DRAMAtical Murder/ドラマティカル マーダー fanfiction

"Seragaki's Big Family" by Zelvaren Yuvrezla

Disclaimer : Nitro+CHiRAL

Rating : K-T+

Warning : AU/Shounen-ai

Main Cast ; Big Brother : Ren - Twins : Sei-Sly(Other Aoba) - Youngest Child : Aoba

Happy Reading all,

With Love

Zelvaren a.k.a renchanz


Chapter 3 : Beloved Twin, I Hate you, but I Love you too.

[Sly's POV]

Banyak orang berkata bahwa memiliki saudara kembar itu menyenangkan, karena antara satu kembar dan yang lain memiliki ikatan yang kuat sehingga mereka memahami satu sama lain.

Bagiku?

Mungkin ini bukanlah hal yang spesial. Apa bagusnya memiliki kembaran yang begitu— lemah, sakit-sakitan, dan selalu tersenyum itu? Memangnya apa menariknya sosok yang seperti itu? Mengapa bahkan kakak dan adikku sekalipun lebih menaruh perhatian padanya?

Huh.

Aku tidak pernah menyukai saudara kembarku. Sei. Banyak orang berkata bahwa kami tidak mirip meskipun kembar. Jelas bukan? Warna rambut bahkan warna mata kami berbeda, sifat kami bahkan bertolak belakang 180 derajat.

Kami terlahir bersamaan, dengan selisih waktu yang tidak terpaut jauh. 2 detik, hanya perbedaan 2 detik terkutuk itu yang membuatku menjadi adiknya. Aku tidak pernah merasa bahwa aku adalah adik dari Sei.

Hey, bukankah aku yang seharusnya menjadi kakak kembarnya?

Aku kuat, kekebalan tubuhku juga bagus, aku tidak pernah menangis bahkan ketika terjatuh dijalan, tidak sepertinya. Aku tidak pernah berteriak karena sayatan luka terdapat ditubuhku, tidak sepertinya yang menangis karena terkena sayatan pisau saat memotong sayur di dapur. Selama 9 tahun orang-orang takut pada kehadiranku dan aku cukup puas dengan fakta tersebut.

Tapi bagaimana dengan Sei?

Dia lemah. Tubuh fisik, bahkan kekebalan tubuhnya lemah. Ia selalu menghabiskan beberapa tahun di ranjang tidur miliknya. Bukankah sudah jelas-jelas dia adalah adik kembarku? Menjadi kakak kembarku adalah sebuah kesalahan yang mutlak.

Selama beberapa tahun aku selalu membencinya. Mungkin memang benar dia tidak berbuat apapun padaku, tetapi eksistensi-nya lah yang begitu mengusik keberadaanku. 7 tahun kemudian, adalah pertama kalinya aku mengenal Rhyme. Tepatnya pada saat umurku 16 tahun.

Aku mengakui bahwa terjun dalam dunia Rhyme ini sungguh menyenangkan. Aku bisa berbuat sesuka hatiku, meluapkan emosi yang terdapat dari lubuk hatiku dengan bebas. Tetapi tentunya aku menjauhi segala macam drugs, apapun itu bentuknya, aku menolak barang-barang seperti itu.

"Sly, kenapa banyak sayatan di lenganmu!?" Sei, kakak kembarku memergokiku sehabis aku pulang dan memporak-porandakan salah satu geng lain.

"Tck, tidak usah heboh seperti itu, Sei. Hanya goresan kecil." Tukasku dengan nada yang dingin.

"Bicara apa kau, sini aku obati!" Terkadang aku heran dengannya. Mengapa dia begitu khawatir dengan keberadaanku? Dia yang lebih disayang bahkan dianggap oleh orang banyak, mengapa masih sempat mengkhawatirkan diriku?

Dengan hati-hati ia memberi alkohol pada lukaku, meskipun aku meringis kecil dan memakinya bahkan untuk melepaskanku, Sei tetap berdiam seolah tidak mendengar perkataanku dan tetap membersihkan lukaku.

Aneh? Tentu saja, bukan? Mengapa ia begitu peduli padaku?

Malam itu, kami telah berjanji untuk menghabisi geng yang sempat mengusik Rhyme. Mereka mengajak Rhyme untuk berduel, dan kami semua setuju dengan pernyataan itu. Diam-diam aku keluar, berharap agar Ren tidak memergokiku, atau Aoba, si berisik yang bisa berteriak kapanpun ketika mengetahui aku pergi larut malam seperti ini.

