rappicasso

presents

an alternate universe fanfiction

koshikata

-prequel of cell phone-

.: part three [end] :.

starring

Kim Jongin | Oh Sehun | Park Chanyeol | Kris Wu | Byun Baekhyun

WARNING:

MATURE AND SEXUAL CONTENTS, FAILED NC

note:

this fic was inspired by okane ga nai

and I dedicated this fic for all hunkai shipper

enjoy!

anyway, please read my note in the end of the story. thanks

"Kami akan memulai penawaran dari 50 juta." Sang pembawa acara memegang palunya dan mengetukkan pada sebuah kotak kecil di atas mimbar yang disediakan.

Sehun meremas-remas telapak tangannya sendiri―gugup. Ia benar-benar harus bisa membaca situasi dengan benar, agar ia tidak kehilangan malaikatnya ini sekali lagi.

"75 juta!" Suara wanita yang melengking terdengar.

Sehun terkejut. Ternyata ada seseorang yang langsung memberikan penawaran 50% lebih besar dari penawaran yang diberikan oleh pihak pelelangan.

"80 juta!"

"85 juta!"

"90 juta!"

Suara terus-terusan saling bersahutan. Sehun masih menunggu sambil menguap bosan. Terdengar keheningan yang cukup lama, hingga sang pembawa acara nyaris bersuara lagi.

"100 juta!" Namun suara yang lain kembali terdengar.

Sehun mencari sosok yang bersuara itu di tengah kegelapan. Dan ia bisa menangkap sesosok pria bertubuh tambun di sisi kiri ruangan tersebut. Pria tambun itu nampaknya memiliki nafsu yang tinggi untuk memiliki pemuda yang sedang dilelangkan itu.

"Tidak adakah yang ingin menawar lebih tinggi lagi?" Suara pembawa acara terdengar.

Namun pertanyaannya hanya dibalas oleh kesunyian.

Sehun bisa menangkap seringaian yang dikeluarkan oleh pria tambun itu.

"Baiklah. 100 juta satu kali―"

"Oh, sial. Aku tidak fokus." Sehun mulai panik.

"―100 juta dua kali, 100 juta―"

"120 juta!" Sehun memekik keras di tengah kepanikannya, karena ia terlalu banyak melamun dan nyaris mengabaikan tujuan utamanya untuk membawa pulang sang malaikat.

Semuanya benar-benar terdiam, setelah suara Sehun yang memotong ucapan sang pembawa acara.

Pembawa acara itu nampak tersenyum puas, lalu memandang berkeliling―memastikan apakah ada orang lain yang akan memberikan penawaran yang lebih tinggi. Namun, sepertinya tidak ada yang berani berkutik setelah mendengar penawaran fantastis dari Sehun. "120 juta satu kali, 120 juta dua kali, 120 juta tiga kali."

Sehun benar-benar bisa menyeringai puas dan merasa lega sekarang.

"Baiklah. Kim Jongin jatuh pada Tuan Nomor 3."

Pandangan mata Sehun kembali tertuju pada sosok malaikatnya yang nampak tertunduk lesu. Ia menunjukkan senyuman lembutnya. "Selamat datang, malaikatku―"

"―Kim Jongin."

"Senang berbisnis dengan Anda, Tuan Oh."

"Hn." Sehun masih setia memasang wajah dinginnya setelah menyelesaikan transaksi pembayaran atas diri Jongin yang baru saja ia beli.

Sementara itu, seorang pria dengan balutan kemeja berwarna biru tua yang menangani pembayaran tersebut nampak tersenyum puas setelah menerima cek pembayaran yang ditulis oleh Sehun. Ia pasti akan segera kaya mendadak, jika pelanggannya seperti Sehun.

"Bos―"

Saat membalik tubuhnya, Sehun sudah melihat sosok Chanyeol yang berdiri di hadapannya. "Kau bawa mobil?" tanya Sehun memastikan. Ia pergi ke tempat pelelangan ini sendiri dan hanya membawa mobil pribadinya.

"Ya, Tuan," jawab Chanyeol dengan tetap mempertahankan wajah tegasnya.

"Suruh Baekhyun atau siapapun untuk membawa pulang mobilku." Sehun menyerahkan kunci mobilnya pada Chanyeol. "Aku akan pulang bersamamu," jelas Sehun yang menyadari kebingungan dari raut wajah asisten pribadinya tersebut.

