Apa aku harus menganggap yang tengah menimpaku adalah sebuah anugrah dan keajaiban dari Tuhan?

Apakah situasi yang aku alami harus aku katakan sebagai keberuntungan bukan sebuah kesialan?

Begitu banyak pertanyaan yang terlintas di dalam benakku dengan apa yang menimpa kami berdua. Karena harus terjebak dalam situasi aneh, rumit, tak masuk akal seperti ini.

100 hari kami butuhkan untuk menemukan cinta sejati kami masing-masing, tidak sulit mendapatkan seorang pasangan jika saja jiwa kami tidak tertukar satu sama lainnya.

Aku Orihime Inoue yang sekarang terperangkap dalam tubuh gagah nan tampan kakak-ku Ichigo Kurosaki salah satu murid paling bermasalah di Empire Gakuen.

Satu masalah belum usai kini bertambah kembali dengan perntanyaan cinta dari Byakuya Kuchiki, sang ketua Osis musuh dari kakaku sendiri.

Apa yang harus aku pilih menerimanya atau menolaknya?

Disclaimer : Tite Kubo

Rate : T

Genre : Romance, Friendship, Fantasy

Pair : Byakuya x Orihime

Ichigo x Nelliel

~ 100 Day Find Love ~

WARNING : Typo bertebaran dimana-mana, EYD amburadul, Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, OOC tingkat akut, Little bit Yaoi/Yuri (kebutuhan cerita) dan masih banyak kekurangannya.

Disini Orihime menjadi Ichigo dan Ichigo menjadi Orihime karena bertukar jiwa. Jadi jangan heran, bingung, aneh waktu membacanya nanti.

PLEASE IF YOU DON'T LIKE DON'T READ

.

.

.

X0X0X0X0X0X0X0X

Seperti biasa Orihime atau yang saat ini tengah berada didalam tubuh gadis cantik bermata abu-abu ini adalah Ichigo Kurosaki sang kakak, akan selalu bangun pukul setengah enam pagi untuk mengantarkan koran pagi dan susu segar disekitar perumahan dekat apartemennya.

"Ngh!" Lenguh Orihime seraya menggeliyatkan tubuhnya diatas Futon tapi kegiatannya terhenti dan terganggu sedikit karena merasakan pelukkan erat di pinggangnya.

Saat ditolehkan wajahnya kesamping ia mendapati Nelliel tengah memeluknya erat, padahal seharusnya wanita cantik bersurai hijau panjang itu tidur diranjang bukannya tidur bersamanya diatas Futon.

Srek

Orihime mengangkat tubuh Nelliel ke atas ranjang lalu membaringkannya bagaimana-pun saat ini Nelliel tengah hamil muda dan tidur dibawah kurang begitu bagus untuknya.

Setelah membasuh wajahnya dan menyikat gigi Orihime bersiap-siap pergi mengantarkan koran dengan mengenakan jersey berwarna merah marun dan sebuah sepedah lengkap berisikan koran serta susu untuk diantarkannya. Dan pekerjaan ini sudah dilakukan oleh Orihime sejak duduk bangku SMP demi memenuhi kebutuhan hidupnya mengingat sang ayah tiri dan ibunya sudah tiada juga tak ada sanak saudara yang bisa diminta tolong olehnya.

Hati Ichigo merasa sangat miris dan sedih melihat kehidupan sang adik yang terbilang pas-passan bahkan kadang kekurangan, tak ada barang-barang mewah didalam rumah berbanding terbalik dengan kehidupannya saat berada di Amerika.

Ichigo selalu berhura-hura menghamburkan uang sang ayah demi melampiaskan perasaan sedih, kesepiannya karena semenjak ayahnya menikah kembali Ichigo sudah tidak dipedulikan dan diperhatikan lagi.

KIETTT...

Orihime mengerem sepedahnya cepat saat mendengar Nellei berteriak histeris dari dalam apartemen, perasaan Orihime langsung tidak enak ditambah dengan sebuah mobil mewah terparkir didepan halaman apartemennya membuatnya semakin curiga dan cemas.

DRAP

DRAP

Orihime berlari cepat masuk kedalam apartemen.

BRAKKK

Dibukanya kasar pintu apartemen dan langkah kaki Orihime berlari menuju kamar tidur.

"Nelliel!" panggil Orihime panik.

