Disclaimer : Tite Kubo

Rate : T

Genre : Romance

.

.

.

WARNING : Typo bertebaran dimana-mana, EYD yang amburaul, Penempatan tanda baca yang tidak sesuai, OOC, Gaje dan masih banyak kekurangannya.

PLEASE IF YOU DON'T LIKE DON'T READ

X0X0X0X0X0X0X0X

Orihime dan Ichigo, keduanya adalah adik kakak dari keluarga Kurosaki. Sejak kecil keduanya sudah sangat dekat dan tidak pernah terpisahkan juga selalu bersama-sama kemanapun. Walaupun usia mereka berbeda satu tahun, namun keduanya terlihat memiliki wajah yang sedikit mirip ditambah dengan warna rambut yang hampir sama, yaitu orange yang mereka berdua dapat dari sang ibu, Misaki Kurosaki.

Ichigo kecil terlihat sangat menyangi sang adik begitu pula dengan Orihime yang selalu manja pada sang kakak dan selalu menempel padanya. Sore ini keduanya terlihat tengah bermain disebuah taman dekat rumah dan Ichigo terlihat berada dibelakang Orihime yang terihat tengah asik mengejar kupu-kupu.

BUK…

Orihime terjatuh karena tersandung batu.

"Hiksh…Sakit," rintih Orihime seraya memegangi lututnya yang berdarah.

Orihime terlihat menangis memegangi lututunya yang terluka, Ichigo yang berada dibelakangnya langsung berlari menghampiri sang adik.

"Sudah jangan menangis lagi, kakak akan mengobati lukanya," Ichigo berusaha menenangkan sang adik.

Ichigo langsung menggunakan air liurnya lalu menempelkannya diluka Orihime.

"Kak Ichi jo-jorok..." ucap Orihime dengan sesenggukkan.

Ichigo hanya tersenyum kecil menanggapinya, "Ini supaya luka dilututmu sembuh. Hari sudah sore ayo kita pulang," Ichigo terlihat duduk berjongkok didepan sang adik.

Orihime langsung mengalungkan kedua tangannya pada leher sang kakak dan memeluknya dengan erat, Ichigo menggendong pulang Orihime yang terluka.

"Apakah lukanya masih sakit?" tanya Ichigo.

"Tidak sakit lagi." jawab Orihime seraya menggelengkan kepalanya.

Ichigo tersenyum lega mendengarnya, ia sangat khawatir dan cemas dengan sang adik karena selalu jatuh dan terluka. Maka dari itu Ichigo tidak bisa membiarkan Orihime bermain sendirian dan setelah berjalan hampir lima belas menit mereka berdua tiba dirumah.

Kedua kakak beradik itu terlihat memasuki sebuah rumah yang cukup besar.

"Ibu, ayah kami pulang." ujar Ichigo seraya masuk kedalam rumah dengan menggendong Orihime yang sudah tertidur lelap.

Suasan rumah sore ini terlihat sangat sepi sekali, Ichigo tidak melihat sang ibu didapur untuk memasak makan malam dan saat ia melewati kamar utama, tanpa sengaja Ichigo mendengar pertengkaran hebat dari kedua orang tuanya.

"Aku lelah Isshin-kun dan aku tak sanggup lagi hidup bersama denganmu. Kita bercerai saja." ucap seorang wanita cantik paruh baya bersurai orange yang tak lain adalah ibu dari Ichigo dan Orihime.

"Baiklah kita bercerai, aku akan mengurus semuanya. Jika itu yang kau mau Misaki." sahut Isshin dengan dingin seraya keluar dari ruang tamu.

Wanita cantik bersuari orange itu terlihat jatuh terduduk dan bahunya sedikit bergetar, tak lama terdengar suara lirih isak tangis dari wanita parauh baya itu.

"Hiksh…Hiksh…" isak Misaki dengan pelan.