Orangtua kami memang sering berpergian. Bahkan dalam 2 tahun terakhir aku hanya bertemu dengan mereka nyaris 3x, itupun bila Sei tidak memaksaku untuk pulang. Makannya aku bisa dengan bebas keluar-masuk rumah ini sesuka hatiku.

Setibanya aku di lokasi yang dijanjikan, mataku melebar ketika melihat beberapa temanku sudah terkapar begitu saja. Aku segera menemui mereka, dan informasi yang kudapati adalah mereka telah berbuat licik dengan membawa beberapa pasukan lain.

Sialan, sialan!

Saat itu aku bertekad bahwa aku akan menghabisi mereka semua, akan kubayar luka-luka ini pada mereka.

Tentunya bukan hal yang mudah ketika melawan beberapa belas orang seorang diri. Beberapa orang mungkin sudah tumbang karena terhantam oleh pukulanku, namun beberapa diantaranya masih tetap berdiri kokoh.

Satu kesalahan fatal membuatku terluka agak parah. Darah terciprat dari tubuhku, tetapi aku tidak peduli dan tetap memukul orang-orang itu. Sampai satu moment dimana aku benar-benar terkapar. Disaat aku benar-benar tidak bisa bergerak, saat itu juga aku melihat 2 sosok berlari kearahku.

1 sosok, pemuda yang cukup tinggi dengan helaian Silver dengan iris Bloosom. Lalu—Sei? Apa yang dilakukannya disini!? Dia tidak bisa bertarung, kenapa dia malah datang ketempat seperti ini?

Sudah kuduga bahwa Sei sama sekali tidak bisa bertarung, tapi aku salut pada gerakan gesitnya. Meskipun ia tidak bergerak banyak, tetapi analisisnya mengenai gerakan musuh sungguh bagus. Sei tidak mencoba untuk memukul siapapun, ia hanya menghindari semua serangan yang terarah padanya. Aku tidak tahu dengan pemuda berhelai Silvery itu, tapi satu hal yang kutahu bahwa ia cukup kuat, tidak—ia kuat bahkan untuk merubuhkan beberapa musuh.

Sei dengan cepat datang kearahku, dengan wajah yang begitu khawatir ia mendekatkan dirinya, menyentuh permukaan pipiku dengan lembut. "Sly, kau—tidak apa-apa? Tubuhmu terluka parah seperti ini."

"Bodoh, apa yang kau lakukan, Sei! Pulang sana!"

"Sly! Aku tidak mau! Mana mungkin aku meninggalkan saudara kembarku yang tidak berdaya seperti ini!"

Ah.. meski kau begitu lemah, tetapi kau memiliki keberanian yang sangat kuat, Sei. Aku tidak pernah mengetahui satu sisi dirimu yang ini.

"Sei-san! Cepat bawa Sly-san ketempat yang aman, biar kuurusi sisa orang disini!" Suara pemuda Silvery itu dapat terdengar dengan jelas.

Sei mengangguk, kemudian menopangku dengan tujuan membantu tubuhku yang nyaris sudah tidak bisa berdiri karena luka sialan ini.

Kami berjalan cukup jauh, setidaknya ke tempat yang lebih aman dibandingkan sebelumnya. Tetapi aku melupakan satu hal bahwa musuh tersebar dan tidak berdiam di tempat itu saja. Sei yang membantuku tentu menjadi sasaran mereka.

Mereka mendorong Sei hingga terjatuh, yang notabene membuatku ikut terjatuh karena Sei yang menopangku berdiri sedari tadi.

"Sei, pergi! Lari dari sini!" teriakku padanya.

"Aku lebih memilih untuk mati disini daripada meninggalkanmu dalam kondisi seperti ini, Sly!"

Mataku melebar ketika mendengar jawabannya.

Sei itu lemah, tubuh fisiknya begitu lemah. Bahkan kulit pucatnya sudah menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sakit-sakitan. Sosok yang bahkan bisa hancur kapanpun.

Tapi mengapa? Meskipun ia tahu aku membencinya, meskipun sudah beberapa kali aku membentak atau menghiraukannya, ia tetap berada disisiku.