Kedua mata Orihime melebar sempurna saat mendapati seorang pria tinggi kurus bersurai hitam dengan mengenakan stelan jas formal berwarna biru dongker berdiri menjulang dihadapan Nelliel.

Orihime berjalan cepat menghampiri Nelliel dan wanita cantik bersurai hijau itu langsung berlari memeluk erat Orihime dengan tubuh gemetaran karena ketakutan. Isakan lirih terdengar keluar dari bibir tipis Nelliel, wanita cantik ini sepertinya sangat takut dan tak ingin bertemu dengan pria asing dihadapannya.

"Kau siapa? Dan mau apa kau dirumahku?" tanya Orihime sinis.

"Maafkan atas sikap lancangku," pria itu sedikit membungkukkan tubuhnya sedikit, "Perkenalkan namaku adalah Nnoitra Gilga, ayah tiri dari Nelliel,"

"Bohong! Jika kau memang keluarganya, mengapa dia terlihat sangat ketakutan padamu?" Orihime menatap nyalang pada Nnoitra, ia sangat yakin kalau pria ini sangat berbahaya dan memiliki niatan jahat pada Nelliel.

"A-aku ta-takut Orihime-chan..." Lirih Nelliel dengan kedua mata berlinang air mata.

"Tenanglah Nelliel, ada aku." Orihime mencoba menenangkan Nelliel semampunya dan memintanya untuk berdiri berlindung dibelakangnya.

Orihime menatap tajam dan penuh benci pada Nnoitra, "Pergilah dari rumahku, atau aku panggilkan polisi untuk menangkapmu," ancam Orihime.

Nnoitra tertawa lebar mendengar ancaman Orihime yang dianggapnya tak berarti sama sekali, "Silahkan saja kau menghubungi polisi tapi aku yakin mereka tidak akan menanggapimu,"

Orihime mengepalkan kedua tangannya menahan amarahnya, andai saja ia saat ini berada didalam tubuh aslinya pasti sudah sejak tadi ia meninju wajah angkuh dan menyebalkan dari Nnoitra.

Dddddrrrrttttt...

Ponsel milik Nnoitra bergetar dan tak lama selang mengakat telpon Nnoitra langsung bergegas pergi dari apartemen Orihime.

"Aku akan kembali lagi kesini minggu depan untuk menjemput Nelliel dan jika kau tidak memberikan Nelliel padaku, aku akan meminta polisi untuk menangkapmu karena kasus penculikkan," ancam Nnoitra dingin.

"Lakukan saja, aku tidak takut padamu Tuan." Balas Orihime tak mau kalah.

Bagaimana-pun Orihime akan melindungi Nelliel dan menjaganya, walaupun mereka berdua baru mengenal satu minggu ini itu-pun karena ketidak sengajaan tapi Orihime sudah menganggap Nelliel sebagai temannya dan akan melindunginya apapun yang terjadi.

Nelliel hanya bisa berdiri diam dengan tubuh gemetaran ketakutan dibelakang Orihime, walaupun saat ini ia mengalami amnesia tapi dengan refleknya tubuh serta hatinya sangat ketakutan dan membenci Nnoitra, mungkin saja pria itu adalah sesuatu yang ingin dilupakannya.

"Sudahlah Nelliel, orang menyebalkan itu sudah pergi," ucap Orihime lembut.

"Hiikkkssss..." Nelleil menangis ketakutan.

"A-aku ti-tidak mau pergi dari sini," isaknya seraya memeluk kembali Orihime.

"Tidak akan kubiarkan pria jahat itu membawamu pergi dari sini, karena ini adalah rumahmu." ucap Orihime dengan mengelus lembut punggung Nelliel.

Belum juga satu masalah selesai kini ada masalah lagi yang datang menghampirinya, sepertinya berbagai masalah akan datang silih berganti didalam hidupnya juga sang adik.

Ngomong-ngmong mengenai adiknya, sudah dua hari ini tidak berkomunikasi. Semoga saja keadaan Orihime baik-baik saja dan tengah bersenang-senang menikmati Traning camp-nya di tepi pantai.

Tapi sepertinya perkiraan dari Ichigo salah dan meleset karena saat ini Orihime tengah galau dan gundah gulana karena pernyataan cinta dari Byakuya salah satu musuhnya disekolah.

.

.

.

Renji memandang heran juga sebal pada pemuda bersurai orange disebelahnya saat ini. Karena sejak satu jam yang lalu pemuda tampan bermata madu itu terus saja bolak-balik diatas Futon seperti ikan kekurangan air membuat Renji tidak nyaman untuk tidur juga sangat terganggu oleh ulah teman sekamrnya itu.

