rappicasso

presents

an alternate universe fanfiction

koshikata

-prequel of cell phone-

.: part one :.

starring

Kim Jongin | Oh Sehun | Park Chanyeol

WARNING:

THIS FIC CONTENTS SOME BAD WORDS

note:

this fic was inspired by okane ga nai

and I dedicated this fic for all hunkai shipper who really miss their fanfictions in FFN

enjoy!

"Nyawa Ayahmu berada di tangan kami, Oh Sehun."

"Keparat kau!" Sehun mencengkram ponsel dalam genggamannya itu dengan cukup kuat. Ia benar-benar garam pada musuh bebuyutannya dari China yang mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan ayahnya dan sedang menyekapnya di suatu tempat tersembunyi.

Hubungan Sehun dan Ayahnya memang tidak seperti hubungan Ayah-anak kebanyakan. Sehun menganggap Ayahnya sebagai seorang atasan―pimpinan Oh Industries yang harus ia hormati dan lindungi. Maka saat nyawa Ayahnya terancam, nasibnya pun berada di ujung tanduk. Ia merasa bahw ia harus bergerak cepat untuk menyelamatkan sang Ayah.

"Jika kau ingin Ayahmu bebas"

Sehun mendengarkannya baik-baik.

"datanglah ke tempat yang kami beritahukan seorang diri. Dan bawalah aset-aset berharga keluargamu."

"Bajingan." Sehun mendesis pelan.

"Jika tidak, jangan harap kau bisa melihat Ayahmubarang sehelai rambutnya."

PIP!

"SIALAN KAU!" Sehun tak bisa berhenti mengumpat kasar saat sambungan telepon itu tiba-tiba saja diputus secara sepihak. Sehun membanting ponselnya ke atas karpet berbulu yang berada di dalam ruang kerjanya. Untung saja, ponsel mahalnya itu tidak hancur berkeping-keping begitu saja.

Nafas Sehun mendadak tak stabil. Dadanya naik turun seiring deru nafasnya yang tidak beraturan. Tangannya menumpu pada ujung meja kerjanya. Kedua mata sipitnya terpejam―mencoba menjernihkan pikirannya.

Instingnya mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah jebakan dari pihak China yang memang sudah mengincar harta Ayahnya sejak lama. Jika pihak China berhasil menaklukkan perusahaan keluarganya, maka seluruh bisnisnya di daratan Korea akan lebih lancar―karena Oh Industries adalah penguasa perekonomian di dataran Korea selama beberapa tahun terakhir.

Namun Ayahnya yang sudah menghilang selama 3 bulan terakhir dan tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaannya, membuat Sehun dan koleganya khawatir. Seluruh bawahan Sehun sudah mencari keberadaan pimpinan Oh Industries itu, namun hasilnya nihil. Bahkan bau parfumnya saja tidak bisa tercium.

Sehun benar-benar kehabisan akal. Ia adalah satu-satunya penerus Oh Industries, namun ia sendiri masih tidak yakin apakah ia bisa melanjutkan usaha―baik bersih maupun kotor―yang dilakukan oleh keluarganya ini sejak lama.

Haruskah Sehun mengikuti keinginan pihak China itu?

DRRT DRRT

Ponsel Sehun bergetar pelan―getarannya teredam oleh karpet. Sehun segera berjalan mendekat ke arah tempat ponselnya terjatuh dan mengambilnya. Dilihatnya sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

Pesan itu dari nomor yang tak dikenal.

From: xxx

Kami menunggumu di sebuah gereja katolik kuno bergaya Eropa di daerah Busan

Sehun yakin bahwa pesan itu berasal dari pihak China yang mencoba bermain-main dengannya. Sehun menggenggam erat ponselnya sambil memejamkan mata. Ia harus memutuskan dengan cepat.

Tak lama, pintu ruang kerjanya diketuk.

TOK TOK TOK

"Tuan Muda Oh." Sebuah suara yang familiar di telinga Sehun terdengar dari balik pintu.

Sehun berdeham pelan. "Masuklah."

Terdengar suara pintu yang dibuka. Tampaklah seorang pria dengan tubuh jangkung dan rambut yang berwarna kecoklatan.

