Delutional

Cast: Baekhyun, Luhan, others.

Genre: Romance, Drama, Family.

Length: Chaptered

Disclaimer: This story was of my own imagination, not the others and anybody else. EXO belong to SMent, their god, parents, and their own.

Warning: Crack Pair, typo, yaoi, OOC, lil' bit NC-inside (approximately) but many more next chapter.

Summary: Baekhyun adalah seorang fanboy yang mengidolakan shining star-Xi Luhan like a maniac yang hampir setiap hari berimajinasi 'sex' dengan sang idola. Berharap suatu saat, that dream will be come true. So, what's happen next? LuBaek, slight! KrisBaek, KrisYeol. Yaoi. Mature subtances inside. DLDR.

Chapter 10

~Happy Reading!~

'The number you calling is—' Argh! Luhan hendak saja membanting ponselnya ke aspal kalau tidak ingat dirinya masih waras. Ini sudah satu jam ia mengelilingi hampir seluruh gang besar maupun sempit didaerah dekat restoran tersebut—tempatnya dan Baekhyun makan tadi. Ia sendiri tidak habis pikir, kemana anak ini? Apa 'hanya' karena marah dengannya harus sampai acara menghilang segala begitu?

"Baekhyun-ah!" ia berteriak, sedikit keras menyadari ia tengah berada ditempat sepi. Begitu nyaring. Luhan sudah cukup lelah, rasanya ingin tidur dan dia tidak cukup sinting juga meninggalkan kekasihnya yang mungkin tersesat mengingat Baekhyun belum pernah sama sekali dalam seumur hidupnya ke Busan. Yah, begitulah menurut cerita yang didengarnya dari Baekhyun sendiri.

"Baek, kau dimana?" gumamnya lirih.

Kringg—Kringg—

Dahinya berkerut mendapati nomor asing yang memanggil tertera dilayar. Ia berpikir sebentar, dengan ragu ia mengangkat panggilan tersebut. "Yeoboseyo?"

"Masih mengingat aku, Xi Luhan yang tampan?"

"Huh?"

"Ck, payah. Kau bahkan melupakanku sebegitu cepatnya."

Luhan memutar otaknya dengan cepat, suara ini seperti, "Lee Soyeon?"

Seseorang diseberang sana mengangkat sudut bibirnya, "Syukurlah kau tidak lupa."

Luhan memutar matanya bosan, "Ada perlu apa lagi?" slut, tambahnya dalam hati.

"Ouh, aku tidak akan mengganggumu lama-lama kok, tenang saja. Hanya mau memberi informasi saja, kalau kekasih cantikmu itu sedang ada dibersamaku—" kedua mata Luhan melebar, "Diantara hidup dan mati."

Untuk kali pertamanya, ia jadi peduli untuk menanggapi celotehan Lee Soyeon. Ya, benar sekali. "A-apa?"

Sedangkan yang diseberang sana malah tertawa penuh kemenangan, "Terkejut, Luhan-ssi?"

Ia tetap bersikukuh pada harga dirinya. Baekhyun sedang disekap, dan ia tahu kalau Soyeon itu sama phsyco-nya dengan dirinya, pastinya yeoja itu akan nekad melakukan banyak hal gila—minus jangan sampai membunuh Baekhyun saja. "Kenapa kau melakukan ini?" setelah seperkian dekit ia mengontrol nafas, detak jantung karena terkejut. Ini benar-benar tak terduga.

Yeoja itu mendengus, "Untuk apa? Tentu saja untuk mu Luhan sayang, dan balasan karena kau telah mempermalukanku didepan publik saat konferensi pers. Hanya karena anak ingusan seperti kekasihmu itu! Menggelikan, huh, sejak kapan kau jadi melankolis begini, hm? Tidak seperti Xi Luhan arogan yang biasa ku kenal."

"Tutup mulutmu, jalang!" jawabnya setengah menggeram.

"Ouh, kalau kau mengataiku seperti itu aku tidak masalah. Setidaknya hargaku lebih mahal daripada kekasihmu yang siap kau lecehkan kapan saja."

