Hunt In. . . .

Ok! Terima kasih sebelum nya atas respon kalian. Hunt mungkin tak bisa sepenuhnya bisa menjawab tiap pertanyaan kalian, tapi Hunt bisa jelaskan sedikit.

Ada yang bertanya tentang penulisan chapter 1 dan 2 sangat berbeda, ok akan hunt jawab. jujur, hunt bahkan menyelesaikan chapter 1 dan 2 tanpa editing lg langsung hunt upload, dan di chapter kedua itulah, gaya penulisan hunt yg sbnrnya .

Untuk pairing, hunt belum bisa memastikan. Hunt ingin Naruto Sendiri yang menentukan. Walau hunt sendiri yang menulis, bukan berarti hunt yang sepenuhnya hunt yang menentukan. Penjiwaan charatek Uzumaki Naruto lah yang memilih.

Apa kekuatan kaguya dan Naruto tidak mengundang perhatian tiga fraksi ? Bahkan caos brigade? Hoho, tenang saja sedikit demi sedikit akan terpecahkan. Hunt semaksimal mungkin membuat fanfic ini sama dengan Realitas yang ada di dunia Shinobi dan DxD, Jadi butuh penyesuaian yang tidak sedikit.

Dan untuk sudut pandang, hunt sepenuhnya memakai sudut pandang normal.

Ok itu aja dulu, mungkin di chapter ini awal konflik akan sedikit terlihat.

. . .

Chapter 3 up !

.

.

.

.

Sinar mentari menembus dari balik horden warna coklat tua, di temani kicauan sang burung yang merdu khas di pagi hari. Ruangan yang bernuansa clasic dengan sofa, lemari, meja, rak buku, dan berbagai perabotan lainya pun terlihat tak begitu modern. Lebih mirip dari abad pertengahan di eropa atau negara luar lain nya.

Jarum jam pendek dari jam yang bertengger manis berdiri di samping lemari piagam menunjukan pada angka tujuh, dan jarum panjangnya berada pada angka 3. Ya, jam 7 pagi lewat 15 menit.

Dinding yang jebol dan kaca jendela yang hancur mengubah keindahan dari nuansa khas clasic ini. Dengan kata lain; Ruangan Klub penelitian ilmu gaib telah di rusak oleh pemandangan yang mengganggu itu.

Riasu Guremori, atau yang biasa kita kenal sebagai Rias Gremory kini berjalan menuju kamar yang ada di dalam ruang klub nya. Ruang klub itu memang mempunyai 2 kamar, letaknya tak begitu jauh dengan kamar yang ia tempati. Namun tetap saja ia harus berjalan beberapa langkah untuk mencapai kamar yang di singgahi tamu tak terduga nya itu.

Setelah penjelasan panjang yang sejujurnya masih belum ia pahami sepenuhnya dari Naruto semalam mengenai apa yang terjadi dan apa yang sudah ia lewat kan. Dirinya hanya bisa menerka, bagaimana penggambaran dari apa yang Naruto dan keluarganya jelaskan tentang ruang klub yang tak lagi utuh seperti sebelum dirinya meninggalkan ruangan klub nya demi mencari sahabat nya yang ternyata berada di sini saat kejadian [merusak] itu terjadi. Ahh, ingatkan dia untuk meminta Sona dan keluarga Shitori untuk membetulkan kembali Ruangan Klub nya.

Dan sebelum ia paham tentang penjelasan Naruto semalam, Mendadak pencernaan pengolahan kata nya berhenti akibat Naruto yang tak sadarkan diri di pertengahan penjelasan nya. Dirinya hanya ingat kalimat terakhir dari Naruto sebelum pemuda kuning itu benar-benar pingsan. "Sial! Ingatan dari... Bu-bunshin-ku..." dan sebelum ucapan dari pemuda kuning itu selesai, Naruto jatuh begitu saja dan tak sadarkan diri.

"Ehem, Uzumaki-san, Kurama-san... Ini sudah pagi, apakah kau sudah bangun?." Mengetuk pintu 3 kali, Rias memanggil dengan sedikit meninggikan suaranya berharap orang yang berada di dalam mendengar suara nya.

Tak ada jawaban, sampai 3 menit ia diam menunggu berharap ada yang menyahut pun ternyata tak ada jawaban yang terdengar oleh indra pendengaran nya. Dirinya sedikit ragu untuk kembali mengetuk pintu dan mengulang tindakan apa yang tadi ia lakukan. Berpikir bahwa mungkin pemuda kuning itu belum bangun atau belum sadar membuatnya sedikit ragu untuk membangunkan mereka yang ada di dalam.

"Haahh... Sebaiknya aku membuka horden yang masih tertutup. Ya walaupun sebagian jendela nya sudah terbuka lebar."

Karena kurang sopan untuk kembali membangunkan mereka yang masih terlelap, akhir nya ia lebih memilih untuk membuka kan horden yang masih tertutup. Walaupun sebagian jendela nya sudah hancur.

Uzumaki Naruto, kini tubuh setengah telanjang nya terbaring diatas empuk nya kasur ditemani gadis berambut merah perwujudan dari mahkluk 9 ekor tidur dengan menjadikan dada bidang penuh bekas luka milik pemuda berambut kuning itu tanpa memakai sehelai benang pun pakaian.

Jika saja ada yang melihat hal itu, mungkin orang akan mengira jika mereka yang tidur dengan selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka pasti telah melakukan hubungan intim.

Jika di jelaskan, alasan Kurama lebih membuka baju pemberian dari bunshin Naruto berupa dress biru tua dengan berbagai manik dan aksesories lain nya yang menempel pada baju itu sangat tidak nyaman untuk di gunakan. Karena ia terbiasa tak memakai baju, harus memakai baju. itu lah mengapa ia tak nyaman atau mungkin belum terbiasa.

Sedangkan Naruto? Jangan tanya mengapa ia tak memakai baju. Pada dasarnya memang kaos pemberian Issei telah ia berikan pada kurama, yang semalam sudah kotor akibat debu karena kejadian semalam.

"Ugghh... Be-berat." Naruto bergumam setelah dirinya perlahan sadar. Cakra kurama yang tertinggal dalam diri Naruto di tambah dengan Cakra Ashura, mampu menyembuhkan luka luar dan dalam membantu pemulihan tubuh Naruto lebih cepat dari pada manusia pada umum nya. Dirinya pun sudah sedikit merasakan kesagaran tubuh yang menjanjikan. Hei, dirinya bahkan sudah entah berapa hari lama nya belum merasakan istirahat yang cukup. Jadi, cukup baginya beristirahat semalam untuk memulihkan tubuh dari rasa lelah nya.

"Kenyal? Lembut? Apa ini...?" bergumam lagi ketika tangan nya ditimpa sesuatu yang ia gumam kan. Naruto akhirnya perlahan membuka matanya.

"kuatkan aku agar aku tidak memperkosa mahkluk yang menimpa tubuh hamba mu ini kami-sama..." Naruto berdo'a ketika ia sepenuhnya mengenali siapa mahkluk yang menindihnya.