Ichigo tertegun sesaat ketika mendengar pertengkaran kedua orang tuanya di dalam kamar utama. Memang belakangan ini hubungan kedua orang tuanya tidak serukun dan seharmonis dahulu karena kini sang ayah telah memiliki wanita idaman lain yang merupakan mantan pacarnya sewaktu sekolah SMA dulu dan semenjak itu sang ayah jarang sekali pulang kerumah kalaupun pulang pasti selalu bertengakar dengan sang ibu.

Tak jarang Ichigo melihat sang ibu duduk menangis didapur yang gelap setelah bertengkar dengan ayahnya. Dan saat ditanya oleh Ichigo sang ibu selalu berkata kalau ia tidak apa-apa, dan matanya hanya kelilipan debu saja.

"Ibu," panggil Ichigo seraya masuk kedalam kamar seraya menggendong Orihime yang tertidur.

"Ichigo, kau sudah pulang nak?" tanya Misaki seraya menghapus air matanya dan memberikan senyuman lembut nan hangat pada anaknya.

"Ibu, apa itu bercerai?" tanya Ichigo dengan polosnya seraya menatap penuh arti pada sang ibu.

Deg'

Hati Misaki terasa sakit dan terenyuh ketika mendengar pertanyaan itu keluar dari bibir mungil anaknya.

"Nanti ibu akan jelaskan padamu, sekarang mandilah dan biarkan ibu membawa adikmu kekamarnya." Masaki meraih tubuh Orihime yang tertidur.

Ichigo kecil hanya bisa diam dan menuruti perkataan sang ibu tanpa mendengar jawaban dari pertanyaannya. Lalu dua bulan kemudian akhirnya kedua orang tuanya-pun bercerai, Ichigo dan Orihime kecil sangat tidak begitu mengerti dan paham dengan arti kata berpisah atau bercerai dari kedua orang tuanya. Karena sang ayah dan ibu menjelaskan kalau mereka hanya akan tinggal berbeda rumah saja.

Dan saat ini Ichigo dan Orihime tengah duduk diam diatas sofa diruang tunggu persidangan seraya saling bergandengan tangan, menanti kedua orang tuanya datang.

"Kak Ichi, apakah ibu dan ayah akan berpisah? Dan kita tidak bisa bersama-sama lagi," tanya Orihime kecil dengan lirih, ia meremas erat lengan baju sang kakak.

"Tidak, kita akan tetap bersama-sama Hime. Percayalah pada kakak," jawab Ichigo dengan penuh keyakinan pada sang adik.

Orihime merebahkan kepalanya dibahu kanan sang kakak, "Aku tidak mau berpisah dengan kak Ichi juga ayah dan ibu. Orihime ingin pergi ke kebun binatang bersama-sama lagi seperti dulu," isak Orihime.

Ichigo langsung menatap wajah sang adik yang tiba-tiba menangis, ia tersenyum lembut pada sang adik seraya menghapus air mata dipipi Orihime.

"Jangan menangis, wajahmu jelek kalau menangis." ledek Ichigo seraya mencubit pelan pipi chubby Orihime.

"Sakit, kak Ichi." rintih Orihime seraya mengelus-ngelus pelan pipinya.

Ichigo tersenyum kecil pada sang adik perempuannya, "Kakak tidak suka melihatmu menangis, kakak lebih senang melihatmu yang sedang tersenyum." ucap Ichigo dengan lembut seraya mengelus pelan rambut sang adik.

Orihime pun langsung memperlihatkan senyuman yang lebar pada sang kakak, wajah Ichigo langsung terlihat senang melihat senyuman sang adik.

Setelah menunggu hampir dua jam diruang tunggu pengadilan, akhirnya pintu ruangan itu-pun terbuka dan menampilkan kedua orang tua mereka, Isshin dan Misaki Kurosaki.

"Ayah, ibu!" panggil keduanya dengan bersamaan.

Namun wajah ayah dan ibunya sangat berbeda tak ada raut wajah kebahagian dari keduanya, Isshin berjalan menghampiri Ichigo dan menggendongnya membawanya menjauhi dari Orihime.

"Ayah?" Ichigo menatap bingung sang ayah.

"Ichigo ayo kita pulang." ajak Isshin seraya berjalan keluar dari ruangan tunggu pengadilan.

