peblish

presents

a krisho fanfict

.

Kris's Brotha!

.

cast :

- suho

- kris

- other casts

.

KRISHO chibi series ^^

.

okay~ enjoy, happy reading, and dont forget to leave review! ^^

.

.

.

.

.

.

.

"Panasnya..."

Suho mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah, mencoba mengusir udara panas di sekitarnya. Ia menaikkan dan melebarkan kedua kakinya ke atas meja ruang tengah, semakin kuat mengibaskannya tangannya, kemudian merebahkan kepala dan punggungnya di sandaran sofa.

Hari ini adalah hari pertama liburan musim panas. Sebenarnya Suho senang sekali karena selama 30 hari ia bisa bebas bermain dan bersenang-senang sepuasnya. Yah... Meskipun masih ada peer liburan musim panas sebanyak 30 halaman, siihh... Tapi Suho senangnya karena dia tidak perlu pergi ke sekolah =_=

Bahkan beberapa hari sebelum liburan musim panas, Suho sudah punya segudang daftar hal-hal yang akan ia lakukan sepanjang liburan musim panas ini. Main sepakbola dengan Minho kakaknya, memancing dengan ayahnya, belajar membuat cake dengan ibunya, mengunjungi LaLaLandㅡtaman hiburan yang baru dibuka di tengah kota!ㅡsekeluarga, pergi ke pameran komik dengan Baekhyun dan Kyungsoo... Dan di minggu terakhir liburan musim panas nanti, Suho juga akan menonton pertandingan basket di mana Kris menjadi kapten tim untuk kesekian kalinya.

Tapi ternyata liburan tahun ini benar-benar di luar perkiraannya. Bagaimana tidak? Ayah dan ibu Suho ternyata sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan mereka! Perusahaan desain tempat ayah Suho bekerja sedang menerima banyak job, yang tidak memungkinkan semua pegawainya untuk mengambil cuti atau liburan. Sementara bisnis toko bunga ibunya juga sedang ramai pesanan rangkaian bunga untuk acara-acara resmi. Tentunya ibu Suho sebagai pemilik tidak dapat melepaskan pekerjaannya hanya dengan alasan 'sedang libur musim panas'. Minho, kakak Suho, juga sama sibuknya dengan kedua orangtua mereka. Dalam waktu dekat ini ia akan mengikuti festival olahraga di kota sebelah dengan tim futsal sekolahnya dan tentunya ia harus rajin berlatih di sekolah setiap hari dari pagi sampai sore. Kyungsoo? Baru saja semalam Kyungsoo mengabari Suho kalau ia dan keluarganya pergi berlibur ke rumah neneknya di Incheon dan baru pulang sekitar minggu ketiga liburan musim panas. Kalau Baekhyun... Isssh, Suho jadi gondok kalau mengingat anak tengil satu itu =_= sebetulnya Baekhyun-lah satu-satunya orang yang bisa Suho ajak main bersama... Kalau saja hari ini dia tidak pergi kencan dengan Chanyeol! =_=

Kring kring kring... Suho melirik malas ke arah telepon rumah yang berbunyi nyaring. Ukkhh, siapa sih? Nggak tau orang lagi males gerak apa, ya?

Kring kring kring... Deringan kedua... Suho memilih memejamkan matanya, pura-pura tidur =_=

Kring kring kring... Deringan ketiga... Suho mulai membuka matanya lagi.

Kring kring kring... Deringan keempat... Suho menghela nafas. Angkat nggak ya? Males berdiri, sumpah...

Kring kring kring... Deringan kelima. Ngotot amat, sih, yang nelpon? Kalau Suho jadi Si Penelpon, sih, pasti sudah Suho matikan lebih dahulu. Lama amat coba nggak diangkat-angkat.

Kring kring kring... Deringan keenam. Malas-malasan Suho bangkit dari duduknya lalu menyambar gagang telepon ituㅡmenjawabnya. "Yaaaa... Anak bungsu Keluarga Kim yang sedang kepanasan di sini~ siapa di sana?"

Si Penelpon itu tertawa cekikikan di seberang sana. "Anak tunggal Keluarga Wu di sini~ bisa bicara dengan anak bungsu Keluarga Kim yang sedang kepanasan?" Sahutnya dengan nada menggoda.