"Shit! Beritahukan saja dimana Baekhyun!" itu bukan sebuah permohonan, itu sebuah perintah. Luhan tidak akan pernah merendahkan harga dirinya didepan siapapun, kalaupun begitu, ia takkan menanggapi corengan nama baik atas dirinya dari orang lain. Tapi, lain halnya dengan Baekhyun. Ia akan melakukan apapun, walaupun ia harus bertekuk lutut dikaki namja itu lalu disaksikan oleh semua orang didunia sekalipun. Ia tidak peduli. Ini bukan hanya sekedar obsesi akan seksnya dengan Baekhyun. Ia mencintai namja itu.

"Dan kau masih bisa memerintah seperti itu eoh? Masih tak mau menjatuhkan harga diri? Kau itu sudah kalah."

"Hentikan semua omong kosongmu!"

"H-hyung! Ngh, Luhan hyung!"

"Baekhyun-ah!" teriaknya histeris mendapati suara parau kekasihnya, "Kau masih menganggap semua ini leluconku? Huh, kau tahu kan, Lee Soyeon tidak pernah suka main-main." Shit! Ingin rasanya Luhan mengumpat dan menyumpahi ia akan merobek wajah Lee Soyeon langsung tanpa menyisakan sedikit kulitpun. Tapi, ia mengingat, apa jadinya Baekhyun nanti kalau ia berbuat sebinal itu?

"Bagaimana?"

"Kembalikan saja Baekhyun-ku, jalang!"

"Huh, Baekhyun-mu? Percaya diri sekali. Asal kau tahu saja, rasanya... menyekapnya lebih lama akan terdengar lebih menyenangkan."

"Hey, apa maks—YA!" panggilannya diputus.

Sial, sial, sial! "Fuck!" Luhan langsung berlari, mencari mobilnya. Setibanya dikursi kemudi, ia mendial sebuah nomor dengan tangan setengah bergetar, detak jantungnya tidak stabil. Dibenaknya hanya ada, apa yang akan si jalang itu lakukan pada Baekhyun-ku? Begitu seterusnya sehingga membuat pikirannya mengeruh. Susah sekali. Detik kemudian saat mendengar jawaban 'halo' dari sebrang sana, Luhan butuh waktu seperkian detik hingga 20 sebelum, "Luhan-ssi,"

"Ya, Tuan Kim, aku butuh bantuanmu, segera!"

Ia menjelaskan semuanya, tanpa kelewat sedikitpun. Merasa orang yang diajaknya bicara mengerti dan mematuhinya, Luhan langsung memutuskan panggilan sepihak setelah bilang, "Segera!" kemudian membanting ponselnya ke dashboard dengan sangat frustasi.

"Bitch! Aku tidak akan membiarkan Baekhyun-ku merengek nyawa padamu!"

.

.

.

.

"Hentikan, aku lelah melihat si kecil ini tersiksa."

Baekhyun mencebikkan bibirnya, dengan keadaan yang sudah tidak memungkinkan untuk lepas, ia tetap berusaha mempertahankan harga diri. Luhan selalu mengajarinya untuk tidak mengemis apapun pada siapapun. Sedari tadi ia hanya merintih sakit, saat seluruh tubuhnya dihantam benda-benda keras. Sungguh tak manusiawi, seluruhnya memar—memerah sedikit membiru. Dan lebam-lebam besar membuat keadaan seluruh permukaan wajahnya, kacau sekali. "Aku terlihat sangat tega, bukan?"

Baekhyun hanya diam. Rasanya tidak penting menanggapi apa yang yeoja sombong itu katakan. Anggap saja, ia tengah mengacuhkan Chanyeol saat anak itu membuatnya jengah dengan ocehan tidak jelasnya. Lagipula, Baekhyun yakin yeoja ini cukup sakit jiwa. "Kau pasti berpikir, kenapa aku menyekapmu, bukan?"

Baekhyun membuang wajahnya, sebelum yeoja itu menunduk dan meraih dengan kasar dagu runcingnya, "Karena aku tidak bisa menjatuhkannya secara langsung, maka aku akan melakukan hal itu melalui kau! Walaupun medianya berbeda, tapi menarik bukan?"

Baekhyun mengalihkan tatapannya kearah lain, yang sekiranya terlihat lebih menarik untuk dilihat ketimbang paras cantik Soyeon yang sungguh penuh kebusukan. Silahkan anggap anak ini pengecut, tapi ia sungguh muak. "Jangan berlagak sok menghindariku layaknya pengecut!" yeoja tersebut menyemprotkan ancaman setengah berteriak. Urat-urat lehernya tampak timbul karena hal itu. Cukup membuktikan, wanita ini keras kepala, pikir Baekhyun.