"Hei, Ichigo!" panggilnya dengan suara agak tinggi.

Pemuda bermata madu itu menolehkan wajahnya menatap Renji, "Ya, ada apa Renji?"

Sruk

Renji bangun dari posisi tidurnya kemudian menatap sebal Ichigo, "Bisakah kau tidak terus bolak-balik seperti itu,"

"Ma-maaf jika aku membuatmu sedikit terganggu," cicitnya.

"Apa kau sedang ada masalah?," tanya Renji.

"Ti-tidak, aku hanya merasa sedikit gerah saja," ucapnya dusta.

Renji melongo mendengar ucapan Ichigo, "Hah?!" serunya bingung.

Renji merasa kalau udara malam ini terasa sangat dingin bahkan menusuk tulang tapi bisa-bisanya Ichigo mengatakan kalau udara terasa panas. Apakah pemuda bersurai orange itu sakit hingga bersikap aneh seperti ini.

"Apa kau sakit?" Renji menaruh tangan kanannya diatas dahi Ichigo mengecek suhu badan temannya itu.

"A-apa yang kau lakukan," pekiknya dengan rona wajah memerah.

"Tidak panas," gumam Renji santai.

Ichigo menatap bingung pemuda bersurai merah itu, "A-aku memang tidak sakit," serunya.

"Aku kira kau sakit, karena mengatakan udara terasa panas padahal ini sudah mulai memasuki musim gugur. Ya, sudah kau cepat tidur dan beristirahat pasti hari ini kau kelelahan sampai tidak bisa membedakan udara dingin dan panas." Ujar Renji seraya tidur kembali.

Ichigo hanya diam dan mengikuti saran Renji untuk berisitrahat tapi lagi-lagi kedua matanya belum bisa terpejam juga padahal ini sudah tengah malam. Rasa kantuk Ichigo menguap dan hilang entah kemana karena pernyataan cinta yang dilontarkan Byakuya padanya membuat syok.

"Jawaban apa yang harus aku berikan padanya?!" Batin Orihime risau.

Ichigo menatap langit-langit kamar dan mulai mengingat kembali pernyataan cinta dari pemuda bermata abu-abu itu padanya.

Pemuda tampan dari keluarga bangsawan Kuchiki itu secara terang-terangan mengatakan kalau jatuh cinta padanya bahkan meminta Ichigo atau lebih tepatnya Orihime untuk menjadi kekasihnya. Memang benar jika dirinya dan sang kakak ingin kembali kedalam tubuh masing-masing mereka berdua harus menemukan cinta sejati mereka, tapi tak pernah sekalipun Orihime bayangkan atau pikirkan sama sekali kalau Byakuya akan jatuh cinta padanya bahkan menjadi kekasihnya.

Memikirkan dan membayangkannya saja membuat Orihime takut dan merinding.

Entah ini sebuah anugrah atau bencana untuk Orihime mengingat pemuda tampan bermata abu-abu itu adalah musuh sang kakak disekolah.

Orihime hanya punya waktu seminggu untuk menjawab pernyataan cinta dari Byakuya. Jika saja Orihime berada didalam tubuh aslinya mungkin hal ini tidaklah menjadi sulit untuk dijawabnya tapi mengingat keadaannya dan sang kakak bisa dikatakan aneh juga tak masuk akal bagi banyak orang membuat Orihime menjadi bingung dan risau.

Dirinya tahu kalau Byakuya mengetahui rahasianya dan sang kakak yang bertukar jiwa. Tapi bagaimana dengan pandangan orang diluar sana jika melihatnya berjalan berduaan bahkan tahu menjalin sebuah hubungan khusus bisa-bisa orang-orang menganggap mereka berdua pasangan sesama jenis.

"Ayah, ibu apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menerima cintanya." Batin Orihime gusar.

Ichigo menenggelamkan tubuhnya dalam selimut dan mencoba kembali memejamkan kedua matanya untuk pergi ke alam mimpi. Dirinya berharap apa yang tengah dialaminya saat ini adalah sebuah mimpi semata.

oOoOoOoOoOo

Pagi ini Ichigo dan semua teman-temannya akan pergi naik ke atas gunung untuk melatih fisik serta ketahanan tubuh mereka. Awalnya banyak teman-teman Ichigo yang protes termasuk Renji menolak melakukan hal ini tapi Byakuya bisa menanganinya dan dengan terpaksa mereka semua menaiki gunung.