Suho nyengir. Siapa lagi orang aneh ini kalau bukan Kris. "Hehehe... Ada apa, nih, Kris?! Tumben banget telpon ke rumah!" Seru Suho riang.

"Kau nggak kemana-mana, kan, hari ini?" Tanya Kris. Terdengar suara bola basket yang tengah di-dribble di seberang sana. Hmm, mungkin Kris mau mengajak Suho main. "Main sama aku, yuk." Tuh, kaann...

"Wuaaahhh..." Suho membuka mulutnya gembira. "Akhirnya ada yang ajak aku main! Kamu tau gak, sih, Kris, aku hampir mati kebosenan di dalam rumah, sumpah! Eomma kerja, appa juga, Minho hyung nge-futsal, Kyungsoo lagi ke rumah neneknya, Baekhyun malah sibuk kencan... Aaahh, beteeee!"

Kris tertawa lagi di seberang sana. "Ya udah, ya udah. Cepet ke sini, ya? Taman kompleks yang kayak biasanya. Bawa uang, ya. Nanti kita makan es krim bareng. Aku tunggu, loh."

"Siiip!" Suho menyanggupi.

Klik.

.

.

.

"Kriiiiissss!" Seru Suho kencang sambil berlari-lari menghampiri namja tinggi yang sedang men-dribble bola basketnya.

Kris melambaikan tangannya. "Hei." Sapanya saat Suho sudah sampai di hadapannya.

"Ya ampuuunn... Panas banget." Keluh Suho sambil melepas topi Ultraman kesayangannya, mengusap peluh yang mengalir di pelipis dan dahinya, lalu mengenakan topinya kembali. "Kamu kok betah banget, sih, panas-panas gini malah main basket?" Tanya Suho yang sudah gatal bertanya sejak dulu. Kris memang sangat rajin bermain basket, tidak peduli hari sedang panas, dingin, hangat, hujan, bahkan bersalju.

Kris tersenyum simpul. "Iya, dong. Aku, kan, calon pebasket terkenal." Jawabnya kemudian tertawa geli. "Harus rajin berlatih, kapanpun dan dimanapun."

"Hhh, iya deh." Suho menjulurkan lidahnya. "Semoga Kris bener-bener bisa jadi pebasket terkenal. Biar nanti aku bisa pamer ke semua orang kalau aku temenan sama Kris Si Pebasket Terkenal."

Kris nyengir kuda. "Sialan."

"Beli es krim, yuk, Kris." Ajak Suho sambil menunjuk sebuah minimarket di seberang taman tempat mereka berdiri. "Aku abis dikasih uang jajan sama appa. Gara-gara tadi pagi aku ngambek ditinggal orang-orang di rumah, hehehe..."

Kris tertawa geli. "Dasar. Bisa banget modusmu. Ya udah, deh. Ayo." Mereka segera berjalan beriringan ke minimarket tersebut.

"Wah, ada yang baru." Gumam Kris sambil membuka mesin pendingin es krim. "Kamu mau yang baru, gak?"

"Nggak, ah. Aku setia sama es krim cokelat favoritku." Tolak Suho sambil cepat-cepat mengambil sebungkus es krim cokelat favoritnya.

"Ya udah, deh. Kalau gitu aku beli yang baru." Kris mengambil sebungkus es krim baru yang ia maksud itu. Setelah membayar, mereka segera keluar dari minimarket kemudian duduk-duduk di bangku yang disediakan di depan minimarket.

"Kok punya Kris kayaknya enak?" Gumam Suho polos sambil memandangi Kris yang tengah membuka bungkus es krimnya. Harganya memang lebih mahal daripada es krim yang dibeli Suho, tetapi itu sebanding dengan ukuran cone dan es krimnya yang lebih besar. Es krim cokelat-vanilla dengan lelehan cokelat dan potongan brownies di atasnya. Aaah, Suho jadi pengen T_T

Kris cekikikan. "Diihhh... Tadi ditawarin nggak mau. Sok-sok-an setia juga sama es krim cokelatmu. Liat tuh sekarang, tergoda, kan, sama es krim yang baru?" Kris tertawa lagi melihat Suho yang makin merengut. "Ya udah, ya udah. Mau tukeran sama punyaku?" Tawar Kris sambil menyodorkan es krimnya pada Suho.

