Delutional

Cast: Baekhyun, Luhan, others.

Genre: Romance, Drama, Family.

Length: Chaptered

Disclaimer: This story was of my own imagination, not the others and anybody else. EXO belong to SMent, their god, parents, and their own.

Warning: Crack Pair, typo, yaoi, OOC, lil' bit NC-inside (approximately) but many more next chapter.

Summary: Baekhyun adalah seorang fanboy yang mengidolakan shining star-Xi Luhan like a maniac yang hampir setiap hari berimajinasi 'sex' dengan sang idola. Berharap suatu saat, that dream will be come true. So, what's happen next? LuBaek/BaekLu. Yaoi. Mature subtances inside. DLDR.


Chapter 1

~Happy Reading!~

"Hmmmpphhh—"

Ia melenguh, mengusap dengan penuh hasrat dan gairah yang membuncah.

Seluruh keringat membasahi pelipisnya, wajahnya yang memerah itu, belum lagi—

"Ahhhnn—"

Ia mendesah lagi. Seperti orang kesetanan, menggesek-gesekkan kakinya dengan gatal. Benda diantara selangkangannya yang sudah terangsang sejak tadi terasa benar-benar hard. Telapaknya tak berhenti menjambakki—

Tok—Tok—Tok!

"Argh!" Baekhyun mendengus kesal. Ia langsung membuang 'guling' yang sedari tadi ia ajak bergelut panas.

Baekhyun menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha menetralisir jantungnya yang berbalap tak karuan.

Tok—Tok—Tok!

"Aish, iya sebentar!" Baekhyun langsung bangkit dari ranjangnya.

Cklek—

Baekhyun berdecak kesal, "Yak! Kenapa kau pakai ketuk-ketuk pintuku segala eoh?!"

"Hyung, ajari aku mengerjakan pr." dongsaengnya merengek dengan sebelah tangan menggenggam erat buku tulis bahasa inggrisnya.

Baekhyun memutar bola matanya malas, "Kerjakan saja sendiri."

"Ta-tapi hyung—"

Brak—

Baekhyun dengan tidak berperasaan langsung membanting pintu kamarnya tepat didepan wajah namja tersebut. Hampir saja hidung mancungnya terbentur tadi.

"Hyung menyebalkan! Eomma!" Sehun langsung lari ke anak tangga untuk turun kelantai bawah dan mengadukan perbuatan hyungnya yang kurang ajar itu.

Sedangkan Baekhyun hanya mengedikkan kedua bahunya tak peduli dari balik pintu kamarnya, kemudian tersenyum sendiri.

"Ayo kita mulai lagi."

Ia menatap 'guling' kesayangannya yang sempat ia abaikan tadi.

Ya, aktifitasnya sedikit terganggu karena Sehun si dongsaengnya yang menyebalkan itu harus mengetuk pintu sehingga ritual 'bercinta semu'nya yang mau-tidak mau harus ditunda sebentar.

Ia kembali berbaring diranjangnya, kemudian menarik gulingnya kembali dan meletakkannya diatas tubuh mungilnya—seolah menindihnya.

Kemudian melanjutkan kembali melanjutkan aktifitasnya lagi. Membayangkan, berimajinasi seolah—

Ia tengah bercinta dengan namja yang terpampang dalam poster besar di dinding bercat biru kamarnya—Xi Luhan.

.

.

.

.

Brak—

Dengan kesal Baekhyun membanting ponsel kesayangannya ke lantai dibawah kasurnya.

Ia marah, sangat!

"Argh—berpacaran kau bilang eoh?! Apa bagusnya Lee Soyeon coba?! Yeoja murahan seperti itu?! Apakah tipenya sangat rendah seperti itu?!" rentetan gerutuan yang keluar dari mulutnya, bersamaan dengan Baekhyun menjambak rambutnya frustasi. Ia kesal, tentu saja.

Xi Luhan—idola kesayangannya, yang biasanya membuat ia menghabiskan semua uangnya hanya untuk membeli stuff dan merchandise yang langka yang biasanya hanya dikenakan oleh sang bintang itu disetiap jadwal acara—dan sungguh itu tidak penting sebenarnya, belum lagi semua poster yang hampir memenuhi seluruh dindingnya, dan semua cinta semunya juga semua imajinasi 'sex' yang sungguh sangat membuatnya—

Argh! Gila!

"Aku bersumpah jika semua ini benar, aku tidak akan mengidolakanmu lagi!" Baekhyun menatap poster Luhan—yang paling besar dengan tatapan membunuh.

"Camkan itu!" telunjuknya mengarah ke benda mati tersebut seolah poster itu teman bicaranya. Baekhyun sepertinya harus ke psikiater setelah ini.