Ichigo dan teman-temannya dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari enam orang dengan satu orang ketua kelompok dari kelas tiga. Mereka semua akan diacak dengan cara mengambil undian.

Entah beruntung, berjodoh atau sial karena Ichigo satu kelompok dengan Grimmjow Yumichika, Grimmjow, Renji, Akira dan yang menjadi ketua kelompok adalah mereka semua tergabung dalam kelompok sepuluh.

"Kenapa aku harus satu kelompok dengan Grimmjow dan Byakuya?!" dengus Renji yang terlihat kecewa dan tak suka.

"Sudahlah Renji kau jangan berwajah seperti itu, yang penting kita bisa satu kelompok dan tak terpisahkan." Hibur Ichigo.

"Tapi kenapa harus dengan kedua orang itu. Huh! menyebalkan sekali." Umpat Renji.

Ichigo hanya bisa tersenyum kecil melihat teman satu kamarnya itu kesal dan marah karena satu kelompok dengan Byakuya kakak kandung dari Rukia kekasihnya serta Grimmjow yang merupakan musuhnya disekolah.

"Kalian semua bersiap-siaplah, kita akan berangkat." Teriak Byakuya memimpin barisan.

Renji terlihat berjalan malas menaiki gunung, sementara itu Yumichika terlihat senang karena bisa bersama-sama dengan Ichigo bahkan pemuda bersurai hitam ini selalu menempel erat pada Ichigo yang diam-diam membuat Byakuya sedikit kesal dengan ulah serta sikap Yumichika pada pemuda bermata madu itu.

"Hei, Byakuya! Tidak bisakah kita beristirahat sebentar," pinta Akira yang sudah mulai kelelahan.

BRUK

Akira duduk dibawah pohon yang cukup rindang, "Aku merasa haus juga sedikit lapar," keluhnya.

"Jangan manja, sebentar lagi kita sudah sampai. Kita harus buru-buru cepat sampai puncak bukit mengingat sebentar lagi akan turun hujan," Byakuya menatap ke langit yang terlihat cerah bahkan matahari bersinar dengan terik.

Akira dan yang lainnya merasa bingung juga aneh dengan perkataan dari Byakuya. Dilihat dengan jelas saja sudah tahu kalau cuaca siang ini sangat panas dan mana mungkin hujan akan turun jika cuaca seterik ini.

"Aku rasa otak serta penglihatannya sudah mulai rusak. Kenapa juga orang seperti ini harus menjadi murid paling pintar dan berprestasi satu sekolah" Batin Akira bingung.

Dengan perasaan sedikit kesal serta terus mendumal Akira melanjutkan perjalananya ke atas gunung.

SREEEKKK!

Terdengar sesuatu dari arah semak-semak hutan.

Mereka semua berhenti berjalan dan memandang takut serta waspada ke arah semak-semak takut-takut kalau itu adalah hewan buas mengingat di hutan ini masih banyak berkeliaran hewan buas.

Grep...

Yumichika meremas kuat lengan baju kanan Ichigo, "Tenanglah, Yumichika," hibur Ichigo.

"A-aku takut Ichigo." Yumichika memeluk erat lengang Ichigo mencari perlindungan.

Byakuya melirik tajam pada pria feminin itu karena mencari kesempatan didalam kesempitan.

SRAAAKKK!

Seekor beruang madu berdiri gagah dihadapan mereka semua.

"WHAAAAAA!" teriak sang beruang.

Yumichika langsung berlari seribu langkah meninggalkan teman-temannya mencari selamat, padahal tadi ia terus bergelayut manja pada Ichigo tapi saat sedang terjebak dalam bahaya pemuda bersurai hitam ini malah berlari meninggalkan mereka semua.

"Huh! Dasar penakut." Cibir Grimmjow.

Tubuh Ichigo mematung kaku melihat hewan buas dihadapannya saat ini, sebenarnya ia ingin berlari cepat menyelamatkan diri seperti Yumichika tadi tapi kedua kakinya tidak bisa digerakkan sama sekali padahal sejak tadi otaknya terus memerintahkan untuk bergerak dan lari.

Glek!

Keringat dingin mengucur deras dari tubuh Akira, "Ki-kita akan mati," kata Akira ketakutan.