.

.

"NGGAK MAU! Huwweeee..."

.

.

Kris dan Suho refleks menoleh ke asal suara itu.

Tidak jauh dari bangku tempat Kris dan Suho duduk, terlihat seorang namja sebaya mereka dengan seorang anak kecil yang menangis dengan kedua tangan di balik punggungnya.

"Ah... Pelit. Bagi uangmu, dong!" Namja itu mencoba merebut sesuatu dari anak kecil yang masih mencoba mengelak itu.

"Nggak mau! Ini uang Jinwoon... Huhuhuhuuu... Eommaaaaaa..." Anak kecil itu menangis semakin kencang sambil mencoba menghindari namja itu dan menyembunyikan kedua tangan di balik punggungnya.

Suho meringis. "Kasian banget anak kecil itu. Dipalakin."

Kris sedikit menyipitkan kedua matanya, memandangi namja itu. Kemudian ia segera bangkit dari duduknya dan menghampiri seorang namja dan anak kecil itu.

"Eh? K-Kris..? Kamu mau kemana?" Suho buru-buru ikut bangkit dari duduknya mengikuti Kris menghampiri namja dan anak kecil itu.

"Sehun-a!"

"Eh?" Suho menoleh ke arah Kris dengan kaget. Kris kenal dengan namja pemalak anak kecil ini? "Kamu kenal dia, Kris..?"

Namja itu menoleh mendengar suara Kris. "Kris hyung?!" Serunya kaget dan terkesan senang melihat Kris.

"Kau sedang apa? Kembalikan uang anak kecil ini! Malu-maluin... Bisa-bisanya kamu malakin anak kecil." Perintah Kris kemudian ia segera menarik tangan namja bernama Sehun itu lalu mengambil uang anak kecil itu dari tangan Sehun dan mengembalikannya.

"Hiks..." Dengan sedikit terisak, anak kecil itu mengambil kembali uangnya kemudian ia segera berlari meninggalkan Kris, Suho dan Sehun.

"Ah, hyung!" Seru Sehun kesal karena Kris merebut uang hasil palakannya. "Aku haus. Mau beli minum. Tapi nggak ada uang. Ada anak kecil lewat, aku minta uangnya baik-baik, eh dia malah nyolot nggak ngasih. Ya udah, aku paksa aja."

"Brutal." Kris menghela nafas. Kemudian merogoh saku celana basketnya dan menyodorkan selembar uang pada Sehun. "Nih. Beli minum sana." Suruh Kris sambil menunjuk arah minimarket dengan dagunya.

Sehun tersenyum puas menerima uang itu kemudian ia segera berlari-lari kecil masuk ke dalam minimarket.

"Kris... Dia siapa, sih..?" Bisik Suho penasaran sambil menyikut lengan Kris.

Kris menoleh ke arah Suho.

.

.

.

"Adikku."

.

"HAH?" Suho melongo terkaget-kaget. Ya ampun... Kris punya adik?! "A-adik..? Adikmu?! Bukannya kamu anak tunggal..?"

"Hm?" Gumam Kris. "Yah... Gitu, deh."

"Hah? Gitu gimana, sih? Kalo kamu anak tunggal kenapa dia bisa jadi adikmu?" Tanya Suho beruntun. Jawaban Kris benar-benar nggak memuaskan dan nggak nyambung.

Tak lama kemudian Sehun keluar dari dalam minimarket dengan sekantung plastik berisi dua botol minuman dingin dan di tangannya yang lain ada sebungkus es krim. Ia cengengesan sambil menghampiri Kris dan Suho. "Ehehehe... Makasih, hyung!" Celotehnya riang. "Untung aku ketemu Kris hyung di sini.

"Kamu kok bisa ada di sini?"

Sehun mulai mengulum es krimnya. "Ini kan hari pertama liburan musim panas. Boleh, dong, aku ke rumah Kris hyung dan Daddy."

"Sudah bilang ke Mom kalau kamu ke sini?"

Sehun menggeleng cuek sambil tetap menikmati es krimnya.

Kris menghela nafas. "Kenapa nggak izin dulu ke Mom kalau mau ke sini? Kalau sampai Mom tahu bisa-bisa aku yang dimarahin. Dan Mom bakal ngelarang kamu ke sini lagi."

