Prince and princess Slytherin

Disclaimer : J.K Rowling

Pairing : Dramione

Setting : Tahun ke tujuh Harry Potter setelah perang melawan Voldemort

Rated : T semi M

Warning : Cerita aneh, gaje, typos dll

Summary :

"Kepala sekolah Hogwarts menetujui permintaan murid tahun ke tujuh sebelum pelaksanaan NEWT sebagai refreshing. Hermione sebenarnya tidak setuju karena permintaan mereka adalah pertukaran asrama untuk satu tahun terakhir di Hogwarts." / Slytherin!/ Harry, katakan kalau aku sedang bermimpi./ Sayangnya ini nyata Hermione./

.

Setelah prof. yang paling jenius yaitu Dumbledore tewas di tahun Harry Potter yang ke-6, dan prof. Snape yang tewas akibat serangan Voldemort, maka kedudukan kepala sekolah Hogwarts digantikan oleh Professor Minerva McGonagall. Dan semua murid mengulang tahunnya di tahun ini, karena mengingat tahun lalu mereka semua bertempur habis-habisan melawan Lord Voldemort yang kini telah binasa.

Happy Reading:)


Chapter 1 : Slytherin!

"Hasil rapat antara aku, para guru dan staf Hogwarts kemarin adalah ketetapan kenaikan nilai standar kelulusan Hogwarts untuk kelas tujuh yang dimulai dari tahun sekarang, sebagai-."

Perkataan prof. Minerva sang kepala sekolah itu terhenti saat yang lainnya di ruangan itu mengeluh terang-terangan akan perkataan sang kepala sekolah itu yang menyatakan akan menaikkan nilai standar kelulusan Hogwarts tahun ini. Hanya ada satu orang yang tidak mengeluh dalam ruangan itu. Ya, Hermione Jane Granger (The smartest witch of her age). Gadis yang menjabat sebagai ketua murid putri itu malah tersenyum mendengar perkataan sang kepala sekolah itu.

Saat ini, kepala sekolah sedang membicarakan hasil rapat nya kemarin kepada para prefect dan juga ketua murid di sebuah ruangan khusus. Sebenarnya ini perkumpulan yang mendadak, karena sesungguhnya sekarang ini masih pagi dan mereka seharusnya berada di kelas jam pelajaran. Tapi, karena sang kepala sekolah tidak ada waktu lagi, jadi dia memanggil mereka keluar kelas untuk mengadakan rapat ini. Banyak dari mereka yang masih terlihat mengantuk, tapi bahkan ada juga yang terlihat senang, ya mungkin faktor penyebabnya adalah tidak mengikuti mata pelajaran kelas yang pertama untuk hari ini, mengingat mata pelajaran pertama di hari ini adalah ramalan. Mata pelajaran yang membosankan kan?

Tapi sesungguhnya mereka juga belum mengerti kenapa kepala sekolah itu membentuk rapat mendadak ini. Membicarakan apa juga mereka belum paham.

Mereka semua sedang terduduk di kursi layaknya seperti pertemuan Voldemort dengan beberapa Death Eaters di Malfoy Manor pada awal film Harry Potter and Deathly Hallow part 1. Dimana prof. Minerva selaku kepala sekolah duduk layaknya di tempat seperti Voldemort. Sementara Harry Potter dan juga Hermione Granger duduk setelahnya dengan berhadapan, mengingat mereka berdua adalah sang ketua murid putra dan putri yang terpilih. Selanjutnya disamping mereka ada para prefect yang masing-masing telah dipilih dua orang untuk mewakili asrama masing-masing. Dari Gryffindor ada Neville Longbottom dan juga Ginny Weasley. Dari Hufflepuff ada Hannah Abott dan Susan Bones. Dari Ravenclaw ada Anthony Goldstein dan Sarah Fewcett. Dan dari Slytherin ada Draco Malfoy dan juga Blaise Zabini.

Ruangan itu semakin gaduh akibat keluhan mereka yang semakin lama makin keras.

"Silennnnnttt!." Teriak prof. Minerva itu. Keheningan tercipta. Hampir semua dari mereka menundukkan kepalanya. Tapi setelah keheningan itu, ada salah satu dari mereka yang mengangkat tangannya. "Ya. Ada apa Mr. Zabini?." Kata kepala sekolah memecah keheningan.