BRAKKK

Beruang madu besar itu berjalan mendekat, merasa ada bahaya Byakuya meminta mereka semua untuk segera lari karena melawan se ekor beruang sama saja mengantarkan diri ke kuburan mengingat mereka semua kalah kekuatan dan ukuran dengan beruang madu itu.

GREP

Byakuya menarik tangan Ichigo dan membawanya lari, "Cepat, pergi!" teriaknya.

Tanpa berpikir atau berkata apapun Grimmjow, Renji dan Akira langsung pergi seribu langkah menyelamtkan diri. Tapi sayangnya beruang madu itu malah mengejar Byakuya dan Ichigo yang berlari masuk ketengah hutan.

"KYAAAA! Dia mengejar kita, Byakuya," teriak Ichigo panik.

Byakuya semakin mempercepat langkah kakinya mencari tempat berlindung tapi sialnya malah mereka salah jalan dan terjebang di dekat sebuah tebing tinggi.

"Sial! Aku salah jalan." Pikir Byakuya.

Ichigo mundur teratur kebelakang tapi sayangnya tubuhnya menyentuh dinding tebing dan tak ada jalan keluar untuk mereka berdua, Ichigo atau lebih tepatnya Orihime tidak mengira kalau dirinya akan mati semuda ini.

"Ayah, ibu sepertinya aku akan menyusul kalian berdua." Batin Orihime.

"WHOAAAAA..." Beruang madu mengayunkan cakarnya pada Orihime.

Grep

SRAKKK

CRAATTTT

Kedua iris madu milik Ichigo melebar sempurna karena tiba-tiba Byakuya memeluk tubunya dan melindunginya dari serangan beruang.

BRUK

Tubuh Byakuya jatuh dengan pundak kanan terluka dan mengeluarkan darah segar di punggungnya.

Tes

"Byakuya, kau berdarah..." ujar Ichigo dengan lelahan air mata.

"A-aku ti-tidak a-apa-apa, Hime," Byakuya mencoba berdiri dan melawan beruang itu.

"Su-sudah hentikan jangan melawannya, nanti kau bisa terluka dan mati," isaknya.

Byakuya tersenyum sangat tipis dan menolehkan kepalanya kebelakang menatap Ichigo, "Melindungi seorang gadis adalah kewajiban seorang pria terlebih gadis yang dicintai,"

Ichigo membulatkan kedua matanya dan terkejut mendengar pengakuan dari Byakuya yang diluar dugaan.

Saat beruang madu hendak menyerang kembali dengan cepat Byakuya membantingnya dan beruang jatuh tak sadarkan diri.

Bruk

Tubuh Byakuya jatuh terhuyung karena kekurangan darah namun dengan cepat Ichigo menangkap tubuhnya dan memapahnya.

"K-kau ti-tidak a-apa-apa Hime?" tanya Byakuya cemas.

Ichigo tersenyum kecil, "Seharusnya yang berkata seperti itu adalah aku," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ke-selamatanmu le-lebih pe-penting daripada a-aku," ucap Byakuya terbata.

Ichigo langsung merentangkan kedua tangannya memeluk tubuh Byakuya lalu menangis kerena merasa terharu dengan Byakuya.

"Hikksss..." isaknya.

Sruk

Dielusnya lembut punggung Ichigo, "Ke-kenapa menangis Hime?" tanya Byakuya.

Ichigo diam tak bisa berkata apa-pun terlebih menjawab perntanyaan dari Byakuya karena ia sendiri tidak mengerti kenapa ia memeluk tubuh Byakuya lalu menangis jika saja sang kakak tahu kalau setelah kejadian ini dirinya jatuh hati pada ketua Osis nan tampan ini apakah nantinya sang kakak akan rela.

"A-aku me-menerima pernyataan cintamu dan mau menjadi kekasihmu, Byakuya," ucap Ichigo malu dengan wajah sedikit ditundukkan.

"Apa a-aku ti-tidak salah dengar, Hime?" Byakuya melepaskan pelukkan Ichigo lalu menatapnya.

Ichigo menganggukkan kepalanya dengan rona merah menghiasi wajah tampannya, andai saja ia berada didalam tubuhnya sendiri mungkin adegan seperti ini akan terlihat indah juga normal jika dilihat oleh orang lain, tapi apa dayanya saat ini ia dan sang kakak bertukar tubuh dan herus menerima keadaan ini dengan lapang dada.

