Ini bukan FF saya, tapi saya sudah dapat izin dari authornya untuk mempublish ulang cerita ini.

PS : Ada note di akhir, mohon dibaca ya ;)

Title : Endless Night

Cast : Yunjae, Yoosu add in the next chapter

Rating : NC 21/ Yaoi

Special cast: Kim Moonchul, Jung Yonghwa, Jungshin

Author: Yoshitsune aka Amel and Fujoshinta aka Dee

Chap: 1A

BackSong : Dissapear by Royal Pirates

._.

._.

Jae Joong akhirnya sampai di bar Wild Soul. Suara musik terdengar begitu memekakkan telinga. Lampu berwarna-warni menghiasi plafon bar. Sebagian orang duduk-duduk di pojok dengan beberapa wanita penghibur. Sebagian ada yang menari di lantai dansa dengan meliuk-liukkan tubuhnya.

Jae Joong mengedarkan pandangan mencari-cari tempat khusus bartender. Seorang waiter melewatinya. Jae Joong memutuskan untuk mencari Yoo Chun dengan bertanya pada waiter itu.

"Permisi. Apakah disini ada seorang bartender bernama Park Yoo Chun?" Tanya Jae Joong dengan suara keras. "Bisakah memberitahukan yang mana Park Yoo Chun?"

Waiter yang tengah diajak bicara Jae Joong ini memiliki rambut berwarna coklat. Poninya menutupi dahi. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi dia sangat menarik. Waiter ini bisa dikatakan mirip orang Jepang, sehingga Jae Joong agak ragu bertanya padanya. Dia takut pria ini tidak mengerti bahasa Korea.

Jae Joong melirik ke arah name tag di kiri rompi sang waiter yang ternyata bernama Kim Moon Chul.

Moon Chul tersenyum seolah sudah terbiasa dengan orang-orang yang terkadang salah mengenali kewarganegaraannya.

"Park Yoochun..?"

Jaejoong mengangguk. Moon Chul membalikkan tubuhnya melihat ke arah bartender yang tengah beraksi. Telunjuknya teracung ke salah satu pria yang tengah men-shaker dengan cara akrobating atau yang biasa disebut juggling dengan botol wine.

"Pria yang tengah men-shaker minuman disana itulah Park Yoo Chun."

Jae Joong memberikan senyum manis pada Moon Chul. Tak lupa ia berterima kasih dan bergegas ke arah yang tadi ditunjuk oleh Moon Chul.

Jae Joong duduk di kursi bundar. Ia memandang teman chatting-nya dengan kagum. Permainan Juggling-nya sungguh menawan. Tangannya sungguh piawai dalam akrobatik men-shaker minuman beralkhohol itu. Yoochun melakukan lemparan menyilang, ke belakang, melempar ke atas, dan menangkap botol itu menggunakan gelas shaker yang dimana gelas itu berada dibelakang tubuhnya. Ketika campurannya dirasa telah sempurna, ia pun memasukkan ke dalam gelas dan menghiasnya agar tampak menarik.

Yoo Chun memberikan racikannya pada pria di sebelah Jae Joong yang sudah menunggu sejak tadi. Yoochun melirik Jae Joong yang sedari tadi melihat aksinya.

"Anda mau pesan minuman juga, Tuan? Alkohol atau non alkohol?" Tanya Yoo Chun pada Jae Joong dengan sopan.

"Ah...sebenarnya aku kemari bukan untuk minum. Tapi untuk menemuimu, Park Yoo Chun. Kau Park Yoo Chun, bukan?"

"Eh, iya. Saya Park Yoo Chun. Untuk apa Anda ingin bertemu dengan saya?" Terlihat Yoo Chun mengernyitkan dahi, bingung dengan keinginan pengunjung yang satu ini.

Jae Joong tersenyum sambil mengetuk-ngetukkan jari-jarinya di meja bar.

"Seharusnya tadi siang kita bertemu...di Kafe Rising Sun."

Mendengar Kafe Rising Sun disebut, wajah Yoo Chun yang tadinya terlihat tidak suka menjadi cerah seketika. Senyumnya mengembang.

"A...aku akan menyiapkan minuman tanpa alkohol untukmu. Aku tahu kau tidak suka meminum alkohol."

Yoo Chun segera menyiapkan minum untuk Jae Joong. Dia sangat senang karena tak pernah menyangka penulis favoritnya akan datang. Segera ia meracikkan minuman tanpa alchohol itu dengan cara biasa. Ia tidak punya waktu untuk men-shaker dengan cara juggling tadi.

"Ini sungguhan, kan?! Bukan bercanda?!" Tanya Yoo Chun dengan berteriak. Musik bervolume keras yang menyelimuti bar ini bagaikan menelan suaranya. Yoo Chun seakan masih tak percaya Han Yoo Hwan ada di hadapannya.

Jae Joong menganggukkan kepalanya meyakinkan Yoo Chun. Tapi pandangan Yoo Chun yang masih terlihat tak percaya membuatnya berbicara dengan agak keras.

"Bila aku bukan Han Yoo Hwan penulis itu, aku tidak akan tahu tentang pertemuan di Kafe Rising Sun."