"Ah. Izin nggak izin juga sama aja. Mommy kan selalu sibuk. Kalo aku pulang ke rumah besok lusa sebelum jam 6 juga pasti Mommy nggak bakalan tahu kalau aku habis dari rumah Kris hyung." Gumam Sehun cuek.

"Ah. Terserah kau, deh." Kris melipat tangannya di depan dada. "Yang jelas aku nggak mau tahu kalau sampai Mom marah-marah gara-gara kamu ke sini nggak izin dulu."

"Santai aja, hyung." Sehun cengengesan. Kemudian ia berpaling pada Suho yang sejak tadi diam memandangi Kris dan Sehun bergantian. "Eh, eh. Dia siapa, hyung?" Bisik Sehun sambil menyikut lengan Kris dan melirik ke arah Suho. Bisikan yang sebenarnya terlalu keras untuk dianggap bisikan karena Suho dapat mendengarnya.

"Ah, aku Suho Kim!" Suho menyodorkan tangannya pada Sehun sambil tersenyum selebar mungkin. "Salam kenal."

"Sehun." Balasnya sambil menjabat tangan Suho. "Anak kelas 1, ya? Wah, adik kelasku dong."

Gubrak.

Rasanya ada semacam tinju yang melayang dan mengenai ubun-ubun Suho begitu ia dituduh sebagai anak kelas 1 SD.

"A-a-a-aku su-sudah kelas 4 SD." Jawab Suho dengan nada bergetar, hidung kembang-kempis dan senyum miris. Berusaha sekuat tenaga untuk terlihat 'tegar' walaupun ia baru saja disangka anak kelas 1 =_=

"Eh? Benarkah?" Sehun membulatkan kedua matanya kemudian ia tertawa terbahak-bahak. "Huahahaha... Maaf, maaf. Aku kira kamu masih... HUAHAHAHAHAHA, masih kelas 1."

"I-iya. G-gak papa, kok." Suho meringis lagi. Diam-diam ia melirik ke arah Kris yang cengar-cengir tidak jelas. Pasti Kris juga ikut nahan ketawa melihat Suho disangka anak kelas 1. Cuih. Adik-kakak sama saja =_=

"Aku juga kelas 4 SD." Ucap Sehun lagi sambil tersenyum. "Panggil aja Sehunnie."

Suho tersenyum. Ya, tersenyum kali ini. Bukan meringis lagi. Sepertinya Sehun teman yang menyenangkan, sekaligus anak yang baik. "He-eh. Salam kenal, Sehunnie."

.

.

.

Hari kedua musim panas. Sebetulnya hari ini Suho mau main bareng lagi sama Kris, tapi sayangnya hari ini Kris ada latihan basket dengan tim-nya di gedung olahraga sekolah. Sebetulnya Kris menyuruh Suho ikut datang saja ke sekolah. Itung-itung jadi penonton, gitu. Tapi Suho sedang nggak minat.

Sandal putih Suho berjalan pelan menyusuri jalan setapak. Suho baru saja dalam perjalanan pulang setelah mengantarkan pesanan buket bunga pada Paman Lee, salah seorang kolega ayahnya yang istrinya baru saja melahirkan. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Suho sehingga ibunya menyuruh Suho berjalan kaki saja mengantarkan buket bunga itu.

"Eng?" Suho menyipitkan kedua matanya sambil menghentikan langkahnya di depan taman kompleks. Dilihatnya sesosok namja yang tengah bermain basket sendirian di lapangan taman. Itu kan Sehun..?

"Sehunnie!" Sapa Suho riang sambil berlari-lari kecil menghampiri namja itu.

Sehun menoleh. "Eh, kamu." Sambutnya. "Kamu yang kemarin sama Kris hyung, kan? Sumo?"

Gedubrak.

"Suho." Koreksi Suho, sedikit gondok. Apa namanya sesulit itu sampai-sampai tidak gampang untuk menyangkut di pikiran seseorang? Dan lagi tadi... Dia dipanggil apa..? Sumo..? =_=

"Oooh, iya iya! Suho." Ulangnya sambil tertawa lagi.

Sial. Malah diketawain.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Suho sambil mengambil duduk di kursi taman yang ada di tepi lapangan. "Kok mainnya sendirian aja?"

