What Do You Expect for?

Cast: Sehun, Jongin, Luhan, Baekhyun, Kyungsoo, Minseok, Kris, Chanyeol

Genre: Romance, Drama, Family, Marriage-life

Disclaimer: This story was of my own imagination, not the others and anybody else. EXO belong to Smet, their god, parents, and their own.

Warning: Crack Pair, typo, BoysLove!, M-Preg

Summary: Sequel of 'The Love Curse'. Sehun hamil? Bagaimana kelanjutan hubungan Luhan dan Baekhyun, begitu juga Kyungsoo yang masih nekad memacari Minseok yang sudah bukan tutor dikelas tambahan matematikanya! Dan Kris yang ingin segera menikahi Chanyeol setelah ini. KaiHun, LuBaek, XiuDo, KrisYeol. M-Preg, BL!


Chapter 7

~Happy Reading!~

Jongin tak bisa berhenti menguras air matanya. Ia tengah menunggu. Istrinya didalam ruang gawat darurat. Merenggang nyawa. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Rasanya ia ingin marah pada dirinya sendiri.

Disana bukan hanya Sehun, tapi calon bayinya juga.

Jongin takut hal-hal yang buruk akan terjadi. Ia tak mau menyebutkan apa hal itu.

Ia terisak, menjambak rambutnya sendiri, frustasi. Frustasi karena melihat Sehun dengan mata kepalanya sendiri, penuh dengan darah. Ia takut, sungguh takut.

Takut akan kehilangan Sehun.

'Harusnya aku yang menjemputnya tadi, harusnya aku tidak membiarkan Sehun menyetir sendiri harusnya aku harusnya, argh!' Jongin menjatuhkan dirinya kelantai dingin rumah sakit.

Menutup wajahnya dengan telapak tangannya, menangis sebisanya.

Sekuat apapun Jongin mencoba, ia pasti akan mengulanginya lagi. Dan sungguh itu yang sangat ia sesalkan. Lagi-lagi ia mengabaikan Sehun-nya yang padahal sedang hamil, tidak peduli Sehun harus pergi kemanapun seorang diri dengan beban hamil tua diperutnya sehingga membuat pinggangnya lelah. Tungkai kakinya yang bengkak.

Jongin seolah tak peduli—

Lagi-lagi sibuk dengan pekerjaannya.

Mungkin jika ini tak terjadi Jongin tidak akan pernah menyesal.

"J-jongin—" seseorang yang tak lain adalah Luhan dengan hati-hati menepuk pundak Jongin yang bergetar hebat.

Membuat seorang Kim Jongin untuk pertama kalinya, menunjukkan kelemahannya didepan orang lain selain bayangan wajahnya sendiri. Tangisannya semakin menjadi.

"Jongin-ah—" Luhan membantu Jongin untuk duduk dikursi lagi dengan hati-hati.

Ia ingin membawa Baekhyun, tapi anaknya yang sedang rewel tidak bisa diajak apalagi ditinggal.

"S-sehun, Luhan, S-sehun—" pelupuknya tak lagi bisa membendung semuanya.

"Jongin kau harus tenang kau—"

"Apakah kau bisa tenang saat istrimu sedang mempertaruhkan nyawanya dirumah sakit?! Diantara hidup dan mati. Apa kau bisa?! Apa kau—" Jongin tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Ia menangkup wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Meringis, merasakan sesak didadanya yang begitu menghunus. Meratapi bagaimana lemahnya dirinya sekarang ini. Ia tidak peduli!

Ia butuh Sehun disisinya, untuk terus bersamanya. Untuk terus—

Luhan mengusap punggung Jongin dengan hati-hati. Tanpa sadar, air matanya juga jatuh.

"K-kau harus kuat. Sehun pasti kuat! Sehun pasti bisa!" suaranya mulai serak dan terdengar begitu getir.

Ia bingung harus apa, "Harusnya tadi aku tak meninggalkannya—"

"Harusnya aku tak membiarkannya pergi sendirian." Jongin berseru memotong ucapan Luhan.

"Sehun pasti kuat Jongin! Aku kenal betul, ia pasti bisa melewati ini semua."

.

.

.

.

Kriet—

Pintu ruang tersebut terbuka, dengan refleks Jongin menghampiri dokter yang baru keluar dari tempat itu.