"Ada apa Chanyeol?" Sehun mengenal baik pria yang berusia dua tahun di atasnya itu. Wajah idiotnya itu menyembunyikan otak jenius dan kemampuan bela diri yang bisa membuat lawannya takluk. Sehun menjadikannya sebagai salah satu orang kepercayaannya.

Chanyeol tersenyum tipis, meski wajahnya tetap terlihat mengeras. "Pengiriman senjata ke Rusia sedikit mengalami gangguan, Tuan Muda," jawab Chanyeol dengan waut seriusnya.

Sehun mendesah kecil, kemudian mengusap wajah tampannya. "Kau bisa mengatasinya?"

"Jika itu keinginan Anda, maka saya akan melakukan yang terbaik." Chanyeol menyeringai.

"Atasi masalah itu dan pastikan semuanya bersih. Mengerti?" Tatapan Sehun menajam dan jatuh pada dua mata besar milik Chanyeol.

"Baik, Tuan Muda." Chanyeol mengangguk patuh.

Sehun memalingkan wajahnya ke sebuah foto berukuran besar yang tergantung di dinding ruang kerjanya―foto sang Ayah. "Aku harus melakukan sesuatu," gumamnya pelan.

"Tuan Muda?" Chanyeol yakin bahwa baru saja Sehun mengucapkan sesuatu, namun sialnya telinga lebarnya itu tidak mampu menangkap kejelasan ucapan Sehun.

"A-ah, tidak. Cepatlah berangkat." Sehun tersenyum tipis meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. "Ada sesuatu yang harus kuurus."

Oh Industries adalah sebuah kelompok perusahaan asal Korea Selatan yang bergerak dalam berbagai bidang―industri pangan, elektronik, bahkan sampai ke industri persenjataan. Kakek Sehun―pencetus Oh Industries ini terkenal sebagai sosok yang ambisius dalam meraih popularitas, maka ia melakukan berbagai bisnis gelap―menjual senjata bahkan obat-obatan secara ilegal. Bisnis tak sehat ini menimbulkan persaingan buruk yang kadang harus melibatkan nyawa―termasuk dengan apa yang kini terjadi pada Ayah Sehun―Oh Soohyuk. Menghilangnya Soohyuk yang secara mendadak dan tidak meninggalkan jejak sedikitpun itu memunculkan dugaan bahwa ini adalah ulah para pesaingnya―para mafia-mafia bejat di luar sana. Sehun adalah salah satu sosok yang merasa begitu terpukul atas menghilangnya Soohyuk dan ia bersumpah akan mengejar siapapun yang telah mengganggu kententraman keluarganya, bahkan jika perlu ke neraka sekalipun.

Dan disanalah Sehun berada sekarang. Ia sedang mengemudikan mobil milik Ayahnya ke suatu daerah terpencil di Busan―seperti yang tertulis dalam pesan yang dikirimkan oleh pihak China. Jok belakang mobilnya terisi dengan sebuah koper berukuran besar yang berisikan beberapa aset berharga yang diminta oleh lawannya tersebut. Tentu saja, itu bukanlah keseluruhan aset berharga milik keluarganya―Sehun tidaklah sebodoh itu. Sepanjang perjalanannya, ia tak bisa berhenti memikirkan taktik yang harus ia jalankan saat berhadapan dengan lawannya. Pasalnya, saat ini, ia hanyalah seorang diri―tanpa Chanyeol, sang asisten pribadinya yang begitu setia atau pengawal-pengawal andalannya.

Sehun terkejut saat tiba-tiba saja mobilnya terhenti dan tak bisa digerakkan kembali. Pria muda itu memukul kuat kemudianya dan mengumpat kasar saat membuka pintu mobilnya. Sehun segera melompat turun dan berjalan ke depan mobilnya. "Sial! Kenapa kau harus mogok di tengah jalan seperti ini, eh?" Sehun menendang ban depan mobilnya. Ia benar-benar merutuki keputusannya untuk menggunakan mobil milik Ayahnya yang agak kuno itu.

Sehun merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Namun ia baru menyadari bahwa saku celananya kosong. "Astaga!" Sehun teringat bahwa ponselnya tadi tertinggal di atas meja kerjanya. Oh, bagaimana bisa ia menjadi seceroboh ini?