Cup'

Byakuya mengecup lembut kening Ichigo, "Terima kasih," ucapnya dengan wajah berbinar bahagia.

Hyung~

Ichigo dibuat terpesona dan terpana melihat wajah bahagia Byakuya dan dimatanya pemuda bersurai hitam panjang ini terlihat tampan nan menawan.

BRUK

Byakuya tiba-tiba jatuh pingsan mungkin karena kelelahan serta luka yang dialaminya.

Ichigo berteriak panik melihatnya dan untung saja teman-temannya serta para Sensei datang menolong. Byakuya dan Ichigo langsung dibawa kerumah sakit terdekat untuk menerima pengobatan terlebih Byakuya yang mengalami luka serius karena terkena cakaran dari beruang madu. Acara traning camp terpaksa diselesaikan dan seluruh murid kelas dua yang ikut dipulangkan ke asrama setelah kejadian yang dialami oleh Byakuya serta Ichigo.

Keduanya dibawa ke rumah sakit terdekat untuk menerima pertolongan pertama, Ichigo tidak mengalami luka serius hanya lecet dibeberapa bagian tubuhnya sedangkan Byakuya harus menerima sebelas jahitan dipundaknya karena luka cakaran beruang.

Rukia langsung datang saat tahu sang kakak mengalami kejadian ini termasuk Orihime dan Nelliel datang melihat keadaan Ichigo.

"Hiikkssss...Nii-sama, jangan tinggalkan aku," isak Rukia histeris dalam pelukkan sang kakak.

Renji berdiri diam melihat adegan dramatis itu dengan wajah ditekut menandakan kalau ia tengah sebal juga kesal. Lain hal dengan Orihime saat datang menjenguk Ichigo, gadis bersurai oranye kecokelatan ini terus melihat seluruh tubuh sang adik dari atas sampai bawah mengecek apakah ada luka serius yang dialaminya.

"Aku tidak apa-apa, Hime hanya mengalami luka kecil yang seharusnya kau khawatirkan adalah Byakuya karena tadi dia melindungiku dari serangan beruang madu," jelas Ichigo.

Wajah Orihime terlihat syok mendengarnya, "Apa?! Beruang madu? Memangnya di tepi pantai ada beruang madu,"

"Kami tidak Traning camp ditepi pantai tapi di kuil dekat pegunungan,"

"APA?!" teriak Orihime histeris.

Ingin rasanya Orihime atau lebih tepatnya Ichigo, marah pada Byakuya berserta para Sensei di sekolhany karena mengadakan Traning camp ditempat berhaya seperti itu dan untung saja adik tercintanya tidak mengalami luka serius hanya lecet, jika sampai sang adik kenapa-kenapa ia berjanji akan menuntut pihak sekolah untuk bertanggung jawab.

"Ssssttt...pelankan suaramu, Hime. Ini rumah sakit," Ichigo menaruh telunjuk kanannya diatas bibirnya.

"Ma-maaf," sahutnya.

Ichigo melirik Nelleil yang sejak tadi berdiri dibelakang tubuh Orihime enggan untuk mendekat padanya, "Hallo, Nelliel. Apa kabar?" sapa Ichigo ramah.

"Baik," balas Nelliel datar.

"Ada apa dengannya Hime? Apa sudah terjadi sesuatu padanya?" tanya Ichigo penasaran karena sejak tadi datang terus berdiri diam dibelakang tubuh Orihime seperti seorang yang tengah ketakutan.

"Ya ada sedikit masalah yang terjadi nanti aku akan menceritakannya padamu tapi bisakah kau hubungi Starrk dan suruh dia mencari tahu siapa itu Nnoitra Gilga," ujar Orihime dengan wajah serius.

Ichigo diam dan menatap bingung dengan ekspresi wajah sang kakak yang aneh, "Baiklah, aku akan menghubunginya dan memintannya untuk melakukan apa yang kau perintahkan." Ichigo menyanggupi permintaan Orihime.

"Terima kasih, Hime."

Dengan kejadian penyerangan yang menimpa Byakuya, seluruh Sensei di marahi oleh kakek Byakuya, pemilik dari sekolah elit ini karena kelalaian mereka tidak memeriksa keadaan pegunungan sekitar kuil sebelum melakukan acara Traning camp.

Byakuya sendiri dirawat selama empat hari dirumah sakit tapi selama dirawat Ichigo yang merupakan sang kekasih tidak datang menjenguknya sama sekali. Hal ini membuat Byakuya kesal dan marah.