Yoochun meletakkan minuman yang dia buat di atas meja, tanpa berpikir dua kali Yoo Chun meraih tangan Jae Joong untuk bersalaman. Sekarang dia sudah percaya bahwa orang yang tengah bersama dengannya adalah Han Yoo Hwan. Pendeskripsian Yunho ada benarnya, pikir Yoo Chun. Penulis favoritnya ini memang cantik untuk ukuran seorang pria, meski masih kalah dibandingkan Junsu-nya yang tentu saja jauh lebih indah di matanya.

"Aku senang kau datang. Sungguh tidak kusangka!" Yoo Chun berteriak seakan berlomba dengan suara musik yang sangat bising.

Jae Joong tersenyum lagi. Ia merasa Yoo Chun tak jauh berbeda dengan saat mereka chatting. Penuh semangat dan sangat menyenangkan.

"Aku juga senang bertemu denganmu. " Jae Joong masih menunjukkan senyumnya yang paling manis, sementara itu Yoo Chun menarik tangannya dari tangan Jae Joong yang lembut. "Hanya tidak ingin membuatmu kecewa. Selain itu aku juga sudah berjanji akan bertemu denganmu. Jadi aku harus menepatinya."

"Benar. Maaf, aku harus mengantar temanku ke rumah sakit. Mendadak sekali..."

Jae Joong meraih gelasnya dan menyesap perlahan minuman yang dibuat Yoo Chun untuknya.

"Oh iya, dimana temanmu yang bernama Yunho?" Tanya Jaejoong.

"Ah Yunho...Bekerja tentu saja, sebentar..." Mata Yoo Chun menjelajahi setiap bagian bar untuk mencari panggung striptis khusus lelaki. "Ah...itu dia. Di atas sana."

Yoo Chun mengarahkan telunjuknya ke panggung kiri tempat penari striptis. Jae Joong menghadap ke arah panggung itu. Di atas sana, pria yang tadi siang bertemu dengannya tengah menari dengan sensual. Walau jarak mereka cukup jauh, Jae Joong bisa mengenali Yunho-lah yang berada di sebelah kiri.

"Mau kesana?"

Jae Joong berpikir sejenak, kemudian mengangguk pelan.

"Ayo. Ikut denganku."

Gerakan kaki, tangan, dan seluruh tubuh Yunho terlihat sangat menggoda siapa saja yang melihat. Ketika Yunho membuka tiga kancing atas kemeja dan memperlihatkan dada bidangnya yang berkeringat tersorot lampu berwarna-warni, Jae Joong menunduk sejenak.

Dia alihkan pandangannya karena baru pertama kali melihat yang seperti itu. Jarak mereka sudah cukup dekat. Yoo Chun terus berjalan di depannya. Setelah agak dekat dengan panggung, mereka pun berhenti. Dipisahkan oleh para penonton yang berkerumun, keduanya menyaksikan pertunjukkan erotis nan menggairahkan di panggung remang-remang.

-Yunho PoV-

Selama ini aku merasa senang menari di atas panggung. Memperlihatkan tubuh dan ototku untuk memuaskan para pengunjung. Mendengar teriakan mereka yang meminta lebih, pujian, dan tentu saja tepuk tangan yang mengiringi tarianku. Aku mulai menggerakkan seluruh tubuhku dengan sensual seirama lagu cadas Disappear yang telah diaransemen oleh DJ sambil menutup mata.

Perlahan kubuka mataku. Kupandangi manusia-manusia yang tengah berteriak histeris di bawah sana. Di sebelah kiriku, seorang penari striptis bernama Jung Yong Hwa yang menggantikan Junsu untuk sementara waktu sudah setengah telanjang memperlihatkan tubuh putih indahnya. Tubuh yang tentu saja mengundang nafsu birahi para penikmat striptis.

Aku merasa waktuku untuk membuka pakaian belum tiba. Kubiarkan mata para wanita pelangganku memandang penuh nafsu. Tanpa sengaja, mataku melihat Yoo Chun di belakang para penonton. Tidak seharusnya Yoo Chun berada disini karena sekarang adalah waktunya bekerja. Lagipula tidak ada Junsu yang bisa menarik perhatiannya walau untuk sesaat. Tapi itu...ada seseorang yang berdiri di dekatnya. Aku seperti mengenal sosok itu. Tunggu sebentar...Bukankah dia...ah, benar. Itu Han Yoo Hwan atau Choi Ji Hoon yang tadi siang aku temui. Dia melihatku. Matanya terus tertuju ke arah panggung.

Yong Hwa rekanku menari sangat bersemangat malam ini. Dia menarik tubuhku untuk ikut bergoyang bersamanya. Sesekali kami saling meraba tubuh masing-masing dan sukses membuat para penonton berteriak histeris.

Aku menjauh dari rekanku itu. Para wanita di bawah sana mencoba menjamah perut Yong Hwa. Ada pula yang menyelipkan sejumlah uang di celana dalamnya. Aku hanya tersenyum dan kembali ke tempatku.

Sisa kancing kemeja yang belum terbuka kubuka pelan dengan tangan kanan, sedang tangan kiriku mengelus tiang dengan arah ke atas dan ke bawah. Dapat kudengar para pelangganku menahan nafas tertahan ketika aku melakukannya. Dan aku sangat menikmati tatapan berpasang-pasang mata mereka yang bernafsu melihatku.

