What Do You Expect for?

Cast: Sehun, Jongin, Luhan, Baekhyun, Kyungsoo, Minseok, Kris, Chanyeol

Genre: Romance, Drama, Family, Marriage-life

Disclaimer: This story was of my own imagination, not the others and anybody else. EXO belong to Smet, their god, parents, and their own.

Warning: Crack Pair, typo, BoysLove!, M-Preg

Summary: Sequel of 'The Love Curse'. Sehun hamil? Bagaimana kelanjutan hubungan Luhan dan Baekhyun, begitu juga Kyungsoo yang masih nekad memacari Minseok yang sudah bukan tutor dikelas tambahan matematikanya! Dan Kris yang ingin segera menikahi Chanyeol setelah wisuda. KaiHun, LuBaek, XiuDo, KrisYeol.


Chapter 1

~Happy Reading!~

Sehun menggebrak meja dengan geram. Buku-buku diatas meja nya yang berisikan segala materi dan nilai para mahasiswa sungguh membuatnya stress. Apalagi jika mahasiswa dikelasnya sungguh nakal dan tak bisa diatur. Menjadi dosen muda memang tidaklah mudah. Belum lagi, Jongin yang sudah berjanji akan menikahinya justru sepertinya lebih mencintai pekerjaannya!

Ia sering menutup telepon dari Sehun, lalu tidak membalas pesan yang Sehun kirim bahkan berkunjung kerumah Sehun sebulan ini juga tidak! Sama sekali tidak!

Bahkan appa Sehun juga mempertanyakan perihal hubungan mereka, karena sekarang mereka lebih seperti tidak saling mengenal. Jongin bahkan sudah meminta restu pada appa Sehun, sehari setelah ia melamar Sehun waktu itu. Ya, dua bulan yang lalu.

"Argh—" Sehun rasanya ingin menangis saja. Pekerjaannya sungguh membuat stress, kekasihnya juga begitu.

"Jika Jongin tidak ada kepastian seperti itu, lebih baik appa jodohkan saja kau dengan orang lain." Mengingat itu rasanya Sehun benar-benar ingin menangis.

Tentu saja Sehun tidak mau! Ia mencintai Jongin, Jongin juga tidak akan melamarnya kan jika anak itu tidak serius. Tapi, kenapa sekarang rasanya berbeda?

Bahkan sebulan lalu mereka masih sering 'melakukan'nya. Maksudnya bercinta dirumah Jongin tentu saja.

"Dosen Oh!" panggil seorang mahasiswa setelah mengetuk pintu ruangan Sehun.

"Ne?"

"Ini beberapa tugas kelas saya yang anda minta."

Sehun hanya mengangguk, membiarkan anak itu meletakkan semua yang dibawa diatas mejanya yang sungguh sudah sangat penuh!

"Saya permisi," Sehun mengangguk lagi.

Ia benar-benar tidak bersemangat saat ini.

.

.

.

.

"Chagi," Luhan langsung memeluk Baekhyun dari belakang sesampainya ia ditaman. Mereka berjanji untuk bertemu sore ini. "Ish! Kau membuatku terkejut tahu!" Luhan terkekeh.

Ia kemudian duduk disebelah Baekhyun.

"Kau pasti lelah ya?" Luhan hanya mengangguk dengan memajukan bibir bawahnya. Sungguh menggemaskan. Tapi terlalu kekanakan!

"Ish dasar!"

"Chagi, beri aku ciuman sore!" Baekhyun menatap Luhan bingung,

"Mana ada yang namanya ciuman sore pabo!" Luhan merengut.

Baekhyun akhirnya mengalah, ia memajukan wajahnya untuk mengecup pipi Luhan. Ya kekasihnya pura-pura merajuk. "Ish! Bukan disini!"

"Terus maumu apa?"

Luhan menunjuk bibirnya dengan telunjuknya, memajukannya agar Baekhyun mau—

"Ish menjijikan!" bukannya dicium ia justru menarik bibir Luhan yang dimonyongkan dengan kesal.

"Aww— Chagi sakit!" Baekhyun mendengus.

Luhan memasang puppy eyes yang sungguh amat—

"Yasudah sini." Ia menyerah juga. Luhan bersorak gembira. "Satu kecupan saja ya? Malu, ini tempat umum!" Luhan hanya mengangguk.

Baekhyun mendekatkan wajahnya kearah Luhan yang memang sudah siap menerima 'ciuman' sore dari kekasihnya. Ya, setidaknya setelah lelah bekerja ia dapat imbalan juga.

Chu—

Baekhyun mengecup sekali sebelum—

"Hmpphh—" Luhan menarik tengkuknya. Baekhyun memukul-mukul dada Luhan dengan kesal, tapi Luhan malah melumat bibirnya sekarang. 'Oh, kenapa ini sungguh—'

Luhan makin merapatkan posisinya dengan Baekhyun, karena tidak mungkin kan kalau Baekhyun yang ia tarik mendekat. Perlahan tapi pasti, ia menarik satu tangan Baekhyun yang sudah memukul-mukul dadanya dengan lemas ke, lehernya. Agar mengalung, mencoba memperdalam ciuman mereka. "Hmpphh—" Luhan berusaha menjejalkan lidahnya kemulut Baekhyun yang tengah mengatup.

