuatan lain.

Selama ini aku terus mencoba mengeluarkan mana yang ada dalam tubuhku, mencoba mengeluarkan sihir dan mencoba mengeluarkan aura hitam yang pernah muncul sebelum Loki menyegel kekuatanku, tapi ternyata usahaku sia-sia. Saat aku berusaha mengeluarkan kekuatanku, lambang sihir segel yang berada di dadaku bersinar dan mencegah kekuatanku keluar.

Aku pernah mengatakan hal ini pada paman Alex. Tentu saja hal hal yang menyangkut Loki aku rahasiakan karena aku tidak ingin membahayakan beliau.

Beliau sangat terkejut dan segera membawaku ke rune master yang ahli dalam hal formasi lambang sihir. Setelah diperiksa, rune master itu berkata bahwa segel ini adalah sihir ancient yang telah lama hilang. Kekuatan sihir ancient berkali kali lipat lebih kuat dibanding sihir jaman sekarang karena yang membuatnya adalah apostle of god atau bisa disebut wakil dewa. Mereka membuat dan memberikan sihir ancient kepada semua orang, termasuk juga demi-human untuk melawan ras devil yang ingin menghancurkan dunia 1000 tahun lalu. Sihir ancient hilang ditelan waktu, dan sekarang hanya ada sedikit orang yang memiliki sihir itu.

Sihir ancient sangat berbahaya karena kegunaannya hanya untuk menghancurkan dan merusak. Sangat sulit untuk dicegah dan jika terkena sihir ancient, efek yang ditimbulkan sulit dihilangkan.

Mendengar penjelasan itu, aku memutuskan untuk menyerah dalam usahaku mengembalikan kekuatan yang tersegel. Tapi masih ada cara agar aku menjadi kuat tanpa sihir dan aura-ku, yaitu dengan berlatih semua ilmu yang ada di dunia. Aku akan menjadi kuat dengan caraku sendiri, aku sudah berniat untuk itu sejak lama.

"Sudah tidak ada yang bisa kuajarkan kepadamu. Buatlah aku bangga telah mendidikmu Kirito, tunjukkan semua kemampuanmu pada turnamen pemilihan adventurer besok."

"Aku akan berjuang sekuat tenaga. Tidak peduli seberapa kuat musuhku, aku harus mendapatkan gelar adventurer."

Semangatku tidak akan kalah dari peserta lain, yang harus kulakukan adalah menaklukkan halangan yang ada didepanku.

Part 2

Esoknya, setelah persiapan selesai, kami segera menuju arena pertandingan di pusat kota. Setiap tahun, di arena trafalgar ini diadakan turnamen untuk menyeleksi siapa saja yang pantas mendapatkan gelar adventurer. Orang yang terpilih akan diberikan status plate, yang merupakan tanda bahwa orang itu adalah adventurer. Tidak hanya itu, status plate juga menunjukkan poin poin seluruh kekuatan yang dimiliki, merekam semua skill yang telah dikuasai dan tingkat keahlian seseorang.

Setelah sampai di arena, aku takjub melihat orang sebanyak ini baik itu penonton ataupun peserta turnamen. Memang aku sudah menduga arena akan sangat ramai, tapi setelah melihat sendiri orang orang rela berdesak-desakan untuk masuk ke bangku penonton lewat jalan yang disediakan panitia, aku menjadi gugup.

Tepukan dipundak menghancurkan lamunanku.

"Tenanglah Kirito, selama ini kau sudah melewati latihan keras yang bahkan aku tidak pernah jalani. Aku sangat tahu seberapa besar kekuatanmu, jadi tingkatkanlah keberanian dan kepercayaan dirimu. Tidak ada yang bisa mengalahkanmu di turnamen ini"

Sambil menepuk nepuk pundakku beberapa kali, beliau mengucapkan kata kata penyemangat itu kepadaku. Aku perlahan mengatur napas, hirup, keluarkan, hirup, keluarkan, hingga pikiranku tenang kembali.

Aku sedikit kecewa karena belum belum aku sudah gugup duluan. Mana niatku yang tadi menggebu gebu yang ingin membuat paman Alex bangga kepadaku?

Haaah, ah sudahlah tidak ada gunanya aku menyesali yang telah berlalu.

"Hadirin sekalian, sudah tiba waktunya kita mulai turnamen adventurer ke-33 ini. Para peserta diharap masuk melalui pintu tengah dan masuk ke tengah arena."