"Bola bulu! Sudah kukatakan pakailah pakaian! Apa kau ingin aku memperkosa mu hah?!" Naruto berteriak dengan wajah penuh rona merah yang makin lama semakin menjalar menutupi warna tan di kulit nya. Bagaimana pun dirinya lelaki normal, yang dimasa nya kini mungkin sudah kelebihan hormon.

"Uuhmm... Berisik." pendengaran nya tetap tajam seperti saat ia di wujud kyuubi, jadi ia sampai terbangun dengan sedikit kaget karena Naruto meneriaki dirinya. Terbiasa akan tidur yang hampir tak pernah di ganggu oleh mahkluk lain, kurama sampai tertidur kembali setelah mengeratkan rengkuhan nya pada Tubuh Naruto. Hei, ia tetap mahkluk berdarah panas, jadi wajar jika ia mencari kehangatan lebih bukan?

Naruto bahkan harus meneguk ludahnya serat, ketika sensasi bagai sengatan listrik dari tubuh mulus kurama menempel Di dada bidang nya. Apa lagi ketika 2 aset Kurama yan membuat nafas Naruto menderu tak menentu.

"Kurama... Lebih baik kita bangun, atau nanti sesuatu akan terjadi." Naruto bahkan harus menelan ludah nya sesak. Diri nya memang menikmati hal ini, tapi bagaimana pun ia masih menghargai gadis atau mahkluk perwujudan dari kyuubi ini.

"Boleh juga, sudah lama aku melewatkan masa kawin ku." Kurama menjawab tetap bertengger manis di dada bidang Naruto masih dengan memejamkan matanya. Dirinya sungguh tak menyangka jika menjadi manusia itu sungguh hal yang menarik. Menarik karena dirinya bisa melihat expresi Naruto yang belum ia lihat sebelum nya.

"Sudah cukup! Aku akan memakan mu!." Naruto sudah tak tahan, apa lagi di bawah sana sudah mengeras bahkan ketika ia baru membuka mata. Naruto mengangkat tubuh Kurama, lalu ia balikan tubuh Kurama sehingga Diri nya kini berada di atas Kurama yang terlentang pasrah.

"Tapi... Dalam mimpi mu bocah." Kurama tertawa puas saat dirinya menendang perut Naruto sehingga kini pemuda kuning yang diatas nya tadi sudah jatuh dari atas kasur sembari memegang perutnya. Oh jangan lupa ringisan menahahan sakit dan kesal di tujukan pada diri nya yang duduk sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh indah nya.

"Bola bulu... Awas kau." Naruto menggeram kesal karena ia sudah termakan oleh kejahilan mahkluk perwujudan dari monster yang menertawakan nya di atas kasur.

"Ada apa ini? Apa yang..." setelah mendobrak paksa pintu kamar yang di singgahi tamu tak di undang nya. Bola mata hijau tua nya kini menatap tak percaya, dan itu pula yang membuat kalimatnya terhenti. Apa kah ia datang di waktu yang tidak tepat? Itulah pemikiran nya sekarang.

"-Sumimasen... Aku akan pergi." dengan nada seperti robot, Rias lalu kembali keluar sambil menutup pintu pelan. Tak menyangka dirinya melihat keadaan di dalam sana.

"Gremory-san! Tu-tunggu dulu, i-ini tidak seperti yang kau lihat." terlambat, benar-benar terlambat. Naruto harus terima jika asumsi seorang yang menolong nya mungkin sudah men-cap bahwa dirinya adalah lelaki bejat.

"Haaarrrggg! Ini gara-gara kau, bola bulu!." Naruto hanya bisa menggeram kesal kearah Kurama yang kini makin tertawa puas.

Naruto berjalan keluar, ia mencari Rias. Ya setidaknya ia harus menjelaskan kesalahpahaman ini.

Setelah menerima berbagai informasi tentang dunia ini dari bunshin nya. Sekarang ia baru mengetahui bahwa dunia ini dan duni shinobi sungguh sangat berbeda. Terlebih lagi mengingat teknologi di dunia ini sudah sangat modern. Bahkan ia sampai pingsan akibat rasa lelah dan pening hebat akibat berbagai ingatan dari bunshin nya masuk kedalam otak yang sejujur nya tak begitu mempunyai IQ tinggi itu.

"Gremory-san tunggu!" Naruto sedikit berteriak kearah Rias yang perlahan duduk dengan anggun di kursi tunggal menghadap 2 sofa yang berhadapan.

"Rias, panggil aku Rias. Dan aku tak peduli dengan urusan mu." ini aneh, ini bukan dirinya. Tapi kenapa sifat yang aneh ini muncul dan di tujukan untuk pemuda pirang yang berjalan mendekati dirinya?

Rias memasang wajah anggun seperti biasanya. Namun di balik itu, ia menyembunyikan sesuatu yang sulit di ungkapkan. Pemikiran seperti; ada apa dengan diriku? -lah yang kini hinggap di kepalanya.

"Ano... Etto... Bagaimana ya? Sungguh, apa yang kau lihat itu hanyalah kesalah pahaman." bahkan seorang Naruto yang memang pada dasarnya ia tak bisa merangkai kalimat yang efektif untuk sekedar menjelaskan apa yang baru saja terjadi pun kini hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Diri nya bingung jika dihadapkan dengan suasana yang seperti ini. Seperti hal nya dulu saat ia terjebak dalam infinite tsukuyomi buatan obito, ia dengan lancar membela Rock Lee yang tiba-tiba saja jatuh dari atap pemandian air panas. Dan dengan aneh nya pula, kepribadian dari Lee yang ia bela mati-matian pun berubah menyimpang dalam sekejap. Mengingat itu saja membuat nya merinding.

"Bukan urusanku." Rias tetap bertahan. Tak goyah sedikit pun ketika pemuda itu sudah memasang fose kelewat memelas.

"Oh ayolah, aku tak ingin nama baik ku jadi buruk. Sungguh, aku tak melakukan apa pun."

"Bukan urusanku."

"Huwwaaaa -Hiks... Apa yang harus aku lakukan? Tolonglah Rias-san..."

"Bukan urusanku."

"Baik~ baik~ aku akan melakukan apa pun agar kau percaya padaku."

"Bukan Urusa-... Apa kau yakin dengan apa yang kau ucapkan?."

"Aku sangat yakin -ttebayo!."

"Hôntouni?."

"Ya~."

"Kalau begitu, aku ingin kau jadi anggota keluarga ku."

"Huwwaaa -Hiks... Kalau itu aku tak bisa -ttebayo!. Kenapa tidak dengan hal lain saja sih?."

"Bukan urusanku."

Perdebatan akhirnya terjadi. Rias tetap bertahan dengan argumen nya. Diri nya memang masih tetap menginginkan Naruto untuk menjadi anggota perrage nya. Ia memang tak menyangkal akan ketertarikan pada pemuda pirang ini. Dan hal lain yang membuatnya tetap tak ingin mengabulkan pengertian yang Naruto ajukan adalah; ia sampai harus menahan tawa nya saat melihat pemuda pirang di hadapan nya yang bahkan sampai memohon berlutut di iringi air mata kadal. Sungguh penuh expresi. Dan itu adalah daya tarik yang tak umum menurut Rias.