"Buka saja kancingnya Yunhooo...!"

Seorang wanita muda di barisan depan berteriak dengan tak sabar. Yong Hwa tengah mencium Jung Shin yang merupakan pelanggan tetapnya. Mereka menari di atas panggung. Kalau sudah demikian, Yong Hwa pasti telah di-booking oleh Jung Shin malam ini. Dan sudah menjadi tugasnya untuk memuaskan sang pelanggan yang akan memberikan banyak uang.

Kami yang penari striptis bisa saja menolak. Tapi karena kami pun membutuhkan uang. Tidak setiap saat kami bisa menolak.

Aku menjauh dari tiang, kemudian sedikit menunduk ke arah tepi panggung. Seorang gadis pelanggan Wild Soul maju ke arahku, menjamah dada dan perutku, kemudian memasukkan beberapa uang ke dalam kantong celana. Tanpa segan ia mengelus bagian pribadiku yang masih terbalut jeans.

"Setelah ini tidurlah denganku Yunho," bisiknya lembut di telingaku.

Aku menjauh dan menyilangkan kedua telunjuk di depan dada sebagai kode penolakan. Jangan sampai dia tahu aku belum dimiliki siapa pun malam ini. Aku harus pintar berkelit jika nanti dia datang menemuiku.

Sambil berpegangan di tiang dengan tangan kiri, aku membuka kancing celana jeans dan memperlihatkan celana dalam serta bulu-bulu halus yang tumbuh diatasnya. Tepi selangkangan atasku bahkan terlihat jelas. Bibir atas kubasahi dengan lidahku yang kubuat sesensual mungkin. Kemudian bibir bawah kugigit dengan gigi atasku. Tangan kanan meraba dadaku yang bidang dan berkeringat. Aku mempermainkan resleting celana jeans-ku, menggoda dengan menurunkan dan menaikkannya kembali.

"Bukaa...Yunhooo...! Ayo bukaaa...!"

Aku hanya tersenyum dan memberi ciuman dari jauh pada semuanya. Tidak akan segampang itu aku melepas jeans ini. Kubiarkan mereka terus berteriak, memohon, dan menunjukkan wajah memelas agar aku menurut. Satu kaki aku kaitkan di tiang, yang satu lagi tetap berpijak di panggung. Keringat membasahi tubuh. Cahaya lampu menambah kemilaunya diriku yang berputar di tiang. Di bawah sana, Yoo Chun berbicara dengan Choi Ji Hoon dan mengalihkan perhatiannya terhadapku. Beberapa kali aku melihatnya tidak berpaling dari panggung. Tapi sesekali kulihat dia menunduk atau mengalihkan pandangan ke arah lain. Kemudian aku pun teringat pada ucapannya yang tidak menyukai dunia malam. Dia juga tidak pernah melihat pertunjukkan seperti ini sebelumnya. Pertama kali baginya...Apakah dia malu? Mungkinkah seperti itu? Rasanya aneh juga karena dia pernah menuliskan apa yang kulakukan di novelnya.

Masih berada berada di tiang, aku meliuk-liukkan tubuhku seakan tiang ini adalah orang yang kucintai. Aku membelakangi penonton. Bahu kugerakkan dengan sensual. Punggung, pinggang, dan pantatku pun ikut bergerak. Aku menggoyang pantatku dengan gerakan tari milik Junsu. Dahulu akulah yang mengajarkan gerakan ini pada Junsu. Malam ini aku mencoba melakukannya.

Kugoyangkan pinggul dan pantatku untuk menarik perhatian penonton dan mengobati kerinduan mereka pada Junsu. Lagu Disappear semakin terdengar menuju akhir. Aku menghadap ke arah penonton. Memberikan servis terakhir dengan mendesah sambil memeluk tiang. Bergoyang maju mundur seperti sedang bercinta pada tiang di hadapanku. Setelah Disappear berakhir dan berganti lagu baru, aku menuju belakang panggung. Kali ini giliran para penari striptis lainnya menjajakan diri. Memanjakan mata penonton yang seperti tak pernah puas melihat tubuh kami.

._.

"Kerja bagus, Yunho," ujar Yong Hwa yang tengah berpakaian.

"Kau juga malam ini sangat menakjubkan."

Aku mengelap wajah dan dadaku dengan handuk kecil yang kubawa, mengenakan kaus tipis yang kubawa dari rumah dan kumasukkan di tas hitamku, meraih jaket kebanggaanku, dan membenahi kancing jeans.

Diriku yang kelelahan terpantul di cermin. Warna kehitaman di bawah mataku bertambah gelap dari kemarin. Memang pekerjaan ini sungguh melelahkan. Sementara orang tidur nyenyak di atas kasur empuk, tetapi aku harus tetap terjaga untuk memuaskan banyak orang. Ya, memuaskan...Seorang Jung Yunho hanya bisa membuat orang-orang puas agar mendapatkan uang. Dan malam ini...semoga saja aku terbebas dari tugas untuk memuaskan dalam arti yang lebih mendalam. Cukup Yong Hwa saja yang melakukannya. Aku sedang malas berhubungan seks. Satu-satunya kenikmatan yang ingin kurasakan sekarang adalah tidur. Sesuatu yang mudah dilakukan orang lain, tapi begitu sulit kulakukan.