X0X0X0X0X0X0X0X

Sore ini Ichigo pergi ke cafe tempat Orihime bekerja untuk menyerahkan hasil laporan penyelidikan dari Starrk mengenai pria asing yang dua hari lalu datang ke apartemen Orihime dan membuat Nelliel ketakutan.

"Selamat sore Tuan muda," sapa Mai ramah.

Ichigo tersenyum kecil membalas sapaan dari Mai, pelayan cafe baru ditempat ini. Gadis manis berkuncir dua ini mengantarkan Ichigo duduk di meja favoritnya yaitu dekat jendela besar.

"Cokelat panas dan kue tart keju," Ichigo memberikan buku menu pada Mai.

"Mohon tunggu sebentar Tuan muda." Mai pergi meninggalkan Ichigo dan tak lama Orihime datang menghampiri Ichigo.

"Sudah lama?" tanyanya.

"Tidak, baru saja," Ichigo merogoh tas sekolahnya mengeluarkan sebuah amplop cokelat besar pada Orihime, "Ini, yang kua pinta tadi siang Starrk mengirimkannya ke asrama,"

"Terima kasih, Hime. Kau yang terbaik," Puji Orihime seraya membuka dan membacanya cepat.

Ichigo melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap heran raut wajah sang kakak, "Siapa pria itu?" tanyanya penasaran.

Orihime menarik kedua sudut bibirnya, "Hanya tikus kecil dan aku akan memberinya sebuah pelajaran yang tak akan pernah dilupakannya,"

"Maksudmu?"

Srek..

Orihime memasukkan kembali kertas hasil laporan penyelidikan kedalam amplop, "Nanti kau juga akan tahu," Orihime mengedipkan salah satu matanya.

Ichigo tersenyum kecil melihat tingkah sang kakak.

TAP

"Orihime-chan," panggil Nelliel berdiri disamping meja Ichigo.

"Nelliel!?" seru mereka bersamaan.

"Ada apa..."

"Duduklah didekatku, Nelleil," sela Ichigo meminta wanita cantik bersurai hijau panjang itu untuk duduk.

"Te-terima kasih," ucap Nelliel.

"Sudahlah kau jangan marah Hime, mungkin Nelliel merasa kesepian di rumah makanya ia datang ke cafe. Bukankah begitu Nelliel," Ichigo tersenyum hangat pada Nelliel dan para gadis yang duduk disekitar Ichigo hatinya langsung berdebar-debar.

Nelliel sedikit menundukkan wajahnya malu menatap Ichigo, "I-iya," sahutnya.

"Kau mau pesan apa?" tanya Orihime.

"A-aku tidak bawa dan punya uang," jawab Nelliel polos.

"Haah~" Orihime menghela nafasnya cepat, "Jika kau tidak punya uang bagaimana kau sampai ketempat ini?"

"Aku berjalan kaki," sahut Nelliel jujur.

Orihime dan Ichigo kaget mendengarnya mengingat jarak cafe ini dengan rumahnya cukup jauh bahkan jika ditempuh menaiki bus saja bisa sampai dua puluh lima menit. Pantas saja wajah Nelliel sedikit memerah karena kedinginan.

GREP

Orihime meraih kedua tangan Nelliel, "Tanganmu dingin sekali juga wajahmu terlihat pucat," ucap Orihime cemas.

"A-aku tidak apa-apa Orihime-chan,"

"Kau ini selalu saja berkata seperti itu, lain kali jika kau ingin pergi kemana-pun bilang padaku aku akan memberimu uang untuk menaiki bus. Ingat saat ini kau tengah hamil dan harus menjaga diri baik-baik," omel Orihime panjang lebar.

Seulas senyum manis menghiasi wajah tampan Ichigo mendengar ucapan panjang lebar dengan nada penuh kekhawatiran pada Nelliel, dan dirinya menangkap sedikit sinyal cinta dari sang kakak untuk wanita cantik bersurai hijau panjang itu.

Orihime-pun terpaksa harus kembali kedapur untuk bekerja mengingat sudah sepuluh menit lebih ia duduk mengobrol dengan sang adik dan meninggalkan pekerjaan. Tak lama Orihime pergi Mai datang membawakan pesanan untuk Ichigo.

"Ini pesanan anda Tuan muda,"

"Terima kasih," Ichigo mengambil cokelat panas pesanannya dan memberikannya pada Nelliel.