"Baik, Tuan Muda." Chanyeol menerima kunci mobil Sehun. "Apakah Anda perlu bantuan untuk membawa―"

"Tidak. Biarkan aku saja yang mengurus Jongin." Sehun tersenyum tipis, lalu masuk ke dalam ruangan tempat Jongin berada.

Sehun melangkah masuk ke dalam ruangan yang sudah ditunjukkan oleh pihak pelelangan padanya. Ruangan itu sangat sederhana―dengan sebuah sofa reyot, meja kayu berukuran kecil dan penerangan yang minim. Mata sipit Sehun mampu menangkap gundukan di atas sofa yang terselimuti oleh sebuah selimut yang terlihat kusam. Sehun pun melangkahkan kedua kaki jenjangnya mendekat sofa tersebut. Ia berjongkok di samping sofa, pandangannya jatuh pada wajah pemuda yang sangat ia kenali dan begitu dirindukannya. Tangannya terulur untuk menyentuh permukaan wajah sang malaikat.

"Akhirnya aku bisa memilikimu." Sehun tersenyum lembut. Ia sungguh tak habis pikir bahwa pemuda di hadapannya ini berhasil membuatnya tersenyum berkali-kali. Bahkan, ia sendiri tak ingat kapan terakhir kali ia tersenyum dengan setulus ini.

Sehun menyisipkan anak rambut Jongin yang mulai memanjang dan menjuntai menutupi wajah manisnya ke belakang telinganya. Kini, ia bisa dengan puas memandangi wajah Jongin―bahkan untuk selamanya. Ia bisa selalu jatuh cinta pada wajah manis dan penuh ketulusan dari Jongin―wajah sesosok malaikat.

Tanpa membuang waktunya lebih lama lagi, Sehun segera merengkuh tubuh Jongin dan membawanya dalam gendongannya. Ia harus bersusah payah untuk membuat tubuh Jongin tidak terekspos, karena pemuda itu masih dalam keadaan telanjang dan hanya berbalut selimut. Setelah memastikan bahwa tubuh Jongin terbalut dengan benar, Sehun pun mulai melangkah keluar.

"Aku berjanji akan melindungimu, malaikatku."

"Oh Sehun?"

Sehun terpaksa menghentikan langkahnya, saat ia mendengar sebuah suara yang memanggil namanya. Ia menoleh ke arah sumber suara. Ia sepertinya cukup mengenali suara itu.

Dan benar saja.

Ternyata itu adalah suara Kris Wu.

"Kau," desis Sehun pelan. Matanya memicing ke arah Kris. Ia teringat pada perbincangan antara dirinya dengan Ayahnya dan Kris tempo hari. Ia masih jengkel pada kenyataan yang ia dapatkan.

Kris menyeringai asimetris. Kepalanya miring beberapa derajat ke arah kanan. "Menemukan barang yang bagus, eh?" tanyanya dengan nada menyindir.

"Diam kau, Wu," balas Sehun tajam. Ia memalingkan wajahnya dan menatap ke arah Jongin yang masih memejamkan matanya dan seolah sama sekali tak terusik dalam tidurnya. Sehun yakin bahwa pihak pelelangan sudah memberikan obat tidur dengan dosis yang tak biasa pada pemuda itu.

Kris terkekeh pelan. "Apa jadinya jika Ayahmu mengetahui bahwa putra semata wayangnya―"

"Tahu apa kau soal keluargaku, Wu Yifan?" Sehun mulai geram pada Kris. Sehun kesal karena Kris bersikap seolah-olah ia tahu segalanya tentang kehidupan pribadinya dan keluarganya―lebih dari yang ia ketahui.

Kris terenyak di tempatnya, namun ia berusaha mempertahankan ekspresi datarnya.

"Kau hanyalah sebagian kecil dari pion Ayahku. Segera setelah aku mengambil posisi Ayahku, kau tak lebih dari budakku, Wu." Sehun menyeringai puas.

Pupil mata Kris melebar secara refleks.

"Selamat malam, Tuan Wu. Semoga malammu menyenangkan." Sehun segera membalik tubuhnya kembali dan berjalan ke arah yang seharusnya ia tuju.

Pikirannya masih kalut. Ia bertekad untuk mencari tahu hal yang sedang direncanakan oleh Ayahnya dan Kris. Ia yakin bahwa ini bukan hanya untuk investasi jangka panjang.