"D-dokter ba-bagaimana keadaan istri saya—"

Dokter tersebut menghembuskan nafasnya kasar, "Ia terlalu lama mengalami pendarahan, jadi ia kehabisan banyak darah dan membuatnya sempat kritis tadi." Rasanya jantung Jongin ingin lepas sekarang juga.

"Tapi beruntung ia ditolong dengan cepat, jadi ia bisa selamat tapi—" ia menggantungkan kalimatnya.

"Bayinya—" jantungnya serasa berhenti berdetak.

"Kami perlu persetujuan anda untuk melakukan operasi caesar karena ia akan lahir secara premature. Semoga bayi anda tidak mengalami kecacatan." Air mata Jongin jatuh lagi.

Luhan menopang lengannya agar tidak langsung ambruk,

Jongin kembali terisak,

"L-lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya, lakukan yang terbaik saya mohon, berapapun akan saya bayar berapapun—" Jongin menangis lagi.

Dokter ini paham, pasti Jongin sangat terpukul. "Saya akan mengambilkan surat persetujuan dengan segera."

.

.

.

.

Chanyeol dan Kris menghampiri Jongin dan Luhan yang tengah menunggu Sehun di depan ruangan tersebut.

Hawa disini rasanya begitu—

Mata Chanyeol sudah memerah sebelum ia—

"B-bagaimana Sehun?"

Hening. Tak ada yang menjawab.

Tidak dengan Luhan, begitupula Jongin. Air matanya dengan refleks terjatuh dengan sendirinya, "L-luhan Sehun baik-baik saja kan?" Luhan masih diam. Tatapannya mengarah lurus. Pikirannya melayang entah kemana.

"J-jongin Sehun tidak apa-apa kan? D-dia baik-baik saja kan?" suara Chanyeol mulai bergetar mendapati Jongin yang juga tak menjawabnya. Tatapannya justru terlihat kosong. Ia pasti sangat terpukul.

Tes—

Chanyeol mulai terisak, "Harusnya aku tak meninggalkannya sendiri tadi, harusnya aku—" rasa bersalah mulai menyelemuti hatinya.

Tentu saja, ia takut. Sehun adalah sahabatnya dan ia sangat menyayangi Sehun.

Ia benar-benar menyesal karena meninggalkan Sehun tadi harusnya ia menemani Sehun pulang.

Andai saja waktu bisa diputar kembali.

Chanyeol menutup wajahnya, menumpahkan semua perasaannya. Ia takut! Sangat takut! Kris hanya bisa diam, ia memeluk Chanyeol. Mengusap punggung istrinya yang bergetar hebat. Keheningan makin menyelimuti suasana ini.

"Kenapa aku tidak pulang bersamanya saja tadi Kris kenapa harus aku biarkan dia pulang sendiri kenapa aku—" ia tak dapat melanjutkan kata-katanya.

Yang bisa ia lakukan hanyalah memukuli dada suaminya dengan lemah, menyalurkan semua perasaan kacaunya.

"Yeobo—" Luhan mendongak.

Itu Baekhyun, dan anaknya Yixing.

Luhan langsung berdiri memeluk istrinya yang tengah menggendong anaknya.

"L-luhan—" Luhan meneruskan tangisannya dipundak Baekhyun. Membuat baju istrinya itu basah karena air matanya.

"Sehun baik-baik sajakan?"

Luhan masih diam, ia menciumi kening bayinya lalu mencium pipi Baekhyun. Masih sambil menangis.

Didalam sana Sehun sedang bertaruh.

Diantara hidup dan mati.

.

.

.

.

Jongin memasuki sebuah ruangan dengan menggunakan pakaian rumah sakit dan masker. Melihat begitu banyak inkubator.

'Tuan. Kim Jongin dan Nyonya Kim Sehun'

Dengan langkah tertatih ia menghampiri salah satu inkubator tersebut. Yang tertera namanya dan Sehun disana. Rasanya ia ingin menangis lagi. Matanya sudah cukup sembab, ia bahkan sudah menguras air matanya selama berjam-jam.

Langkahnya terhenti ketika sudah dekat dengan tubuh bayi mungil. Anaknya. Yang harusnya terlahir normal namun terpaksa harus menggunakan inkubator untuk kerja jantung kecilnya yang lemah.

Lebih lemah dari yang bayi normal.

Ukurannya yang lebih kecil dari bayi lain.

Warna kulitnya yang sangat merah.

Tubuhnya yang lebih ringkih dari bayi lain.