Tok—Tok—

"Argh!" Baekhyun makin kesal mendengar pintu kamarnya yang diketuk dari luar. Itu pasti dongsaengnya. Ya, dongsaeng tirinya yang menyebalkan. Dan pasti mengusiknya dengan menggedor pintu keras-keras hanya untuk—

Cklek—

"Hyung makan malam sud—"

"Ya, aku tahu." Dengan nada dingin, jawaban singkatnya mampu memotong perkataan yang belum selesai Sehun ucapkan.

Baekhyun langsung berlalu melewati Sehun, dan tidak sengaja—memang benar-benar tidak sengaja— ia menyenggol pundak ringkih dongsaengnya dengan keras. Namun, apa Baekhyun peduli?

"Ish." Sehun mendengus kesal. Sebenarnya Baekhyun itu menyebalkan, tapi ya mereka sudah ditakdirkan untuk menjadi saudara tiri dengan satu ayah yang sama, mau bagaimana lagi kan?

Ya, jika Sehun balas mendorong hyungnya sampai terjengkang juga Sehun bisa melakukannya, tinggi mereka juga tidak begitu berbeda jauh untuk ukuran Sehun yang masih smp sedangkan Baekhyun sendiri sudah hampir lulus dari sma. Tapi ia terlalu takut pada serentetan omelan eommanya yang sungguh benar-benar membuat telinganya pengang.

Lagipula, yah sudahlah rumit juga jika dibahas.

Dengan perasaan yang amat sangat dongkol karena sikap hyung tirinya yang agak 'kasar' dengannya, akhirnya Sehun pun langsung menuruni anak tangga menuju ruang makan dilantai bawah.

.

.

.

.

"Bagaimana persiapan ujian untuk kelulusanmu Baekhyun-ah?" Appa mereka bersuara diiringi dentingan peralatan yang mereka gunakan untuk menyendok makanan.

Baekhyun menegak air putih digelasnya sedikit, "Hm, lumayan." Jawabnya singkat. Appa Baekhyun hanya mengangguk paham, "Lagipula kupikir kau anak yang pintar, nilai dirapotmu semuanya tinggi. Kau lagi kan yang mendapat peringkat pertama dari semua kelas paralel?"

Baekhyun hanya mengangguk kecil.

Appa Baekhyun diam lagi. Ia paham, berinteraksi dengan anak sulungnya ini tidak mudah. Baekhyun adalah anak yang begitu pasif, dingin, tidak pernah berbagi cerita apapun dengan keluarganya, dan satu lagi— ia tidak pernah mau tahu dan mau peduli akan suatu hal. Apalagi perihal keluarganya sendiri.

Dan selalu menghabiskan seluruh waktunya hanya dengan berdiam diri dikamar. Entah apa yang bocah itu lakukan sampai-sampai tidak pernah bosan didalam ruangannya. Appa Baekhyun tidak tahu—ya, tidak pernah tahu malah.

Ia selalu mengunci kamarnya rapat-rapat, dan akan memenggal siapapun yang berani masuk ke kamarnya.

Ya, semenjak eomma kandungnya meninggal saat ia masih sangat kecil dan appanya menikah lagi, Baekhyun mulai sering melamun, menatap lurus dengan pandangan kosong dengan pikiran yang entah melayang kemana.

Untungnya itu semua tak mengganggu proses pembelajarannya disekolah. Bahkan, Baekhyun selalu menjadi yang pertama dengan semua penghargaan karena memang pada dasarnya anak itu cerdas. Cerdas asli dari otak briliannya. Namun, ia juga tidak peduli dengan itu semua yang ia lakukan juga sekedar mengerjakan tugas dan selesai semua karena memang aslinya pintar ya semua nilainya bagus.

Ia tak pernah bangga memiliki anugerah otak yang sangat cemerlang.

Dan sikap Baekhyun yang tidak peduli itulah yang sangat disayangkan oleh Tuan Byun.

Dan seperti inilah kebiasaan dimeja makan mereka. Appa Baekhyun akan mengajaknya berbincang, dan pada akhirnya Baekhyun hanya menjawab singkat, membuat namja paruh baya itu bingung harus mengatakan apa lagi.

Anak ini sangat susah untuk diajak berbicara.

"Oiya bagaimana dengan sekolahmu, Sehun?"

Sehun yang memang sifatnya berbeda jauh dengan hyungnya dan hobi pamer—memandang appanya dengan mata berbinar lalu kemudian—

"Tentu saja sangat menyenangkan. Ada seosangnim baru yang mengajar bahasa inggris dan ternyata dia sangat ramah. Jadi kalau ada apa-apa aku tidak perlu minta tolong dengan—" Sehun melirik sinis kearah hyungnya disebelahnya dan dihadiahi tendangan manis dari eommanya dibawah meja makan.

"Ish eomma!" ia berbisik kesal, appanya hanya menggeleng heran.

Sedangkan, Baekhyun? Ya, ia bersikap tidak peduli seperti biasanya.

Eomma Sehun, yang walaupun hanya seorang ibu tiri buat Baekhyun, namun sebenarnya ia yeoja yang baik. Ia mengerti perasaan Baekhyun—ya walaupun tidak seperti Baekhyun mengerti perasaannya sendiri— karena kehilangan eomma kandungnya begitu cepat dan harus menerima posisinya sebagai 'pengganti' eommanya.