Aku mendengar dengan jelas pengumuman itu dan menoleh kearah paman Alex.

"Pergilah Kirito, buatlah legendamu sendiri. Buatlah mereka yang meremehkanmu merasakan seberapa kuat tebasan pedang yang kau keluarkan."

Aku mengangguk, dan bergegas menuju pintu arena bersama dengan peserta lain. Sepanjang jalan aku merasakan mereka semua memandangku dengan tatapan aneh, apa aku melakukan kesalahan? Rasanya tidak. Ah, masa bodoh, aku tidak akan menghiraukan tatapan mereka.

Tiba tiba ada yang memanggilku dari belakang, "Hei, Kirito, kau Kirito kan?"

Aku menoleh ke belakang, ah dia kan Klein teman kecilku.

"Klein? Kau juga mengikuti turnamen ini?"

Aku terkejut melihat dia disini, karena sepengetahuanku dia hanya memiliki kapasitas mana yang sedikit dan kemampuannya hanya rata rata, selalu kalah dariku saat dia berlatih tanding denganku.

"Aku bercita cita menjadi adventurer yang kaya raya, mana mungkin aku melewatkan turnamen ini?"

Sifatnya tidak berubah sama sekali. Dia mengincar quest/misi yang bisa diperoleh saat menjadi adventurer.

Adventurer yang menyelesaikan quest akan mendapatkan imbalan sesuai tingkat kesulitannya. Tingkatan yang dimaksud adalah F, E, D, C, B, A, S, dan SS.

"Klein, aku tidak akan mengalah walaupun kau memohon. Aku juga memiliki tujuan tersendiri."

"Itulah yang kuharapkan darimu. Aku juga sudah berlatih keras dibawah bimbingan adventurer kuat. Aku bukanlah Klein lemah seperti dulu."

"Oh. Syukurlah kalau benar begitu."

Kami berbincang bincang sambil menunggu keterangan lebih lanjut dari panitia pertandingan.

Setelah waktu yang cukup lama, akhirnya panitia mengumumkan tempat pertandingan dan urutan pertarungannya. Aku berada di arena C giliran ke-3, sedangkan Klein berada di arena F giliran pertama.

Karena belum waktunya aku bertanding, aku berjalan kearah bangku yang disediakan khusus untuk peserta.

Dari sini aku dapat melihat pertandingan Klein yang telah dimulai beberapa saat lalu. Musuhnya seorang rune master, memakai kertas yang sudah bertuliskan lambang sihir dia menyebarnya ke seluruh penjuru arena. "Levitation" rune master itu mengucapkan mantra sihir yang membuat semua kertas sihir yang disebarnya melayang mengepung Klein, cukup sederhana taktik yang dipakainya.

"Kau takkan bisa menghancurkan kertas sihirku, dan aku telah menghadangmu dengan kertas sihir ledakan. Angkatlah tanganmu dan menyerah sebelum aku benar benar meledakkanmu." suara keras si rune master terdengar jelas olehku.

Aku mengarahkan pandanganku ke arah Klein, khawatir akan keadaannya karena sepengetahuanku setelah melihat si rune master, kekuatan ledakan satu kertas saja bisa menghancurkan satu pohon besar. Namun kontras dengan yang aku pikirkan, Klein bahkan tenang tenang saja. Pedang yang telah dihunus oleh Klein hanya dimain mainkan di pundaknya, tanpa ada rasa khawatir sedikitpun dia lalu melangkah kedepan mendekati si rune master.

Melihat Klein maju, si rune master secara reflek segera meledakkan semua kertas sihirnya. "Bamm" gemuruh ledakan yang sangat kuat membuat arena bergetar.

Asap mengepul membuat pandanganku terhalangi.

"Hanya inikah kekuatan maksimalmu?" setelah asap yang mengepul perlahan menghilang, tampak Klein masih di posisi santainya. Tidak terlihat sedikitpun luka ataupun debu yang menempel di pakaiannya.

Oh, sekuat itukah aura yang dia miliki? Aku dapat melihat aura berwarna abu-abu yang samar samar terlihat di sekitar tubuh Klein. Mungkin aku harus berpikir lagi jika ingin bertarung dengannya.

Part 3

"Jangan bercanda, mana mungkin itu sihir terkuatku. Baiklah, kau yang menginginkannya, akan kubuat kau bertekuk lutut dihadapan sihir terkuatku!"