"Ya! Apa kau bisu?!"

"Apa aku perlu peduli?" Baekhyun menatapnya sarkastis, walaupun keadaannya buruk.

"Oh, aku terkesan, ternyata kau bisa bicara juga."

Jika dipikir-pikir yeoja ini hanya sok berusaha tampak menyeramkan, untuk membuat Baekhyun takut maksudnya. Hell, Luhan yang menguntitnya kemanapun jauh lebih menyeramkan daripada ini. "Kau sungguh menarik chikyboy. Kau sungguh lemah."

"Setidaknya aku masih punya jiwa yang tidak lemah, dasar sakit jiwa."

"Apa kau bilang?!"

PLAK—

Baekhyun hanya mengatainya sakit jiwa, dan ia sebegitu marahnya? Apakah Baekhyun berhasil menjatuhkan harga dirinya secara tidak langsung?

"Bisakah kau jaga mulut busukmu?"

"Kenapa? Tersinggung?" Baekhyun menyeringai. Ia menang dalam adu mulut. Sampai kapanpun namja akan tetap menang. "Kurasa kau memang cukup sakit jiwa untuk membuatku seburuk ini, murah."

Yeoja itu berdiri dengan kesal. "Masukkan dia ke gudang sebelah! Aku muak melihat tampangnya! Jangan biarkan lampu menyala dan jangan beri dia makan. Tapi, berikan dia pukulan terbaik yang kalian punya." Lee Soyeon balik menyeringai. Meninggalkan Baekhyun yang mengumpat, sial! Jangan lagi!

Tubuh kecilnya langsung diseret, sebelum ia melihat tatapan Soyeon yang mengatakan, bye secara sepihak.

BUGH—BUGH—

.

.

.

.

Luhan menjambakki rambutnya kesal. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, tentu saja ia tidak bisa! Baekhyun sudah menghilang sejak empat hari lalu. Tuan Kim bilang, nomor yang Soyeon gunakan untuk menelponnya malam itu tidak bisa dilacak karena sudah tidak aktif. Namun, Luhan menyarankan dengan penuh amarah, "Sadap saja ponsel Soyeon!". Rasanya segala sesuatu menjadi sulit. Ia hanya ingin muntah saat makan, membayangkan Baekhyun pasti tidak bisa makan disana. Dan ia juga tidak bisa tidur karena membayangkan Baekhyun-nya yang tidak bisa tidur dilantai dingin disana. Luhan yakin yeoja itu tidak sebaik itu untuk menculik Baekhyun dihotel atau semacamnya.

Segala sesuatunya campur aduk, tak menentu. Menarik nafas saja rasanya sulit sekali.

Sesekali ia berhalusinasi kalau Baekhyun itu merintih kesakitan, keadaannya tak karuan. Tidak bisa ia bayangkan hal baik akan menimpa kekasihnya. Semuanya jadi semakin buruk.

Kringg—Kringg—

Dengan kesal Luhan meraih ponselnya, "APA?!"

"Wow, wow, santai Luhan."

"Cepat katakan apa maumu, brengsek!"

"YA! Kenapa kau mengataiku brengsek?! Orang agensi memintamu datang untuk membahas jadwal yang—"

"Kau masih sempat-sempatnya menanyakan jadwal?!" seru Luhan sangat rendah, membuat rasa penasaran seorang Kim Minseok menguar.

"H-huh?"

"Apa kau tidak tahu aku sedang pusing! Kekasihku diculik oleh si pelacur itu dan aku tidak tahu ia dimana, dan kau masih sempat menanyakan jadwal live ku?! APA KAU TIDAK PUNYA HATI?!"

"A-apa?"

"Apa?! Puas?! Aku tidak punya waktu untuk meladenimu!"

Panggilan terputus. Minseok masih terpaku dalam posisinya. Baekhyun diculik? Oleh Soyeon? Tunggu, Soyeon? Apa yang benar-benar dimaksud 'pelacur' oleh Luhan tadi benar-benar Soyeon? Ya, ingatannya cukup kuat untuk mengingat bahwa panggilan tidak terhormat itu selalu Luhan sebutkan saat sedang membahas yeoja itu. Tapi,.. Minseok perlu memastikannya juga apa itu benar atau tidak. Apa Luhan bercanda? Sedangkan Luhan langsung membanting ponselnya ke lantai dengan geram. Semua hal terasa membuat emosinya tersulut dengan mudah pada detik berikutnya.