"Well. Maaf professor, tapi…. Kenapa nilai standar kelulusan dinaikkan dimulai pada tahun kami professor? Tidakkah professor setidaknya kasihan terhadap tahun kami yang tidak pernah merasakan ketenangan selama di Hogwarts ini. Voldemort dulu selalu datang tiap tahunnya professor. Dan kenapa sekarang disaat dia sudah binasa dan kami akan dengan senang melewati tahun ke tujuh kami dengan tenang, tapi.. kenapa ada saja halangannya? Tujuh tahun ini kami merasa terancam professor…"

Pernyataan panjang lebar Blaise Zabini membuat semua yang berada di ruangan mengangguk antusias karena mereka sangat mendukung perkataan salah satu prefect Slytherin itu. Sementara Hermione hanya menghela napas panjang.

Semua mata tertuju pada sang kepala sekolah. Prof. Minerva tersenyum sebelum berkata. "Very well. Sekarang aku yang bertanya pada kalian. Kenapa kalian memotong perkataanku tadi? Kalian tahu kan, perkataan aku di awal tadi belum selesai."

Keheningan kembali tercipta. Kepala sekolah menghela napas berat. "Baiklah semuanya, untuk itu sekarang aku bertanya lagi. Ada yang tahu kenapa kalian aku kumpulkan disini?." Semua yang berada disana menggeleng kikuk.

"Ya. Aku juga merasakan perasaan dan keinginan kalian. Semua yang dikatakan Mr. Zabini tadi, aku sudah mengetahuinya. Dan sekarang, aku memiliki jalan keluarnya."

Perkataan nya itu mengundang perhatian serius dari mereka semua. Sehingga ketua murid dan para prefect itu memandang kepala sekolah dengan raut wajah yang sangat serius.

"Aku akan meminta kalian membuat program kegiatan sebelum menghadapi NEWT. Ya, itu hitungan untuk me-refreshing kan pikiran kalian. Program ini akan di-khusus-kan pada kalian yang tahun ke-tujuh saja. Aku akan menyetujui rencana apa yang akan kalian ambil nantinya, tapi… aku hanya menyetujui nya kalau rencana itu pantas aku setujui. Dan sekarang, kalian dapat berdiskusi mengenai kegiatan apa yang dapat mengesankan kalian di tahun terakhir ini sebelum NEWT."

Semua yang berada disana akhirnya bertepuk tangan dan bersorak. Disela sorakan mereka, prof. Minerva mengarahkan pandangan kepada Harry Potter dan Hermione Granger dengan senyuman. Mereka yang mengerti pandangan kepala sekolah itu, kini mengangguk.

"Oke well. Perhatian semuanya! Cukup untuk bersoraknya." Teriak Harry.

Ya, tentu saja maksud pandangan kepala sekolah tadi adalah mempersilahkan ketua murid mengambil pimpinan rapat selanjutnya.

Hening. Melihat keheningan itu, sang ketua murid putra berkata. "Baiklah, kalian semua tadi telah mendengar pernyataan kepala sekolah kan? Dan sekarang kita perlu menentukan hal apa yang dapat memfreshkan tahun terakhir kita ini, sebelum NEWT. Siapapun yang memiliki ide?."

Semua tampak berpikir keras. Sang kepala sekolah hanya melihat jalannya rapat dan tak mengeluarkan suara. Hingga salah satu prefect Ravenclaw, Sarah Fewcett mengangkat tangannya. "Ya Sarah?." Kini gantian Hermione Granger yang berkata.

"Bagaimana kalau pesta dansa?."

Ruangan kembali ramai. Draco Malfoy dan juga Blaise Zabini sampai memukul kepala mereka dengan tangannya sendiri. "Pesta dansa? Ah itu kuno sekali Fawcett. Dan itu dilakukan hanya dengan waktu semalam saja. Sangat tidak asik." Semua mengangguk mendengar perkataan Draco Malfoy.

Setelah itu terjadi hening sesaat. Hingga prefect Hufflepuff, Susan Bones mengangkat tangannya.

"Bagaimana kalau pesta perayaan Halloween? Semua memakai pakaian yang aneh dan-."