Wajah yang tampak kelelahan dan mata Yong Hwa yang sayu membuatku kasihan. Tugasnya belum selesai. Setelah ini dia harus memberikan pelayanan tambahan dengan tubuhnya di atas ranjang. Rasanya percuma saja memakai pakaian lengkap. Membayangkan sebentar lagi Yong Hwa tidak memakai apapun membuatku tidak bisa menahan senyum.

"Aku duluan, Yong Hwa."

"Ya."

._.

Suasana sepi di ruang ganti berbanding jauh dengan keriuhan di lantai dansa yang makin menggila. Seperti tak peduli pada sekitarnya para pengunjung menari dengan begitu liar. Tangan dan kaki bergerak lincah. Kepala tak lupa digelengkan. Beberapa orang terlihat memegang gelas atau botol minuman dan mabuk. Pasangan yang tidak peduli lagi akan rasa malu mengumbar nafsu dengan bebas di kursi masing-masing. Pakaian yang tersingkap atau tubuh wanita yang setengah telanjang bukan hal baru lagi bagi mataku. Baiklah, kuakui saja aku juga pernah melakukannya berkali-kali. Tapi tentu saja tidak di tempat ramai seperti ini. Dibandingkan dengan menari, bercinta di tengah keramaian pengunjung bar lebih memalukan bagiku. Aku seperti melihat dua hewan buas melepaskan nafsu sesaat. Bukan seperti dua orang yang saling mencintai, saling memiliki, dan saling membutuhkan. Dan ketika melihat mereka, aku seperti melihat diriku yang sedang bercinta di sebuah kamar. Kami tak ada beda. Kami sama-sama membutuhkan uang. Jika ada nafsu yang harus dilayani, maka uang pun akan didapat dengan mudah. Tak perlu cinta, tak perlu ada ikatan apa pun untuk melakukannya. Pekerjaan mudah, tapi cukup menyiksa hati dan perasaan.

Dari kejauhan aku melihat Yoo Chun sedang tertawa bersama Choi Ji Hoon. Mereka duduk bersebelahan dan terlihat sangat akrab.

Aku teringat di bulan pertama bekerja di bar ini. Yoo Chun duduk di sebelahku, menghibur dengan leluconnya, dan membuatku sejenak lupa pada lelah di tubuh yang letih setelah menari. Segelas minuman yang dia buatkan untukku ikut menemani selama kami berbincang-bincang. Tenggorokanku yang kering terasa segar. Seperti musim panas yang digantikan sejuknya musim gugur. Seperti itulah minuman yang Yoo Chun buatkan bagiku. Dan kebiasaan membuatkan minuman itu masih bertahan hingga sekarang.

Gadis yang tadi menginginkanku tengah bersama keempat temannya untuk mencariku. Terlihat dari gerak-geriknya yang dengan awas memandang kiri dan kanan, ke depan dan kebelakang hanya untuk mencari sesosok Jung Yunho. Aku menghela nafas, kebetulan sekali mereka tidak melihatku berjalan. Penerangan seadanya dan lantai dansa yang ramai menyembunyikan tubuhku dari pandangan mereka. Semoga saja aman hingga sampai di tempat Yoo Chun berada.

"Yoo Chun." Aku menepuk bahunya pelan. Senyumnya begitu indah merekah. Wajah yang segembira ini belum pernah lagi kulihat sejak merayakan ulang tahun Junsu beberapa bulan yang lalu.

"Minumlah. Maaf, Yunho. Hari ini hanya ada minuman kaleng untukmu." Yoo Chun memukul pelan lenganku.

Aku bisa mengerti keadaannya. Malam ini keinginannya terkabul. Dia bisa bertemu dengan Choi Ji Hoon atau Han Yoo Hwan yang merupakan penulis favoritnya. Kali ini saja, tidak apa-apa jika aku hanya mendapatkan minuman kaleng dingin yang sebenarnya kurang kusukai.

"Terima kasih. Tapi lain kali tidak boleh lagi," kataku sambil menjewer telinganya.

"Ah, kau ini. Berhubung kau sudah selesai bekerja, aku mau melanjutkan pekerjaanku. Maafkan aku Ji Hoon, aku tidak bisa berlama-lama menemanimu." Walau berat hatinya untuk beranjak, Yoo Chun harus meninggalkan urusan pribadi dan mendahulukan pekerjaan.

Aku jadi teringat pada Junsu yang terkadang merengek minta ditemani setelah lelah menari. Menyepi di suatu tempat dimana hanya ada mereka berdua agar tak terganggu oleh apapun dan siapapun.

"Ya tentu saja. Silakan. Senang bisa bertemu denganmu. "

"Kenapa cepat sekali?"

"Itu..." Yoo Chun menunjuk wilayah kekuasaannya yang berada di sudut kanan. sudah cukup banyak pengunjung yang duduk disana. Sementara seorang bertender rekannya tampak kewalahan melayani.