"Ara-ara? Ada apa ini buchou? Pagi-pagi sudah melakukan adegan M, itu tidak baik Buchou." Akeno datang dan langsung mengintrupsi mereka berdua yang berhadapan. Lebih tepatnya, pemuda kuning-san yang berlutut di hadapan Rias.

"Himejima-san... Aku... Tidak mesum kan?." dalam hati Naruto tersenyum kecut melihat Akeno yang kini sudah tersenyum ramah kearah nya. Ia tahu ini, namun ia membalas sandiwara dengan sandiwara.

"Hoo~? buchou, kau apakan Mahkluk-kuning-san ini sampai ia berubah jadi mesum seperti itu?."

"Bukan urusanku."

"Mã... Sebaiknya aku membuatkan kalian oçha supaya tubuh kalian sedikit hangat." Sedikit menekankan kalimat terakhirnya. Dengan senyum yang masih mengembang Akeno pun berjalan kearah dapur.

"Hidoi yo kimi wa.(kau kejam)" Naruto pun hanya bisa pasrah saja melihat ini. Yang terpenting, ia harus menanyakan beberapa pertanyaan pada gadis berambut merah dengan bola mata berwarna hijau tua yang menatap nya tenang namun seakan mengintimidasi. Setidaknya, itulah menurutnya.

"Rias, Ada yang ingin ku tanyakan." Naruto memilih duduk di sofa panjang yang berhadapan dan menatap Rias Serius.

"Apakah di dunia ini juga mengalami peperangan?."

Rias bahkan sampai melepas expresi bergurau nya. Ia kini menatap Naruto intens.

Apa dia tak salah dengar? Itu mungkin hanya pertanyaan sederhana. Namun, dari setiap kata itu mengandung arti yang mungkin bisa saja menjadi salah satu jati diri pemuda kuning yang masih misterius di hadapan nya ini.

"Dunia ini? Apa kau bukan berasal dari dunia ini? Kau bahkan menambahkan kata 'Juga' yang berarti hal itu pernah terjadi sebelum nya." Rias mengoreksi setiap kata yang didengar nya. Ia harus mengingat hal ini. Karena mungkin ini adalah salah satu kebenaran tentang Naruto.

"Heeh?." bingung adalah apa yang hinggap dikepala Naruto. Ia bahkan tak menyangka bahwa apa yang ia tanyakan itu bagai senjata makan tuan.

"Hmm. Satu kebenaran terungkap. Khukhukhu... Bukankah ini kemajuan Buchou?." siapa yang menyangka bahwa dirinya datang pagi membuahkan hasil yang tak sia-sia?

"Baik, aku mengerti. Biar kujelaskan sedikit, di dunia ini memang sedang terjadi peperangan. Namun di dunia ini bukanlah Manusia yang saling berperang demi membela negara mereka. Ya walaupun keberadaan manusia cukup terancam. Di dunia ini terdapat 3 fraksi yang sampai saat ini berseteru. Kau tahu bahwa aku iblis kan? -nah jika iblis ada berarti malaikat juga ada kan? Di sini yang berseturu adalah kami, kaum iblis. malaikat dan Da-tenshi." cukup bingung juga jika ia harus menjabarkan apa yang terjadi.

"Tunggu dulu... Malaikat jatuh juga ada?." sungguh, Naruto bahkan harus memutar otaknya untuk mencerna setiap kalimat Rias. Dan kini hal yang bahkan ia tak mengerti ada lagi? Apa itu malaikat jatuh? Malaikat yang jatuh dari atas kebawah kah? Atau bagaimana?

"Ya, pada dasar nya adalah mereka yang malaikat jatuh sebenar nya Malaikat yang jatuh ke bumi atau dunia bawah karena membelot perintah dari tuhan mereka."

"matte matte! (Tunggu!). Dunia bawah? Dunia apa lagi itu?."

"Pada dasar nya, dunia bawah adalah dunia bagi kami para iblis. Namun semenjak para malaikat yang membelot dari perintah Tuhan, mereka di turunkan ke dunia bawah dan hidup bersama kami para iblis. Dan dunia bawah mulai di bagi wilayah nya. Tak sedikit pula malaikat jatuh yang hidup bersama manusia, berbaur dengan mereka sampai mereka melahirkan keturunan dari manusia."

"Ohh~ . . . Hehehe aku tidak terlalu mengerti, tapi aku sedikit paham."bertingkah seolah dia bodoh di hadapan Rias. Dalam diri Naruto kini sedang menyiapkan setiap asumsi dan antisipasi mengenai dunia ini. Karena jujur saja, dari sekian banyaknya bunshin yang ia kerahkan untuk mencari informasi, ada satu diantara nya yang pergi ke tepian Hutan lebih tepatnya di hulu sungai yang mengalir dari perairan kota. Dan disana lah, ia bertemu seseorang yang dengan senang hati menjelaskan semua yang tadi di jelaskan oleh Rias. Jujur, ia memang sudah mengetahui akan peperangan di dunia ini dari orang yang memancing di sungai dekat hutan tak jauh dari sekolah ini. Namun kenapa ia bertanya kembali pada Rias karena; Ia ingin mengetahui pendapat dari para iblis.

"Dan karena itu pula kaum ku yang hampir punah membentuk sebuah perrage yang didasari oleh evil piece. Hanya iblis kelas atas yang bisa mendapat evil piece. Evil piece adalah mediasi untuk me-renkarnasi mereka yang akan menjadi iblis. Karena sistem ini bertujuan agar iblis bisa menjaga keseimbangan perkembangan kehidupan kami, para iblis. Kau tahu cara main catur? Evil piece pula berbentuk bidak catur. seperti Akeno, dia adalah Queen ku, yang paling kuat dari bidak lain nya. Sama hal nya dengan Yuuto Kiba sebagai bidak kuda (Kesatria) ku. Koneko Toujou sebagai bidak benteng. Assia Argento sebagai bidak peluncur, dan Issei adalah pion ku. Yahh~ aku masih tetap berharap kau mau masuk dalam keluarga ku." Rias menjelaskan, menekankan kalimat terakhirnya pada Naruto yang menatap dirinya dengan berkedip-kedip seakan terkesima.

"Hmm hmm, aku mengerti." Naruto menganggukan kepalanya beberapa kali dengan tangan menempel di dagu nya berfose ala detective yang sudah mengetahui sebuah teka teki. Walau sebenar nya, diri nya kini semaksimal mungkin menyimpan semua informasi itu.

"Silahkan Ocha nya dinikmati selagi hangat. Terutama untuk orang yang masih belum memakai pakaian. -Ara? Buchou? Mungkinkah kau berdebat gara-gara mahkluk kuning-san habis berbuat intim dan Kau tak sengaja melihatnya? Khu khu khu itu jelas sekali Buchou."

"A-a-apa yang kau maksud Akeno? A-aku tidak seperti itu."