Air mata Jongin menetes lagi, anaknya tidak cacat. 'Anakku baik-baik saja anakku—' Jongin benar-benar bersyukur. Jika sampai itu benar-benar terjadi ia akan menyalahkan dirinya sendiri seumur hidupnya.

Jongin mendekat lagi. Memperhatikan wajah kecil bayinya, yang tengah bergerak dengan gusar dalam tidurnya. Namun, ia terlalu lemah untuk bergerak. Dada kecilnya yang bergerak naik-turun berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Paru-parunya belum siap untuk bernafas. Ia terpaksa keluar sebelum waktunya.

Jongin kembali terisak melihat bayinya yang harus berjuang, yang harus menetap didalam inkubator untuk sementara. Menyokong kerja jantungnya, paru-paru kecilnya.

'Kau seorang Kim, kau harus kuat chagi. Kau harus kuat.'

.

.

.

.

Sehun membuka kelopak matanya perlahan. Menggerakkan jari-jari tangannya dengan susah payah. Ia kembali, kembali dari dunia putih yang menyelimutinya. Selama berhari-hari

Membiasakan iris matanya dengan cahaya yang menelusup secara paksa.

Jongin yang sadar dengan Sehun yang sudah siuman langsung menggenggam tangan istrinya.

"Sehun-ah. Baby." Sehun menggerakkan lehernya yang terasa kaku dengan perlahan untuk menengok kearah Jongin.

"J-jongin." Ia menyuarakan tenggorokannya dengan susah payah.

"Kau sudah sadar hm?" Jongin berusaha setenang mungkin didepan Sehun. Ia senang. Tapi ia juga ingin menangis.

"Aku dimana?"

"Kau dirumah sakit." Mata Jongin memerah.

"Tapi kena—" Sehun menyadari perutnya yang sudah kembali rata seperti semula.

"Jongin, dimana anakku?" ia bertanya dengan suara seraknya.

Jongin meneteskan air matanya, ia tak tahan lagi. "Dia sedang berada diinkubator." Sehun menatap Jongin penuh dengan keterkejutan.

"Jongin dia tak kenapa-kenapa kan? Dia baik-baik saja kan?" Jongin mengangguk.

"Lalu kenapa kau menangis?" Jongin tersenyum sambil mengusap air matanya kasar.

"Karena ia hampir saja cacat aku—"

"Jongin—" Sehun rasanya juga ingin menangis.

"Ssstt— dia baik-baik saja. Dia pasti baik-baik saja."

.

.

.

.

"Kau tidak bekerja?" tanya Sehun saat Jongin menyuapinya dengan bubur disendok.

Jongin menggeleng, "Aku akan menjagamu disini. Sampai kau sembuh. Dan anakku—" ia mengelus rambut tipis anaknya yang berada dalam gendongan Sehun dengan lembut "Agar bisa cepat pulang."

Sehun hanya tersenyum, "Aku takkan pernah membiarkanmu pergi kemana-mana sendirian aku bersumpah Sehun aku—"

"Sudah Jongin, sudah."

Jongin meletakkan mangkuk yang sedari tadi dipegangnya dimeja sebelah kasur Sehun, lalu menggenggam tangan Sehun erat. "Aku hampir kehilanganmu kau tahu, dan aku tak mau itu terjadi lagi. Cukup ini yang terakhir."

"Aku mengerti," Sehun membalas wajah cemas Jongin dengan senyuman manisnya.

Tiba-tiba anaknya menggeliat didalam gendongan Sehun, "Aih, kenapa kau? Tidak nyaman dengan tidurmu hm?" Sehun menciumi pipi mungil anaknya itu. Jongin terkekeh melihatnya.

Ia mengusap kepala kecil putranya itu lagi, "Kau ingin memberinya nama siapa?" tanya Sehun tiba-tiba.

Jongin tersenyum, "Aku sudah menyiapkan nama untuknya."

Sehun menatap Jongin dengan penuh antusias, "Kim Joon Myun."

Sehun tersenyum, "Nama yang bagus, hm, kau suka Joonmyun? Oh, Myunnie." Sehun menciumi pipi anaknya dengan gemas.

Jongin terkikik melihat perilaku istrinya.

"Oiya, kemarin Baekhyun dan Luhan mengajak si kecil Yixing untuk menjengukmu. Tapi saat itu kau sedang tidur."

"Mwo? Benarkah?" Jongin mengangguk.

"Wah, kau bisa bermain dengan Yixing hyung kalau begitu, iyakan?"