Dan sedikit rasa bersalah terselubung dihatinya karena pertemuan terakhirnya dengan Baekhyun yang harusnya diisi dengan makan malam hangat bersama kekasihnya justru menjadi pertengkaran. Ia harusnya lebih mengerti anak itu. Terlebih, usia mereka yang sedikitnya agak jauh membuat Luhan harus lebih dewasa ketimbang yang lebih muda. Ia sungguh menyesal.

Coba ia tidak menjawab segala sesuatunya dengan nada meremeh dan kelewat santai seperti itu, coba ia bisa lebih serius dan mengerti keinginan Baekhyun. Pasti semuanya tidak akan seperti ini. Dan Lee Soyeon jalang itu membuat semuanya makin rumit.

Shit!

'Baekhyun aku pasti akan menemukanmu.'

.

.

.

.

"Byun Baekhyun ada di Seoul."

"A-apa? Kau yakin?"

"Ya, berdasarkan informasi dari mata-mataku, Soyeon sering berkunjung ke suatu tempat asing, dan cukup terpencil jad—"

"Cukup! Berikan saja aku alamatnya!"

Luhan dengan sigap mengambil note kecil miliknya, mencatat semua yang Tuan Kim katakan dengan terburu. "Aku butuh orang-orangmu untuk kesana, Tuan Kim."

Luhan tidak bisa lebih senang dari ini. Akhirnya, setelah seminggu, usaha yang Tuan Kim lakukan untuknya benar-benar membuahkan hasil. Ia tidak bisa membiarkan kekasih kecilnya lebih lama lagi disana.

Ia men-dial sebuah nomor dengan tergesa disitu, "Minseok, aku butuh bantuanmu."

.

.

.

.

"Kau yakin?"

Luhan menghembuskan nafasnya kasar, "Aku tidak tahu."

"Lalu?"

"Aku akan siap demi Baekhyun." Luhan merapalkan segala sesuatu yang bisa membuatnya sedikit tenang dan berpikir jernih. Ia sangat yakin, lebih tepatnya berusaha yakin bahwa orang-orang suruhan Tuan Kim yang berada dipihaknya bisa menyingkirkan semua orang suruhan Soyeon disana.

Sedetik ia bisa tenang.

Sedetik kemudian,

Kringg—Kringg—

Tangannya langsung basah dengan keringat dingin. "Semuanya, clear."

Luhan langsung mematikan panggilannya segera. Minseok menepuk pundak Luhan, berniat menyemangati. Yang membuatnya takut bukan apa-apa, ia hanya takut melihat keadaan Baekhyun nantinya. Luhan mengangguk kecil. Entah kenapa ia sedikit gugup dan takut. Dengan cepat ia langsung berlari ke tempat tersebut, malam ini sungguh terasa dingin dan aneh merasakan hal seperti ini dimusim panas. Ia jadi membayangkan Baekhyun yang—

"Tuan!" sebuah suara membuat Luhan mau tak mau mempercepat larinya ke tempat itu. "Byun Baekhyun—" mendengar nama itu Luhan langsung menelusurinya setiap ruangan dengan tergesa. "Dimana dia?!" bentaknya kesal. Orang suruhannya terdiam sejenak, kemudian menunjukkan ruangan yang berada dipaling ujung.

Seperti orang kesetanan Luhan berlari lagi, membuka pintu dan—"ASTAGA BAEKHYUN!"

Baekhyun tidak sadarkan diri, tubuhnya terlihat lebih kurus dari biasanya, wajahnya bengkak karena lebam-lebam yang diterimanya setiap hari. Dan Luhan tidak bisa menjelaskan lagi bagaimana keadaan kekasihnya. Lidahnya kelu. Ia memangku kepala kekasih mungilnya, "Baekhyun-ah, bangun." Ia mengusap dengan pelan. Baekhyun-nya sangat rapuh.

"Ini aku."

Baekhyun tak membuka matanya.

"Cepat telpon ambulance bodoh!" teriaknya kesal.

"Baekhyun-ah! Bangun! Ini aku! Luhan!"