Sehun memegang kepalanya yang mendadak berputar pelan. Ia pasti terlalu panik tadi, hingga ia melupakan ponselnya sendiri. Ia pun mencoba memikirkan cara agar ia tetap bisa di tempat tujuannya.

10 menit sudah berlalu dengan Sehun yang masih sibuk mencari cara di jalanan yang terlampau sepi itu.

Hingga Sehun sama sekali tidak menyadari sesuatu.

BUGH!

"Argh!"

Seseorang berjas hitam sudah memukul tengkuk Sehun dari arah yang berlawanan, sementara orang-orang lainnya yang juga berjas hitam itu menyeret tubuh Sehun yang sudah pingsan.

"Bangun kau, Keparat!"

"Dasar keluarga Oh tak berguna!"

"Sialan!"

Sehun mulai mendapatkan kesadarannya saat suara-suara itu terngiang di kepalanya. Mata sipitnya terbuka secara perlahan. Ia mulai merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya. Ia menemukan dirinya sendiri di sebuah gang sempit seorang diri.

Kemana perginya orang-orang berjas hitam itu?

Sehun tak mau ambil pusing. Ia benar-benar merasa seperti dijebak. Ayahnya hanyalah sebuah pancingan yang membuatnya keluar dari persembunyian dan membawa sejumlah aset berharga perusahaan.

Kepala Sehun berdenyut pelan dan tubuhnya terasa nyeri di setiap bagian. Ia berusaha mendudukkan tubuhnya dan menarik tubuhnya untuk mendekat pada dinding. Disandarkannya punggungnya pada tembok dingin itu. "Aw!" Bahkan punggungnya terasa begitu sakit. Hell, apa saja yang sudah orang itu lakukan pada tubuhnya?

TIK

TIK

TIK

TIK TIK TIK TIK TIK

"Oh Sial!"

Hujan turun.

Ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Masuk ke dalam jebakan musuh dan terancam tak bisa kembali dalam kehidupannya―mengingat bahwa ia berada di suatu daerah terpencil yang entah berpenduduk atau tidak, tanpa membawa ponselnya.

This is great, Oh Sehun.

Sehun menyesal karena selama ini ia tak pernah mendekatkan dirinya pada Tuhan. Jika di saat seperti ini, kepada siapakah ia harus meminta tolong? Apakah Tuhan masih mendengar doa pria yang tangannya selalu memegang uang haram dan berlumuran darah?

Sehun memejamkan matanya―menikmati air hujan yang mengalir di atas wajah tampannya yang terlihat membiru karena lebam. Dalam hati, ia merapalkan doa pada Tuhan―semoga Tuhan dengan senang hati mengirimkan salah satu malaikatnya untuk menolongnya.

"Tuan?"

Apakah doanya terjawab secepat itu?

TAP

TAP

TAP

Sehun segera membuka matanya. Pandangannya menangkap sesosok―entah manusia atau malaikat―manis yang berjalan ke arahnya.

"Apa yang terjadi padamu, Tuan?" Sosok itu berjongkok di samping Sehun sambil memayungi tubuhnya dengan tubuh Sehun.

Sehun mengerjapkan kedua matanya tak percaya. Apakah ini memang malaikat? Seperti apa yang sering ia baca dalam dongeng-dongeng ketika masih kecil?

"Tuan?" Sosok itu terlihat panik saat Sehun masih belum merespons.

"A-ah, ya?" Sehun segera tersadar dari lamunannya.

"Apakah Anda baik-baik saja?" tanya sosok itu cemas.

"T-tidak." Suara Sehun bergetar. "Apa kau punya ponsel?" tanya Sehun langsung pada intinya. Yang ia butuhkan sekarang adalah bantuan.

"T-tentu." Sosok itu langsung merogoh saku celananya dan menyerahkan ponselnya pada Sehun. "Ini, Tuan."

Sehun menrima ponsel itu dengan senang hati. Ia segera mengetikkan nomor milik Chanyeol. Persetan jika ia mengganggu pekerjaan Chanyeol di Rusia. Ia langsung mengatakan keberadaannya dan memerintahkan Chanyeol untuk mengirimkan anak buahnya ke daerah yang dimaksud. "Ini ponselmu." Dan setelah semaunya selesai, Sehun mengembalikan ponsel itu pada sang pemilik.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Anda, Tuan?" Raut cemas tak bisa luput dari wajah sosok itu―yang diyakini Sehun sebagai malaikat kiriman Tuhan.