"Aku ingin pulang bersama dengan Orihime juga ibu." Ronta Ichigo.

Namun sang ayah tidak memperdulikan Ichigo yang terus meronta meminta turun, Isshin terus saja berjalan meninggalkan ruang tunggu juga Orihime dan Misaki yang kini sudah resmi menjadi mantan istrinya.

"Kak Ichi!" panggil Orihime.

Gadis kecil ini berusaha mengejar sang kaka juga ayahnya namun Misaki menghalanginya, ia memeluk sang anak lalu menggendongnya.

"Orihime maukan ikut dan tinggal bersama dengan ibu?" tanya Misaki dengan lirih.

"Ya, ibu Orihime mau tinggal bersama dengan ibu. Tapi kak Ichi juga ayah ikut tinggal bersama dengan kita juga-kan?" tanya Orihime dengan polosnya.

Misaki hanya bisa menggelengkan kepalanya menatap putri kesayangannya itu, "Kak Ichigo dan ayah tidak bisa ikut bersama dengan kita," jawab Misaki menahan tangisnya agar tidak pecah.

"Kenapa ibu? Kenapa tidak bisa?" tanya Orihime dengan penuh kebingungan.

Masaki hanya diam seraya memeluk tubuh putri kecilnya dan tak lama tangisnya langsung pecah.

"Maafkan ibu, nak." Wanita cantik ini berjalan menggendong Orihime.

"Ibu, kita mau kemana? Kenapa ayah dan kak Ichi tidak ikut bersama kita?" Orihime terlihat mulai berontak dalam gendongan sang ibu.

Misaki hanya diam dan semakin mengeratkan pelukkannya pada sang anak seraya keluar dari ruang tunggu persidangan.

Orihime melihat sang ayah membawa pergi sang kakak menjauh darinya, "Kak Ichi." panggil Orihime seraya mengulurkan tangannya pada Ichigo.

"Hime." Ichigo juga terlihat mengulurkan tangannya pada Orihime.

Keduanya saling berteriak memanggil dan terlihat sangat tidak rela juga sedih karena harus berpisah. Misaki membawa Orihime pergi dari Tokyo dan tinggal disebuah kota kecil bernama Karakura. Sedangkan Isshin membawa Ichigo ke Amerika dan tinggal disana selama beberapa tahun.

Sepuluh tahun berlalu keduanya berpisah dan tak saling bertemu satu sama lainnya. Misaki telah menikah lagi dengan seorang pria bernama Sora Inoue, dan kini Orihime telah berganti nama menjadi Orihime Inoue.

Sementara itu Isshin menikah lagi dan mendapatkan kedua anak kembar bernama Karin dan Yuzu, kini mereka bertiga tinggal di Amerika.

Dan sepuluh tahun kemudian.

Kota Karakura.

KRINGGGG!

Sebuah jam bekker berbentuk kucing, terus saja berdering dengan keras. Memaksa seorang gadis cantik bersurai orange kecokletan yang tengah tertidur pulas harus terbangun dari alam mimpinya karena suara dari jam bekkernya.

"Ngh!" lenguhnya seraya merentangkan kedua tangannya diatas kasur.

Gadis ini langsung terbangun dengan kedua mata yang masih setengah terpejam, dan meraih jam bekkernya yang berada diatas nakas lalu mematikannya.

"Ternyata sudah pagi..." gumamnya seraya turun dari atas kasur.

Gadis ini langsung berjalan masuk kedalam kamar mandi dengan setengah gontai, ia langsung menyikat gigi dan membasuh wajahnya agar menjadi segar.

Kini wajahnya sudah segar sekali setelah mencuci muka dan kedua matanya bisa terbuka dengan lebar, gadis ini terlihat keluar dari kamar mandai dan bergegas memakai seragam sekolah SMA-nya yang tergantung dekat lemari belajarnya.

DRAP...

Gadis berlarian keluar dari dalam kamar menuju ruang tengah.

Gadis cantik ini langsung duduk bersimpuh didepan altar kedua orang tuanya dan berdoa sebelum berangkat sekolah.