Ia merengkuh tubuh mungil itu, melepas sedikit demi sedikit ikatan tali besar pada pergelangan kecilnya. Kedua tangannya berdarah. "Baekhyun-ah," suaranya bergetar parau. Air matanya menetes.

"Maafkan aku."

.

.

.

.

"Ngh—"

Luhan mengusap kedua matanya yang masih mengantuk. "Baek, kau sudah bangun?" ia mengusap jemari kecil kekasihnya yang bertautan pada miliknya. "L-luhan hyung?" serunya dengan suara serak.

"Ngh—"

"Baek, jangan bangun dulu,"

"Kepalaku pusing hyung."

Luhan membenarkan posisi berbaring kekasihnya, " Aku ada dimana?"

"Dirumah sakit, kau tahu keadaanmu buruk sekali. Kau membuatku gila selama dua minggu ini."

"Sudah berapa lama aku disini?"

"Seminggu, baby."

"Mwo? Kenapa lama sekali,"

Luhan tak mampu menahan senyumnya, sedetik kemudian ia mengusak rambut yang lebih muda dengan sayang. "Itu semua karena aku, maafkan aku ,Baek."

"Kenapa hyung minta maaf?" Baekhyun mengernyit menatap kekasihnya yang berubah raut muka. "Masalah yang direstoran malam itu, aku minta maaf."

"Hyung tidak perlu seperti itu."

Luhan menggeleng cepat, "Tidak! Ini semua karena aku, gara-gara aku tidak cukup mengerti tentang dirimu, dan lagi gara-gara aku kau jadi jelek begini."

"Ya!"

Luhan tertawa keras, "Aku sungguh-sungguh, maafkan aku."

"Tentu saja." Luhan bangkit dari posisi duduknya, ia memeluk Baekhyun dari samping. Menciumi pucuk kepala namja mungil yang selama ini memenuhi seluruh isi kepalanya. "Aku merindukanmu, aku bisa gila kalau tidak menyentuhmu sehari saja."

"Ya! Dasar mesum!" Baekhyun memukul dadanya sebal. "Aku serius Baek."

"Hyung!"

"Yayaya, aku bercanda."

"Bagaimana dengan wanita i-itu?" tanya Baekhyun dengan sedikit hati-hati. Bagaimanapun, ia tetap saja agak trauma. Kalau saja badannya tidak sekronis ini.

Luhan melonggarkan pelukannya, "Sudah, tidak usah kau pikirkan. Yang jelas, si jalang itu sudah ditangani oleh tangan yang tepat."

"M-mwo?"

"Iya, polisi. Sudahlah kenapa kita jadi membahas yeoja itu. Nanti kau tambah sakit, dia kan racun. Ganti topik!" Baekhyun tertawa kecil. "Ish, hyung berlebihan."

"Hyung, aku mau duduk." Baekhyun berseru lagi setengah merengek. Luhan pun mengangguk, kemudian membantu Baekhyun agar duduk dengan posisi terbaik. "Cium!"

"A-apa?"

"Kau tidak ingin menciumku? Aku kan rindu padamu hyung!"

Luhan terkekeh sebentar, "Baiklah." Ia menunduk sedikit kemudian mengecup bibir kekasihnya. Hanya menempel. Disisi ia takut Baekhyun masih sakit, ia juga takut kelepasan.

"Ya! Jadi ini yang kalian lakukan selama seminggu dirumah sakit?! Ya! Byun! Kemana saja kau?!" Luhan langsung memutuskan tautan bibirnya dengan tidak rela.

Baekhyun mencibir, "Dasar pengganggu!"

"Hey, aku sudah baik-baik ingin menengok sahabatku kemari ya!"

"Sudahlah, kau jangan berlebihan."

"Aku tidak berlebihan Kris!"

"Bisakah kalian berdua tidak ribut, waktu istirahatku sangat terganggu asal kalian tahu saja."

"Ck, waktu istirahat atau waktu meminta jatah?"

Luhan melongo, "Ya!" sedangkan Baekhyun menahan malunya. Dasar Park Chanyeol kurang ajar. Sedangkan yang dituding hanya menengok kearah Luhan dengan innocent-nya, "Aku tidak pernah tahu kau berpacaran dengan selebritis disini, dan wajahnya sungguh seperti ahjussi tua."

Luhan mendelik, "Ya! Dasar anak kecil!"