"Minumlah, ini akan menghangatkan tubuhmu," ucap Ichigo.

"Tapi anda..."

"Sudah kau minum saja, aku akan memesannya lagi,"

Nelliel langsung meminum cokelat panas milik Ichigo.

Mai berdiri diam disisi meja Ichigo memandang penuh iri serta cemburu pada Nelliel karena bisa duduk santai dekat dengan Ichigo bahkan diperlakukan istimewa oleh pemuda yang diam-diam sudah disukainya.

Kling...

Lonceng dipintu masuk berbunyi memaksa Mai pergi dari meja Ichigo untuk menyambut tamu yang datang.

"Selamat datang di cafe kami, Nona muda." Sapa Mai ramah.

Gadis cantik bersurai merah muda panjang mengenakan seragam sekolah Alice Gakuen berjalan angkuh dan wajah sedikit kesal berjalan cepat kearah meja Ichigo dan Mai berjalan mengekor dibelakangnya.

"Siapa gadis itu, Ichigo-kun?!" tunjuk Riruka penuh cemburu.

Ichigo menatap syok serta kaget sosok Riruka yang berdiri menjulang didekatnya, "Ri-Rikuka?!"

"Cepat katakan padaku, Ichigo-kun! Siapa gadis itu?" Riruka menatap penuh benci pada Nelliel.

"Namanya adalah Nelliel dan d..."

"Pacar kak Ichigo," sela Orihime sinis yang tiba-tiba datang.

Riruka menolehkan wajahnya menatap tajam pada Orihime, "Apa maksud ucapanmu itu?"

"Nelliel adalah kekasih kak Ichigo," Orihime tersenyum penuh arti pada Riruka.

DUK

DUK

DUK

Riruka menghentakkan sepatunya ke atas lantai selama beberapa kali meluapkan perasaan kesalnya.

Para gadis yang duduk disekitar meja Ichigo termasuk Mai merasa patah hati dan sedih mendengar pernyataan dari Orihime tadi.

Srek

Mai meremas kuat-kuat ujung baju Maidnya hingga menimbulkan lipatan acak, "Beraninya kau merebut pangeranku." Desisnya.

DRAP

DRAP

Riruka berlari meninggalkan cafe dengan berlinang air mata, padahal sudah hampir satu bulan ini ia tidak bertemu dengan Ichigo karena harus pergi ke Amerika melakukan pertukaran pelajar serta budaya. Setibanya di Jepang hal pertama yang ingin dilihat Riruka adalah wajah Ichigo, pria yang dicintainya tapi apa yang didapatkannya malah sebuah penghinaan besar dan membuat hatinya sedih serta terluka.

Suasana cafe sedikit menjadi tegang karena kejadian ini.

"Apakah Ichigo menyukaiku?" tanya Nelliel ketika keadaan mulai sedikit tenang.

Ichigo hanya bisa tersenyum kikuk tak bisa menjawab pertanyaan karena bingung harus menjawab apa.

"Kenapa kau tanyakan hal itu Nelliel?" tanya Orihime.

Nelleil menatap penuh arti pada Orihime, "Karena aku menyukai Orihime-chan." Aku Nelliel dengan wajah polos.

Kedua wajah Orihime dan Ichigo langsung syok mendengarnya.

"Bagiku, Orihime-chan itu seperti seorang pangeran yang gagah berani juga keren." Puji Nelliel yang langsung membuat Ichigo sedikit besar kepala.

Ichigo dan Orihime merasa kalau ada sedikit harapan untuk mereka berdua kembali ketubuh mereka masing-masing, tapi yang menjadi masalah Nelliel menyukai sosok Orihime yang asli atau Ichigo yang tengah berada didalam tubuh gadis bersurai oranye kecokelatan itu.

Dan diam-diam Mai menatap penuh benci pada Nelliel seraya memikirkan sebuah ide jahat di dalam otaknya.

"Akan kusingkarkan kau dari pangeranku." Batinya penuh kebencian.

TBC

A/N : Mumpung ada waktu senggang dan otak sedang encer Inoue upadte dan Inoue mohon maaf Inoue tidak bisa membalas Riview dari kalian semua karena keterbatasan waktu. Untuk kelanjutan Fic ini Inoue tidak bisa cepat tapi akan di usahakan untuk bisa update.

Inoue mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang membaca Fic ini dan jika berkenan Read and Riviewnya.

Inoue Kazeka