Lama-kelamaan, Baekhyun menyerah juga.

Luhan mulai memeluk punggungnya agar lebih merapat, dan Baekhyun mengalungkan kedua tangannya dileher kekasihnya. Memperdalam 'ciuman sore' mereka.

.

.

.

.

Sehun berdecak kesal menatap semua data mahasiswa yang banyak kelirunya. "Ck, bisa bekerja tidak sih." Ia mulai kesal. Kemudian membuang selebaran data itu kesembarang arah.

Ia mengambil ponselnya. Membuka kunci layarnya dan mendapati—

"Ck! Kemana sih dia?!" lagi-lagi Jongin tak menelpon bahkan mengirim satu pesan pun, sama sekali.

Kali ini Sehun membuang ponselnya keatas meja kerjanya, hingga terbanting.

Ia memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pusing dan—

"Hmppp—" Sehun langsung menutup mulutnya dengan tangannya saat perutnya terasa diaduk-aduk dan sangat mual. "Hmpp—" ia berusaha menahannya karena rasanya tak terlalu mual.

"Hmpp—" Oke, kali ini rasanya ia tak bisa menahannya lagi. Sehun langsung berlari ke kamar mandi sampai, "Huekk—Hueek—" Sehun mencengkeram pinggiran kloset, menahan rasa mualnya yang semakin menjadi-jadi dan kepala Sehun yang terasa begitu berat.

"Hueek—" tapi ia tak memuntahkan apapun.

"Huekk—" Sehun terus mencoba namun nihil. Perutnya tak mengeluarkan apapun. Ia langsung ke wastafel untuk membersihkan mulutnya yang tidak kotor dan menopang tubuhnya diatasnya. Kepalanya benar-benar pusing.

.

.

.

.

Sehun menyantap sarapannya dengan tidak nafsu. Sungguh! Rasanya kepalanya masih benar-benar pusing. Tapi ia bukan tipe-tipe yang manja—kecuali dengan Jongin—apalagi pengeluh hanya karena sakit seperti ini.

"Kau sakit chagi?" eommanya mulai bersuara saat melihat wajah Sehun yang begitu pucat dan lemas.

Sehun mendongak, ia menggeleng pelan. "A-annieyo eomma." Ia tersenyum getir.

"Kau yakin? Wajahmu begitu—"

"Hmppphh—" Sehun langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, ia ingin muntah lagi.

"Hun?" kali ini appa Sehun dan Kyungsoo mulai melirik kearahnya.

"Hmmmp—" Oh, ia tak kuat lagi. Sehun langsung lari ke kamar mandi dikamar Kyungsoo.

"Hueek—Hueeek—" lagi-lagi tak ada yang ia muntahkan.

.

.

.

.

Sehun mencoba menghubungi Jongin, "Ck!" ia berdecak kesal. Lagi-lagi tidak diangkat. "Ish, anak ini kemana sih?!" ia mulai kesal. Sehun tidak jadi berangkat ke kampus karena ia sudah benar-benar tak sanggup berdiri.

Sehun memegangi kepalanya yang sangat pusing. Kali ini lebih pusing dari yang kemarin. Ia yang mulai jengah dengan duduk pun akhirnya membaringkan tubuhnya dengan perlahan. Semuanya terasa berputar-putar.

Rasanya Sehun ingin menangis. Disaat yang seperti ini pun, Jongin tidak ada disampingnya. Disaat ia sakit seperti ini, namja itu malah menghilang seenaknya. Setidaknya bilang kalau ia sibuk atau bagaimana tapi Jongin benar-benar menghilang.

Setetes air mata yang membendung dipelupuk matanya sudah tak kuat untuk ia tahan. Sehun mulai terisak. Suhu tubuhnya meninggi. Wajahnya mulai memerah karena demam. Kepalanya masih pusing, bahkan kedua matanya terasa makin panas.

Ia memejamkan kedua matanya perlahan, sambil memeluk erat bantal. Melampiaskan rasa sakit yang ia rasakan.

.

.

.

.

"Kemana saja kau eoh?!" Kyungsoo berteriak kearah namja yang bergelar sebagai—calon kakak iparnya.

Jongin hanya diam. "Kau tidak tahu bagaimana hyung ku menangis saat kau tak mengangkat teleponnya kan?! Bahkan disaat ia sakit seperti ini kau baru datang? Ck. Apa kau berharap dia mati saja baru kau datang ke pemakamannya?!" Oke, Kyungsoo mulai bicara melantur. Dan ia mulai menangis.

Jongin menoleh kearah pintu kamar Sehun yang sedikit terbuka.

Melihat kekasihnya itu terbaring lemah, dengan kompres diatas keningnya, dan kedua tangannya yang memeluk bantal dengan erat.

Kyungsoo memandang sinis kearah Jongin, "Kalau kau mengulanginya lagi, jangan harap kau bisa menikahi hyungku!" ia langsung meninggalkan Jongin yang mematung ditempatnya.