"Heeh? Bagaimana kau bisa tahu Himejima-san? -dan hoi! Jangan memanggil ku mahkluk kuning terus, aku juga punya nama -ttebayo! Nama ku Uzumaki Naruto."

"Hee? Siapa yang menyangka tebakanku benar kan, Buchou?."

"Hmmph... Oh ya, Uzumaki-san. Bagaimana kau bisa tahu bahwa ada peperangan di dunia ini?."

"Oh, aku tahu dari bunshin ku yang bertemu orang tua mesum yang tetap memancing bahkan tidak mendapat satu ikan pun di tepian sungai pinggiran hutan tak jauh dari sini. Kalau tidak salah, nama nya adalah Aza... Apa yah? Ah ya! Azazel."

"Gaah! Kenapa kalian semburkan teh kalian di wajahku?."

"Ehem, JELASKAN MENGAPA BISA KAU BERTEMU DENGAN PETINGGI MALAIKAT JATUH DAN KENAPA KAU BERTANYA JIKA MEMANG SUDAH TAHU APA JAWABANYA!"

"Eh? Kenapa? Bunshin ku bertemu dengan nya. Itu saja."

"-Tu-tunggu dulu Himejima-san, buat apa tali itu? Kenapa kau semakin mendekat? Dan kenapa kau menyeringai? Rias-san? Ke-kenapa dirimu juga tampak terlihat menyeramkan?."

"Gyaaaaaaa lepaskan aku! Gyaaaaa Kuramaa~ tolong aku! Aku ingin di perkosa!."

Akhirnya kegiatan pagi yang baru kali ini dirasakan oleh beberapa anggota Klub penelitian ilmu gaib ini pun berakhir dengan Naruto yang di jadikan sebagaimana samsak tinju yang di gantung. Dari atas sampai bawah, tubuhnya penuh akan gulungan tali yang mengikat dirinya.

Naruto sungguh tak mengerti dengan apa yang terjadi. Memang apa salahnya? Mengapa di dunia ini juga sering di siksa sih?

Kau kejam kami-sama~...

:::

Diam... Ya, Kaguya hanya bisa diam dan melihat dari balik bayangan. Diri nya memang menyangkal semua ini. Ia tak terima jika rencana nya di gagalkan oleh orang-orang yang memiliki serpihan kecil dari kekuatan nya. Terutama oleh bocah kuning yang saat itu hampir menyegel tubuh nya. Walaupun sebenarnya jika bukan dengan Chibaku Tensei, ia tak akan bisa tersegel sepenuhnya.

Kaguya mencari tahu, dengan membiarkan bocah kuning itu tetap hidup. Ia ingin tahu bagaimana sudut pandang Naruto tentang dunia ini. Ya, setidaknya dunia ini hampir sama dengan dunia shinobi yang menurutnya sudah gagal.

"Aku membiarkan mu hidup bukan tanpa tujuan. Kau hanya sisa serpihan cakra ku. Aku ingin melihat, bagaimana jika suatu saat kau berada dalam sudut pandang diri ku. Apa kah kau akan tetap berjuang, atau kau akan berusaha namun akhirnya menyerah. Dan saat itu, [Harapan] akan hadir untuk dirimu ketika kau sudah menyerah." Kaguya bergumam pelan. Raut nya bukan lagi datar. Sisi dari zetsu hitam yang berada di dalam baju lengan nya sudah tak ada. Ya anak nya sudah tiada, karena kedua lengan nya sudah tertinggal di dunia shinobi. Namun, dia tak akan di juluki sebagai dewa pencipta dunia shinobi jika ia tak bisa menumbuhkan tangan nya.

"Ya, perlahan aku akan mengajarkan mu sebuah pilihan tentang kebaikan namun kau berbuat buruk, atau berbuat jahat namun kau membela kebenaran."

Kaguya mengerti, lebih dari mengerti mengenai apa yang ada di dalam dunia ini. Kebaikan, keburukan, hitam, dan putih. Semua ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Sejujurnya, ia ingin sekali saja di pandang normal sebagaimana manusia pada umum nya. Ia ingin lebih mengenal tentang apa yang belum ia rasakan di kehidupan nya. Namun kenapa? Kenapa hanya dunia kegagalan yang ia saksikan?.

Dan di sini lah, ia kembali pada titik awal mula. Ia ingin lebih mempelajari semua yang ada pada pemuda kuning yang menjadi inang nya sekarang. Kaguya tak ingin bertindak tanpa berpikir, dan jika apa yang ia percayai menjadi sebuah bukti. Ia akan keluar dan menatap miris keapada bocah yang menentang semua argumen nya.

:::*:::

"Ne, Kurama. Apa kau hanya akan terus seperti ini?." Naruto bertanya, lebih tepat jika dikatakan ia bergumam.

"Apa kau menanyakan tentang apa yang harus kulakuan?." Kurama menjawab lalu kembali meniup mie dari sumpit cup ramen.

Mereka duduk diam di pembatas pagar besi yang membatasi tepian atap sembari melihat siswa dan siswi yang sepertinya sedang menikmati waktu istirahat nya.

Beruntung tak ada murid yang datang ke sini. Jadi Naruto dan Kurama bisa menikmati makan siang mereka dengan santai.

"Ya, jika seperti ini saja tak akan ada perubahan. Sejujurnya, aku masih bingung harus berbuat apa untuk bisa kembali ke dunia kita." Naruto merengkuh kedua lututnya, lalu ia menatap sayu ke bawah sekolah.

Kurama diam sesaat. Rasa lapar nya menguap begitu saja entah kemana. Sungguh, hal ini adalah hal utama yang ia kawatirkan. Jika saja nenek kelinci itu tidak memberi nya segel untuk tetap [diam] ia mungkin saja sekarang juga ia bisa pulang dengan Naruto.

Kurama memegang lengan kanan nya, mengelus pelan segel rumit bagai tato setelah ia meletakan ramen. Lalu ia berkata.

"Ini adalah alasan mengapa aku tak bisa bicara mengenai jalan pulang, bocah. Aku ingin sekali melihatmu menjadi hokage. Aku masih ingat ketika kau datang di hadapan ku dan berkata dengan lantang jika kau akan menjadi hokage yang melampaui para pendahulu hokage. Aku yang pada dasar nya membenci manusia di sadarkan oleh mu, sejujurnya aku benci. Benci karena aku sungguh naif dan bodoh. A-aku melihat mu sendirian, berjuang keras untuk hidup, bertahan dari caci dan makian, dan berbagai penderitaan lain nya. Dan itu menambah kebencianku terhadap manusia. Sempat terpikirkan oleh ku untuk bisa membuatmu jatuh dalam jurang kebencian, tapi kau bahkan mengubur jauh kebencian mu. Pada awal nya aku tak mengerti, namun ketika melihatmu tetap teguh dan berdiri tegap. Perlahan aku mulai mengubah sudut pandang ku tanpa ku sadari. Dan kau tahu? Kau adalah manusia pertama yang membuat ku bahkan hampir menangis." bola mata merah kekuningan itu berbinar karena genangan air mata. Mata nya berkaca menatap Naruto sendu, ini memalukan. Tapi, semenjak ia berubah kedalam wujud manusia, entah mengapa ia sangat emosional seperti ini. Dan ia tak bisa menahan perasaan aneh ini.