"He-eh." Gumam Sehun sambil kembali men-dribble bola basketnya. Ia diam untuk waktu yang cukup lama sampai akhirnya ia menyahut, "Kris hyung lagi latihan di sekolah. Padahal hari ini aku mau minta diajarin main basket sama Kris hyung." Keluhnya.

"Oh..." Suho ber-oh pendek. "Hari ini juga rencananya aku mau main sama Kris. Tapi, yaahh... Apa boleh buat. Kris harus rajin-rajinnya latihan, kan? Akhir bulan nanti dia mau ikut pertandingan."

Sehun menghela nafas. "Hhhh, payah." Gerutunya.

"Kok payah?" Suho mengerutkan keningnya. "Harusnya kamu seneng, kan, kalau Kris ikut pertandingan?"

"Habisnya... Kalau Kris hyung pergi latihan... Aku kan jadi nggak ada temen main." Jawab Sehun sambil mengerucutkan bibirnya. "Padahal aku udah dateng jauh-jauh ke sini buat ketemu dan main bareng sama Kris hyung. Tapi dia malah lagi sibuk latihan."

"Dari jauh?" Tanya Suho lagi. "Ngomong-ngomong... Kamu ini... Adiknya Kris, kan?"

Sehun menatap Suho. "Iya."

"Adik kandung?"

Kali ini Sehun menatap Suho dengan heran. Tapi pada akhirnya Sehun mengangguk mengiyakan pertanyaan Suho. "Iya, lah. Masa adik pungut." Gumamnya cuek sambil menge-shoot bola basketnya. Masuk.

Tapi kemudian ia melirik Suho lagi. "Kenapa emangnya?"

"Kok kalian nggak tinggal serumah?" Tembak Suho yang sejak kemarin sangat gatal untuk menanyakan hal itu pada Kris dan Sehun. "Maksudku... Kalian kan adik-kakak. Harusnya kan tinggal serumah. Tapi kamu bilang, kamu datang dari jauh buat nemuin Kris kakakmu sendiri. Teruuuss... Kalau nggak salah, Kris juga pernah bilang kalau dia anak tunggal."

"Oh." Gumam Sehun singkat. "Itu."

"'Itu' apa?"

Sehun menoleh menatap Suho. "Emangnya Kris hyung nggak pernah cerita?"

Suho menggeleng. "Apaan, sih, emangnya?" Ih, Suho makin penasaran.

.

.

.

"Orangtua kita udah cerai."

.

.

.

Suho membulatkan matanya terkaget-kaget. "Ce-cerai..?" Jadi... Orangtua Kris sudah bercerai?

"He-eh." Sehun mengangguk.

"Udah lama, sih. Tiga tahun yang lalu." Sehun menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi taman. "Sebelum akhirnya resmi cerai, aku sendiri sih udah ngerasa kalau mereka bakalan cerai. Kris hyung juga gitu. Mommy sama Daddy selalu ribut, bertengkar tiap hari, pecahin barang di sana-sini, Mommy pasti nangis, dan Daddy pasti langsung ninggalin rumah terus pergi sampe malem."

Sehun menghela nafas berat.

"Kadang aku suka kasihan sama Mommy. Waktu mereka lagi bertengkar, rasanya aku pengen banget pukulin Daddy yang lagi bentak-bentakin Mommy atau pecah-pecahin barang di ruang tengah. Tapi Kris hyung selalu ngelarang aku buat ngelakuin itu. Aku cuma bisa sembunyi di kamar sama Kris hyung kalau Mommy dan Daddy lagi ribut. Waktu Daddy udah pergi, aku langsung lari ke luar kamar dan peluk Mommy yang lagi nangis..."

Suho diam menatap iba kepada Sehun. Menyadari betapa dirinya lebih sangat-amat beruntung daripada Sehun ataupun Kris. Setidaknya ibu dan ayahnya tidak pernah bertengkar hebat sampai memecahkan barang atau menangis-nangis.

"Waktu hari perceraian mereka, kami ngumpul di ruang tamu berempat." Sehun menghela nafas sejenak.

"Mommy tanya ke aku, aku mau tinggal sama Mommy atau sama Daddy. Aku langsung jawab kalau aku mau tinggal sama Mommy. Terus, Daddy tanya ke Kris hyung, dia mau tinggal sama Mommy atau sama Daddy. Karena aku udah bilang kalau aku mau tinggal sama Mommy, akhirnya Kris hyung bilang dia yang bakalan tinggal sama Daddy."