Plak. Sekarang Anthony Goldstein ikut memukul jidatnya sendiri. Sementara Draco Malfoy dan Blaise Zabini hampir saja akan menyentakan kaki. "Sungguh. Apalagi itu?! Itu tradisi tiap tahun Bones. Walau pakai pakaian yang aneh, ah tapi itu juga tidak asik." Komentar Blaise Zabini. Mereka semua mengangguk. Lalu terciptalah keheningan lagi.

"Ehm.. bagaimana kalau pesta ala muggle? Justin memberitahuku kalau pesta muggle itu sangat mengasyikan." Kali ini gantian Hannah Abott yang mengusul. HHHHHHHH. Yang terdengar hanya helaan napas berat dari mereka semua.

"Pesta…Pesta. Tidakkah anak perempuan bisa bebas dari perkataan pesta? Merlin." Anthony kini gantian berbicara. Sementara Ginny hanya memandang Harry, kekasihnya. Ya, Ginny Weasley adalah satu-satunya prefect kelas enam. Untuk itu sedari tadi dia hanya tersenyum saja mendengar perdebatan antara kakak kelasnya itu.

"Bisakah kali ini yang mengusul lebih berkualitas lagi?." Kata Blaise kemudian. "Well. Kalau begitu mengusulah Zabini. Kau itu hanya bisa menggerutu." Timpal Hannah. Susan Bones dan juga Sarah Fewcett mengangguk cepat. Blaise menghela napas sejenak.

"Baiklah. Aku mengusulkan Quidditch." Kata prefect berkulit hitam itu. Pernyataannya hampir mendapat perhatian dari semuanya, sebelum… "Ah kalau itu, tidak. Tidak. Tidak." Terdengar gerutuan dari beberapa anak perempuan.

"Baiklah.. Jika Quidditch aku sangat setuju." Kata Draco Malfoy antusias. "Ya, aku juga." Kata Harry sang ketua murid putra tersenyum. Ginny juga mengangguk-anggukkan kepalanya. HHHHHHH "Aku tidak setujuuuu!." Terdengar lagi ocehan beberapa anak perempuan yang membuat Harry dan Ginny mendengus serta membuat Draco dan Blaise kesal.

Hening lagi. Tampak semua yang ada disana sedang berpikir. Sang kepala sekolah tampak menggelengkan kepalanya. Selama sekitar beberapa menit keheningan tak kunjung reda.

"Tidak adakah usul lain?." Tanya ketua murid putri memecah keheningan. Hingga salah satu prefect Slytherin, dia yang selalu dipuja-puja sebagai sang Cassanova Hogwarts angkat bicara. "Bagaimana…. Kalau kita bertukar-tukar asrama?."

Sontak semua yang berada disana menoleh ke arah sang Cassanova itu. Pastilah mereka semua mendengar dan dapat menangkap dengan jelas perkataannya, hingga semua mengadahkan pandangannya ke arah prefect Slytherin itu dengan melongo. "Ya, dengan bertukar asrama, kita menjadi akrab dengan semuanya. Apakah kalian tidak bosan dengan teman kalian selama enam bahkan tujuh tahun ini? Merlin." Sambung Cassanova itu.

Mereka masih melongo, tapi itu justru dianggap Draco sebagai idenya yang brilliant. Jadi dia menyeringai. Saat dia menyeringai, beberapa anak perempuan yang merasa terhipotis tak melepaskan pandangan darinya. Sementara Hermione Granger menatapnya tajam. "Wow. Idemu brilliant mate!." Puji Blaise yang duduk disampingnya. Dia masih menyeringai.

"A—apa? Pertukaran asrama? Kau ini sedang sakit Malfoy?." Draco Malfoy dengan sergap mengarahkan pandangannya. Benar saja, itu Hermione Jane Granger yang mencela.

"Kau ini kenapa Granger? Kau tidak setuju? Kau takut berpisah asrama dengan Ron si Weaselbee itu?." Kemudian dia menyeringai lagi. "Jaga ucapanmu Malfoy!." Sang ketua murid putri itu berteriak.

"Sudah. Oke. Berhenti." Sela Harry. Hening beberapa saat lagi dan lagi. Mereka semua larut dalam pikiran masing-masing.

"Ya, aku pikir.. ide Malfoy itu brilliant. Aku setuju." Kata Anthony Goldstein memecah keheningan. "Ya aku juga." Kata Susan, Hannah, Sarah, dan Blaise Zabini berbarengan.