"Kurama... Hhuwwaa hiks, a-aku... -aku tak percaya kau sangat peduli padaku. Aku... Aku... Hhuuwwaaa Kurama~." Naruto menangis. Menangis karena ia tersentuh akan kepedulian Kurama yang begitu besar padanya. Kurama di hadapan nya bukan lagi sesosok yang ia sebut bola bulu. Ia memaklumi kurama yang sekarang. Dan sejujurnya, ini adalah respon alami ketika ia menangis karena terharu.

Naruto menangis dan berhambur kearah Kurama. Memeluk nya erat berusaha menyalurkan rasa terharu nya akan tindakan Kurama.

"Aku akan jadi guru atau apa saja di sekolah ini. Aku tak ingin membebani mu. Aku tak bisa seterusnya bergantung padamu." ucap Kurama dalam pelukan Naruto. Ia mendongak dan menatap Naruto.

"Heh? Kau yakin?." Naruto sedikit tak percaya dengan apa yang ia dengar, ia balas menapat Kurama serius.

"Kau pikir wajahku menunjukan aku sedang bercanda, bocah?." kurama membentak, tak terima jika apa yang ia ucapkan di anggap lelucon.

"Hehe, iya aku mengerti kok. Ngomong-ngomong, dada mu kenyal juga mwehehe..." Naruto nyengir senang, lalu berubah seringai mesum.

"DASAR BOCAH HENTAI!."

"U-uggh, setidak nya jangan memukul ku bola bulu!."

Naruto bangun, merapikan kemeja biru muda polos dengan menepuknya pelan. Sorot matanya menatap jauh ke awan, pandangan yakin ia tunjukan pada sang langit.

"Yosh! Tunggu di sini Kurama, aku akan meminta bantuan untukmu bekerja sebagai staf di sekolah ini." tangan nya menggapai kearah langit, menggenggam angin kosong dengan yakin. Seolah yang ia genggam adalah sebuah awal, awal untuk sebuah akhir.

"Tak perlu, aku sendiri yang akan meminta bantuan dari bocah iblis merah (Rias), sebaiknya kau mencari pekerjaan dan apartemen untuk kita tinggal. Tak mungkin kan jika kita terus hidup di sini, bocah." Kurama ikut bangun, merapihkan dress nya, ia pun mulai beranjak pergi kearah belakang sekolah.

"Hati-hati... Bocah, ini bukan dunia kita. Hal tak terduga pasti akan menghampiri." Kurama melompat menuju gedung lama di belakang sekolah. Tempat dimana Rias berada.

"Kau juga... Bola bulu." Naruto bergumam sembari menatap kepergian Kurama.

Satu bunshin tercipta dan berdiri di samping Naruto. "Seraplah energi alam, secukup mungkin."

"Baik boss!"

Naruto lalu melompat melewati beberapa atap rumah, lalu ia turun di sebuah gang di antara rumah dan berjalan normal menuju kota.

Sejujurnya ia membenarkan apa yang dikatakan Kurama. Ia mengerti kenapa Kurama tak ingin membebani diri nya. Ya, dengan Adanya Kurama di samping nya terus menerus, ia tak akan bisa dengan bebas mencari sebuah jalan. Dan ia juga menyetujui permintaan Kurama. Tak enak juga jika dirinya terus menerus meminta bantuan pada Rias. Mengingat diri nya mungkin sudah merepotkan mereka yang menolong nya, Naruto pun semakin membulatkan tekad nya untuk mencari pekerjaan. Dan ide pun muncul.

[Kage bunshin no jutsu!]

10 Bunshin tercipta, Naruto pun menatap mereka satu persatu. "Kalian, gunakan jurus Henge, lalu carilah pekerjaan paruh waktu. Dan kembalilah ke belakang sekolah saat pekerjaan yang kalian dapatkan sudah selesai." Naruto mengintrupsi.

"Siap boss!" jawab serentak kesepuluh bunshin. Lalu mereka mangangkat kedua tangan mereka di depan dada dan menyatukan nya membentuk kombinasi jurus henge.

Kepulan asap menyelemuti mereka, dan Kesupulh bunshin pun sudah berubah menjadi orang lain. Mereka lalu berpencar untuk mencari pekerjaan.

"Baiklah, aku juga harus bekerja." gumam Naruto lalu kembali berjalan menuju kota.

"Bukankah itu menarik?. Manusia... Aku akan mendapatkan mu." gadis bertubuh kecil bergumam. Bersembunyi pada dinding persimpangan jalan. Mata nya menatap tertarik pada pemuda yang berjalan menjauh dari nya.

:::*:::

Kurama berdiri di depan pintu ruang klub. Terlihat sedikit ragu perpancar dari raut ayu nya. Entah hal apa yang membuatnya ragu, sepertinya ia merasakan sesuatu hal yang tak terduga akan datang di sini.

Kurama merasakan ada banyaknya orang yang berada dalam ruangan di balik pintu di depan nya. Ya, dan ia tahu bahwa yang berada didalam adalah iblis.

Tanpa ragu Kurama membuka pintu, langsung saja semua pasang mata menatap kearah nya. Suasana yang terlihat dimata kurama begitu tak nyaman. Suasana tegang, jelas dirasanya kini.

Hampir semua anggota keluarga Rias duduk berhadapan dan Rias duduk di sofa tunggal menghadap kearah mereka. Jangan lupakan wanita berambut silver dengan pakaian maid berdiri dengan anggun di samping Rias yang juga tak luput menatap Kurama.

"Apa aku datang di waktu yang tidak tepat?." Kurama angkat bicara. Memecah keheningan yang tercipta karena nya. Diri nya tak suka jika di tatap seperti ini oleh mahkluk yang lebih licik dari manusia. Ya, setidaknya seperti itu ia menganggap semua iblis yang ada di sini.

"Ah, Kurama-san apa kah kau memerlukan sesuatu?." Rias menjawab dengan senyum yang berat. Ya begitu berat sehingga ia terpaksa untuk bisa tersenyum.

"Hmm, sepertinya suasana di sini panas ya? -ah ya, tadi nya aku ingin meminta tolong padamu Gremory-san."

"Meminta tolong? Apa yang bisa aku bantu Kurama-san?."

"Aku ingin meminta bantuan mu untuk bisa menjadikan ku sebagai staf di sekolah ini."

"Huwwa! Ku-kurama-san akan jadi staf di sekolah ini? Dengan sena-... U-uggh ittaii!."

"Hentai dilarang di sini."

Koneko memukul telak perut Issei yang berada di dekatnya. Tak hampir tak ada yang merespon hal seperti ini. Mereka memaklumi kelakuan pion milik Rias yang mesum.

"Begitu kah? hmm, mungkin aku bisa. Tapi, mohon maaf Kurama-san. Aku bisa namun tidak untuk sekarang. Aku sedang menghadapi masalah yang cukup serius di sini."