Aku duduk di kursi yang tadi diduduki Yoo Chun. Kulihat Choi Ji hoon menggembungkan pipinya bergantian kiri dan kanan. Lucu sekali. Seperti anak kecil dan aku bersumpah, hal itu sungguh menggemaskan. Telunjuknya mengitari bagian atas gelas yang sudah kosong. Kurasa pikirannya sedang tidak berada di tempat ini. Mungkin dia kembali mendapatkan inspirasi seperti di kafe tadi siang. Ataukah dia merasa sangat malu melihat aksiku di atas panggung tadi?

"Aku tidak percaya kau ada disini. Kau bilang tidak suka dengan dunia malam."

"Apa?"

Choi Ji Hoon memberi kode bahwa dia tidak terlalu mendengar pertanyaanku dengan menunjuk-nunjuk telinganya.

Tanpa sengaja aku melihat gadis yang tadi menggodaku dan keempat temannya masih berkeliaran. Mereka masih saja menoleh kesana-kemari, berusaha menemukanku di antara ratusan pengunjung bar ini. keinginan untuk mengulangi pertanyaan aku tunda hingga menemukan tempat yang aman. Aku tidak ingin ditemukan karena ingin bebas malam ini.

"Kesana!" Kataku dengan suara keras. Matanya melihat telunjukku. Dia pun menunjuk ke belakangnya.

"Maksudmu kesana?!"

Dari gerak mulut dan tangannya aku tahu dia mengerti apa yang kukatakan. Aku mengangguk dan berdiri. Kami pun berjalan bersama ke sudut bar yang lebih sepi. Melewati kerumunan orang-orang yang tengah menari. Sekaligus menyembunyikan diriku dari kejaran pelanggan yang ingin ditemani.

-End of PoV-

._.

Yunho dan Jae Joong berhasil keluar dari kepungan manusia-manusia yang tengah menari di lantai dansa.

Yunho menyandarkan tubuhnya ke dinding, menengadahkan kepala ke atas, kedua tangan dimasukkan ke saku jeansnya. Sesekali ia melirik Jae Joong yang tengah bersandar di dinding di sebelahnya sambil menunduk mengamati ujung sepatu.

Cahaya lampu di tempat itu sangatlah minim, bahkan untuk melihat wajah yang tengah bersemu merah di sebelahnya. Yunho tidak dapat melihat dengan jelas kecuali kulit putihnya yang memang membuat iri siapa pun.

"Aku tak percaya melihatmu berada disini," ujar Yunho setelah lama mereka berdiam diri.

Jae Joong yang tengah asyik dengan dunianya menengadah dan menoleh k esamping kanan dan bertemu mata tajam Yunho.

"Hah..itu...aku hanya ingin bertemu dengan penggemar novelku, Park Yoo Chun." Senyum manis Jae Joong terlukis di bibir merahnya yang penuh.

Melihat bibir merah penuh yang indah itu Yunho merasakan desir angin menggelitik di relung hatinya. Ia merasa ingin menyentuh bibir itu dengan bibirnya sendiri. Ditepiskan pikiran gila yang berkecamuk dalam otaknya. Bukankah malam ini ia tidak ingin bercinta.

"Hei...jadi hanya untuk bertemu dengan Yoo Chun kau mau pergi ke bar. Ke dunia malam yang tidak kau sukai..." ujar Yunho dengan sarkastis. Dia lebih mendekat dan mencondongkan wajahnya sehingga dekat dengan telinga Jae Joong. "Bagaimana penampilanku tadi di atas panggung?" Sejenak Yunho dapat melihat Jae Joong yang tidak nyaman dengan bisikannya tadi.

Jae Joong sedikit menelengkan kepala ke arah kiri. Sekadar menjauhkan nafas pria itu yang kini menggelitik seluruh indranya. Jae Joong seolah mengerti, pria ini pasti tengah bercanda. Seperti yang dilakukannya siang tadi di Kafe Rising Sun.

"Menurutku kurang seksi. Kang Hyun Mi masih lebih seksi dan menggairahkan dibandingkan kau." Jae Joong tersenyum sambil berbalik sembilan puluh derajat.

Mereka tengah berhadapan dengan mata tajam masing-masing. Mata Jae Joong meneliti dari wajah Yunho, turun ke leher, dada yang tadi berkilau tertimpa cahaya, turun keperut, dan berhenti pada penis yang tertutup jeans. Ia mengarahkan telunjuknya ke bawah.

Yunho tahu maksud pria ini. Dalam novel pria cantik di depannya Kang Hyun Mi menari di atas panggung dan melepas semua kain yang melekat di tubuh. Memperlihatkan tubuhnya pada semua mata yang memandang dengan senyum menggoda di bibir merahnya.

"Hahahaha…! Apakah kau ingin aku menari seperti di novelmu? Aku akan melakukannya bila kau mau. Sekarang juga, Choi Ji Hoon. Di depan mu!"

Yunho menantang Jae Joong. Sama seperti yang dilakukan Jaejoong di Kafe Rising Sun. Yunho mencoba menggoda dengan memainkan kancing jeans-nya.

Jae Joong yang tadi melihat ke arah celana jeans yang dimain-mainkan itu menengadahkan pandangannya ke wajah Yunho yang tengah menyeringai menggodanya. Mata indah Jae Joong menatap tajam bola mata Yunho seakan menantang.