Itu pasti sangat menyakitkan.

Bahkan saat sebelum menikah, ia sudah meminta Tuan Byun untuk menundanya, agar Baekhyun siap menerimanya. Namun apa? Appa Baekhyun tidak peduli. Dan itu sungguh membuat hati si kecil Baekhyun hancur berkeping-keping saat itu.

Itulah kenapa ia selalu menegur Sehun saat anaknya itu bersikap tidak baik pada hyungnya. Ia selalu bilang pada Sehun untuk mengerti—

Mengerti tentang perasaan hyungnya.

Ia tahu, sampai kapanpun Baekhyun takkan pernah mau dan sudi menerimanya. Sebagai eommanya.

Baekhyun langsung berdiri untuk menyudahi acara makan malamnya tanpa menghabiskan setengah dari makanan dipiring, "Baekhyun-ah kenapa tidak dihabi—"

"Aku kenyang." Dan Baekhyun langsung beranjak menuju kamarnya. Itulah mengapa tubuhnya sangat kurus.

Tempat dimana kesunyian seorang diri seolah mengerti semua tentang dirinya. Apa yang ia inginkan.

Melihat itu, semuanya kembali pada piring masing-masing dan melanjutkan makan malamnya dalam keadaan sunyi.

.

.

.

.

"Akhirnya selesai juga." Ia merapikan buku-buku tebalnya ke dalam rak buku sekolahnya seperti biasanya kemudian kembali duduk dan berhadapan lagi dengan laptopnya.

Jika tadi ia menggunakannya untuk mengerjakan tugas, kali ini berbeda.

Untuk 'spazzing'. Yap, berhubung ponselnya yang harganya tidak murah itu ia banting dua hari yang lalu, jadi ia menggunakan laptopnya kali ini. Ponselnya sedang dibawa ke center untuk di service.

Ya, semoga tidak ada berita yang akan membuat Baekhyun membanting laptopnya juga.

Baru saja ia membuka akun khususnya—

'Xi Luhan dan Lee Soyeon meresmikan kencan buta mereka—juga status hubungan mereka yang dikabarkan berpacaran juga dibenarkan oleh Lee Soyeon sendiri di konferensi pers bersama Xi Luhan kemarin'

Brak—

Baekhyun langsung menutup laptopnya secara paksa.

"Argh!" Oke, sepertinya ini tidak bagus.

Baekhyun langsung bangkit dari kursi belajarnya kemudian berjalan dan—

Srek—

Merobek salah satu poster Xi Luhan yang terpampang rapi didindingnya.

Srek—

Oh, ternyata tidak hanya satu tapi—

Srek—

Baekhyun benar-benar frustasi. Sungguh, demi apapun mungkin setelah ini ia akan benar-benar sakit jiwa. Kehidupan didunia nyatanya sudah sangat cukup memuakkan dan sekarang dunia 'semu'nya juga membuatnya makin hancur.

Ia tidak pernah menyukai seseorang sebelumnya.

Karena ia lebih menyukai—tidak, lebih tepatnya mencintai seorang idola yang sebenarnya hanya bisa dilihatnya sekedar dari foto dan videonya saja. Ya, maka dari itu Baekhyun menjadi 'gay'. Kurangnya interaksi di rumah dan disekolah membuatnya jadi menyimpang.

Oh, bahkan Baekhyun belum sempat menonton konser tunggal Xi Luhan dan sekarang?

Ia bahkan tidak sudi.

Baekhyun merobeki semua poster koleksinya yang tertempel di dindingnya selama hampir tiga tahun itu. Jika dipikir-pikir sangat sayang, tapi sekarang 'Kenapa aku harus membuang semua uang berhargaku hanya untuk membeli ini?!'

Srek—

'Ini?!'

Brak—

Ia membanting vas cantik seperti yang idolanya punya dan—

Brak—

Photobook official yang harganya sangat mahal terbanting dengan sangat tidak elit dilantainya dengan posisi terbuka. Baekhyun memandang benda tersebut dengan kilatan marah kemudian mengangkatnya lagi, memandang foto idolanya yang sangat amat ia cintai—tadinya—dengan kesal.

"Kau!" ia menunjuk-nunjuk wajah tersebut kemudian—

Srek—

Merobeknya dengan sangat tidak berperasaan.

Dan satu foto lagi dibaliknya.

"Aku bersumpah kau akan kehilangan semua fansmu dan aku mengutukmu! Aku membencimu selama-lamanya! Awas ya kau jangan harap aku akan mencintaimu lagi! Argh!—"

Srek—

Kemudian merobeknya lagi.

TBC/END?


Annyeong! hai sesuai janji ya ff lubaek ya! nunggu reviews yang banyaaakkkkk baru lanjut deh :)) for continue, reviews juseyo!