"Setelah mereka resmi bercerai, aku sama Mommy pindah ke daerah Incheon sementara Kris hyung dan Daddy tetap tinggal di rumah lama kami." Sehun merunduk, memainkan kedua kakinya. "Aku nggak tahu apakah Mommy dan Daddy masih berkomunikasi... Tapi sebisa mungkin aku dan Kris hyung selalu melakukannya."

"Aku nggak pernah ngerti sama jalan pikiran orang dewasa." Sahut Sehun lagi. Pandangannya kosong menatap ke depan.

.

"Kalau sudah tahu akhirnya akan bercerai kayak gini... Kenapa dulu mereka mengikat janji di depan Tuhan untuk saling mencintai dan nggak pernah meninggalkan satu sama lain..?"

.

"Kalau udah punya gede nanti, aku mau cari istri yang bener-bener aku sayangi." Gumam Sehun sambil memandangi langit musim panas yang berwarna biru cerah dan bersih tanpa awan itu. "Ngejaga, ngerawat dan nyayangin dia sepenuh hati. Nggak ada kata cerai ataupun kata-kata lain yang bisa misahin kita. Kecuali kematian, tentunya."

.

Suho tersenyum mendengar kata-kata Sehun.

"He-eh. Aku setuju. Aku juga mau kayak gitu." Timpal Suho sambil ikut memandang langit dan mulai berkhayal. "Kalau udah besar, aku juga mau cari kerjaan yang gampang tapi bisa ngehasilin banyak uang! Kalau udah punya banyak uang, aku mau beli seluruh isi toko mainan dan main seharian! Huahahahahah." Lanjutnya konyol.

Sehun tertawa. "Emangnya kalau udah besar, kita masih bisa suka sama mainan?"

"Hmm, nggak tahu lagi, deh. Tapi kalo aku, sih, kalo udah mau meninggal nanti aku bakalan minta cucu-cucuku buat ngubur aku sama mainan-mainan mereka, hihihi..."

Mereka berdua tergelak bersamaan karena pernyataan konyol Suho barusan.

"Seru, deh, ngobrol sama kamu, Ho." Sehun tersenyum lebar sekali sampai kedua matanya membentuk bulan sabit. "Kamu tau, nggak, aku nggak pernah selancar ini, loh, ngomongin masalah keluargaku ke orang lain. Sama Kris hyung aja nggak pernah. Tapi nggak tau kenapa, rasanya seneng dan lega banget cerita ke kamu."

"Hehehe..." Suho tertawa kecil sambil sedikit mengusap bagian belakang kepalanya. "Tenang aja, Sehunnie. Semua orang pasti pernah punya masalah keluarga. Dulu, appa-ku malah pernah dipukulin eomma-ku pake sapu gara-gara dikira maling waktu baru pulang jam 2 pagi."

"BAHAHAHAHAH! Yang bener?!" Sehun tertawa ngakak sampai air matanya keluar.

.

.

.

"Hati-hati di jalan, ya." Kris menepuk pelan punggung Sehun. Sore ini, ia dan Suho tengah mengantar Sehun ke stasiun karena Sehun sudah harus berada di rumah sebelum ibunya pulang dari Kanada. "Telpon ke ponselku kalau kau sudah sampai di rumah. Terus..." Kris memutus kata-katanya, ia diam sejenak. "Em... Titip salam ke Mom juga."

Sehun mengangguk kemudian ia memeluk kakaknya itu erat-erat. "Makasih, ya, hyung." Kemudian ia beralih pada Suho yang tersenyum memandangi kakak-beradik itu. "Kamu juga, Suho. Titip Kris hyung, ya."

Suho tertawa geli kemudian ia sedikit berjinjit untuk meraih dan merangkul bahu Kris. "Siap, Kapten!" Ucapnya menyanggupi.

"Kenapa malah aku yang dititipkan..?" Dumel Kris pelan.

Sehun dan Suho tergelak bersamaan.