Pasti ada sesuatu yang lain.

Sehun dan Jongin baru saja tiba di apartemen mewah milik Sehun. Sehun sengaja meminta pada Chanyeol untuk tidak mengantarnya ke Mansion Oh, karena ia tak ingin mengambil resiko dengan membuat sang Ayah bertanya-tanya tentang sosok Jongin. Ia akan mencari waktu dan penjelasan yang tepat atas Jongin.

Sehun masih menggendong Jongin. Kali ini, tubuh pemuda itu sudah berbalut dengan jas yang sempat dikenakan oleh Sehun sebelumnya. Kakinya yang panjang itu segera membawa keduanya ke dalam apartemennya. Untung saja, ia tak berpapasan dengan orang-orang yang juga tinggal di sekitar apartemennya.

Sehun segera membawa Jongin ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuh ringkihnya di atas ranjang empuk berukuran king size. Sehun melepas jas yang sempat ia kenakan pada tubuh Jongin. Kedua bola mata Sehun nyaris meloncat keluar saat tubuh polos Jongin yang indah itu terpampang dengan jelas di depan matanya.

Kulitnya yang kecoklatan terlihat seksi. Permukaan tubuhnya yang terlihat begitu lembut dan halus saat disentuh. Kedua nipplenya yang berwarna merah muda terlihat mungil dan menggemaskan. Pandangan Sehun semakin turun ke bawah―ke perutnya yang rata, lalu tertuju pada penis milik Jongin yang masih tertidur di antara dua kakinya yang ramping dan jenjang.

Oh, Tuhan. Tubuh polos Jongin saja sudah berhasil membuat Sehun ereksi untuk yang kedua kalinya malam itu. Bagaimana jika keduanya sudah terlibat dalam pergulatan panas dan saling berbagi desahan sepanjang malam?

Sehun terlarut dalam fantasi liarnya, hingga tanpa sadar, ia sudah merendahkan tubuhnya dan menempelkan bibirnya dengan bibir tebal milik Jongin. Sehun bisa merasakan betapa lembutnya bibir itu. Diawali dengan kecupan demi kecupan, Sehun mengecap rasa manis dari bibir Jongin. Sehun semakin bernafsu dan mulai memberika lumatan lembut. Mungkin Sehun memiliki hak penuh atas tubuh Jongin, namun Sehun masih memiliki hati untuk tak melukai malaikatnya secara fisik maupun batin.

Jongin nampak mulai terusik dalam tidurnya. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri.

Pupil mata Sehun membesar. Ia sudah pernah melakukan seks beberapa kali dengan wanita atau pria secara random, namun ini adalah pertama kalinya ia melakukan hubungan badan dengan seseorang yang ia kagumi. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana jika Jongin benar-benar terbangun, saat ia sedang menyentuh tubuhnya.

Kelopak mata Jongin bergerak perlahan. Tak lama, matanya membuka sempurna dan iris coklat miliknya bertemu dengan mata tajam Sehun.

BRUK!

"Ah, sial."

Secara refleks, Jongin mendorong dada Sehun dengan kuat. Nafasnya terengah karena terkejut dengan ciuman dari Sehun. Ia memandangi tubuhnya sendiri yang telanjang. Tangannya berusaha menggapai-gapai selimut untuk menutupi tubuhnya. "A-apa yang kau lakukan?" Kepala Jongin tertunduk. Suaranya bergetar.

Sehun masih meringis kesakitan karena serangan dadakan dari Jongin. Untung saja, ia tidak jatuh terjungkal dari atas ranjang. "Apa kau mendadak hilang ingatan eh? Kau baru saja dilelang dan aku adalah pembelimu," jawab Sehun ketus. "Secara otomatis, kau adalah milikku sekarang," simpulnya tegas.

Jongin bergidik ngeri mendengar suara Sehun. Tubuhnya mundur ke belakang, hingga punggungnya bertemu dengan kepala ranjang.

Sehun terkejut melihat reaksi Jongin yang nampak ketakutan. Apakah ia semengerikan itu di mata Jongin? Sehun mendekatkan tubuhnya ke arah Jongin. Matanya menatap lekat ke arah mata Jongin. "Kenapa? Kau ketakutan eh?"

Jongin menggigit bibirnya sendiri dan memalingkan wajahnya.

