-Poéme-

Cho Kyuhyun & Lee Sungmin

Rated : M

Romance/Hurt

(YAOI)

This story is wholly MINE

Do not Bash/Flam or Plagiarism!


'Terhanyut di gelombang tepi pantai milikmu.

Aku… Sudah tak bisa berlari lagi.

Hanya ingin mendayung lebih jauh..

Tapi nyatanya perahuku tak sanggup melawan ombak..

Aku takut akan arus, namun kau tidak memberiku pilihan untuk bertahan.'

Dahi Sungmin berkerut bosan, susunan prosa dan kalimat puitis itu menyakiti kepalanya yang berdenyut. Duduk selama empat jam didepan computer tidak menjamin Sungmin mendapatkan hasil yang baik untuk tulisannya.

Punggung dan lehernya semakin pegal dengan imajinasi bergelung makin kusut. Matanya juga terasa pedas, menatap tak puas kearah layar, sebenarnya itu kaku atau terlalu gemulai? Pikir Sungmin jengkel.

Terasa sangat konyol mengingat sudah tiga tahun dia menulis, tapi bermasalah dengan susunan kalimat dan imajinasi, selalu sama dengan solusi yang sulit. Terlebih saat pembaca setianya mengirimkan email terus menerus makin terasa menjengkelkan.

"Seharusnya aku berhenti menulis."

Dia ingin tertawa, tentu saja dia hanya membual. Menjadi seorang novelis ataupun penulis handal adalah cita-citanya. Sedari kecil Sungmin sudah hobi menulis, bakat alaminya sudah terlihat dari masa Senior High School saat pertama kali memposting disalah satu website.

Sungmin senang saat cerita miliknya digemari. Membayangkan jika orang-orang diluar sana membaca imajinasi miliknya. Tunas kecil semakin sempurna dengan satu buku terbitan berjudul 'Your pride that I need' Sungmin memulai karir pertamanya sebagai penulis.

Drtt Drtt

Ponsel didepannya bergetar dengan penelpon nomor yang tak dikenal. Dahinya berkerut sebelum mengangkat telepon.

"Halo?"

"Lee Sungmin?" Cara bicara orang ditelepon terdengar formal dan sopan.

"Ini aku."

"Baguslah, aku Lee Donghae dari Blazes publishing house."

Sungmin mengerjap, hitungan detik sebelum dia hampir melompat dari kursinya. 'Sial!'

"Ya Tuhan, Maaf untuk ketidak sopanan ini."

"Tidak, tidak apa-apa Sungmin-ssi, ini hanya sebentar."

Sungmin berdehem lega.

"Aku membaca karyamu dalam satu bulan terakhir, harus kuakui itu indah sekali."

"Mereka tidak sehebat yang anda ceritakan tuan."

"Haha, aku bukan orang yang senang berbasa-basi, tapi ini kenyataan yang menyenangkan. Aku akan menawari karyamu untuk diterbitkan."

"M-maaf?"

"Apa ini kejutan untukmu Lee Sungmin-ssi?, kalau begitu aku dikantor pusat pada jam sepuluh pagi, datanglah jika kau menerima tawaranku."

"Tentu tuan Lee, tentu saya akan datang."

"Senang mendengarnya, sampai jumpa besok."

"Terima kasih tuan Lee, saya tidak akan mengecawakan anda.. Terima kasih."

Sungmin bangkit dengan beberapa tarian konyol, dia begitu senang dan atusias. Blazes publishing adalah penerbit impian yang akan membawa nama karyamu kepapan atas, memperkenalkan kepada dunia yang lebih luas dibanding penerbit-penerbit kecil langganannya.

Diluar sana matahari masih terlalu panas untuk terbenam diujung laut, tapi rasanya Sungmin sudah ingin naik ketempat tidur menunggu hari esok. Berdo'a waktu akan berjalan lebih cepat dari biasanya.

"Ini gila!" Teriakannya menggema.


Gerakan mata dibalik kacamata minus itu benar-benar menegangkan, lembaran karyanya yang baru setengah harus Sungmin bawa saat tuan Lee memaksakan satu tulisan yang masih panas di telepon tadi pagi. Dan sekarang pria dua puluh lima tahun yang mendebarkan itu terus menyingkap lembar demi lembar cerita.

Sebenarnya Sungmin masih kaget dengan apa yang dilihatnya hari ini, bayangan tentang direktur penerbitan yang sudah berusia ternyata salah, pria itu masih muda dan berwibawa, juga sangat tampan.

"Ini mengagumkan, karena memang seharusnya seperti itu."

Sungmin tersenyum lega. "Syukurlah."

"Aku yakin kau mendengar banyak hal tentang standar-ku."

"Huh?"

Tuan Lee tertawa ringan. "Aku mendirikan perusahaan ini dengan keringat yang tidak sedikit, dan semua terbitan yang aku keluarkan juga bukan karya dengan keringat yang sedikit Sungmin-ssi."

"Tulisanmu sangat menarik, tapi terlalu kebas jika hanya seperti itu." Sungmin tergagap ditempatnya.

"Saya akan memperbaikinya dalam waktu dekat."