"Tunggu. Tunggu. Ini sudah terlewat jauh. Bagaimana bisa kita bertukar asrama? Selama enam tahun bahkan tujuh tahun ini, hanya ada satu asrama. Satu rumah kita." Kata Hermione sambil menekan perkataannya. "Merlin Granger. Kita hanya satu tahun terakhir bertukar. Lagipula, rumahmu tetaplah di Gryffindor sana. Nanti setelah NEWT semua akan kembali ke asrama masing-masing." Timpal lelaki berambut pirang itu sedikit kesal.

Ketua murid putri itu menatapnya tajam.

"Ya Hermione, kalau aku pikir-pikir tidak ada salahnya juga. Ini hanya bertujuan untuk memper-erat ikatan antar asrama dan refreshing saja kan? Dan jika dipikir-pikir, kalau kita melakukan hal lain seperti halnya pesta atau bahkan Quidditch, itu hanya dapat berlangsung selama beberapa hari saja. Dan kalau pertukaran asrama, kita dapat satu tahun waktu hingga sampai sebelum NEWT." kini Neville yang menengahkan permasalahan. Beberapa dari yang lain mengangguk.

"Ya. Kurasa itu sangat mengasyikkan berbagi pandang dan berbagi ruang dengan murid asrama lain." Ginny gantian berkomentar. Sementara Hermione memandang sahabat perempuannya itu dengan pandangan horror. Tapi Ginny berpandangan maaf-hermione-aku-setuju-akan-hal-ini.

Hermione manggeletukkan gigi nya. "Well. Semuanya setuju, jadi bagaimana kepala sekolah?." Tanya sang Cassanova itu sambil tersenyum bangga.

"Ti—tidak. Tunggu! Baiklah.. oke kalau begitu. Sekarang bagaimana cara menentukan pertukarannya? Bagaimana kalau sebagian murid Gryffindor bertukar dengan sebagian murid Ravenclaw, lalu Hufflepuff dengan Slytherin?." Usul Hermione. Mendengar perkataan Hermione itu, Hannah dan Susan menggerutu, karena bagaimana bisa asrama nya bertukar licik dengan asrama ular.

"Merlin Granger! Kalau begitu sangat tidak adil. Kita menggunakan topi seleksi lagi seperti pada tahun pertama kalau begitu. Dia yang menentukan semuanya. Dia yang menentukan apakah kau masih dipilih untuk tinggal bersama asrama singa-mu itu atau bahkan kau berpindah dari sana, jadi terserah dia." Mendengar perkataan Draco Malfoy, semua yang disana mengangguk setuju. Tapi Hermione masih menatap sang Cassanova itu dengan tajam, yang dibalas seringai-an oleh Malfoy itu.

Kepala sekolah yang merasa rapat kali ini sudah memanas, akhirnya memecahnya. Dia takut akan terjadi lemparan kutukan mantra dari keduanya. Mengingat mereka memang sering melakukannya kalau sudah sama-sama kesal. Dia menghela napas panjang sebelum menengahkan perkataan antara kedua murid yang paling pintar di satu angkatannya itu.

"Baiklah. Well. Aku simpulkan sekarang… ini adalah ide yang sangat brilliant! Terimakasih atas idemu Mr. Malfoy." Kata kepala sekolah, mereka semua—kecuali Hermione—bertepuk tangan. Draco Malfoy masih menyeringai puas. "Well. Sekarang aku putuskan.. aku menyetujui rencana kalian ini. Pasti ini akan menjadi hal yang baru dan mengasyikkan selama setahun ke depan. Well, jadi baiklah.. seleksi asrama baru tahun ketujuh dengan tujuan untuk memper-erat tali persatuan antar asrama Hogwarts dan juga untuk memfreshkan diri sebelum NEWT dengan kawan baru akan dimulai nanti saat makan malam di aula besar. Kalian akan diseleksi lagi seperti halnya tahun pertama kalian dulu. Dan—tolong sebarkan berita ini kepada anak kelas tujuh lainnya. Dengan ini—rapat selesai."