Dan hal itu justru membuat sesuatu di antara selangkangan Sehun semakin berdiri tegak. "Seharusnya, kau berterima kasih padaku―kau hanya perlu melayaniku dan tidak perlu menjadi pelacur murahan di luar sana," ucapnya tajam. Oh, sial. Sehun benar-benar merutuki lidahnya yang berbicara setajam ini. Seharusnya, ia bisa memberikan kesan yang baik bagi Jongin, namun tubuhnya seolah bergerak sendiri tanpa perintahnya.

"K-kau―" Mata Jongin mendadak berkaca-kaca karena mendengar ucapan Sehun.

Sehun benci dirinya sendiri yang justru membuat Jongin nyaris meneteskan air matanya. Padahal, ia sudah berjanji untuk melindungi pemuda itu. Sehun langsung membungkam bibir Jongin, sebelum pemuda itu mengeluarkan isak tangisnya. Tak ada lagi kecupan lembut seperti sebelumnya. Sehun langsung melumat kasar bibir Jongin, seolah ia ingin memakannya hingga habis tak bersisa.

Jongin melenguh pelan dalam ciuman kasar Sehun.

Sehun melumat bibir Jongin bagian atas dan bawah secara bergantian―mencoba mengalihkan perhatian Jongin sebisa yang ia lakukan. Tangannya sudah mencengkram selimut yang menutupi tubuh polos Jongin dan langsung membuangnya ke sembarang arah.

Jongin terkejut, karena kini tubuhnya benar-benar polos di bawah seorang Oh Sehun.

Jemari nakal Sehun sudah terarah pada nipple mungil Jongin dan bermain-main di atasnya. Sementara tangan kanan Sehun bergerak ke belakang tengkuk Jongin untuk memperdalam ciuman keduanya.

Jongin berusaha menjauhkan kepalanya, namun kekuatan Sehun jauh lebih besar dari kekuatannya yang lemah, ditambah dengan efek obat tidur yang masih terasa. Jongin tak bisa berontak malam itu.

Sehun menggigit pelan bibir bawah Jongin.

"Akh!" Jongin membuka mulutnya, memberikan akses bagi lidah Sehun untuk mengeksplorasi mulutnya.

Lidah Sehun menyapa satu per satu gigi Jongin dan menjilati langit-langit mulutnya―memberikan sensasi menggelitik pada diri Jongin.

Jongin menggeliat pelan. Mau tak mau, ia pun semakin terlarut dalam permainan nafsu yang diciptakan oleh Sehun.

Sehun semakin memperdalam ciumannya dan memainkan nipple Jongin secara bergantian―berusaha memberikan rangsangan bertubi-tubi pada tubuh Jongin agar pemuda itu bisa mengikuti permainannya malam ini.

"Mmh.. ngshh..." Jongin mendesah-desah pelan di dalam ciuman panasnya dengan Sehun. Ia merasa pasokan oksigennya semakin menipis dan ia memukul-mukul dada bidang Sehun untuk mengatakan bahwa ia mulai kehabisan nafas.

Sehun yang memahami maksud Jongin pun langsung melepas ciumannya. Sehun terengah, meski sebenarnya ia masih bernafsu untuk melumat habis bibir Jongin. Ia semakin bernafsu ketika melihat sosok Jongin saat ini.

Wajah Jongin terlihat memerah. Bibirnya yang tebal terlihat semakin membengkak. Salivanya―entah milik Sehun atau Jongin―meleleh di sekitar bibir bengkak tersebut.

Nafsu Sehun untuk menyetubuhi Jongin sudah menggelapkan jiwa dan pikirannya untuk memperlakukan Jongin dengan penuh cinta dan kasih sayang. Pria berkulit pucat itu langsung kembali memberikan rangsangan pada Jongin―menyerang leher jenjangnya yang terlihat menggoda.

Jilat. Gigit. Hisap.

Sehun tetap mengulangi kegiatannya pada leher Jongin―menciptakan kissmark dan membuat Jongin senantiasa melantunkan desahan yang membakar birahinya.

"Ngg.. ahh... Geli-hhh..." Jongin memejamkan matanya dengan erat. Kepalanya menolak keras atas sentuhan Sehun dan memerintah bibirnya untuk tidak mendesah. Namun sentuhan Sehun benar-benar membuatnya lepas kendali dan gila.