"Selamat pagi ayah, ibu," sapa gadis cantik ini pada kedua foto yang terpajang didepan altar doa.

Sudah lebih dari enam tahun sang ibu wafat karena sakit dan dua tahun kemudian sang ayah tiri Sora Inoue juga wafat karena sebuah kecelakaan mobil. Semenjak itulah Orihime menjadi sebatang kara dan harus berjuang hidup sendirian membiayai sekolahnya juga kehidupannya.

"Ayah dan Ibu doakan aku, semoga hari ini juga akan menyenangkan." ucap Orihime didepan altar kedua orang tuanya.

Sebelum berangkat kesekolah Orihime pasti menyempatkan diri berdoa didepan altar kedua orang tuanya dan setelah itu ia akan pergi sekolah.

Kini usia Orihime sudah menginjak lima enam tahun, dan ia tercatat sebagai murid kelas dua di SMA Karakura. Dengan mengayuh sepedahnya Orihime berangkat kesekolah karena jarak rumah dan sekolahnya lumayan jauh.

Dan setelah dua puluh menit Orihime mengayuh sepedahnya, ia-pun tiba disekolah dan memakirkan sepedahnya lalu berjalan masuk kedalam sekolah.

"Selamat pagi Orihime." sapa Tatsuki yang merupakan teman baiknya disekolahnya.

Tanpa sengaja mereka berdua berpapasan dikoridor.

"Selamat pagi juga Tatsuki-chan." balas Orihime dengan ramah.

Keduanya terlihat berjalan bersamaan menuju kelas, dulu sebelum Tatsuki menjadi temannya. Disekolah ini Orihime selalu dibully dan dikerjai oleh para murid perempuan yang merasa iri dan tidak suka dengan keberadaan Orihime yang dianggapnya sebagai saingan dalam merebut perhatian dari Ishida sang ketua Osis.

"Orihime, apakah kau sudah mengerjakan tugas kesenian?" tanya Tatsuki.

"Ya, aku sudah membuatnya, tapi aku tidak tahu apakah hasilnya akan sebagus milik Tatsuki-chan." Orihime merasa minder dengan hasil rajutan yang dibuat oleh Tatsuki yang sangat indah dan bagus menurutnya.

"Kau ini selalu saja merendah Orihime, padahal kau selalu mendapatkan nilai bagus dalam pelajan kesenian." ledek Tatsuki.

Orihime hanya bisa tersenyum kecil menanggapinya.

TING TONG…

Bel masuk berbunyi dan pelajaran-pun dimulai, Orihime terlihat mengeluarkan buku pelajarannya dan mengikuti pelajaran dengan baik. Disekolah Orihime dikenal sebagai murid yang berprestasi, ia selalu menjadi nomor satu disetiap pelajaran namun sedikit lemah dalam pelajaran memasak karena ia memiliki selera yang sedikit aneh dalam hal makanan.

Hari ini sekolah berakhir dengan cepat dan menyenangkan menurut Orihime, setelah sekolah usai Orihime harus melakukan kerja part time disebuah Maid Café diseberang kota. Uang dari kerja part time-nya ia kumpulkan untuk menambah biaya masuk kuliah ketika lulus sekolah nanti.

Dan saat ini gadis cantik ini tengah bekerja di cafe sebagai pelayan, dengan menggunakan pakaian maid dan rambut yang ia kuncir dua. Dengan ramah ia selalu menyambut kedatangan para tamu dan melayani para tamu dengan ramah juga sopan.

Hari ini tanpa diduga sama sekali olehnya kalau seorang pemuda yang amat sangat dirindukannya selama sepuluh tahun ini akan muncul dihapadapannya.

"Selamat datang di café ini Tu-tu-an," Orihime menatap kaget pemuda tempan yang baru masuk kedalam cafe.

Dilihat dari seragam yang dikenakannya, pemuda tampan bersurai orange itu bersekolah di Empire Gakuen sebuah sekolah asrama super elit dikota ini.