Sambil mengangkat tangannya keatas, si rune master mengucapkan mantra sihir.

"Wahai penjaga kegelapan terdalam, aku memanggilmu. Jadilah prajuritku dan hancurkan semua musuhku!"

Di langit tiba tiba muncul lubang hitam yang besar. Dan dari dalamnya keluar puluhan makhluk bayangan yang dilengkapi dengan baju perang dan bersenjatakan tombak dan pedang.

"Inilah sihir terbaikku, stamina mereka tidak akan habis dan kekuatan mereka sebanding dengan 1000 pasukan kerajaan. Jika kau berani, hadapilah mereka."

Klein yang tidak bergerak dari tadi, hanya memandang sekumpulan pasukan yang mulai mengepungnya.

"Kau sudah mengeluarkan sihir terbaikmu, maka ijinkan aku memusnahkannya dengan skill terkuatku."

Mendengar Klein yang masih santai santai pada posisinya yang tidak berubah dari tadi, si rune master tidak kuasa menahan kesabarannya lagi.

"Serang dia, beri pelajaran kepadanya agar tidak meremehkan orang lain."

Prajurit bayangan yang mengepung Klein secara serentak menyerangnya. Melihat puluhan pasukan menyerangnya dari segala arah, Klein dengan tenang mengucapkan mantra sihirnya.

"Mute scream"

Klein bergerak dengan sangat cepat, menghindari tebasan pedang dan tusukan tombak yang menuju ke arahnya.

Tebasan vertikal dari atas, dihindarinya dengan menggerakkan tubuhnya sedikit ke samping. Tiga prajurit melancarkan tebasan pedang dari arah kiri, membelah tubuh Klein menjadi empat bagian.

Tubuh Klein yang terpotong potong menghilang, ternyata itu hanyalah afterimage/bayangan dari Klein yang bergerak sangat cepat.

Klein muncul dengan tiba tiba di belakang tiga prajurit yang menebas afterimage-nya, "burning curse" lambang sihir api berwarna merah melekat pada punggung ketiga prajurit itu saat Klein menyentuh mereka bertiga. Walaupun puluhan prajurit bayangan itu memiliki kekuatan sebanding dengan 1000 pasukan, tapi tidak mungkin pertahanan mereka kuat. Api dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh ketiga prajurit itu, membuat mereka musnah tanpa sisa.

"Burning curse"

"Burning curse"

"Burning curse"

"Burning curse"

Klein berpindah pindah tempat dengan sangat cepat, membuat banyak afterimage dirinya dimana mana, belasan prajurit bayangan dikalahkan dalam sekejap oleh sihirnya.

"Wind slash" Klein yang muncul agak jauh dari kerumunan prajurit bayangan yang kebingungan menebas berkali kali kearah kerumunan pasukan itu.

"Hia, hia hia, hia, hia..." teriak Klein pada setiap tebasan sihir angin yang dikeluarkannya. Pedang klein yang menebas ke arah prajurit bayangan bergerak semakin cepat dan semakin cepat, sampai hampir tidak terlihat.

Ada jarak sekitar 20 meter antara Klein dengan pasukan bayangan. Tapi seakan jarak menjadi tidak berarti, setiap tebasan jarak jauh dari Klein memotong motong prajurit bayangan. Hanya suara mendengung dan debu yang berterbangan menandakan bahwa Klein mengeluarkan sihir angin dan memotong motong pasukan bayangan yang masih terdiam karena kejadian ini begitu cepat di mata mereka.

Setelah beberapa saat, barulah mereka menyadari mereka sedang dibantai oleh Klein. Pasukan bayangan yang kini hanya tersisa belasan itu, segera berlari menuju Klein sambil mengacungkan pedang dan tombak mereka.

"Ahaa, terperangkap juga akhirnya" Klein tertawa sendiri melihat belasan pasukan yang menuju ke tempatnya.

Lantai yang dilewati prajurit bayangan bersinar merah terang, lambang sihir api "fire blast" tergambar di lantai itu. Menyadari mereka masuk perangkap, mereka langsung berpencar mencari keselamatan diri masing masing. Namun, sebelum mereka keluar dari lingkaran sihir, ledakan kuat menghancurkan mereka semua.

Melihat tidak ada lagi prajurit bayangan yang tersisa, Klein mendekati si rune master.