Yunho tersenyum, ia berbalik dan kini berdiri di depan Jae Joong. kedua tangannya masing masing ditempelkan di dinding di sebelah kedua bahu Jae Joong sehingga memerangkap tubuh kecilnya.

Jae Joong tahu, saat ini Yunho dan dia tengah bercanda. Persis seperti di Kafe Rising Sun siang tadi.

Mengingat keberaniannya itu pipi Jae Joong bersemu merah. Beruntung sinar lampu remang-remang menyamarkan semburat merah yang tiba-tiba muncul di pipi seputih salju itu. Seorang Kim Jae Joong tidak ingin kalah, maupun dikalahkan. Meski ia hanya tahu tentang teori, tidak tahu bagaimana praktek sebenarnya ia mencoba mengikuti saja permainan pria yang berjarak tidak jauh dari tubuhnya.

Jae Joong mengangkat tangan kanannya dan diletakkan dibahu kiri Yunho dengan senyum menggodanya.

"Hanya sebatas itukah..Jung Yunho?" Jae Joong bersumpah demi Tuhan atau apapun yang mulia di atas dunia ini. Pada saat bibirnya mengucapkan kata-kata seperti itu, ia sangat...sangat malu. Sebagai orang yang tak berpengalaman tentang seks, kata-kata menantangnya itu mengandung nada sarkastik yang memiliki banyak arti dan ia mengucapkannya pada seorang Jung Yunho sang penari striptis.

Samar-samar Yunho mendengar suara seorang gadis dan keempat temannya yang ingin mem-bookingnya. Ia tahu bahwa kelimanya tak jauh dari tempatnya sekarang. Dan benar saja. Mata mereka ternyata cukup tajam untuk menemukannya. Salah satu dari mereka melihat dan menunjuk ke arahnya. Kalau saja tidak dipisahkan oleh pria-pria yang tengah menari dan mencoba mengajak mereka bergabung, Yunho yakin dia akan didapatkan beberapa detik lagi.

Terdorong keinginan hati atau hanya ingin berkelit dari para gadis itu, Yunho semakin berani terhadap pria cantik di depannya.

Yunho mengangkat tangan kanannya yang tadi berada di dinding. Menyentuh pipi putih Jae Joong yang tanpa cela lewat jari telunjuknya. Menyentuh dengan sangat pelan menyusur hingga dagu sehingga menimbulkan sensasi lain dalam tubuh Jae Joong. Kemudian Yunho meletakkan ibu jarinya di bibir bawah Jae Joong. Mengelus dan menekan lembut bibir itu. Kulit Jae Joong sama dengan yang ia bayangkan. Sangat halus. Bibirnya terasa begitu lembut.

Jae Joong menjadi sedikit takut. Permainan nakalnya telah membawa ke situasi yang membahayakan. Ia tidak suka mengakui kalah. Ego nya cukup besar. Ia pun menaruh tangannya yang tadi di bahu Yunho menuju belakang leher Yunho. Jae Joong hanya mengikuti insting liarnya.

Jari Yunho turun ke leher putih Jae Joong, membuat pria cantik itu terkesiap kaget. Meski begitu, entah kenapa Jae Joong menyukai sentuhan Yunho.

Jae Joong pun mulai nekad meningkatkan kenakalannya walau sebenarnya merasa malu. Jae Joong memijit, memainkan atau memilin ujung-ujung rambut di tengkuk Yunho. Sensasi yang membuat Yunho nyaman dan semakin ingin lebih...

Yunho ingin mengecup bibir merah di hadapannya yang seolah mengundang untuk disentuh dengan bibirnya. Wajah Yunho semakin mendekat dengan bibir Jae Joong. Jae Joong tidak bergerak, dan Yunho pun mengecupnya pelan. Tak cukup sekali itu ia merasakan kelembutannya. Yunho melahap bibir mungil kecil itu dengan perlahan.

Pelan namun intim, Yunho memanjakan bibir lembut itu dengan bibirnya sendiri. Yunho tahu, pria ini sangat terkejut dengan pertemuan bibir mereka. Tetapi perlahan mata yang membelalak kaget itu terhanyut dengan pagutannya. Yunho semakin menekan bibir itu, melumatnya terus dan terus. Membuat Jae Joong akhirnya membalas ciuman itu sama intens.

Bibir Jae Joong belum mau membuka. Yunho membasahi bibir bawah Jae Joong dan menggelitik dengan ujung lidahnya.

Tangan Yunho mengelus lembut pipi Jae Joong, lalu turun ke dada dan mencari-cari puting kecil milik Jaejoong yang tercetak di dadanya. Tentu saja bisa sangat tercetak jelas sebab malam ini Jae Joong memakai t-shirt V neck sehingga dengan gampang Yunho mendapatkan apa yang ia mau. Meski dada pria berbeda dengan wanita, tetap saja ada kesan lembut ketika ia menekan puting yang masih berbalut t-shirt itu.

Jae Joong mendesah. Ia tahu seharusnya tidak begini. Seharusnya ia berhenti ketika saraf sensoriknya memerintahkan demikian. Ini sudah melampaui batas. Tapi tubuhnya yang mendamba sentuhan lembut jari-jari Yunho di putingnya dan ciuman mereka mementalkan akal pikiran rasional Jae Joong. Tangan kanannya yang tadi masih diam ditempat kini juga sudah di belakang leher Yunho menekan-nekan lembut. Jae Joong semakin menikmati sensasi bibir tebal Yunho yang menyapu lembut bibirnya.