"Lalu kau bisa bermain dengan anak Chanyeol nanti. Atau anak Kyungsoo dimasa depan mungkin?"

"Bersama Minseok hyung?"

Jongin dan Sehun tertawa, "Aigoo, kecil-kecil sudah akan dapat teman baru saja."

"Eomma dan eommonim juga abeonim menjengukmu juga. Mereka menitip salam untukmu." Sehun hanya tersenyum mendengarnya.

"Oh, jadi si dongsaengku sialan itu tidak menjenguk?" Sehun tersenyum kecut.

"Hahaha, ia tidak sempat. Banyak tugas kampus yang perlu ia kerjakan. Biasa mahasiswa baru." Sehun berdecak. "Lalu sepupu cabulmu itu—"

Jongin hanya tersenyum, "Ia juga titip salam padamu, tadikan Minseok hyung dan Kyungsoo menelponku."

"Mereka sedang bersama?" Jongin mengangguk.

"Ck! Menjengukku tidak bisa, giliran berduaan dengan si mesum itu bisa!"

Sehun menciumi pipi anaknya itu lagi, "Sehun-ah."

"Hm?"

"Terima kasih, karena telah melahirkan Joonmyun untukku. Dan—"

"Aku mencintaimu." Sehun tersenyum.

"Aku juga mencintaimu." Serunya. Jongin bangkit dari kursinya kemudian mencium bibir Sehun sekilas. Ia mendudukkan dirinya disamping Sehun, diatas ranjangnya. Kemudian mencium puncak kepalanya dengan sayang.

"Aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku."

"Tidak akan Jongin." Sehun tersenyum lagi. Jongin memeluk pinggangnya dengan posessive sambil menggoda bayi kecilnya yang meringkuk karena terusik digoda oleh Jongin dan Sehun.

Keluarga kecil yang sungguh bahagia.

.

.

.

.

Luhan dan Baekhyun tertawa melihat tingkah bayi mungilnya yang sungguh lucu. Kaki kecilnya yang suka menendang-nendang, belum lagi suara tawanya yang begitu khas membuat Baekhyun dan Luhan betah untuk berlama-lama menghabiskan hari libur mereka dirumah.

"Aigoo—anakku lucu sekali," Luhan kembali menggoyangkan mainan yang sedari tadi ada ditangannya dan sontak membuat anaknya tertawa lagi.

Baekhyun dengan gemas menciumi kaki kecil anaknya untuk sekedar menggoda dan sukses membuat si kecil Lu itu tertawa lagi.

"Aih, Yixing lucu sekali—"

Tok—Tok—Tok—

Baekhyun menghentikan kegiatannya dan menatap heran kearah pintu. "Biar aku saja yang buka pintunya." Ia langsung bangkit dari karpet yang ia duduki tadi kemudian berjalan menghampiri pintu.

Cklek—

Hampir saja Baekhyun terjatuh kebelakang.

Appanya.

Apa mau si tua ini datang kesini?

"A-appa?"

"Ne. Baekhyun-ah." Seru appanya tidak seperti biasanya. Terdengar sangat—lesu?

"Eum, kenapa appa datang kesini? Bagaimana appa—"

"Siapa yeobo?" tanya Luhan sambil memeluk pinggang ramping istrinya. Ia menengok kepada seorang yang ada didepan pintunya.

Baekhyun hanya diam.

Luhan memandang kearah appa Baekhyun dengan tatapan penuh mengintimidasi. Ia masih dendam sungguh.

"A-aku—"

"Apa maumu kesini?" tanpa basa-basi lagi Luhan berbicara tanpa menggunakan nada formal.

"A-aku hanya ingin—"

Bruk—

Baekhyun membulatkan kedua matanya tak percaya, begitu juga Luhan. Appa Baekhyun berlutut didepan mereka berdua, dan apa maksudnya ini?

"Aku minta maaf Baekhyun-ah, maafkan aku atas semua sikap burukku, maafkan aku, maafkan—" Baekhyun menyentuh pundak appanya, appa Baekhyun yang tadinya menunduk sambil menangis pun mendongak.

"Kenapa appa lakukan ini? Sudah ayo berdiri, lagipula aku sudah memaafkan appa sejak lama." perkataan lembut yang anaknya ucapkan membuat hatinya sungguh tersentuh. Baekhyun itu anak yang baik. Dan ia sungguh salah paham dengannya selama ini.

Grep—

"Terima kasih Baekhyun-ah terima kasih, kau memang anak yang baik." Serunya sambil memeluk kaki Baekhyun.