"Merlin... bagaimana si ular itu bisa memiliki ide yang sangat brilliant ya?." Komentar Ron saat membaca sebuah brosur di tangannya. Mendengar hal itu, Hermione yang memegang gelas berisi jus labu ingin menumpahkannya tepat di depan wajah Ron. "Dan Merlin! Sejak kapan kau memuji ferret itu Ron!." Wajah Hermione memerah menahan emosi. Sementara Ron masih menggigit ayam goreng nya tanpa merasa bersalah. Harry dan Ginny mengangkat bahunya.

"Merlin Hermione, kau ini kenapa? Bukannya bagus kan mencari pengalaman dengan bertukar asrama? Ah. Kalau begitu aku bisa meminta pada topi seleksi ke asrama Ravenclaw. Disana banyak gadis cantik, Merlin." Ron tersenyum lebar kepada Harry. Kali ini Harry menganggukkan kepalanya, sontak Ginny menahan emosi nya. Harry yang merasa kekasihnya itu kesal, dia hanya bisa nyengir.

Ting… Ting…. Ting…

Dentingan terdengar di seluruh pelosok aula besar. Tentu saja sekarang saat nya makan malam. Para murid dari kelas satu hingga tujuh mengadahkan pandangannya ke arah podium.

"Dimohon untuk semua murid tahun ke tujuh, silahkan maju ke depan untuk pemilihan seleksi asrama dalam rangka pemersatuan asrama dan refreshing sebelum NEWT berlangsung." Perkataan kepala sekolah itu membuat semua yang berada di aula besar bertepuk tangan antusias.

Murid tahun ke tujuh maju ke depan atas perintah kepala sekolah itu. Meski sepenuhnya malas, Hermione tetap menjaga sikap ketua murid nya. "Ya, atas keputusanku agar semuanya berjalan lancar tanpa memihak, kedudukan ketua murid tahun ini akan di gantikan oleh murid tahun ke enam." Kepala sekolah itu kembali berkata.

Haaah? Hermione shock bukan kepalang. Hati kecilnya terus menggerutu karena menurutnya ini tahun yang lebih buruk dari tahun Voldemort sebelumnya.

Aula besar menjadi hening seketika. Tak ada yang berkata. Hermione juga yakin kalau semua yang ada disini sama shock nya akan dirinya. Meski Hermione mengakui kalau tujuan kepala sekolah itu sungguh baik sebenarnya untuk tahun ke tujuh, tapi kan….. ah ya sudahlah, toh Hermione juga tak ada hak untuk mempermasalahkannya.

Murid tahun ke tujuh sudah berada di hadapan para guru dan staf Hogwarts di depan. Keadaan sekarang sudah kian meramai. Sepertinya semua sudah tak sabar. Dihadapan mereka sudah ada sebuah bangku dengan sebuah topi. Mereka semua kini membelakangi murid lainnya. Hermione bergidik melihat topi itu, tapi toh akhirnya dia bisa mengendalikan dirinya untuk mencoba rileks. Karena Harry bilang topi itu akan selalu mengikuti pilihan kita. Jadi, Hermione memantapkan dirinya untuk berkata dia masih ingin di Gryffindor saat di seleksi nanti.

"Ronald Weasley."

Rubeus Hagrid lah yang dipilih menjadi pembaca nama-nama itu ternyata.

Ron duduk disebuah bangku di hadapan mereka, lalu dikepalanya di letakkan topi seleksi itu oleh Hagrid.

"Gryffindor!." Topi itu berkata.

Semua bersorak akan itu. Ron masih tetap di Gryffindor. Harry dan Hermione bertepuk tangan. "Tunggu aku di Gryffindor Ron." Kata Hermione. Ron mengangguk. Dan seleksi pun kembali berlangsung.

"Seamus Finnigan."

"Ehm-ah-ya-Gryffindor!."

Tepuk tangan kembali dilakukan. Aula besar menjadi sangat ramai akibatnya.

"Parvati Patil." - "Sarah Fewcett." - "Dean Thomas."

"Ravenclaw!."

"Hannah Aboot." – "Neville Longbottom."

"Aku akan menempatkan di- Hufflepuff."

"Draco Malfoy." – "Theodore Nott." – "Blaise Zabini."

"Ehm baiklah… Slytherin!."