"Jadi ini titik sensitifmu, eh?" Sehun menciptkan semakin banyak bercak keunguan di leher Jongin. Tangannya masih aktif bermain di puncak dada pemuda berkulit tan di bawahnya―menyerang titik sensitif Jongin sebanyak yang ia bisa.

"Mmh.. hentikan ahh..." Jongin memohon dengan rintihannya yang justru terdengar seperti pelacur yang ingin disetubuhi secara kasar.

"Tapi tubuhmu meminta sesuatu yang lebih, Kim Jongin." Sehun menjilat sensual cuping telinga Jongin.

Oh, sial. Sehun benar-benar mengerti titik sensitif Jongin, membuat pemuda itu semakin terbakar dalam nafsu.

Sehun menggerakkan kakinya, menggesekkan lutut kanannya pada kesejatian Jongin yang mulai bangun perlahan.

"O-oh jangan ahh." Jongin terkejut saat penisnya bergesekan dengan sesuatu―membuat benda berukuran sedang itu terlihat mulai membesar.

"Kau mudah sekali bangun, Jongin." Sehun menjauhkan tubuhnya dan memberikan senyuman mengejek pada Jongin.

Jongin terengah-engah. Ia membuka matanya saat seluruh rangsangan pada tubuhnya mendadak menghilang. Dilihatnya tubuh Sehun yang menjauh dan wajahnya yang menunjukkan seringaian yang mengerikan. Tidak mungkin, jika ia harus berakhir dengan begini saja. Ia harus menuntaskannya. Apakah ia harus bermasturbasi di hadapan pria yang sudah membelinya itu? Atau ia harus memohon seperti pelacur? Sungguh pilihan yang sangat menjijikkan.

"Kenapa, Jongin? Kehilangan sesuatu eh?" Suara Sehun terdengar mengejek.

Jongin memejamkan matanya erat. Tangannya terkepal. Ia berpikir keras. Haruskah ia menjatuhkan harga dirinya di hadapan pria angkuh ini?

Sehun masih mempertahankan posisinya―memasang wajah menyebalkannya, meski sesungguhnya ia sudah sangat bernafsu untuk merasakan jepitan lubang Jongin pada kesejatiannya. Namun akan lebih menarik jika ia bermain-main sebentar dengan properti barunya ini.

"K-kumohon.. sentuhlah aku―" Jongin menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia terpaksa berucap begitu. Toh sebelum pria ini menyetubuhinya sekalipun, harga dirinya bahkan sudah jatuh ke dalam jurang terdalam. "S-sentuh aku, Tuan."

Sehun menyeringai puas. Ia berhasil membuat Jongin terjebak dalam permainannya. "As your wish, my Angel." Sehun bangkit dari atas ranjang dan membuka kancing kemejanya satu per satu. Ia membuang kemejanya itu ke atas lantai dan segera menerjang tubuh Jongin―memperangkapnya di bawah kungkungan tubuh kekarnya. "Dan panggil aku Sehun." Sehun kembali menyerang bibir favoritnya itu―lumat, gigit, hisap.

Jongin memejamkan matanya. Ia harus bersiap menerima segala konsekuensinya―bahkan jika harus terikat seumur hidupnya dengan pria bernama Sehun itu. Mungkin ini adalah takdir yang diberikan Tuhan untuknya.

Tiba-tiba saja, Sehun melepaskan ciumannya. "Mendesahlah! Aku sudah membelimu dengan harga mahal. Tubuh, hati dan jiwamu itu hanya untukku! Jadi, saat kita sedang bercinta, jangan pikirkan hal lain." Sehun mencengkram dagu Jongin dengan kuat.

"A-aku mengerti."

Sehun membalik tubuh Jongin dengan kasar. Di depan matanya terlihat punggung mulus Jongin yang masih belum tersentuh olehnya. Bibirnya langsung mendarat di atas punggung Jongin dan menciptakan kissmark yang lebih banyak. Bagaimanapun juga, ia harus menandai Jongin sebagai miliknya.

"Uhh.. ahh..." Hisapan Sehun di punggungnya, membuat Jongin mendesah. Ia harus menuruti permintaan Sehun. Mendesah untuknya.

Tangan Sehun bergerak menuju pantat berisi milik Jongin. Ia menampar-nampar bongkahan putih bulat itu―membuatnya berwarna sedikit kemerahan. Jemarinya yang besar dan panjang membelai lubang berwarna merah muda yang berkedut pelan itu.