"Setidaknya aku lebih tinggi darimu."

"Park Chanyeol! Pergi kau dari hadapanku!" kali ini suara Baekhyun yang mengenterupsi debatan antara Chanyeol dan Luhan. Sedangkan Kris hanya bisa diam dan menggeleng heran.

"Kris, bisakah kau singkirkan kekasihmu yang sungguh bedebah ini? Enyahlah!" entah kenapa Baekhyun jadi cerewet begini.

"Sudah berapa kali kau meniduri sahabatku?" Chanyeol bertanya setengah memincing.

"Kau berniat menginterogasiku?"

"Ya, sekiranya begitu."

"Hm, sepertinya setiap hari dan banyak ronde disetiap pertandingannya." Luhan berkata dengan sudut bibirnya terangkat.

"APA?!" Chanyeol berteriak sangat amat overacting.

"Hyung!" Baekhyun menunduk malu.

"Asal kau tahu saja ya bocah, karena sekarang Baekhyun sakit saja aku jadi tidak menyentuhnya."

"Dasar maniak!"

"Biar saja!"

"Sudah berhenti!" Baekhyun berteriak dengan nyaring. Ketiganya menoleh. "Aku benar-benar butuh istirahat, aku bersungguh-sungguh."

"Sudahlah Chanyeol. Kita pulang saja, lihat Baekhyun butuh istirahat lebih. Bukannya menjenguk kau malah berisik disini." Chanyeol cemberut kearah Kris. "Ini semua karena ahjussi mesum itu!"

"Kau masih—"

"Hyung!"

"Hhh, baiklah, baby."

"Aku akan terus mengawasimu. Maniak!" Chanyeol mengarahkan kedua jarinya kematanya dan kearah Luhan, lalu diseret paksa oleh Kris setelahnya. "Temanmu itu sungguh berisik."

"Aku tahu, rasanya aku tak mau mencapnya sebagai teman." Luhan hanya bisa tertawa. Ia membaringkan tubuh Baekhyun dengan perlahan, lalu menarik selimut hingga menutupi tubuh bagian bawah kekasihnya sampai ke leher. Tak lupa kecupan ringan penuh sayang didahi Baekhyun.

"Aku mencintaimu,"

"Aku juga mencintaimu, hyung."

.

.

.

.

Few weeks later..

"Hyung, apa ini?!" Baekhyun membanting majalah yang baru saja ia beli dengan sengaja sepulangnya dari kampus. Luhan mengerutkan keningnya, kemudian membelalakkan matanya mendapati berita yang terpapang sebagai bahasan utamanya.

"Setelah mengaku 'gay', Luhan berpacaran dengan aktris cantik, Kim Jiwon?"

"Baek, i-ini.."

"Apakah kau benar-benar mencintaiku, hyung?"

"A-apa maksudmu menanyakan hal itu?" Luhan semakin tidak mengerti. Oke, pertama berita ini dan ini sepenuhnya salahnya karena memenuhi keinginan agensi membuat gosip picisan seperti halnya ia dan Soyeon jalang itu beberapa saat lalu. Dan, hey, ia menyetujuinya karena ia berteman baik dengan Jiwon. Dia gadis yang baik, dan lagi anak itu juga sudah punya kekasih. Yeoja itu bilang pacarnya pasti bisa mengerti, kenapa Baekhyun tidak bisa?

"Kau selalu saja seperti ini." Luhan baru saja menyadari Baekhyun menangis. Pipinya basah, "B-baek," hendak menangkup paras cantik kekasihnya yang tersirat luka, tapi tangannya ditampik dengan kasar. "Tidak perlu hyung." Serunya lirih. Baekhyun langsung beranjak ke kamar mereka diapartemen Luhan. Sejak kejadian itu, Baekhyun menetap diapartemen kekasihnya, dan ia sudah berbaikan dengan keluarganya sendiri. Mereka berusaha memaklumi keadaan Baekhyun sekarang. Dan Luhan bersyukur Baekhyun jadi sedikit lebih periang semenjak ia dapat perhatian lebih.

Ibu Luhan juga bersikap baik pada Baekhyun, menganggapnya seperti anak sendiri. Baekhyun sangat senang. Tetapi, anak itu lebih sering menggerutu atau banyak protes dan sangat cerewet. Tapi Luhan merasa Baekhyun jadi sensitif lagi. Ia menyusul Baekhyun ke kamar mereka, "B-baek, apa yang sedang kau lakukan?"