Merasa dipandangi oleh Orihime, pemuda itu terlihat tidak suka, "Hei, kau! Mengapa memandangiku seperti itu?" omelnya.

Orihime langsung membungkukkan tubuhnya dalam-dalam, "Maafkan atas kelancangan saya Tuan, mari saya antarkan ke meja anda."

Pemuda itu duduk dengan santai seraya melihat-lihat daftar menu yang diberikan oleh Orihime, sementara itu diam-diam gadis bersurai orange kecokelatan ini ini terus mencuri-curi pandang. Orihime merasa mengenali pemuda tampan ini, namun ia sedikit masih ragu kalau pemuda tampan ini adalah kakaknya yang selama sepuluh tahun tak bertemu. Karena penampilannya sangat jauh berbeda sekali dengan image yang selama ini dibayangkan oleh Orihime.

Kling...

Suara lonceng masuk terdengar dari depan dan seorang pria bersurai merah masuk menghampiri pemuda bersurai orange itu seraya melambaikan tangannya.

"Yo, Ichigo," sapa pemuda itu.

Kedua mata Orihime langsung membelalak sempurna mendengarnya, ia menoleh menatap pemuda yang bernama Ichigo itu.

"Kak Ichi," panggil Orihime dengan pelan.

Pemuda bersurai orange itu langsung menoleh kearah sang pelayan café dan menatapnya kaget.

"Hime!" serunya kaget.

BRUK...

Ichigo langsung bangun dari duduknya lalu memegangi pundak Orihime dan menatapnya dengan kaget bercampur senang.

"A-apa benar kau adalah Orihime?" tanya Ichigo untuk memastikan kembali apakah gadis maid ini adalah benar adiknya, yang selama sepuluh tahun ini berpisah.

Orihime tersenyum lembut menatap Ichigo, orang yang sangat begitu ia rindukan.

"Ya, Kak Ichi. Ini aku Orihime adikmu."

GREP

Ichigo langsung memeluk erat tubuh Orihime, adik yang sudah lama ia rindukan. Sementara itu pemuda bersurai merah yang ada disamping Ichigo terlihat kaget dan syok tentunya.

"Apa? Adik?!" seru pemuda itu dengan kaget.

"Kak Ichi, aku sangat merindukanmu." Isak Orihime dalam pelukkan sang kakak.

Pemuda bersurai merah yang ada disamping Ichigo terlihat bengong menatap adegan haru antara kedua kakak adik itu.

"Hmhmhm..." dehem pemuda bersurai merah dengan kerasnya.

Ichigo melepasakan pelukkannya pada sang adik dan menoleh pada temannya.

"Renji?!"

"Ya, ini aku. Sudah selesai belum acara reunian kalian?" sindir Renji.

Ichigo hanya terkekeh kecil mendengarnya, "Maafkan aku. Oh ya, Renji aku ingin memperkenalkan adikku padamu,"

"Salam kenal, namaku Orihime Inoue," Orihime membungkukkan tubuhnya.

"Nama yang indah, aku Renji Abarai. Senang berkenalan denganmu." Renji tersenyum lebar menatap Orihime.

"Hime, kenapa kau mengganti margamu? Bukankah seharusnya Kurosaki kenapa jadi Inoue?" protes Ichigo.

"Beberapa tahun yang lalu ibu sudah menikah lagi dan aku berganti marga yang sama dengan ayah tiriku." jelas Orihime pada sang kakak.

Renji cukup terkejut mengetahui kalau temannya itu memiliki seorang adik yang sangat cantik sekali. Karena setahunya Ichigo hanya mempunyai dua orang adik kembar yang masih berusia sembilan tahun yaitu Karin dan Yuzu.

Ichigo menungu Orihime menyelesaikan pekerjaan, karena ia ingin mengantarkan sang adik pulang kerumahnya juga bertemu dengan sang ibu, orang yang juga ia rindukan selama sepuluh tahun terakhir ini.

Setelah mengendari motor selama tiga puluh menit, keduanya sampai disebuah gedung apartemen yang terlihat sedikit kumuh dan tak terawat.