"Tak apa, baiklah jika kau menyanggupi nya. Aku minta maaf jika kedatangan ku mengganggu ka-..."

Kurama berhenti mengutarkan kalimatnya, ia melihat kearah pojok ruangan dekat jendela di samping lemari buku. Lingkaran sihir khas dari iblis kelas atas pun terlihat di temani kobaran api di setiap sisi lingkaran sihir itu.

"Ah, sudah lama aku tidak menapakan kaki di dunia manusia." seseorang pun muncul setelah suara nya terdengar oleh indra pendengaran mereka yang berada di ruangan ini.

Suasana tegang, tambah semakin tegang sekarang.

Dan tanpa mereka semua sadari, sepasang mata biru laut menatap mereka dalam diam.

:::*:::

Akhirnya... Mencari kesana kemari demi mendapatkan uang. Naruto akhirnya mendapatkan pekerjaan yang cukup ringan namun bayaranya cukup tinggi, mungkin seperti itulah anggapan Naruto yang bahwasan nya memang baru mengenal mata uang (¥) jadi, entah tinggi atau rendah hasil dari kerja paruh waktu nya, ia akan tetap terima dengan senang hati. Tak apa, anggap saja sebagai awal mula ia memulai karir mencari uang.

"Ada yang bisa saya bantu nona?." Naruto menghampiri meja di samping bagian kanan tak jauh dari jendela. 2 wanita duduk berhadapan dan salah satunya mengangkat tangan bermaksud memanggil Naruto. Naruto sungguh cukup nyaman dengan suasana pekerjaan nya sekarang. Entah mengapa ia bisa se-semangat ini dalam bekerja, ia tak tahu pasti. Namun yang pasti, karena ia memiliki tanggung jawab. Ahh~ mengingat hal itu Naruto jadi membayangkan, mungkin seperti ini rasanya jadi suami. Mencari nafkah demi sang istri.

"Saya pesan Cup cake vanilla blue cherry dengan lemon tea hangat." Wanita yang baru saja mengangkat tanganya memberi intrupsi bahwa ia sudah memilih menu makanan yang masih bertengger di depan nya.

"-Ah pancake nya 1 ya." wanita itu kembali menambahkan pesanan nya.

"Aku green tea dan Omlete saja." teman wanita nya pun ikut menambahkan.

"Baik, cup cake vanilla blue cherry 1, lemon tea 1, pancake 1 , green tea 1, dan omlete 1. Ada lagi?." Naruto kembali mengingatkan setelah dirinya menulis semua pesanan di note kecil nya.

"Kurasa itu cukup. Bagaimana dengan Muu-chan?."

"Aku itu saja."

"Baiklah, mohon menunggu beberap menit ya. Saya undur diri. Terima kasih." Naruto tersenyum ramah. Dirinya bahkan harus menjadi sesosok yang berbeda jika ingin bekerje di sini. Tersenyum aneh menurutnya. Karena ia mungkin harus tidak memakai cengiran khas nya di depan pelanggan. Itu juga arahan dari kaichou padanya.

"Pelayan itu ramah ya, baru kali ini aku melihatnya." Wanita yang di panggil Muu-chan oleh teman wanita nya berujar menyeruakan pendapatnya setelah Naruto berlenggang pergi.

"Kurasa dia pekerja paruh waktu. Dan aku juga setuju dengan mu, tenma-chan." Muu menjawab bahwa ia juga tak menyangkal jika pemuda pirang yang mencatat pesanan nya begitu ramah.

...

"Paman, siapkan pesanan ini." Naruto berteriak kearah bingkai jendela tanpa kaca yang menghubungkan langsung dengan Dapur tempat dimana para koki membuat makanan.

"Letakan saja nak." Paman yang bernama Hiro Akane menjawab teriakan Naruto.

Naruto mengambil beberapa tisue lalu mengelap sedikit keringat yang mengalis di pelipis nya. Letak kafe sangatlah strategis, berada di ujung awal jalan mengarah ke kota menjadikan tempat ini ramai akan para pengunjung yang sekedar melepas lelah mereka atau pun bercengkrama dengan kerabat mereka. Tak jarang juga Naruto sudah melihat beberapa remaja siswa dan siswi yang membolos dan berakhir di sini. Mengingat hal itu mengingatkan dirinya saat masih di academy ninja. Selalu membolos dengan Shikamaru dan Kiba. Ahh~ ia tak ingin mengingat nya lagi, atau rasa rindu nya dengan konoha nanti akan semakin membuncak.

"Boku (aku)?." Naruto menunjuk dirinya sendiri sembari menatap kearah pria yang duduk di meja samping kanan kafe. Lebih terkesan memisahkan diri dari keramaian jika Naruto mengaplisakan orang yang melambaikan tangan kearahnya. Tak ingin membuat pelanggan menunggu, akhirnya Naruto mendekat kearah pria yang mungkin bertampilan aneh menurutnya. Terkesan mencolok dan nyentrik.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?." Naruto membungkuk kecil memberi hormat kepada pelanggan.

"Ah, kau tak perlu sesopan itu pada paman tua ini nak. Apa kau sudah melupakan ku?." Pria itu mengibaskan tangan kanan nya di depan wajah bermaksud memberi kesan tak usah menggunakan formalitas.

"Tapi, ini adalah pekerjaan saya tuan. Dan untuk apakah saya mengenal anda... Uhm... Ah! Sumimasen, ingatanku mengabur tuan." Naruto kembali tersenyum. Ia serasa menjadi Sai. Mungkin seperti ini ya perasaan Sai saat tersenyum yang Naruto anggap itu senyuman biasa. Tapi sepertinya ia harus lebih peka lagi jika ingin mengetahui perasaan orang lain.

"Hm, begitu kah? Baiklah nak, aku meminta mu untuk duduk dan menemani ku menghabiskan kopi."

Pria itu kembali mengubah topik. Dengan meminta Naruto untuk menemani dirinya menghabiskan kopi hitam yang di pesan nya.

"Ta-tapi... Itu tidak boleh Tuan. Bos melarang kami untuk duduk bersama pelanggan. Karena itu terkesan tidak sopan." Naruto tertawa dalam hati. Sungguh miris sekali dirinya mengatakan hal yang dulu begitu bertentangan dirinya yang suka melanggar aturan demi sebuah pengakuan. Namun kini? Ia harus bersikap baik dan taat aturan. Atau dirinya tidak akan mendapat bayaran jika ketentuan di tempatnya bekerja ia langgar.

"Aku yang akan menghadapi atasan mu. Kau tenang saja."

"Baiklah."

Naruto pun menuruti apa yang di intrupsikan oleh paman di depan nya ini. Menarik meja untuk nya duduk. "Jadi, ada hal apa yang kau inginkan."

"Nah, begini kan lebih baik. -dan hei, kau serius sudah lupa pada ku?."

"Sungguh paman, aku tak begitu ingat."

"Ingat sungai dekat pinggiran hutan?."

"Sungai? Uhm... -Ah! Kau paman yang tetap memancing walau umpan mu tidak di makan ikan ya? kalau tidak salah nama mu Aza... Azazul... Aza..-."