Di tengah ciuman mereka yang mulai memanas, Jae Joong membuka sedikit bibirnya karena hampir kehabisan nafas.

Dengan adanya kesempatan kecil ini, Yunho memasukkan lidahnya menelusuri bibir dalam Jae Joong. Menyentuh gigi-gigi yang berjajar indah di atas gusi dan bibir Jae Joong yang merah merekah. tangan Yunho yang tadi berada di puting berbalut t-shirt Jae Joong menelusur lembut ke perutnya dan menggelitik lembut disana.

Jae Joong merasa geli dan terkejut. Giginya yang tadi masih berjejer rapi menahan terjangan lidah Yunho untuk lebih mengeksplor telah membuka. Lidah Yunho tengah menyentuh ujung lidah Jae Joong dan menggodanya untuk saling beradu. Jae Joong hanya mengikuti insting liarnya. Ia pun menggerak-gerakkan lidahnya bagaikan berperang dengan lidah Yunho.

Tangan Yunho yang masih ditempelkan di dinding turun ke leher belakang Jae Joong, sedangkan tangan satunya yang tadi ada di perut Jae Joong mencari ujung t-shirt untuk menelusup di baliknya. Pertama Yunho mengelus lembut pinggang Jae Joong. Kulit yang sangat lembut itu membuat Yunho meraba perut sixpack Jae Joong yang tadi ia gelitik, lalu mencari-cari puting kecilnya.

"Henti..akh..!"

Yunho tidak mengindahkan kata-kata itu dan menjauhkan bibirnya dari bibir Jae Joong. Menciumi pipi kanannya, lalu menjilati pinggiran telinganya yang membuat wajah Jae Joong lebih memerah.

Telinga adalah daerah sensitifnya. Jae Joong hanya bisa mendesah. Akal pikirannya tidak sejalan dengan tubuhnya yang mendamba sentuhan ini. Dia mendapatkan akibat dari kenakalannya sendiri karena menantang Jung Yunho. Seorang Jung Yunho bukanlah orang yang bisa ditangani dengan godaan-godaan kecil. Harusnya ia belajar dari pengalaman di Kafe Rising Sun siang tadi.

"Desahanmu sangat seksi, Choi Ji Hoon," bisik Yunho di telinga Jae Joong. Bibir Yunho menjilat telinga bawah Jae Joong, turun ke leher jenjang dan putih itu, kemudian mengecupinya dan mengigit kecil kulit leher Jae Joong.

Tangan Jae Joong yang tadi hanya mengelus leher saja, salah satunya turun perlahan ke lengan Yunho. Tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat ketika tangan Yunho yang tadi memilin-milin putingnya turun ke bawah perut dan menangkup gundukan di celana panjangnya yang berbahan kain.

Tangan Yunho membuka resliting itu tanpa membuka kancingnya. Ia membelai penis Jae Joong yang tertutup celana dalam berbahan katun. Belaian itu membuatnya mendesah dan terus mendesah. Ciuman bertubi-tubi di leher dan di bahu kanannya yang setengah terbuka ternyata belum cukup untuk berpikir untuk berhenti. Dia tidak mau terus seperti ini.

Yunho terus membelai penis yang masih terbalut celana dalam berwarna hitam milik Jae Joong. Ia ingin memasukkan tangan ke dalamnya dan memain-mainkan pinggiran atas celana dalam Jae Joong yang berbahan karet. Yunho menelusupkan keempat jarinya dan menyentuh bulu-bulu halus di sekitarnya. Pada akhirnyaYunho memegang juga batang penis milik Jaejoong.

"Jung Yunho..Henti…kaaan...!" Jae Joong memundurkan tubuh Yunho melawan rasa mendambanya. Tubuh Jae Joong bergetar hebat dan ia pun sudah berkeringat.

Yunho tersadar. Seharusnya ini tidak pantas dilakukan. Ini terlalu berlebihan untuk menghindari wanita yang ingin tidur dengannya.

Jae Joong mengatur pernafasan. Tangan Yunho melepas penisnya dan keluar dari celana dalamnya.

"Maaf, Choi Ji Hoon. Aku terbawa suasana. Tadi ada pelanggan wanita yang ingin tidur denganku malam ini. Dia melihatku, dan aku...ingin menghindar darinya. Maaf..." Yunho menjadi gugup. Ia menaikkan resliting celana Jae Joong dan merapikan t-shirtnya. Ada bekas kemerahan di bahu itu. Yunho melihat sekilas saat lampu menyorot mereka.

Mereka bersandar ke dinding lagi. Mata Yunho tak lepas dari Jae Joong yang berusaha tenang. Mata indah itu terpejam. Jae Joong terlihat begitu tenang.

"Tidak apa-apa. Aku juga hanya main-main."

Bohong bila itu hanya main-main. Jae Joong tidak merasa ciuman intim dan panas yang pertama kali dalam hidupnya beberapa menit lalu adalah sebuah permainan. Harga dirinya tidak mau mengakui bahwa ia menikmati perlakuan Yunho. Ditambah dimanfaatkan hanya untuk menghindari pelanggan Yunho, rasa kesal pun menyelimuti hati Jae Joong.