"Bagaimana, kau menyerah? Atau masih mau lanjut?"

"A.. Aku menyerah, mana yang kumiliki hampir habis dan aku tidak akan bisa melawanmu." si rune master tahu kalau orang didepannya sangat kuat, kecepatannya yang luar biasa dan strateginya membuat si rune master mengaku kalah.

Tidak akan ada gunanya juga jika aku memaksakan diriku, pikir si rune master.

"Ohhh, pertandingan yang luar biasa ditunjukkan oleh petarung Klein dari grup F. Kecepatan yang menakjubkan, strategi yang bagus membuatnya menang di putaran pertama ini. Bahkan belum ada sepuluh menit, petarung Klein telah memaksa lawannya untuk menyerah."

Part 4

"Klein kau sangat hebat. Kekuatanmu sangat jauh melampaui kau yang dulu."

Kirito ikut senang karena teman akrabnya menjadi kuat.

"Hohoho, puji aku lagi, tujuanku untuk mendapatkan kekayaan melimpah tidak mustahil lagi. Dan cewek cewek cantik pasti akan tergila gila padaku. Hohoho."

Melihat temannya sedang berkhayal terlalu jauh, wajah Kirito berubah menjadi sinis.

"Setidaknya sebelum kau terkenal, carilah sihir perubah wajah. Jika tidak, cewek yang seharusnya mengejarmu malah akan berlari menghindarimu."

"Kata katamu sangat menusuk hatiku Kirito. Apa salahnya wajahku, hingga para wanita tidak ada yang mau kepadaku?"

"Menjadi adventurer karena ingin kaya, terkenal, dan didekati wanita, itu adalah alasan yang kurang bijaksana. Carilah tujuan hidup yang lebih baik, agar aku ikut senang."

"Ah, jangan mulai lagi acara ceramahnya. Aku sudah lelah menghadapi pertarungan tadi, jangan ditambah lagi dengan ceramahmu. Mana yang aku kumpulkan sejak kemarin hampir habis saat menghadapi si rune master tadi. Memang sesuai dengan namanya: prajurit bayangan dengan kekuatan seribu tentara, aku menebas mereka dengan sihir angin sebanyak 500 kali baru bisa mengurangi jumlah mereka. Mungin jika si rune master tidak menyerah, dia bisa mengalahkanku."

Part 5

Untung saja aku memiliki sihir chronos. Tidak sia sia aku mengorbankan waktu yang sangat lama untuk menguasainya, syukurlah aku bertemu dengan Oji-san pada peristiwa itu. Sambil beristirahat, Klein kembali mengingat ingat masa kecilnya.

10 tahun lalu.

Klein kecil kaget karena dia tidak mengetahui dimana dia sekarang berada. Langit berwarna hitam tanpa adanya satu bintang pun membuat orang yang melihatnya merasakan kengerian tersendiri. Sejauh mata memandang, hanya ada daratan gersang yang membuat manusia tidak akan bisa bertahan hidup disini. Klein mencoba mengingat ingat sebelum dia tersesat di tempat ini.

Sepulang dari sekolah sihir Artos, Klein berlari kencang tanpa arah tujuan. Yang ada dipikirannya hanya keputus asaan, dan kesedihan mendalam karena hinaan dari teman sekolahnya. Bahkan keluarga Klein yang semula terus mendukungnya untuk masuk ke sekolah sihir tidak menghiraukannya lagi karena hasil penilaian yang bisa dibilang sangat buruk dari sekolahnya.

Klein lahir dalam sebuah keluarga bangsawan, kekuatan sihir menjadi prioritas utama dalam keluarga itu. Klein yang hanya memiliki mana sedikit tidak dapat mengeluarkan sihir tingkat tinggi, sihir terkuat yang dapat dikeluarkannya hanyalah level 2 dengan tingkat intermediate. Sehingga sekuat apapun usahanya untuk menguasai sihir tingkat tinggi, Klein hanya dapat mengeluarkan sihir sederhana dengan tingkat kemahiran intermediate. Hal itu membuat keluarganya kecewa dan melepas harapan terhadap Klein.

-Buat apa aku hidup jika tidak ada yang menyayangiku, bahkan orang tuaku bersikap seolah tidak mengenalku. Teman temanku menghinaku dan selalu menggangguku, apakah tidak ada lagi yang mengerti aku?