"A-appa sudah—" Luhan tersenyum melihatnya. Ya, setidaknya keadaan jadi lebih baik lagi kan?

Baekhyun membantu appanya untuk berdiri seperti semula.

"Apa kau mau menemui cucumu?" seru Baekhyun sambil tersenyum penuh semangat. Membuat appanya memandangnya dengan tidak percaya.

"C-cucuku?"

"Iya, cucumu." Baekhyun langsung menarik tangan appanya keruang tengah. Dan langsung menampakkan sosok si kecil Yixing yang tengah asik bermain-main dengan mainan bayi ditangannya.

"I-ini cucuk—"

"Ne appa. Ayo sapa dia." Baekhyun mengajaknya duduk diatas karpet dekat dengan Yixing.

Sedangkan si kecil itu melihat kearah 'harabeoji'nya yang sungguh sangat asing dimatanya dengan ekspresi yang sangat lucu dan tatapan yang sulit diartikan.

"Annyeong Yixing-ah, ini harabeojimu. Sapa dia!" seru Baekhyun saat mengajak bayi kecilnya itu berbicara. Dan kemudian—

Si kecil itu malah tertawa. Membuat harabeojinya juga ikut tertawa.

"Aigoo—kau lucu sekali." Serunya sambil mengelus kaki kecil yang menendang-nendang itu dengan gemas. Sesuatu dibenaknya terlintas,

"B-baekhyun-ah—"

"Hm, ne appa?" Baekhyun menoleh kearah appanya dan menatapnya bingung. "Wae?"

"Sekali lagi maafkan appa karena saat itu menyuruhmu untuk menggugurka—"

"Sstt—sudah appa jangan dibahas lagi. Lagipula, aku juga sudah melupakannya." Serunya sambil tersenyum.

Appanya juga ikut tersenyum, "Aku tidak menyangka kalau cucuku akan selucu ini hm—hahaha." Dengan semangat ia menggelitikki Yixing sampai si kecil itu tertawa lagi. Sedangkan Luhan, hanya memperhatikan mereka dari balik tembok diruang tamu. Senyuman kecil terukir dibibirnya. Berarti ia sudah di 'restui' kan?

.

.

.

.

"Ini jus yang kau minta yeobo." Serunya sambil langsung duduk disebelah Chanyeol setelah membuatkan jus untuk istrinya di dapur.

Chanyeol tersenyum, kemudian langsung meminum jus digelas yang dipegangnya sedikit—demi sedikit.

Kris mengusap rambut Chanyeol lembut. Menghabiskan waktu senjanya dihalaman belakang rumah.

"Owh—" seru Chanyeol tiba-tiba dan membuat Kris kaget.

"Ada apa Yeol?" tanya Kris bingung.

"A-aku rasa bayiku bergerak."

"Benarkah?"

"Iya, owh— tuhkan benar ia bergerak lagi." Kris langsung meletekkan kepalanya diperut istrinya.

Dug—

Samar-samar memang agak terasa dan—

Ya, bayinya memang menendang-nendang.

"Aigoo, sudah bisa menendang-nendang ternyata hm?" seru Kris sambil mengusap perut Chanyeol membuat Chanyeol sendiri tertawa.

"Ck, mau jadi apa kau hm? Eomma tidak mau ya kalau sampai anak eomma jadi atlet sepakbola." Kris hanya tertawa mendengarkan celotehan istrinya ini.

Chu—

Kris mencium perut Chanyeol yang semakin lama semakin besar itu dengan sayang.

"Terimakasih untuk semuanya yeobo, dan—" Kris mencium bibir istrinya lembut.

"Aku mencintaimu."

"Nado." Chanyeol tersenyum kemudian balik mengecup bibir suaminya.

.

.

.

.

"Eummhhhh—" Kyungsoo sungguh lelah.

Sedari-tadi Minseok menciuminya dengan sangat kasar dan mendudukkannya diatas kabinet yang ada didapur. Kedua tangannya melingkar dileher kekasihnya, belum lagi kakinya yang menggantung dan sudah lemas daritadi. Bibirnya sudah bengkak dan lehernya penuh bercak merah keunguan—tapi ia tidak ingin menghentikan ini semua.

Minseok menghentikan aktifitasnya dileher Kyungsoo—ini pertama kalinya dalam hidup Kyungsoo karena ia tengah menatap mata kekasihnya yang dipenuhi oleh kabut nafsu. Biasanya ia duluan yang menciumnya dan entah kenapa hari ini Minseok mengajaknya kerumah setelah dari kampus lalu tiba-tiba langsung menciumnya saat baru tiba diambang pintu rumahnya.