"Tidak, aku tetap ingin yang ini."

"Jadi.."

"Mungkin sedikit garam didalam mangkuk sup ku akan terasa lebih enak."

Pembicaraan itu berputar kemana-mana, satu tarikan nafas terlampau tegang jika hanya soal garam didalam sup, Sungmin berpikir apakah tuan Lee bermaksud menyuruhnya berlari ke restaurant didepan sana dan membeli semangkuk sup ikan beku dengan takaran garam yang pas, hanya saja karyanya terlalu dipertaruhkan untuk bertindak lebih ceroboh.

"Hanya satu kesempatan tuan Park, saya mohon." Sungmin memelas.

"Aku akan sangat tertarik memberi kesempatan jika kau mau mendengarkan ide-ku."

Sungmin mengangguk pasti "Apapun itu."

Tuan Lee memperbaiki posisi duduknya. "Aku ingin satu pemberontakan imajinasi didalamnya."

"Di dalam tulisanku?"

"Pintar! Menurutmu apa itu pemberontakan imajinasi?"

"Seperti sesuatu yang liar?"

"Tepat sekali Sungmin, Kau tahu EL James?"

Sungmin mengangguk, penulis fenomenal Fifty Shades of Grey, memangnya siapa yang tidak kenal orang itu?

"Fifty shades of grey adalah novel murahan jika hanya ada si innocent Ana yang jatuh cinta kepada eksekutif kaya bernama Grey itu, menurutmu tidakkah itu terlalu mainstream untuk menjadi karya fenomenal?"

"Benar, tapi masudku.. Di novel itu bukan hanya bercerita tentang kisah cinta monoton"

"Tepat sekali… Menurutmu apa yang membuat novel milik EL James itu melejit?"

"Aku tidak yakin, tapi apakah… BDSM?" Tuan Park tergelak sebentar, wajah polos Sungmin benar-benar menghibur.

"Atau lebih tepatnya pemberontakan imajinasi seorang EL James dari alur mainstream miliknya."

Skrip kertas kembali ketangan Sungmin. "Aku sangat tertarik dengan kisah cinta Hwayoung dan Junghoo di karya milikmu, tapi aku akan kecanduan dengan karyamu jika ada sedikit saja pemberontakan imajinasi didalamnya."

"Apa itu artinya aka nada erotika?"

"Menarik, tapi pernah berpikir sesuatu yang lebih ekstrim?"

"BDSM?"

"Menurutmu apa itu cocok?"

Sungmin menggeleng patah-patah "Bagaimana dengan sesuatu yang sangat liar seperti hubungan yang melawan arus, Orientasi seksual Hwayoung dan Junghoo?"

Mata Sungmin melebar. "M-maksud anda—

"Erotika roman dari pasangan Gay, bukankah akan sangat liar?"

"T-tapi…"

Sungmin ingin protes tapi urung saat mata tuan Lee seolah memberitahu kalau perbincangan itu telah selesai. Pria itu bangkit menuju pintu keluar dengan satu kalimat terakhir penawaran.

"Aku tunggu coretan kasarnya minggu depan Sungmin-ssi, jika tidak tawaran ini masih berlaku untuk ribuan penulis diluar sana."


Tumpukan berkas kantor menjulang dimeja kerja, sudah hari ketiga Sungmin memadukan jadwal menulis dan kerjanya dalam satu komputer milik perusahaan. Pikirannya pandangannya terasa berputar dengan beban berat, pekerjaan dan impian adalah sesuatu yang sulit dipilih.

Sungmin memang bercita-cita menjadi penulis, tapi bukan berarti dia bisa membiayai hidupnya. Sungmin seorang karyawan bagian marketing di Cho group. Mengais uang gaji untuk kebutuhan harian.

"Psst.."

Sungmin menoleh gusar kesamping, sedang sibuk dan tak ingin diganggu, cengiran menyebalkan sahabatnya Lee Hyukjae benar-benar merusak keadaan.

"Kau lihat tidak?"

"Apa?!"

"Kau ini galak sekali Sungmin, sedang datang bulan ya?"

"Kau pikir aku perempuan?"

Hyukjae mencibir saat kepalan kertas melayang dikepalanya. "Iya-iya! Dasar kelinci galak, padahal aku ingin memberitahu sesuatu."

"Tidak tertarik."

"Ayolah Min… ini untuk masa lajangmu."

"Aku belum ingin menikah."

"Menjalin hubungan tidak seburuk itu Sungmin-ee."

Dunia Sungmin berputar seperti ini, penuh dengan impian menulis juga pekerjaannya. Paras lelaki manis itu sempurna, dia Gay, dan proposi tubuh indah seorang uke dia miliki secara total. Tapi Sungmin menutup diri, untuk semua pria diluar sana yang ingin berkencan dengannya.

Hidup itu terlalu mahal jika hanya untuk bersenang-senang, Hyukjae sudah sangat bosan mendengarkan itu berulang kali, rasa penasarannya terus berputar tentang apakah Hyung manisnya itu benar-benar tak pernah jatuh cinta, tenggelam dengan dunia imajinasinya sendiri tanpa pernah tertarik pada roman dunia nyata.