Klein menangis sambil berlari kencang, dan tiba tiba teringat anak kecil seumuran dengannya. Kirito, kalau tidak salah itulah namanya, dia tetap mengajaknya bermain dan sesekali berlatih tanding. Walaupun Klein selalu kalah, tetapi Kirito tidak mencemoohnya seperti anak yang lain, tatapan hangatnya selalu mendamaikan hati Klein yang gundah.

-Tapi aku bukan Kirito! Dia memiliki pamannya yang selalu mendukungnya, sedangkan aku tidak memiliki siapa pun!

Aku membenci semuanya, membenci keluargaku, membenci teman temanku, membenci apapun yang menggangguku. Aku bersumpah tidak akan mempercayai siapapun dan tidak akan mengampuni orang yang menghalangiku.

"WAAAA.."

Teriakan keras dari Klein yang seolah mengeluarkan perasaan gelap dari hatinya dan perasaan kecewa pada dunia ini yang menelantarkannya mengundang tatapan heran dari orang orang di sekitarnya, namun tak ada seorangpun yang mendekatinya.

Klein terus berlari, berlari dan berlari hingga tahu tahu dia sampai di tempat aneh ini. Menghentikan tangisnya karena dia sadar itu tidak akan menyelesaikan masalah, Klein mulai mencari tanda tanda kehidupan walaupun sepertinya tidak akan ada orang yang bisa hidup di tempat seperti ini.

Seharusnya hari masih siang, tapi matahari tidak kelihatan sama sekali, saat memandang keatas hanya langit hitam yang seolah membungkus daratan yang gersang ini.

-Bukankah aku tadi masih berada di dalam kota? Bagaimana aku bisa keluar dari kota?

Klein hanya bisa bingung sambil meneruskan perjalanannya.

Akhirnya setelah perjalanan yang cukup lama, dari kejauhan terlihat sebuah rumah kecil berdiri di tengah danau. Diatas atap ada seseorang yang berdiri dan memandang tajam ke arah Klein. Perasaan tertekan dan was was meliputi diri Klein, entah bagaimana Klein merasa kalau dia sedang diteliti oleh orang itu. Kelima indera, tulang, otot, darah, bahkan pikiran, Klein merasa jiwa dan raganya telah dilihat oleh orang itu.

"Aku telah melihat semuanya, aku tahu semuanya yang ada pada dirimu. Jangan kau biarkan emosi menguasaimu, kekuatan dipengaruhi oleh perasaan. Hanya seseorang dengan jiwa yang kuat yang bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya."

Klein sangat kaget dengan suara seseorang yang berada di sampingnya. Seorang laki laki paruh baya, bermata hitam dan rambut perak berada di samping Klein.

-Bukankah orang ini adalah orang yang barusan aku lihat di atap?

Klein memandang secara bergantian antara atap rumah dan orang itu. Tentu saja, orang yang dilihat oleh Klein di atap telah menghilang dan secara ajaib sudah berada di sampingnya. Melihat Klein yang keheranan, orang itu hanya memasang senyum kecil.

"Jika kau tertarik, kau dapat mempelajari semua ilmu sihirku. Aku sudah menunggu cukup lama datangnya hari ini."

Klein hanya bisa mengangguk kecil.

-Aku masih tidak percaya dengannya, tapi jika ini membuatku mendapatkan tempat tinggal sementara sampai aku bisa keluar dari tempat aneh ini, aku hanya bisa mengikutinya.

"Peganglah tanganku, apapun yang terjadi jangan lepaskan peganganmu jika tidak ingin hal buruk terjadi!"

Klein yang mendengar hal itu masih terdiam, memikirkan kembali apakah keputusannya untuk mengikuti orang ini adalah benar atau salah.

Melihat Klein masih ragu ragu, orang itu memberikan dorongan terakhir pada Klein.

"Hei anak kecil, namaku Paul Regzario, dan aku bukanlah orang jahat. Jika aku mau, aku bisa melenyapkanmu tanpa sisa dari awal tadi. Alasanku tidak membunuhmu dan ingin mengajarimu semua sihir yang aku miliki adalah untuk menolong diriku sendiri, aku sudah bosan hidup abadi. Dan hanya kau yang dapat menolongku! Kau sangat cocok dengan ilmu sihir yang akan kuajarkan, bahkan kekuatan sihir Chronos tertidur di dalam dirimu! Itulah sebabnya kau memiliki mana sedikit dan semua ilmu sihir yang kau pelajari tidak berkembang. Sihir Chronos mendominasi otakmu dan membuat kau kesulitan mempelajari sihir lain, hanya aku yang bisa membantumu mengeluarkan kemampuan tersembunyi dalam dirimu, sesama pemilik sihir Chronos! Apa kau masih belum percaya juga?"