"Ahh.. m-more.. hhh..." Jongin mungkin memang belum pernah melakukan seks―apalagi membayangkan dirinya menjadi seorang submissive dalam suatu hubungan. Namun ia tahu bahwa nantinya, lubang belakang miliknya yang masih virgin itu akan dimasuki oleh kejantanan Sehun yang saat ini masih terbungkus celana. Memikirkannya saja membuat Jongin semakin bernafsu dan bergidik ngeri.

Lidah Sehun masih bermain-main di atas punggung Jongin. Tangan Sehun mencoba membantu Jongin memposisikan tubuhnya untuk menungging di hadapannya. Kini jari telunjuk Sehun sudah masuk ke dalam lubang ketat milik Jongin. Sehun bisa merasakan kerutan, kedutan dan kehangatan yang diciptakan oleh manhole malaikatnya itu.

"Akh!" Jongin mengerang. Ia merasakan rasa sakit, sekaligus nikmat di saat yang bersamaan, saat sesuatu yang panjang masuk ke dalam lubang analnya. Ia yakin bahwa itu bukanlah penis Sehun, melainkan jarinya. Jongin tak bisa membayangkan kesakitan dan kenikmatan yang akan ia rasakan, jika penis Sehunlah yang masuk dan menusuk lubangnya itu dengan kasar.

Sehun mulai menggerakkan jarinya di dalam lubang tersebut. Ia harus melebarkan lubang itu agar sanggup menampung penisnya yang bisa dibilang berukuran lumayan besar. Sehun pun memasukkan jari tengahnya dan membuat gerakan menggunting dalam rektum Jongin.

Dinding rektum Jongin bersentuhan langsung dengan kedua jari Sehun, membuatnya semakin berkedut liar dan mengetat.

Sehun menggeram pelan. Ia tak tahan untuk segera memasukkan benda kebanggaannya ke dalam lubang ketat ini.

"Ugh m-more, Sehun hhh." Jongin kembali mendesah. Kali ini turut mendesahkan nama Tuannya. Lubangnya semakin mengetat, sementara penisnya yang sudah berdiri tegak itu semakin membesar dan siap memuntahkan jutaan sperma dari dalamnya.

Sehun yang menyadari hal itu pun segera menggerakkan tangan kirinya untuk menyentuh penis Jongin dan mengurutnya pelan.

"Ah yes shhh." Jongin mendesah keenakan karena tubuhnya benar-benar dimanjakan oleh Sehun.

Sehun mulai mengocok kejantanan Jongin. Sesekali, jemarinya menyentil bola kembar Jongin.

"Ohh I wanna cum nggh aahh." Jongin tak mampu lagi menahan hasratnya, hingga akhirnya spermanya pun keluar dan membasahi bagian ranjang di bawahnya. "Hosh hosh hosh." Jongin susah payah mengatur nafasnya. Kegiatan masturbasinya ini sangat menyenangkan. Bagaimana tidak. Ia dibantu oleh seorang pria yang lihai seperti Sehun. Tubuh Jongin langsung ambruk begitu saja ke atas ranjang.

Sehun menyeringai puas. Ia menarik kedua tangannya dan menjilati jemarinya yang terkena muntahan sperma Jongin. "Manis," gumamnya pelan.

Jongin sudah memejamkan matanya, karena rasa kantuk yang menyerangnya. Efek obat tidur yang masih belum hilang dan rasa lelah yang menyergap, membuat ia ingin segera terlelap malam itu.

Namun, malamnya masih panjang.

Sehun membalik tubuh Jongin. "Permainan kita belum selesai, Manis." Sehun menyeringai mesum.

Jongin membelalakkan kedua matanya.

"Kau juga harus memuaskanku dengan tubuhmu itu." Sehun segera melucuti celana panjang dan celana dalamnya.

Jongin menutup matanya dengan segera. Bagaimanapun juga, ia malu melihat pemandangan seseorang yang telanjang di depan matanya.

"Jangan malu, Sayang." Sehun merendahkan tubuhnya dan menyentuh pipi Jongin dengan lembut. "Kau bahkan sudah menunjukkan tubuh telanjangmu di hadapanku sedari tadi."

Pipi Jongin bersemu merah. Ia benar-benar malu sekarang.