"Apakah ini rumahmu, Hime?" tanya Ichigo.

"Ya." jawab Orihime saraya menyerahkan helm pada sang kakak.

Ichigo terlihat melihat-lihat bangunan apartemen ini yang dinilainya tidak layak untuk ditinggali oleh Orihime, mengingat kalau ia adalah putri dari seorang konglomerat Kurosaki. Ichigo memutuskan untuk ikut masuk kedalam apartemen Orihime dan bertemu sang ibu.

CKLEK...

Orihime membuka pintu apartemenya dengan pelan, "Silahkan masuk kak Ichi," Orihime mempersilahkan sang kakak masuk.

"Kenapa apartemenmu gelap sekali Hime? Dimana ibu?! Malam ini ibu masak apa untuk menyambut kedatanganku?" tanya Ichigo dengan antusia berharap sang ibu akan senang melihat kedatangannya.

Wajah Orihime terlihat sendu dan sedih melihat sang kakak yang sangat gembira karena berfikir akan bertemu dengan sang ibu.

"Aku akan mengantarkan Kak Ichi bertemu dengan ibu," Orihime membawa Ichigo kedepan sebual altar yang terdapat dua foto pria dan wanita.

Ichigo berjalan mengekor dibelakang Orihime yang membawanya ke ruangan tengah, namun disana sama sekali tidak ada sosok sang ibu yang dicarinya, hingga ia melihat ditengah-tengah ruangan ada sebuah altar kecil dengan dua foto yang terpajang disana.

"Ayah, ibu kak Ichi datang untuk bertemu," ucap Orihime dengan sendu.

Tubuh Ichigo langsung kaku dan kedua matanya membelalak sempurna melihat foto sang ibu ada di altar doa.

"I-ini..."

"Ibu sudah meninggal enam tahun yang lalu dan ayah tiriku, juga meninggal dunia dua tahun yang lalu," jelas Orihime.

BRUK...

Ichigo langsung jatuh terduduk dan tak lama tangisnya pecah didepan altar sang ibu.

"Ibu..." teriaknya.

"Kak Ichi." Orihime memeluk tubuh sang kakak.

Ichigo menangis dalam pelukkan sang adik meluapkan semua perasaan sedih dihatinya, Orihime hanya bisa mengelus pelan pundak sang kakak untuk menenangkan hatinya.

"Ibu...Ibu..." isaknya.

Orihime ikut juga terlarut dalam kesedihan hati sang kakak, ia pun menitikan air matanya.

"Hime, antarkan kakak ke makam ibu." Pinta Ichigo dengan bibir yang bergetar.

Orihime hanya menganggukkan kepalanya menjawab keinginan sang kakak.

*#*

Hari ini langit terlihat cerah sekali matahari juga bersinar dengan teriknya, dan siang ini Ichigo juga Orihime pergi kemakam sang ibu untuk berziarah. Setelah menaiki beberapa puluh anak tangga akhirnya kedua kakaka adik itu tiba di area pemakan umum, Ichigo berjalan pelan menghampiri nisan sang ibu.

"Ibu aku datang, maaf jika aku datang terlambat menemui mu," Ichigo meletakkan sebuket bunga lili diatas makam sang ibu.

Ichigo terlihat duduk berjongkok disebelah Orihime seraya melipat kedua tangannya, "Ibu aku akan menjaga Orihime dengan baik, jadi beristirahatlah dengan tenang." Ichigo tersenyum menatap figura foto sang ibu.

"Kak Ichi." gumam Orihime.

Setelah berdoa cukup lama, Ichigo dan Orihime meninggalkan area pemakaman. Mereka manyempatkan diri berdoa dikuil suci dekat area pemakaman. Dan setelah berdoa dikuil, tanpa sengaja Orihime dan Ichigo melihat seorang nenek yang ditabrak jatuh seorang pria. Semua buah-buahan yang berada didalam keranjang sang nenek, berjatuhan kemana-kemana.

"Nenek, anda tidak apa-apa?" Orihime terlihat membantu sang nenek untuk bangun dan menuntunnya untuk duduk dipinggir kuil.