"Lagipula di dalam permainan tadi tidak ada yang kalah maupun menang, bukan?" Wajah Jae Joong begitu tenang saat mengucapkan kalimat itu. Setenang seorang aktor yang sedang memainkan perannya. "Oh...sudah waktunya aku pulang. Sudah terlalu malam bagiku untuk berada di luar apartemen." Jae Joong beranjak dari tempatnya. Langkahnya seketika terhenti karena tangannya ditarik oleh Yunho.

"Choi Ji Hoon..."

"Ya...?"

Yunho memandang mata Jae Joong. Mencari-cari apakah pria itu tengah terluka dengan perlakuannya tadi. Baru saja Yunho teringat bahwa seorang Choi Ji Hoon tidak memiliki pengalaman seks. Dia begitu polos dan belum tersentuh. Yunho teringat dengan kalimat 'aku yang berteori kau yang praktek'.

Rasa bersalah mulai menghampiri Yunho. Seharusnya bukan dia yang melakukannya karena mereka tak memiliki hubungan apapun. Yunho merasa dirinya sungguh keterlaluan.

"Tidak...Hati-hati." Yunho melepas tangan Jae Joong. Rasa hangat tangan itu masih terasa di tangannya.

"Ya."

Senyum Jae Joong mengakhiri pertemuan mereka. Yunho masih bisa mengingatnya walau hanya untuk sesaat di bawah cahaya yang remang-remang. Jauh di hadapannya, Jae Joong menuju kerumunan pengunjung bar dan menghilang dari pandangan Yunho.

._.

._.

._.

TBC

Boleh cuap-cuap dulu?

Penting ya! ;)

Seperti yg sudah dikatakan di chap awal, ini adalah FF yg ditulis dan dipublish di salah satu blog fanfic YunJae tahun 2011-2012an, jd ini tergolong FF lama, FF ini diberhentikan setelah beberapa chapter dipublish klo ga salah sampe chap 2C. Alasannya karena salah satu author ff ini hiatus (berhubung ini FF kolaborasi) tp sebenarnya alasan utamanya karena FF ini banyak yg meniru alias plagiat. Bukan cuma ide cerita yg ditiru, tp plot dan beberapa scene jg diambil, dan parahnya author ff inilah yg kena imbas alias yg dituduh plagiat oleh reader plagiator itu. Makanya dg sangat terpaksa dan kesal jg mungkin, akhirnya authornya memutuskan utk menghentikan FF ini.

Lalu kenapa tiba-tiba ff ini dipublish lagi?

Tahu FF Black Heart yg saya Repost di akun saya ini?

Editor ff itu sama salah satu author FF ini adalah orang yg sama yakni kak Fujoshinta aka Dee.

Karena banyak reader lama FF Black Heart (kebetulan ff BH jg pernah dpost dtempat yg sama dg ff ini wlopun aslinya BH dtulis pas jaman album DBSK Mirotic) banyak yg PM/inbox saya nanya tentang FF Endless Night, mungkin mereka jg dulunya reader FF EN ini.

Mereka nanya, apa EN udah End? Kenapa EN ga direpublish kaya BH?

Saya Cuma balas, EN discontinue.

Dan karena mereka ingin EN dilanjutkan, jd saya merayu kak Dee buat lanjutin EN, dan akhirnya beliau bersedia melanjutkan dan meminta saya kembali me –repostnya.

Senang?

Tentu saja, karena saya jg dulu reader ff Endlees night ini, dan saya jg ingin ff ini dlanjut karena EN ini salah satu FF favorite saya dulu.

Akhirnya saya bersedia re-publish di FFn, tp sebenarnya aga ragu jg karena FF ini masuk FF rate M, tp karena banyak yg berminat (setelah saya bertanya ttg FF ini dgrup FB saya) jd saya mempublish ulangnya di sini.

Tapi kemarin ada yg nanya ttg kemiripan FF ini dg FF nya author Snow' Queen yg Dear J. Dan saya menjawab, mungkin hanya ide tentang penulis dan JJ yg bekerja didunia malam aja yg mirip, selebihnya saya rasa berbeda, apalagi dari segi penulisan, jelas sangat berbeda. Dan kebetulan saya jg reader Dear J, jd saya tahu letak kemiripannya dimana, tp secara keseluruhan FF ini sama FF Dear J itu berbeda, mungkin readers lain jg bisa menilai.

Intinya ide cerita boleh aja sama, yg penting plot, percakapan, pendeskripsian, scene yg digunakan, setting dan gaya penulisan berbeda. Dan yg paling utama tidak berniat menjiplak :)

Ok, sekian cuap-cuapnya maaf klo kepanjangan.

Ditunggu kritik dan sarannya ya, karena FF ini masih dalam proses, ayo kita kasih semangat authornya dg meninggalkan jejak ;)

Bukan apa-apa, cz FF ini FF yg spesial buat authornya, bikin FF ini penuh perjuangan, hehe... mungkin reader jg bisa menilai FF ini beda dg FF FF YunJae lainnya.

Jadi.. ayo kasih semangat buat authornya...

Terimakasih ^^ *bow*