Setelah mendengar penjelasan Paul, perasaan Klein campur aduk antara benci, senang, dan lega.

Benci kepada sihir Chronos yang telah membuatnya ditelantarkan keluarganya sendiri dan dihina teman temannya.

Senang karena akhirnya ada seseorang yang bersamanya walaupun itu hanya hubungan sementara yang saling menguntungkan.

Dan lega karena akhirnya Klein tahu apa yang harus dilakukannya, tidak lagi tersesat tanpa arah tujuan.

-Mungkin ini adalah takdirku. Klein kecil bergumam.

"Mohon bimbingannya, Paul-sensei!"

"Aku tidak mau panggilan itu, cari yang lain!"

"Paul-sama?"

"Tidak!"

"Paul-dono?"

"Itu lebih buruk!"

"Oji-san?"

"Oh, itu lumayan. Dengan umurku yang sekarang, aku merasa sangat senang mendapat panggilan itu!" Paul yang tidak diketahui berapa umurnya itu tersenyum gembira sambil menggandeng tangan Klein.

Wuussh..

Seketika pemandangan di sekitarnya berubah menjadi di dalam rumah.

Rumah sederhana, seluruh bagian rumah dibuat dari batu, bahkan perabotan sederhana di dalam rumah semuanya terbuat dari batu. Ukiran yang berbentuk lambang formasi sihir tampak jelas di seluruh dinding rumah.

"Duduklah dengan santai Klein, aku akan menjelaskan dasar dari semua ilmu sihir yang aku miliki!"

Klein segera duduk di salah satu kursi batu, menghadap Paul dengan wajah serius. Terpancar jelas dari matanya tekad kuat untuk mempelajari sihir.

"Sihir chronos termasuk sihir level 10, semakin tinggi level sihir semakin tinggi pula resikonya. Jika kau salah dalam menggunakannya kau bisa terlempar ke jaman yang berbeda dari sekarang, atau yang paling buruk kau bisa bertambah tua hingga menjadi kakek-kakek, bisa bertambah muda hingga menjadi bayi, atau bahkan mati. Resiko itu belum semuanya kujelaskan, kau akan tahu setelah kau mempelajarinya."

Paul berhenti sebentar, mengisi gelas didepannya dengan air lalu meminumnya hingga habis. Kembali ke posisi duduk sebelumnya, Paul melanjutkan penjelasannya.

"Dalam menguasai sihir Chronos, kau harus berlatih menguasai 3 syarat sihir Chronos: Past/masa lalu, Present/masa kini, Future/masa depan. Jika kau sudah ngenguasainya kau bisa mempercepat, memperlambat, dan juga memanipulasi waktu sesuka hatimu!

Tapi ingat kata kataku, waktu tidak akan bisa kau hentikan. Jika kau menggunakan sihir Chronos untuk mempercepat gerakanmu selama satu jam, maka gerakanmu akan menjadi sangat lambat selama satu jam juga setelah sihir Chronos itu berakhir. Kau bisa mengurangi efek negatif dari sihir Chronos dengan latihan intensif, dan bisa juga mengatur kapan munculnya efek itu seiring bertambahnya tingkat penguasaan sihirmu.

Aku tidak hanya akan mengajari ilmu sihir saja. Sebagai pertahanan saat kau melawan musuh, aku juga akan mengajarimu ilmu pedang dan aura. Seberapa kuat kau kelak, hanya usahamu sendiri yang menentukannya."

Part 6

"Hadirin sekalian, inilah saatnya pertandingan giliran ke-3 blok C. Dimohon peserta yang bersangkutan untuk segera naik ke arena pertandingan."

Kirito segera bangkit berdiri dari tempat duduknya, menggenggam kalung kristal merah yang tergantung di lehernya, kalung ini semula adalah milik Gerald dan diberikan kepada Kirito sebelum dia meninggal.

Kirito menganggap kalung ini sebagai jimat keberuntungan, dia tidak pernah melepasnya walau sebentar.

"Restui aku paman. Aku akan menentukan sendiri jalan hidupku!"