Sementara itu Ichigo memunguti buah persik yang berjatuhan dan memasukkannya kembali kedalam keranjang.

"Nenek aku sudah mengambil semua buah persik milik nenek yang berjatuhan tadi," Ichigo memberikan sekeranjang buah persik pada sang nenek.

Sang nenek terlihat tersenyum hangat pada Ichigo, "Terima kasih nak," ucapnya dengan pelan.

"Awas saja kalau aku bertemu dengan pria itu, aku pasti meninju wajahnya karena bersikap kurang ajar pada nenek," geram Ichigo.

Sang nenek malah tertawa kecil mendengar perkataan dari Ichigo, sang nenek merasa senang dengan sikap baik dari Ichigo dan Orihime. Dan sebagai balasan atas kebaikan hati mereka berdua, sang nenek memberikan buah persik pada kedua kakak adik itu. Keduanya menerima satu buah persik dari sang nenek.

"Nenek harap kalian akan memakannya hingga habis dan dalam seratus hari semua keinginan kalian terwujud juga cinta sejati kalian berdua." ucap sang nenek.

"Terima kasih nek, kami berdua akan memakannya." Orihime menerima buah persik

Setelah memberikan buah persik untuk Orihime dan Ichigo, sang nenek tiba-tiba saja pergi menghilang begitu saja. Membuat kedua kakak adik itu merasa sedikit merinding, dan memutuskan untuk bergegas pergi dari area kuil suci.

Setelah pergi mengunjungi makan sang ibu dan berjalan-jalan sebentar dengan sang adik, Ichigo harus segera pulang ke asrama dan hari ini ia merasa sangat senang sekali karena bisa bertemu dengan Orihime dan bersenang-senang dengannya.

"Jaga dirimu baik-baik Hime, kakak akan menghubungimu setiap hari."

"Hmm." sahut Orihime seraya menganggukkan kepalanya.

Ichigo pun masuk kedalam Shinkanse, walau sudah berada didalam kereta Ichigo masih berdiri dipintu kaca seraya melambai-lambaikan tangannya pada sang adik.

"Hati-hati dijalan kak Ichi." ucap Orihime seraya membalas lambai tangan sang kakak.

Hari ini Orihime merasa senang sekali, karena bisa bertemu dengan sang kakak. Setelah sampai dirumah, Orihime langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Drrrrtttt…

Ponsel baru pemberian dari sang kakak terdengar bergetar, Orihime langsung mengangkatnya dan ternyata itu adalah sang kakak yang menghubunginya. Ichigo sudah berada diasrama dan sampai dengan selamat. Setelah mengobrol dengan Ichigo ditelpon beberapa menit, tiba-tiba perut Orihime langsung berbunyi karena lapar.

Krucuukkk

Perut Orihime bersuara dengan kencangnya.

"Laparnya." keluh Orihime seraya memegangi perutnya.

Gadis cantik bersurai orange kecokelatan ini keluar dari kamar dan menuju dapur untuk melihat apakah ada makanan didalam kulkas. Dan saat Orihime membuka kulkas ternyata, isi dalam lemari es-nya kosong hanya ada botol air mineral saja.

Tiba-tiba saja Orihime teringat dengan buah persik yang berada didalam tasnya.

Orihime pun mengambil buah persik yang ada didalam tasnya, awalnya Orihime ragu untuk memakannya namun karena rasa lapar diperutnya. Mau tidak mau Orihime memakan buah persik pemberian dari sang nenek.

"Enak sekali buah persik ini." Orihime memakan buah persik itu dengan lahapnya.

Setelah puas memakan buah persik itu, entah mengapa tiba-tiba Orihime merasa sangat mengantuk sekali. Dan tanpa diduga juga Ichigo juga sama-sama memakan buah persik itu dan ia juga langsung merasakan apa yang di rasakan oleh Orihime.

.

.

.

Empier Gakuen adalah sebuah sekolah asrama elit untuk kalangan atas dan hanya orang-orang dari kalangan tertentu yang bisa bersekolah disini. Dan Ichigo tercatat sebagai siswa kelas dua disekolah ini.