Baekhyun diam saja. Sibuk memasukkan pakaian-pakaiannya. Luhan memeluknya dari belakang. "Baek,"

"Aku benci Luhan hyung yang seperti ini."

"..."

"Luhan hyung yang bertindak seenaknya dan tak mau mengerti perasaanku. Aku sudah cukup hancur melihatmu dengan Soyeon saat itu, dan kau mengulanginya lagi. Tidakkah kau tahu hyung? Sangat menyakitkan melihatmu dipasangkan dengan orang lain dan jauh terlihat lebih serasi dimata orang lain walaupun itu hanya setting-an."

"Baekhyun-ah,"

"Aku mau menginap dirumah orang tuaku, mungkin, beberapa hari ini."

Luhan mengeratkan pelukannya, Baekhyun semakin menangis. "Jangan pergi."

"Tenang saja, aku tidak akan diculik lagi. Lagipula, wanita itu terlihat lebih baik daripada Soyeon bukan? Kau pasti menyukainya. "

"Baekhyun-ah, aku tidak bilang begitu."

"Kau tidak benar-benar mencintaiku hyung."

"Byun Baekhyun!" Luhan membalik tubuh Baekhyun kasar. "Tatap aku," Baekhyun membuang mukanya kearah lain. "Kenapa kau berkata begitu?"

"..."

Luhan mencondongkan badannya, mengecup bibir Baekhyun, hanya menempel. Sambil mengusap air mata yang basah dipipi yang lebih muda. Baekhyun menegang. Luhan sungguh tak terduga.

"Aku mencintaimu, maaf, aku memang belum bisa mengerti tentangmu secara keseluruhan, tapi aku sedang berusaha Baekhyun-ah." Ia mendekap kekasih mungilnya erat.

"..."

"Kau juga mencintaiku kan?"

"..."

"Dari reaksimu yang cemburu, kau pasti sangat mencintaiku."

"..."

"Baekhyun-ah," ia melepaskan pelukannya, lalu menatap iris coklat milik kekasihnya, dalam. Dalam sekali. "Aku milikmu, oke, aku akan membatalkan semuanya. Berita itu akan dihapus, akan aku lakukan demi kau. Dan kau milikku. Aku mencintaimu." Ia mencium bibir kekasihnya. Dengan lumatan, dan hisapan kecil yang lembut dan memabukkan. Lalu melepaskannya lagi. Menyadari kekasihnya tak membalas ciumannya.

"Kalau aku tidak benar-benar mencintaimu, aku tidak akan gila kalau aku kehilanganmu, Baek."

Air mata Baekhyun jatuh lagi. Ia menghamburkan tubuh kecilnya kepelukan Luhan. "Aku egois."

Luhan tersenyum, didekapnya rapat tubuh Baekhyun. "Tidak, kau tidak egois. Kau hanya sangat posesif, itu saja." Baekhyun tertawa dalam dekapan kekasihnya. Entahlah, baginya itu sangat lucu.

"Hyung,"

"Hm?"

"Aku merindukanmu." Luhan mengernyit, "Lalu?"

"Sentuh aku."

.

.

.

.

"Hyung—nghh—aku lelah."

Luhan membaringkan tubuhnya disamping kekasihnya. Sungguh malam yang panjang. Ia mendekap tubuh kecil Baekhyun. "Kau hebat." Racaunya setengah mengantuk.

Luhan tertawa, "Aku tahu, aku memang selalu hebat kan." Ia mencium pipi Baekhyun sayang, membuat anak itu terkikik, "Hyung, geli!" rengeknya. Ia menenggelamkan seluruh wajahnya didada kekasihnya, "Aku sayang padamu, hyung."

"Aku juga mencintaimu."

Luhan mengecup kepalanya dengan lembut berkali-kali. Membuat Baekhyun lama-kelamaan semakin mengantuk.

"Aku mencintaimu, Baekhyun-ah."

.

.

.

.

"Aku mencintaimu."

.

.

.

.

"Mengejutkan! Luhan mengumumkan tanggal pernikahannya dengan kekasih gaynya, Byun Baekhyun. Jadi, hubungan straightnya dengan wanita lagi-lagi,.. settingan?"

.

.

.

.