Sehun meluruskan kaki Jongin dan mengangkatnya untuk diletakkan di atas bahunya.

Jongin membuka matanya kembali. Ia benar-benar terkejut dengan posisi keduanya saat ini. Ia menatap mata Sehun dengan sayu. Pria di atas tubuhnya itu mungkin memang bernafsu, namun Jongin menatap kelembutan di dalam matanya.

Sebenarnya, orang seperti apa Sehun ini?

"Aku tahu, ini pasti akan terasa sakit. Apalagi ini adalah yang pertama untukmu." Sehun mendekatkan bibirnya dengan telinga Jongin dan berbisik pelan disana. "Aku akan melakukannya selembut mungkin. Dan kau bisa mencakar punggungku, jika kau merasa sangat kesakitan."

Sehun tersenyum tipis―sangat tipis.

Namun di tengah kesadarannya yang nyaris menghilang, Jongin mampu menangkap kurva pada bibir Sehun.

Sehun mengocok pelan kejantanannya, lalu menyentuhkannya pada lubang Jongin.

"Ngg ahh." Jongin mendesah keras. Pemuda itu menginginkan sesuatu yang lebih, namun Sehun masih betah untuk bermain-main dengannya.

Tapi pada akhirnya, pertahanan Sehun pun runtuh saat melihat wajah Jongin. Ia langsung memasukkan kesejatiannya dalam sekali hentak, bersamaan dengan ciuman lembut yang didaratkan di bibir Jongin.

"Arkkhh!" Jongin mengerang dalam ciumannya dengan Sehun. Kuku-kukunya menancap di punggung lebar Sehun. Rasanya seperti tubuhnya sedang dirobek menjadi dua saat ini. Sungguh sakit. Namun ciuman lembut Sehun di bibirnya mampu mengalihkan rasa sakit itu perlahan.

Sehun tidak langsung bergerak. Menyadari kuatnya cakaran Jongin pada punggungnya, Sehun yakin bahwa Jongin merasakan rasa sakit yang mendalam. Ia ingin tubuh Jongin terbiasa dulu.

Jongin tak kuasa untuk menahan air matanya. Lelehan kristal itu menetes di sela-sela matanya yang terpejam kuat.

Sehun terdiam melihat air mata itu. Ia memberikan lumatan kecil pada bibir Jongin, lalu melepas ciumannya. Lidahnya terjulur untuk menjilat air mata yang mengalir di pipi Jongin. "Maaf, jika aku menyakitimu," bisiknya lirih.

Jongin membuka onyxnya perlahan. Sehun adalah pria yang terlampau baik untuk ukuran seseorang yang sudah membeli tubuhnya. Ia menemukan secercah ketulusan dalam mata Sehun yang dipenuhi kegelapan. "B-bergeraklah."

Sehun mengerjap sekali, lalu menyeringai. Ia pun mulai menggerakkan penisnya pelan di dalam tubuh Jongin.

Jongin merasakan friksi yang aneh saat benda panjang dan besar itu bergerak di dalam tubuhnya. Ada perasaan yang menginginkan sesuatu yang lebih. "Mmmh-ahh.. f-faster.. rrhh.."

Sehun memejamkan matanya dan menggerakkan penisnya lebih cepat dan lebih dalam, hingga ia menyentuh satu titik di dalam lubang anal Jongin.

"T-there ahh!" Jongin mengerang.

Sehun berhasil menemukan titik itu. Ia menumbukkan ujung kesejatiannya pada titik sensitif Jongin secara tepat dan keras―membuat pemuda manis dibawahnya terus mendesah melantunkan namanya.

"M-more Sehun ahhh."

"You are so tight, Jongin nggh sshhh."

"So big ngghh ahhh."

Keduanya saling bersahutan desahan. Hingga tanpa sadar, Jongin pun berusaha untuk menggapai puncaknya dengan ikut menggerakkan pinggulnya, hingga penis Sehun bisa menyentuh titik terdalamnya dengan kuat.

Yang tersisa malam itu hanyalah desahan demi desahan dan derit ranjang yang bergerak pelan karena udah dua lelaki di atasnya.

Hingga akhirnya, kedua makhluk Adam itu sama-sama menggapai surganya.

Sehun menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sementara pandangannya terarah pada langit-langit kamarnya. Ia masih bisa merasakan sisa-sisa kenikmatan yang digapainya bersama malaikat itu.