"Mendengar orang lain mendeskripsikan diriku sungguh miris sekali. Azazel, Nama ku Azazel."

"-Ah ya benar, itu yang aku maksud."

"Jadi, Kau bahkan belum memberi tahu kan nama mu nak." Azazel menyesap kopi nya dan mengambil cake dari piring di depan nya.

"Hm sumimasen. Nama ku Uzumaki Naruto. Yaa hehe gomen waktu itu aku belum memperkenalkan diri. Ah,terima kasih juga untuk semua informasi nya paman."

"Oh ayolah, setelah mengetahui Nama ku masa kau masih memanggilku paman? Panggil aku Azazel saja."

"Baiklah Azazel-san. Aku tak bisa menemani mu untuk waktu yang lama. Tak enak dengan yang lain."

"Sebelum nya aku ingin menanyakan suatu hal mengenai apa yang kau pertanyakan tempo hari. Apa tujuan mu setelah mengetahui apa yang sebernarnya tak diketahui oleh pihak Manusia?."

"Aku hanya ingin memastikan apa yang sedang terjadi. Dan untuk tujuanku, aku hanya orang yang tersesat dan sedang mencari jalan pulang."

"Untuk seseorang manusia yang bisa berubah menjadi asap, aku asumsikan kau bukan dari daerah ini, atau mungkin bukan dari dunia ini?."

"Ya tidak aneh sih jika itu yang kau anggap tentang ku saat pertama bertemu dengan Bunshin. Ya seperti itulah, terlalu panjang jika ku ceritakan secara menyeluruh. Dan maaf sebelum nya, bukan maksud ku tidak mempercayai mu Azazel-san, aku memiliki sebuah alasan yang menjadi penyangga hidup ku. Aku yang seorang shinobi di ajarkan untuk tidak memberi informasi secuil apa pun, karena setiap informasi mengenai diri, sama dengan kau memberitahukan cara untuk membunuh dirimu sendiri."

"Hm... Bunshin, Shinobi, informasi. Mungkin kau bermaksud bukan ingin menutupi jawaban apa yang ku tanyakan karena sebuah prinsip hidup mu sangat melekat pada dirimu ya. Baiklah, aku memaklumi nya. Mungkin nanti akan terungkap dengan perlahan walau sejujurnya aku sangat penasaran. Baiklah, satu hal lagi yang ingin ku sampaikan padamu Naruto, Bagaimana jika kita bernegoisasi dengan mengutamakan metode simbiosis mutualisme."

"A-azazel-san... Aku tak mengerti apa yang kau maksud."

"Singkat kata, aku ingin bekerja sama dengan mu. Kau membantu ku, aku membantu mu."

"Nah, bilang dong dari tadi -ttebbayo!... Jadi apa yang harus aku lakukan?."

"Aku akan mencari jalan untukmu pulang, dan kau akan mencari jalan kedamaian yang sudah lama kuimpikan."

Naruto bungkam sesaat setelah mendengar apa yang Azazel ucapkan. Ia tahu bahwa tugas yang di berikan Azazel tidaklah mudah. Tapi, kesempatan ini pula adalah titik awal dari usahanya untuk mencari jalan pulang. Tapi, apa yang harus ia pilih?

Azazel tahu ini adalah tugas yang berat. Maka dari itu, dirinya yang mengetahui bahwa hanya manusialah yang bisa hampir mencapai batasan dari kemanusiaan itu sendiri meminta hal tersebut kepada manusia di depan nya ini. Diri nya sedikit tak percaya pada asumsi yang ia lontarkan pada pemuda kuning yang sedang menunduk terlihat berpikir keras di depan nya. Dan sejujur nya, bahkan Azazel belum mengetahui sebesar apa kemampuan dari Naruto.

"Beri aku waktu Azazel-san... Ini tidak mudah bagi ku, aku yakin kau pun tahu."

"Tak apa, aku mengerti... Baiklah, kita lanjutkan obrolan kita nanti, dan kuharap di pertemuan kita nanti kau sudah membawa jawaban mu."

"Hm, terima kasih atas tawaran nya. Aku undur di-"

DEG

Ingatan Dari Bunshin yang Naruto tinggalkan untuk menyerap energi alam di area sekolah tiba-tiba saja menerjang dirinya. Dan itulah mengapa ia sampai terjengit kaget dan tak melanjutkan ucapan nya.

"Hei, ada apa?."

"Maaf Azazel-san, aku kebelakang sebentar." Naruto berjalan dengan cepat menuju ruang ganti pakaian untuk membuat bunshin dan menggantikan dirinya sebelum dirinya pergi.

Sungguh, ini adalah waktu yang tepat untuk menolong teman yang telah menolong nya tempo hari.

:::*:::

"Lepaskan tangan mu dari Buchou pirang bangsat!."

"Ara? Apa kau belum memperkenalkan suami mu ini Sayang."

Semua mata terbelalak lebar minus Grayfia, keluarga Phenex, dan Rias. Issei yang di ambang batas kemarahan nya karena Rias yang di sentuh mesra di dagu nya oleh Raiser Phenex pun kini hanya bisa mematung tak percaya.

Jadi ini alasan mengapa tempo hari Buchou datang dan menawarkan kesucian nya pada Issei. Issei bahkan sempat mengira bahwa ada sesuatu yang ganjil. Dan benar saja saat itu pula wanita berpakaian maid datang dan membatalkan apa yang dilakukan Rias.

Untuk sekedar menyangkal pun, sangat berat. Karena keluarga Gremory, tahu benar apa yang mungkin Dirasakan oleh Buchou mereka.

"Kau bukan suami ku! Dan itu tidak akan terjadi." Rias menepis tangan Raiser yang mengelus dagu nya. Sungguh, jika Pemuda brengsek ini bukan iblis kelas atas yang mudah ia tangani. Mungkin saja ia sudah melenyapkan Raiser dengan Destruction milik nya.

"Begitu kah? Mengingat pihak Gremory yang sudah menyetujui nya bukanlah tidak mungkin lagi kan? Kau harus nya ingat Rias, kau sebagai iblis berdarah murni dari Gremory seharusnya mengerti bahwa hanya kau yang bisa mengembangkan keturuna iblis berdarah murni. Dengan ada nya iblis sampah yang di reinkarnasi semakin bertambah, kita sebagai iblis berdarah murni akan terkikis karena nya. Jadi tak ada kata tidak untuk hal ini rias." Raiser menyilangkan tanganya di dada dengan arogan. Setelan formal dengan jaz yang terbuka, tanpa dasi dan kerah yang longgar sangat menambah kesan bad boy untuk penampilan nya.

"Aku tahu, dan aku akan mencari calon suami ku, dan tidak dengan mu Raiser." Rias membentak marah, dirinya harus di bingungkan dengan ego atau logika. Sungguh, ia tak pernah dan tidak akan pernah rela di miliki oleh pria brengsek ini.

"Sudah kukatakan bukan, bahwa aku tidak menerima kata tidak untuk hal ini. Aku akan membawa mu bagaimana pun cara nya, sekalipun aku harus membakar semua budak iblis mu." Raiser mulai naik pitam, ia mengeluarkan Aura iblisnya. Percikan api pun tercipta di sekeliling nya.