Kali ini Hermione memutar bola matanya. 'Ah bagus lah kalau tiga ular itu masih di Slytherin.' Gumamnya. Tapi sejujurnya, bukan inilah hal yang membuatnya merasa senang, tapi…

"Pansy Parkinson…."

"Yakkk… Gryffindoooor!."

"Apaaah?!."

Pfffftttt… Hermione menahan tawa nya hingga wajahnya memerah, begitu juga Harry, sesungguhnya dia sangat senang si Parkinson itu jadi bahan tertawaan murid di seluruh aula. Dia kan sangat anti-Gryffindor-_- Karena tak ada hak untuk berdebat, Pansy jalan ogah-ogah an ke meja Gryffindor, yang ternyata sikapnya itu disusul tatapan tajam oleh semua murid Gryffindor. Ahahaha Hermione tersenyum lebar melihatnya.

"Justin Finch-Fletchley.."

"Slytherin….."

Kali ini Hermione melongo total. Seorang muggle-born di asrama Slytherin? Hermione melihat Justin berjalan kaku menuju asrama ular itu.

"Hei. Dia itu kan mud-." Perkataan Blaise Zabini itu terhenti karena ada seseorang yang mencegahnya. "Woaa santailah Blaise. Kurasa ini akan sangat seru bukan, ada seoarang muggle-born di asrama kita…" kata sang Cassanova itu, kemudian dia mengedipkan matanya. Seolah tahu apa yang Draco Malfoy itu pikirkan, Blaise Zabini dan juga Theodore Nott tertawa terbahak-bahak. Hermione dan Harry menatap mereka tajam dari kejauhan, karena mereka bisa melihat kesedihan yang tampak dari wajah Justin pastinya. 'Ini sudah keterlaluan. Apa yang akan direncanakan ular berkepala tiga itu pada Justin nanti.' Batin Hermione kian menerka.

Dan hingga kini akhirnya Hermione sangat tak menyadari kalau sekarang hanya tinggalah dirinya dan Harry yang masih di depan. Semua telah diseleksi dan tengah menikmati asrama barunya. Meski ada beberapa murid yang menurut topi seleksi cocok untuk tidak dipindah.

"Ehm. Sebelumnya…. Saya ingin meminta maaf kepada kalian berdua Mr. Harry Potter dan Miss. Hermione Granger, karena saya selaku kepala sekolah hanya ingin kalian merasakan refreshing sepenuhnya dalam pertukaran asrama ini. Jadi.. silahkan lepaskan lencana ketua murid kalian, karena kami akan memilih murid ke enam sebagai pengganti kalian." Kata kepala sekolah itu yang kini berdiri dari tempat duduknya. Tepuk tangan riuh dihasilkan. Seolah mereka semua yang ada disini memang menghargainya. Hermione dan Harry berpandangan kemudian berjalan ke arah kepala sekolah itu dan memberikan lencana nya. Setelah itu, prof. Minerva kembali duduk di bangkunya, sementara Hermione dan Harry kembali ke tempat mereka tadi beranjak.

"Ehm. Sekarang baiklah.. Harry Potter."

Keadaan aula masih ramai. Karena kini acara menyeleksi belum selesai. Harry yang dipanggil oleh Hagrid segera duduk di bangku itu. Sebelumnya dia melempar senyum dahulu untuk Hermione dan juga Hagrid, of course.

"Ehm ah ya.. Harry Potter…. Kali ini akan ku tempatkan kau di…..

"-….Hufflepuff!."

Terdengar suara teriakan kesenangan dari meja Hufflepuff karena the-choosen-one kini berada di asrama nya. Sebelum melaju kesana, Harry memberi Hermione tatapan aku-tunggu-kau-di-Hufflepuff.

"And, finally… Hermione Granger."

Hermione menghela napas untuk mencapai sebuah bangku itu. Hagrid memasangkan topi seleksi itu sambil tersenyum ke arahnya.

"Ku mohon Gryffindor… atau tidak Hufflepuff." Hermione berkata sangat pelan.

"Sebaiknya masuk di…."

"Gryffindor. Gryffindor. Hufflepuff. Hufflepuff. Hufflepuff." Sekarang Hermione layaknya Harry Potter pada tahun pertama. Mulut nya melanturkan kata-kata tak jelas, dia juga memejamkan matanya mencoba untuk se-rileks mungkin. Seperti tahun pertamanya, seleksi asrama sedikit membuatnya kurang tenang.