"Sehun itu lucu, ya." Gumam Suho sambil tersenyum geli saat mereka berdua berjalan pulang dari stasiun. "Sifatnya juga mirip sekali denganmu. Wajah datar kalian... Hobi basket kalian, rambut kalian, semuanya deh! Seperti dikopi langsung begitu, hihihi."

"Namanya juga adikku." Tanggap Kris singkat sambil men-dribble bola basketnya. "Tapi... Dulu... Ibuku pernah bilang, kalau Sehun jauh lebih mudah tersenyum daripada aku."

Ah, Suho dapat melihatnya.

Kris sedikit tersenyum kecil saat mengucapkan kalimatnya barusan.

.

"Em... Kris..?"

"Apa?"

.

Suho mengerjapkan kedua matanya sejenak. Menatap lurus ke jalanan yang memancarkan sinar semburat langit jingga senja itu sebelum membuka mulutnya.

.

"Apa kamu..." Suho sedikit ragu-ragu mengucap kalimatnya. "Apa kamu dan ayahmu nggak pernah berharap untuk bisa berkumpul lagi dengan ibu dan adikmu?"

.

Tep.

Kris menangkap bola basketnya dan menghentikan dribble-nya.

Kemudian menatap lurus ke depan.

.

Membuat Suho sedikit terkejut dan gugupㅡapa kata-katanya barusan menyinggung perasaan Kris?

.

"Ma-maksudku..." Glek. Suho menelan ludahnya. "Nggak ada salahnya, kan, menginginkan sesuatu yang retak itu utuh kembali..?"

Kali ini nada suara Suho merendah. Menciut.

.

"Nggak."

.

"Eh..?" Suho menoleh ke arah Kris. "'Nggak'... 'Nggak' apanya?"

"Memang nggak ada salahnya." Jawab Kris akhirnya. "Nggak pernah ada salahnya kalau kita menginginkan sesuatu yang retak itu utuh kembali, Ho."

"Tapi kamu juga harus cermat melihat, retakan-retakan itu akan tetap ada sekalipun kamu paksakan sesuatu itu menjadi utuh kembali."

"Kenangan-kenangan buruk dan menyedihkan dari keluargaku, itu semua akan tetap ada dan terasa meskipun luka di hati ibuku sembuh atau keegoisan ayahku memudar."

.

Suho diam.

Tak berani menyela ucapan Kris.

"Well..." Kris kembali berjalan dan kembali men-dribble bola basketnya. "Biarlah keluarga yang retak ini tetaplah retak seperti ini. Setidaknya keluarga ini pernah merasakan betapa bahagianya saat mereka masih utuh."

"..."

"..."

.

Tes... Tanpa disadari air mata Suho menitik pelan.

.

.

Bruk! "Su-Suho..?" Kris sedikit terkejut saat tiba-tiba Suho ambruk memeluk tubuh Kris erat-erat. "Ke... Kenapa..?"

"Ukh..." Kris dapat merasakan air mata Suho mengalir membasahi kaus yang dipakainya. "Aku bakalan selalu jadi temenmu, Kris... Selalu... Uhuhuu..."

Awalnya Kris tidak mengerti. Tapi kemudian ia tersenyum geli seraya mengusap-usap punggung Suho. "Ya ampun... Kenapa, sih?"

"Aku bakalan selalu ada buatmu, Kris!" Seru Suho setelah melepas pelukannya. Ia mendongak menatap Kris sungguh-sungguh dengan kedua mata berkaca-kaca. "Kalau kamu sedih... Kalau kamu butuh temen buat cerita... Kamu bisa hubungi dan temui aku, Kris..."

Kris tersenyum.

Lalu menggerakkan tangannya untuk menghapus air mata Suho.

"Makasih, Ho."

.

"Ehehe..." Suho tertawa kecil di sela-sela tangisnya.

"Eh..." Tiba-tiba Kris merogoh saku celana pendeknya, kemudian mengeluarkan selembar tisu dan menyodorkannya pada Suho.

"Heh?" Suho menatap tisu itu kemudian tersenyum malu-malu. "Hehehe... Ma-makasih, Kㅡ"

.

.

.

"Ingusmu, tuh." Gumam Kris dengan wajah datar. "Berisihin sana. Jijik lihatnya."

"Heh?" Suho refleks menyedot ingusnya. "IIIHHHH, KRIS! MALU, AAAHH!"

"Hahahaha!"

-THE END!-