"Aku baru saja dipukuli." Sehun terbatuk pelan. Tenggorokannya terasa sedikit sakit saat berbicara.

"Ya Tuhan." Sosok itu menutup mulutnya dengan sebelah tangannya yang bebas. "Tunggu disini, Tuan! Aku akan mengambil kotak obat untuk mengobatimu!"

"H-hei, tunggu!" Kali ini, suara Sehun tidak bisa terdengar lebih keras.

Sosok itu sudah melesat pergi meninggalkannya―entah pergi kemana. Dan dengan bodohnya, sosok itu meninggalkan payung miliknya.

"Cih. Bodoh sekali." Sehun mengumpat pelan, lalu meraih gagang payung itu dan mengangkatnya untuk melindungi tubuhnya dari sengatan rasa dingin.

20 menit sudah berlalu, namun sosok penolong Sehun itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tandanya untuk kembali. Sehun justru mendapati para bawahannya yang datang ke arahnya.

"Tuan Muda!"

Sehun mengenali suara itu.

Baekhyun. Pria manis bertubuh mungil itu adalah salah satu kepercayaan Ayahnya. Wajahnya yang manis―lebih pantas untuk disebut anak gadis berusia 6 tahun―selalu berhasil menipu lawan-lawannya. Faktanya, ia memiliki kemampuan beladiri dan mampu menjadi penembak andalan dalam timnya.

Baekhyun segera memasangkan jas berwarna hitam pada tubuh Sehun. "Apa yang terjadi pada Anda?"

Sehun terkekeh pelan. "Ceritanya panjang. Bawa aku pergi dari sini."

"Baik, Tuan." Baekhyun mengangguk paham, kemudian membantu Sehun untuk berdiri―tentu saja dengan bantuan para pasukan lain yang dibawanya.

Sehun berjalan tertatih-tatih dengan tangan yang masih menggenggam payung dari sosok penyelamatnya.

"Anda membawa payung?" Baekhyun baru menyadarinya. Dan ia melihat motifnya yang terlihat konyol untuk ukuran seorang mafia bertangan dingin seperti Sehun.

Sehun mendongak ke atas dan menyadari betapa konyolnya jika ia mengenakan payung itu. "Tuhan mengirimkan malaikatnya untukku." Sehun tersenyum misterius.

Baekhyun mengernyit bingung.

"Dan ini akan menjadi tugasmu selanjutnya, Byun."

"Ya?"

"Temukan malaikatku ini."

to be continued...

dee's corner:

ciee yang lagi rajin update ff. hoho

aku lagi bosen di rumah, jadi ngetik ff aja deh hehe. kemarin banyak yang minta sequel dari ff Cell Phone. dan ini prequelnya dulu. kan di ff Cell Phone kemarin hanya ada kilasan dikit tentang masa lalu SeKai. nah disini bakalan diceritain lebih jelas.

ff ini mungkin cuma dua chapter (atau tiga? dunno. kkk~) yah intinya ini hanya mini series (cepat selesainya). selanjutnya, aku bakal publish sequel-sequelnya secara terpisah aja ya .-.

jadi untuk sequel-sequelnya nanti bakalan menceritakan usaha Sehun untuk ngomong ke Jongin tentang perasaannya. semuanya request sampe Jongin tahu isi hatinya Sehun sih wkwk. dan thanks a lot buat yang udah review di ff Cell Phone kemarin. lawak-lawak deh komentarnya. ff ini tuh terinspirasi sama manga Okane Ga Nai. ada yang udah baca? buat kalian yang fujoshi, itu bacaan wajib deh kayaknya. bagus banget soalnya. apalagi si Ayase (kalau disini Jongin) itu polosnya ga ketulungan wkwk /lirik ff Cell Phone/

okay, sekian cuap-cuapnya. don't forget to leave ur review dear~

xoxo,

rappicasso

P.S. Ada yang mau ngobrol sama aku? Bisa lewat . Unamenya "rappicasso". Mungkin aku bakalan lebih aktif disana daripada di twitter :)