"Akan ku masukkan kau di..-…..Slytherinnnn...!."

Hening.

Sunyi.

Sepi.

Suram.

Keadaan sekarang amat sangat mencekam.

Hermione membelalakkan matanya saking tak percaya nya. Satu pun di aula besar ini tak ada yang berkata. Hermione melihat Ron dan Ginny melongo bukan main. Bahkan Harry juga sampai melihat ke atas langit-langit aula, berharap kalau dia sedang bermimpi. Tapi sesungguhnya yang berharap ini mimpi adalah Hermione kan?

Aula besar masih sunyi. Hermione Granger seoarang muggle-born yang sangat genius juga sangat cantik itu, salah satu dari trio Gryffindor, sahabat seorang Harry Potter-The Choosen one-, seorang yang menantang Voldemort dan melawannya dalam pencarian hocrux dalam perang sekarang berada di asrama ular? Tentu saja semua menganga lebar.

Semua sangat tak habis pikir dengan keputusan topi seleksi itu yang mengatakan keputusannya dengan lantang dan tenang. Bagaimana mungkin kan?

'Sepertinya topi seleksi menginginkan persatuan antar asrama.' batin kepala sekolah Hogwarts, professor Minerva.

Hermione berdiri kikuk lalu berpandangan ke arah tiga sahabatnya. Harry yang memandangnya paling tajam. "Tolong Harry, katakan kalau aku ini sedang bermimpi." Kata Hermione melalui tatapan matanya, tanpa suara. Sahabatnya itu menggelengkan kepalanya, kemudian menatapnya seolah berkata, "Sayangnya ini nyata Hermione."

Gadis berambut coklat-yang-sekarang-agak-lurus, itu merasa dirinya lumpuh seketika ketika berhadapan dengan meja Slytherin di hadapannya. Dia diam tak bergeming di depan murid Slytherin yang memandangnya seakan dia itu mangsa mereka. Beberapa murid anak laki Slytherin mengedipkan mata dan juga berpandangan nakal ke arah nya.

Rambut coklat nya yang tak lagi kusut seperti dahulu layaknya semak belukar, kulit nya yang putih, wajahnya yang sangat cantik, pastilah itu semua yang mengundang tatapan tak mengenakkan dari para lelaki ular di depannya itu. Hermione bergidik. Dia merasakan tubuhnya merinding.

"Kenapa kau berdiri terus eh Granger? Sini duduklah disampingku." Mendengar perkataan sang Cassanova yang kini tengah menyeringai itu, semua yang berada di aula besar kembali melongo lebar. Hermione menelan ludah dengan berat. Sejenak dia melihat Harry, Ron, dan Ginny sahabatnya, lalu melihat Justin yang kini telah di apit oleh dua orang Slytherin yang salah satunya adalah Blaise Zabini.

Hermione menatap Draco Malfoy dengan ragu. Melihat wajahnya kini terukir seringai-an yang menunjukkan khas Malfoy nya membuat dia kembali menahan emosinya. Tanpa babibu lagi kali ini dia menyeret kaki nya sendiri untuk melangkah.

Sekarang, karena tidak ada pilihan,

Dia tengah duduk di samping Draco Malfoy, di asrama Slytherin.

Sekarang dia akan menjalankan tahun baru dengan para ular licik.

Sekarang dia tak tahu apa yang harus dia pikirkan lagi.

Sekarang dia merasakan kalau… ini sudah terlewat gila.


To be countinued

.

Hai hai... baru kemarin fict Mawar Merah the end, sekarang tika balik lagiiiii~*PLAKK

Kali ini tika post fict wizarding world. Maaf kalo ceritanya aneh/gaje ya-_- tapi menurut kalian gimana?

Ah btw ada yang tahu bagaimana nanti Hermione di Slytherin? hehe silahkan deh kalian menebak-nebak lewat review. Ada yang mau kasih usul atau saran untuk chapter selanjutnya agar menarik boleh banget kokkk, yukk review ajaaa:)

.

Dan untuk immortal girl yang me-request HPHG, fict nya lagi di proses yaa ehehe.

.

After read, don't forget to review. Review kalian sangat berharga loh untuk para author, termasuk tika ehehe

Salam.