Kehilangan Sehun? Oh, tidak! Itu adalah mimpi terburuk sepanjang hidupnya jika sampai itu terjadi! Itu takkan terjadi!

Jongin membuka pintu kamar Sehun perlahan.

Menghampiri Sehun yang tengah terlelap diranjangnya. Jongin duduk dipinggir ranjang Sehun, menyentuh telapak tangan kekasihnya yang sungguh—

"Aigoo—" panas.

"Sehun-ah." Ia melepas kompres dikening Sehun yang sudah berubah jadi panas karena suhu tubuhnya. Ia mengecup kening kekasihnya, "Maafkan aku." Ia mulai menangis.

Ia salah, ya memang ia sangat salah. Mengabaikan kekasihnya begitu saja hanya karena pekerjaan yang begitu banyak. Bahkan jika dipikir-pikir masih ada waktu untuk setidaknya menelpon Sehun sebentar atau membalas pesannya.

Ia mengusap pipi Sehun yang memerah, "Sekali lagi, maafkan aku baby." Ia mencium pipi Sehun lama.

Jongin kemudian berbaring di samping Sehun. Memeluk tubuh kekasihnya yang tengah demam.

'Aku disini baby, aku disini.'

.

.

.

.

"Jadi apa sekarang? Kau meminta maaf padaku?! Begitu saja?!" Sehun mulai berteriak dengan suara yang sangat serak. Tenggorokannya begitu sakit sebenarnya, tapi sungguh ia begitu marah. Bahkan ia menendang Jongin sampai terjengkang ke lantai saat memeluknya yang sedang tidur tadi.

"Sehun-ah—"

"Apa?!" mata Sehun mulai memerah.

"Sehun-ah aku—"

"Kenapa tak sekalian saja kau batalkan lamaranmu padaku, lalu mencari yang lebih baik dariku, aku yakin kau sudah ahli mempermainkan orang kan?!" air mata Sehun mulai menetes.

"Aigoo baby aku—"

"Kenapa kau datang eoh?! Kenapa tidak datang saat aku dimakamkan saj—" Jongin langsung memeluk Sehun yang sudah menangis. "Lepas!" Sehun berusaha mendorong tubuh Jongin yang mendekapnya. Namun tetap saja, tubuhnya terlalu lemah untuk melawan.

"Maafkan aku baby, maafkan aku. Aku bodoh! Aku memang bodoh, kau boleh memukulku sepuasmu tapi tidak dengan memutuskan hubungan kita. Sehun-ah aku mencintaimu sangat." Jongin mulai menangis sekarang.

"Jika kau benar-benar mencintaiku kau takkan mungkin menghilang begitu saja. Putuskan aku sekarang Jongin!" ucap Sehun sesenggukan.

"Aku mencintaimu. Aku takkan pernah melepaskanmu. Aku berjanji takkan mengulanginya. Aku janji, aku ingin kita menikah. Jangan tinggalkan aku."

"Putuskan aku sebelum kau menyesal!"

"Takkan!" Jongin mengeratkan pelukannya. Ia menciumi pundak kekasihnya.

"Tidak akan."

.

.

.

.

Setelah kejadian kemarin, Jongin jadi sering menelpon Sehun. Hampir setiap jam, dan itu sungguh mengusik. Sehun masih marah, tentu saja. Ia terus menjawab, 'Jangan menggangguku Jongin, aku sedang sibuk!' lalu menutupnya, atau bahkan tak menjawabnya sama sekali.

Biar Jongin merasakan apa yang Sehun rasakan selama sebulan ini.

Sebenarnya kondisi Sehun masih belum membaik, tapi ia tetap memaksakan untuk berangkat ke kampus.

Namun ijin pulang lebih awal.

Sehun masih saja terus muntah tanpa mengeluarkan apapun, Ia akhirnya memutuskan membaca artikel diinternet karena, ia benci ke dokter.

Dan disinilah akhirnya, Sehun yang terdiam di wastafel memandangi benda yang sedari tadi dipeganginya dengan ragu. Testpack.

'Setidaknya boleh dicoba.'

Ia pun mencoba dengan melihat cara penggunaan tersebut, setelah selesai ia menunggu hasilnya.

Jantung Sehun rasanya ingin lepas, ia mulai menghitung dengan ragu. Melihat hasilnya apakah ia sungguh benar

1

2

3

Sehun membulatkan kedua matanya.

Negatif. Sehun bernafas lega. Berarti ia hanya sakit biasa kan?

'Tunggu,' Sesuatu terlintas di benaknya.

Ia kemudian tersenyum, 'Aku bisa pura-pura hamil kan agar Jongin, menikahiku.'

TBC/END?

Annyeong! eonni is back! hehe, ini sesuai request kalian eonni bikin sequelnya. mungkin eonni gabisa langsung update besok jadi, jadi inget aja paling 3 atau 4 hari kedepan baru bisa. paling telat seminggu! :) review yang banyak yaa nanti baru eonni lanjut deh. :)