Jongin berbaring miring di sisi kanan ranjang. Pemuda berkulit tan itu tidak sepenuhnya terlelap dan hanya memejamkan matanya. Karena setelah sesi panas yang dilaluinya secara Sehun, ia justru tidak bisa tertidur. Rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya, namun sebagai gantinya, ia mendapat kepuasan yang tak pernah terbayangkan.

"Bagaimanapun juga, aku sudah menyelamatkanmu dari pria tambun itu, kau tahu?" Sehun mendadak bersuara. Pria itu tidak berharap Jongin membalasnya, karena ia sadar bahwa pemuda yang baru saja disetubuhinya itu pasti kelelahan.

Namun Jongin membalik tubuhnya. "T-tapi, kau tetap melakukan seks denganku," cicitnya pelan. Ia tak berani menatap Sehun.

"Itu adalah hakku, Pemuda 120 Juta," desis Sehun tajam. Kepalanya menoleh ke arah samping. Sehun mendekatkan wajahnya pada Jongin dan menyentuh dagu pemuda itu. "Tapi setidaknya, aku akan memperlakukanmu dengan baik. Kau akan mendapat hidup yang layak―pakaian, makanan, atau apapun asal kau tak boleh pergi dari sini."

Jongin terdiam sejenak. Merenung. "Jadi, aku berhutang padamu, begitu?"

"Kurang lebih seperti itu." Kepala Sehun kembali terdongak.

Terjadi keheningan selama beberapa detik.

"Bagaimana jika aku mampu membayar h-hutangku?" tanya Jongin dengan suara gemetar. Kepalanya tertunduk―tak lagi memandang Sehun. Jemarinya meremas selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Sehun terkekeh pelan mendengar pertanyaan Jongin yang menurutnya konyol dan tak masuk akal. "Kau pikir, kau bisa membayar hutangmu eh? 120 juta bukanlah nominal yang sedikit, Kim Jongin," tegasnya.

Jongin menelan ludahnya kasar. "Kau berjanji akan memberikan apapun padaku? K-kalau begitu, berikan aku pekerjaan dan gaji."

Tawa Sehun meledak. Ternyata, pemuda yang sudah dibelinya ini benar-benar berkeinginan untuk lepas dari sangkar emasnya. "Kau tahu, apa pekerjaan yang akan kuberikan padamu? Melakukan seks denganku dan kau akan kubayar 500 ribu setiap kita melakukan seks."

Jongin menatap Sehun lekat-lekat. Sepertinya, ada secercah harapan bagi dirinya untuk terlepas dari sosok Sehun, meski itu artinya ia harus melakukan seks dengan pria itu.

"Dengan catatan, hutang 120 juta-mu berbunga 10% setiap bulannya." Sehun tersenyum asimetris.

Dan Jongin merasa dunia runtuh saat itu juga.

Sejak detik itu, Jongin tahu bahwa ia sudah terikat selamanya dengan Sehun.

Kisah panjang mereka baru saja dimulai.

end

dee's note:

dan saya akhirnya ngetik part nc di tengah hari Minggu yang cerah (?) saya bener-bener bukan pakar dalam membuat hal yg berbau yadong orz. jadi mohon maaf kalau part nc di atas kurang memuaskan atau malah sangat hancur /bows

selanjutnya, saya bakalan tetep update kisah ini secara terpisah. jadi yg pingin tahu kelanjutan kisah SeKai disini, silakan ubek-ubek profile saya /laughs/ anyway, saya mungkin akan memberi judul No Money Series untuk kisah SeKai ini. supaya kalian bisa mengenali kisah lanjutannya dengan mudah hoho

buat yang punya ide atau saran tentang kelanjutan kisah SeKai, kalian bisa tulis saja di review atau kirim PM. dan jangan lupa tinggalkan review buat chapter ini ya.

makasih banyak juga buat yang udah kasih review, klik follow/favorite untuk fanfic ini. tetap ikuti seri kisah ini ya

xoxo,

rappicasso

P.S. Buat yang ingin tahu kisah lain tentang SeKai ini, ada juga ff 'Cell Phone'. Silakan dibaca. Thanks

P.S.S. Ada yang penasaran sama arti 'koshikata'? Itu artinya 'masa lalu'. Aneh ya? Hehe peace ^^v