Rias pun sama hal nya dengan Raiser. Tak ingin kalah, Rias mengeluarkan Aura iblis kelas atasnya.

[BOOST]

[BOOST]

Beberapa suara mekanik mesin terdengar, di susul dengan sebuah teriakan penuh amarah menggelegar.

"Mati kau bangsat!." Issei berlari menerjang kearah Raiser. Dirinya sudah sangat muak dengan tampang menjijikan dari pemuda pirang yang sombong dan arogan itu. Tindakan sekarang, logika belakangan. itu lah yang ada di kepala nya sekarang.

"Mahkluk rendahan seperti mu tak pantas menyentuhku, cuih." Raiser menendang Issei tepat di perut sebelum tangan Issei mengenai nya. sehingga membuat Issei terpental dan menghantam tembok.

"Ara Rias, apa kah nona berambut merah itu juga budak mu?." Raiser bertanya pada Rias dan menatap Kurama yang memandang datar.

"Dia bu-" Rias harus kembali menahan kesabaran nya saat ucapan nya di potong oleh Kurama.

"Kau menyamakan ku dengan mahkluk menjijikan seperti mu? Jaga ucapan mu, bocah. Atau kau ingin aku mencabik kulit mu dan mematahkan tulang mu." Kurama memandang datar seakan tak tertarik dengan hal ini. Namun dari nada bicara nya jelas bahwa diri nya sangat tak suka di samakan dengan iblis.

"Auw... Ucapan mu sungguh manis nona. Apa kau tertarik untuk menjadi budak seks ku?." Raiser berjalan kearah Kurama yang masih di ambang pintu.

"Kau akan mendapatkan apa pun yang kau inginkan." Raiser kembali berujar. Tangan nya mulai mengarah kearah rambut Merah maroon Kurama.

"Sangat di sayangkan jika mahkluk indah seperti di-... Ugh-gah!."

"Jaga ucapan mu anjing liar."

Kembali, Suasana yang memang tegang, kini semakin memanas dengan kehadiran yang tak di duga dari Naruto yang tiba-tiba muncul dan langsung mencekik leher Raiser erat sampai Raiser tak bisa bicara mengeluarkan protes nya.

Rias bangun, Di susul dengan Akeno, Kiba, koneko dan Asia yang berlari dan membantu Issei. Mereka bahkan tak sempat merasakan kehadiran orang lain.

Grayfia yang sejujurnya tahu akan sesosok yang kini ada di depan nya sedari tadi mengintai mereka dari luar bahkan harus menyipitkan matanya bahwa ia yakin tak melihat kedatangan pemuda kuning itu. Yang ia rasakan adalah hembusan angin pelan saat suara dari Naruto terdengar.

Kurama menyeringai melihat kedatangan Naruto, ia tahu apa yang akan di lakukan Bocah kuning ini untuk kedepan nya. Dan itu membuatnya untuk tidak menyeringai karena insting bertarung nya sudah menguar.

"Lepaskan dia, Anda tidak berhak untuk ikut campur dalam hal ini." Grayfia menatap intens dengan mengeluarkan aura iblis nya.

"Jelas ini urusanku. Masalah teman ku, adalah masalah ku. Dan aku berhak mengambil tindakan dalam masalah ini." Naruto membantah larangan Grayfia, tak takut sedikit pun ketika Aura pekat di tujukan pada nya.

"Brengsek! Siapa kau dan apa masalahmu, mahkluk rendah!." Raiser mengumpat saat cengkraman di lehernya lepas.

"Sudah hentikan! Aku sudah lelah dengan masalah ini. Bagaimana pun aku menolak menikah dengan mu Raiser. Dan itu keputusan ku!." Rias berteriak penuh emosi. Melepas semua kemarahan nya sampai membuat wajah ayu nya memerah akibat marah.

"Aku tidak terima, aku akan membawa mu apa pun yang terjadi Rias." Raiser kembali berteriak kearah Rias.

"Sudah cukup! Gremory-sama menyampaikan padaku bahwa ini pasti akan terjadi. Dan beliau menyarankan untuk melakukan Rating Game untuk menentukan nya." Grayfia sampai menaikan suaranya. Ia tahu penolakan pasti akan terjadi.

Naruto yang memang sudah mulai mengerti dengan akar permasalahan ini pun berjalan mendekat kearah Grayfia.

"Tahan gagasan anda nona, sebelum Rating game -entah apa lah yang anda maksud. Saya mempunyai gagasan yang lebih signifikan."

"Anda tidak berhak ikut campur, ini adalah urusan Keluarga Gremory. Dan gagasan yang saya maksudkan adalah perintah dari Gremory-sama jika-..."

"Biarkan mahkluk rendah itu mengeluarkan gagasanya. Aku tidak terima dengan pelecehan ini." Raiser memotong ucapan Grayfia.

Naruto yang melihat itu pun tersenyum penuh arti. Naruto berbalik dan berjalan kearah Raiser.

"Aku menantang mu untuk bertarung. Jika aku menang, kau harus terima penolakan dari Rias. Dan jika aku kalah, kau boleh menikahi Rias. Dan sebagai bonus jika kau menang, wanita berambut merah itu akan berada di samping mu."

"Kuterima tantangan mu!."

"Tu-tunggu! Apa yang kau lakukan bocah!."

"Anda tidak berhak unt-"

"Biarkan saja Grayfia-nee-sama. Aku menyetujui nya."

"Buchou."

"Ara buchou? Apakah kau yakin?."

"Bu-Buchou-san..."

"Na-naruto-san... Bu-chou..."

Tantanganpun di terima, dan entah apa yang akan terjadi nanti. Semua berada dalam genggaman Naruto.

Menang atau kalah?

Sejujurnya sudah pasti kemenangan akan berpihak pada siapa...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continue

A/N : ok ! Jumpa lagi dengan Saya! Ehkem, di sini sudah mulai ketahuankan konflik nya? Sejujur nya hunt sempat bingung mau dibawa dengan cara apa supaya terlihat Realistis terhadap Naruto pada dunia DxD. Karena hunt sangat masih minim akan pengetahuan DxD. Tapi semaksimal mungkin hunt akan usahakan. Dan hunt tidak akan menjawab pertanyaan tentang pairing. Karena sudah hunt ingatkan, untuk pair lihat bersama alurnya . Hunt tidak melarang kalian ingin mempasangkan siapa dengan siapa.

Untuk pihak konoha, hunt akan mengurangi scene di dushi (dunia Shinobi) karena hunt fokus terhadap perjalanan Naruto untuk mencari jalan pulang.

Dan mungkin hanya ini yang dapat hunt persembahkan. Kurang lebih nya hunt meminta maaf sebesar-besar nya.

Kritik, saran, masukan, dan segala bentuk respon apapun untuk fanfic ini. Hunt terima dengan senang hati, dan ini pula demi kelangsungan chapter depan.

Oke, akhir kata...

Jaa matta attode minna-san.

Hunt out.