Seperti biasa Renji yang merupakan teman sekamar Ichigo selalu bangun pagi untuk berolahraga dan akan membangunkan Ichigo jam tujuh pagi untuk bersiap-siap kesekolah.

"Hei, pemalas ayo bangun," Renji menggoyang-goyangkan tubuh Ichigo menggunakan kakinya.

Namun Ichigo tidak mau bangun juga dan dengan terpaksa Renji menarik selimut yang digunakan oleh Ichigo. Hal ini membuat pemuda bersurai orange ini langsung terbangun dari tidurnya.

"Sia…" pemuda bersurai orange ini menghentikan ucapannya, kedua matanya langsung terbuka sempurna dan menatap kaget sosok pria bersurai merah dihadapannya saat ini yang hanya mengenakan celana panjang berwarna hitam juga bertelanjang dada dan memperlihatkan tubuh atletisnya.

"AAAAA!" pemuda bersurai orange ini langsung berteriak dengan keras seraya menjauhi Renji.

Renji merasa sangat aneh dengan sikap sahabatnya itu, "Kau ini kenapa Ichigo?" tanya Renji dengan bingung.

"Aku bukan kak Ichi. Jadi menjauhlah dariku pria hidung belang," jerit pemuda tampan ini seraya berjalan mundur menghindari Renji.

"?!"

Renji semakin bingung dengan sikap dari temannya itu, dan terus berfikir apakah otak Ichigo terganggu gara-gara semalam memakan buah persik sebelum tidur.

"Sudah kuduga kalau buah itu beracun. Ini aku Renji Abarai, temanmu." Renji berusaha mendekati Ichigo.

Namun dengan cepat pemuda bersurai orange ini langsung pergi berlari menuju kamar mandi dan mengunci kamar mandi rapat-rapat. Ia langsung membasuh wajahnya dan saat menatap pantulan wajahnya dicermin betapa kagetnya ia, melihat wajah Ichigo Kurosaki sang kakak bukannya Orihime Inoue, dirinya.

"Ini tidak mungkin!" Orihime menatap syok wajahnya didalam cermin.

Orihime memegangi bagian depan tubuhnya dan ternyata dadanya terasa rata dan saat pandangan matanya terarah pada bagian bawah tubuhnya, wajah Orihime langsung menjadi pucat pasi.

"AAAAAAAA!" jerit Orihime dengan keras dari kamar mandi.

Ichigo juga terlihat diam mematung didepan cermin seraya memegangi bagian depan tubuhnya yang terasa kenyal dan besar, wajahnya terlihat sangat syok sekali dan tak lama ia berteriak dengan kerasnya.

"AAAAAAA! TIDAKKKK!" jerit Ichigo dengan frustasi.

Keduanya terlihat sangat syok sekali ketika menemukan diri mereka tidak ada ditubuh mereka yang sebenarnya.

Ternyata jiwa mereka berdua tertukar satu sama lain, kini jiwa Orihime berada ditubuh Ichigo begitu pula dengan jiwa Ichigo yang berada didalam tubuh Orihime. Entah bagaimana mereka berdua akan menjalani kehidupan mereka sehari-hari dengan tubuh yang tertukar ini.

Ichigo harus menjadi Orihime gadis yang terkenal kalem, lembut, ramah dan polos. Sedangkan Orihime harus menjadi Ichigo yang terkenal galak, nakal, pembuat onar disekolah. Akankah keduanya bisa menjalani peran barunya dikehidupan baru dan aneh mereka berdua.

"Ya Tuhan!" jerit keduanya dalam hati.

TBC

A/N : Fic ini sempat dihapus karena Inoue kurang puas dengan jalan ceritanya, dan setelah di edit sedikit Inoue kembali mencoba mempublishnya, semoga saja ada yang menyukainya.

Terima kasih kepada siapapun yang sudi dan mau membaca apalagi meriview cerita ini, Inoue sangat berterim kasih sekali.

Inoue Kazeka