"Euhm—hyung—" Minseok meremas pahanya kemudian menggesekkan miliknya ke kaki Kyungsoo dan itu sungguh membuatnya sangat—Oh, Kyungsoo tidak kuat lagi.

"Mau lebih hm?" ia mengusap pinggang ramping Kyungsoo dengan telapak tangannya sambil menciumi daun telinga sempat Kyungsoo menjawab tiba-tiba—

"Ahnn—" Minseok mengulum telinganya dan menyeretnya kelantai dibawah kaki mereka yang begitu dingin itu. Membaringkan tubuh kekasihnya yang sungguh mungil itu dan menindihnya diatas.

"Hyung—mmphh—" Minseok langsung meraup bibir Kyungsoo yang sudah bengkak itu lagi. Melumatnya dengan kasar, mencoba memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Kyungsoo lagi, lagi dan lagi. Sedangkan Kyungsoo mau-tidak mau tetap membalas perlakuan kekasihnya ini. Toh, ia juga sudah cukup dewasa melakukannya. Minseok juga ingin tahu rasanya bercinta!

Ia selalu iri dengan Jongin yang selalu menceritakan tentang saat ia dan Sehun—oh, jadi selama ini— tengah melakukannya secara 'detail' dan itu selalu langsung membuat Minseok tegang duluan. Ia tidak tahan lagi.

"Yak! Apa yang kalian lakukan disini eoh?!" teriakkan seseorang dan ia sangat kenal betul siapa ini.

Sehun.

Minseok dan Kyungsoo menghentikkan aktifitas mereka dan memandang kearah Sehun masih dengan keadaan saling menindih dengan tatapan tidak berdosa.

"Apa yang kalian lihat eoh?! Masih mau meneruskannya? Oh, Kyungsoo aku akan mengadukannya ke app—" Kyungsoo langsung mendorong Minseok kebelakang membuat punggungnya sakit sekali. Si kecil ini kuat juga eoh. Kyungsoo terduduk dengan kikuk. Keadaannya sungguh sangat berantakan terutama rambutnya dan pakaiannya sudah hampir terbuka lagi.

Sepertinya Minseok harus mencari tempat lain—lain kali.

"Jadi ini yang kalian selalu lakukan saat aku dirumah sakit eoh? Bukannya menjengukku—apalagi kau dasar dongsaeng kurang ajar!"

Seru Sehun kesal sambil menunjuk kearah muka Kyungsoo dengan geram. Lagi-lagi ia memergoki Kyungsoo dan Minseok dirumah Minseok, didapurnya lagi. Sepertinya dua orang ini hobi sekali bermain didapur. "Dasar bodoh!"

Ia langsung meninggalkan dapur menuju ruang tamu Minseok untuk menghampiri Jongin dan anaknya. Niatnya untuk bermain kerumah sepupu suaminya malah jadi—memergoki dua orang namja yang hampir bercinta.

End


udah ya selesai ya udah ya capek ya capek beneran eonni capekk! -.-

Big Thanks for: askasufa, EXO Love EXO, DarKid Yehet, mashuang, DiraLeeXiOh, enchris.727, enchris.727, .33, HyuieYunnie, daddykaimommysehun, , Nagisa Kitagawa, , , , Initial D 0326, InfinitelyLove, shinshin99SM, soo-iceu, ohsehun79, AQuariisBlue, urikaihun, , YoungChanBiased, zarahime5, XOXO KimCloud, dylarwey gembel, mamahyeol, sayangsemuamembersuju, Guest, bapexo, Lulu Auren, , anuuuuu, LuBaekShipper, sungie, jameela, kireimozaku, chensing, JongInThehun, kaihun love, LKCTJ94, Milkasoonja, sehunnoona.

eonni merasa udah ngetik semua nama kalo ilang ya gatau._. pokoknya makasih banget buat yang udah reviews, fav, follow sequel ini semua yang baca tanpa reviews pun makasih banget. makasih hahaha. :)) maaf kalo masih kurang memuaskan eonni kan pemula untuk masalah posting ff, kalo bikin sih udah berkali-kali (ancur tapi). haah MAKASIH SEMUA. saya tunggu di ff selanjutnya wkwkw.

Next, intinya LuBaek :) Bye!