Aku melihat sosoknya yang kini terluka, beberapa orang memukulnya. Hei, hentikan, aku memang membenci Sei, tetapi bila kalian melukainya, aku—

Dengan sisa tenagaku aku berusaha untuk berdiri, berlari kearah mereka dan memukul mereka. Aku tahu aku tidak memiliki sisa tenaga. Namun dengan sisa kekuatan yang tersisa, aku segera memeluk Sei, menjadikan diriku sebagai tameng baginya.

Namun Sei mengelak, ia malah menjadikan dirinya tameng bagiku.

Huh. Kakak kembar yang bodoh. Padahal aku sudah berbelas hati menjadikan diriku samsak hidup bagi orang-orang sialan itu.

"SEI! SLY!" Aku bisa mendengar suara itu dari jauh. Ren, itu suara Ren. Dengan sisa pengelihatanku yang agak buram, aku melihat sosok Ren berlari kearah kami, memukul salah satu dari musuhku. Aoba ada bersama dengan Koujaku, melindungi Aoba yang ada di pelukannya. Lalu, pemuda berhelai Silvery itu muncul kembali.

Dan sehabis itu—semua menjadi hitam.

Hal yang selanjutnya kuketahui adalah aku berada di rumah. Sei—dengan berbagai plester dan perban—kini menyambut diriku dengan sebuah pelukan.

Sehabis itu, Ren yang datang langsung memarahiku habis-habisan. Pemuda Silvery dan Koujaku juga ada di sini, bersama dengan Aoba yang tengah terlelap di sofa yang berhadapan dengan kamar milikku.

Akhirnya aku tahu bahwa pemuda itu adalah Clear. Dulu ia sempat berada dalam rumah sakit yang sama dengan Sei, dan mereka lumayan berteman dengan akrab. Mengetahui rencanaku hari itu, Sei yang memiliki perasaan tidak enak langsung meminta Clear untuk menolongnya. Lalu, disinilah ia ada saat ini.

Setelah semua kericuhan itu usai, akhirnya mereka meninggalkanku berdua dengan Sei.

"Kau tidak apa-apa? Maksudku, tubuhmu lemah kan? Kau—"

"Tidak apa, Sly." Senyum Sei kemudian. "Aku tidak apa-apa."

Aku menghela nafasku kecil. "Mungkin selama ini aku membencimu, Sei, dan aku yakin kau tahu akan hal itu. Tetapi setelah melihatmu hari ini, bagaimana kau begitu peduli padaku membuatku merubah sudut pandangku terhadapmu. Meskipun aku membencimu, tetapi aku tidak ingin seseorang melukaimu."

Sei kembali mengulaskan senyumnya. "Aku tahu, Sly. Bukankah dari dulu kau selalu memandangku dengan pandangan seperti itu?"

Mataku terbuka dengan lebar. Sei? Tunggu—bahkan selama ini ia menyadarinya?

Rona diwajahku kini muncul, aku tidak yakin, tetapi aku bisa merasakan bahwa mukaku menjadi agak panas. Sial, apa aku merona saat ini?

Sei mengelus kepalaku perlahan, tetapi aku segera menarik kepalaku sehingga tangannya tidak mengenai kepalaku lagi.

"Mou~ sekali-kali bersikaplah seperti seorang adik, Sly."

.

.

Tapi, satu kejadian bahkan merubah seluruh sudut pandangku terhadapnya.

Bahkan aku berjanji pada hari itu bahwa aku akan melindunginya seumur hidupku. Sekarang aku mulai merasakan, apa arti sebuah ikatan bagi kembar itu. Ikatan yang sebelumnya tidak terhubung kini telah menyatu.

_TBC_


A/N : Arigatouu buat smua yang udah baca, fave sama follow cerita ini, khususnya buat para review juga, sankyuuu~ 3 review kalian bener" jadi moodbooster buat author :'D

Oh ya, author skalian mau jawab n kasih tau buat para readers, di fic kali ini semua yg berhubungan sama allmates ga ada, yang notabene bener-bener fic dengan tema sehari-hari X3 tapi bbrapa allmates mungkin bakal ada sebagai hewan peliharaan atau sejenisnya (?). Buat chara" lain juga bakal muncul sesuai perkembangan cerita, yang pastinya lebih jadi chara sampingan sih, soalnya list chara utama udah author cantumin di prolog X3

Until Next Chapter, Minna-san~

-renchanz