Kirito meneliti lawan tanding yang berada di hadapannya.

Seorang penyihir laki-laki yang berumur sekitar 20 tahun, berdiri tegap dengan memakai jubah yang ber-attribut sihir pertahanan dan tangannya memegang sebuah magic staff/tongkat sihir yang memiliki kristal biru sebesar genggaman tangan.

Attribut sihir bisa dimasukkan ke dalam benda, yang akan menjadikan benda itu memiliki efek sihir bermacam macam. Jubah yang telah diberi attribut sihir pertahanan akan membuat jubah itu tidak mudah dirusak, semakin kuat sihir attribut-nya akan membuat efeknya semakin kuat. Ringan dan kokoh itulah alasan penyihir tidak memakai armor/baju pelindung dan lebih memilih memakai jubah atau yang sejenisnya.

"Namaku Timothy, seorang penyihir tingkat intermediate. Senang bertemu denganmu!"

Kristal yang terdapat pada magic staff berfungsi sebagai medium untuk mempermudah dalam mengeluarkan kekuatan sihir. Biasanya kristal yang berwarna biru memiliki attribut elemen air, jadi hampir dapat dipastikan Timothy merupakan penyihir elemen air.

Kirito yang telah selesai meneliti kemampuan penyihir itu tersenyum sedikit. Penyihir di depannya kuat! Kirito sadar bahwa jika dia tidak mengerahkan seluruh kekuatannya, dia pasti akan kalah. Sekuat itulah penyihir lawannya itu.

(Lawan yang cocok untuk mencoba seberapa besar kekuatan yang aku peroleh setelah latihan neraka bertahun tahun lamanya).

"Namaku Kirito, aku seorang ahli pedang. Senang bertemu denganmu!"

"!?" Timothy terkejut mendengar perkenalan dari Kirito.

"Apa aku tidak salah dengar, kau bilang ahli pedang? Bukankah kau telah dilatih sihir oleh almarhum Gerald sang supporter?"

Sepertinya nama Gerald sangat terkenal di kota ini. Banyak sekali yang ingin menjadi anak didiknya, bahkan Kirito juga menyadari setelah dilatih oleh Gerald bahwa kekuatannya meningkat pesat hanya dalam waktu singkat!

Seluruh latihan yang diberikan pamannya sangatlah berat. Tapi dia akan memulihkan stamina dan kondisi tubuh Kirito setelah latihan dengan sihir ancient, lalu memulai latihan berat lainnya.

Latihan, dipulihkan, latihan, dipulihkan, latihan, dipulihkan, latihan, dipulihkan, siklus itu terus berlanjut dan terhenti dengan kejadian yang merenggut nyawa Gerald.

Sihir ancient tidak dapat diajarkan oleh orang lain, cara mendapatkannya juga tidak diketahui dengan jelas. Gerald juga tidak pernah menyinggung soal cara mendapatkan sihir itu. Namun Kirito sangat berterima kasih kepada pamannya atas latihan yang diberikan, walaupun pada akhirnya seluruh kekuatannya disegel oleh Loki.

Mengingat kejadian di masa lalunya, Kirito hanya bisa tersenyum. Hingga akhir hidupnya, Gerald selalu mendukung dan menjaga Kirito seperti anaknya sendiri, barang barang peninggalan dari Gerald sangat banyak mulai dari ratusan ribu coil emas, buku buku teknik sihir, dan beberapa relic sihir yang sangat berguna bagi Kirito.

"Karena suatu alasan, aku tidak bisa mengeluarkan sihir."

"Hmh.. Tak mau bicara banyak rupanya. Baiklah dimulai saja pertarungan ini!

Aku sudah tidak sabar ingin mengetahui seberapa besar kekuatanmu."

"Tampaknya perkenalan kedua peserta telah usai. Giliran ke-3 dari grup C, pertandingan dimulai!" seorang panitia yang merangkap menjadi wasit ikut masuk ke arena dan memulai pertandingan ini.

Kirito POV

Walaupun sihir air sangat lemah dalam hal serangan, tetapi aku harus tetap waspada. Sihir air diatas level 2 sangat berbahaya, dan aku hanya perlu menghindari itu.

Memperkuat kuda kuda bertarung, Kirito memegang pedang silent hunter.

Catatan:

Masih belum selesai. Ternyata sulit juga publish tepat waktu. Hari libur mungkin akan aku selesaikan...