END

Hello! Eonni is back! Dan akhirnya, ff ini selesai juga.

Ehm, pertama-tama Eonni mau mengucapkan selamat tahun baru 2015! Dan semoga kita bisa makin baik kedepannya hehe. Juga, eonni mau minta maaf karena ngaret update. Faktor pertama karena mood buat ngetik, dan lainnya itu koneksi internet yang nyebelin banget. Eonni udah berkali-kali mau update cuma gapernah kesampean dari bulan yang lalu, karena apa?! karena internet! Yaampun, sumpah suka mau banting laptop kalo gabisa update padal kalian udah nunggu lama banget. Maaf banget.

Dan, buat Luhan yang sekarang udah menjamah dunia aktor, perfilman, tidak mengurangi rasa cinta eonni pada pairing Lubaek! Haha! Rencananya mau bikin ff Lubaek, dan eonni mau publish secepatnya. Doakan saja ya, soalnya eonni suka sebel search Lubaek mainpair tuh susah banget. Jaraangggggg banget hampir gaada. Dan, dan... kalau ada yang mau sequel? Ada yang maooooo?! Ini penawaran sekali seumur hidup *halah garing*. Jujur, eonni terharu dengan yang ikutin ff ini dari awal, yang fav yang follows, walaupun siders juga eonni gakeberatan karena semuanya sudah berkenan untuk membaca. Dan sampe ada yang pm itu, so sweeetttttt apalagi thanks banget buat HyuieYunnie peneror setia eonni setiap saat lewat whatapps. Pas mau ucapin big thanks, eonni ngakak tiap baca review, ternyata banyak juga peminatnya, walaupun ada chapter yang mengecewakan tapi syukurnya bisa dibantu dengan chapter selanjutnya yang lebih baik. Dan setiap ada misteri dichap sebelumnya pasti gapernah ada yang bisa nebak lanjutannya dan lebih tepatnya salah! Hahaha, berarti eonni pinter bikin kejutan dongggggg... pokoknya makasih banget... makasih yang sebesar-besarnya. Eonni, mau ucapkan terima kasih sebanyak-banyaaakkkkk nya! Buat apresiasi sama Lubaek- Delutional ini.

Big Thanks:

[Wdynt27][young demin][13613] [ethi deidaraun] [followbaek] [nam min seul] [zy] [byunperverthun] [mashuang] [laxyovrds] [iqichan] [Lubaekshipper] [HyuieYunnie] [byunxikim] [Keys13th] [guest] [baixiangurls] [yoyoyoman] [Blacklavenders] [13713] [Lussia Archery] [kaibaekshipper] [tomatocherry] [carolinewamellody] [tiffanychoi23byun] [LeeEunin] [utsukushii02] [ncarcheda] [Hyesun Park] [nam mingyu] [jungcreepy] [yuuhee] [yoona] [flowAraa23] [diamondEXOlove] [Keepbeef Chicken Chubu] [Baekhyunniewife] [oktaviarita rosita] [miszshanty05] [baixiangurls] [popo] [aryo bangun 739] [bapexo] [kaihun70] [yurihapsary] [dewo1804] [neli amelia] [blaueski] [rachel suliss] [Jung eunhee] [baeklinerbyun] [acha kim] [KulitManggis] [rekyanie7D.0] [redose] [sehuniesm] [violexo] [gggh] [baekhaan] [park sehan] [nadiya ulya 19] [Baekhyun92] [awexome] [HandsoMyungsoo] [tmaroline] [Babby Byunie] [melizwufan] [Sakamoto Michiyo] [BabyBaeksoo] [B0506] [KaisooKrisyeolKraYShipper] [im haerim] [13613] [oh Hunhan Zelus] [Nam Gina] [Liex] [nadiya ulya 9] [hominBabeYUNemakMINLopez] [ling ling pandabear] [Milkasoonja] [dvrgnt] [oh chaca] [marlitasshi] [daredesukaaaa] [leekyukie] [Leona838] [Alexandria Lexie] [kaihunhan] [1004baekie] [narsih hamdan] [sajangnim] [bxngminah] [chanbaekssi] [BuatAuthorCantik] [CermePhinaaa] [ayu schoen] [Jong Ahn] [bellasung21] [fitry sukma 39] [Lubaeeeekiie] [KyusungChanbaek] [sehyun14] [devicakarina]

See ya on my another fanfict!