"Cho Sajangnim memperhatikanmu lagi.."

Sret

"Apa?!"

Hyukjae hampir melompat senang, sahabatnya akan benar-benar merespon. "Serius.. dia baru saja lewat."

"Untuk apalagi mesin seks itu menguntitku"

"Mesin seks?!"

"kau pikir apalagi julukan yang sesuai untuk player brengsek seperti dia!"

Hyukjae mendesis, meredam suara Sungmin yang berkemungkinan pada hilangnya pekerjaan mereka.

"Sungmin! Hati-hati kalau bicara! Dia bos-mu!"

Sungmin mendengus geram. "Orang itu menjajakan rayuan lalu meniduri semua yang masuk keperangkapnya, sungguh mengagumkan mengingat masih saja ada yang mau."

"Menurutmu siapa yang bisa menolak tubuh tinggi sexynya itu? Wajah tampannya juga benar-benar sialan."

"Perutnya tidak kotak-kotak Hyukjae, sexy darimananya?"

"Wow! Kau pernah melihatnya Topless?"

Wajah putihnya memerah hingga telinga, Sungmin gelagapan saat menggeleng kuat. "B-bukan! Salahkan saja para wanita penggosip itu."

Hyukjae mendengus. "Tapi kudengar dia tak pernah serius, yah kau tau.. semacam saat kau berharap terlalu tinggi dan dia akan meninggalkanmu setelah bermain diranjang."

"Itulah kenapa dia sangat brengsek."

"Hey, dia hanya belum pernah jatuh cinta. Lagipula sepertinya para wanita haus sentuhan itu yang memaksa Cho Sajangnim keranjang. Dia tidak pernah serius menanggapi mereka."

"Kau tahu banyak hal Hyukkie.."

Hyukjae mencibir. "Salahkan saja para wanita penggosip itu." Sindirnya lalu kembali kemeja kerjanya. Sungmin hanya tertawa ringan.

"Jangan bilang kau tertarik padanya…"

"Mana mungkin, dia itu temanku."

"Teman?! Kenapa tidak pernah bilang?" dia menyeringai. "Kau tertarik?"

"Dalam mimpimu saja!" Dengusnya dan kembali tenggelam dengan puluhan berkas di meja.

"Sayang sekali, padahal Cho sialan itu memintaku untuk mencuri nomor ponselmu." Lirihnya bersama udara diruangan itu, Sungmin diam karena dia tidak mendengar apapun.


"Masih belum bisa."

"Oh~ Ini akan sulit."

Sudah satu minggu semenjak tawaran itu Sungmin terima, berusaha menyeimbangkan pekerjaan dan waktunya untuk menulis benar-benar menguras tenaga.

Sekarang Sungmin sudah dikantor publishing, menyerahkan hasil imajinasi liarnya kepada tuan Lee, dia sudah berusaha semampu mungkin terlebih untuk adegan seksual yang belum pernah Sungmin alami, tapi sayangnya Tuan Lee masih belum puas dengan Onani-nya dikamar mandi semenjak seminggu terakhir.

Sungmin datang setiap hari, memperlihatkan hasil kerjanya dan menjalin interaksi yang tak lagi sekaku sebelumnya bersama tuan Lee . tapi itu masih belum cukup untuk mempermudah kinerja tulisannya.

"Aku sudah pernah bilang bahwa karyamu memang menajubkan, tapi ini masih saja kebas."

"Apa itu gagal lagi?"

"Semuanya hampir sempurna, tapi dibagian seks-nya masih datar."

"Bahkan dengan kalimat vulgar seperti itu? Aku turn on berkali-kali saat menulisnya!"

"Haha, benarkah seperti itu?"

Sungmin mengangguk lemas. "Memangnya dibagian mana yang salah?"

"Sebelumnya maaf jika ini terlalu pribadi, tapi apakah kau belum pernah making out bersama kekasihmu?"

"Aku tidak punya kekasih, dan kesucianku sangat berharga untuk dikorbankan kepada bajingan diluar sana."

"Sayang sekali, sepertinya itu masalahmu."

"Ye?!"

Tuan Lee menutup skrip ditangannya, menyerahkan ulang ke Sungmin kembali. "Erotika dan porno itu berbeda Sungmin.."

"Huh?"

"Begini, porno akan menjabarkan sebagian besar adegan dengan vulgar dan terang-terangan, seperti milikmu.. berbeda dengan Erotika.." dia berdehem. "Dibanding penjabaran hubungan sekd Erotika lebih kepada friksi kenikmatan pelakunya, tentang bagaimana kau menjelaskan nikmat dari sentuhan itu sendiri, bukan begaimana kronologi sentuhan itu.. Kau mengerti?"

"Ini gila."

"Kau harus bisa membuat pembacamu terhanyut, bukan hanya sekedar teransang."

"Tapi aku tidak tahu kenikmatan itu seperti apa." Tuan Lee menjentikan jarinya. "Itulah alasan aku bertanya tentang hubungan seksualmu.."

Mata Sungmin melebar. "Kau ingin aku menuliskan pengalaman seksualku sendiri?"

"Lebih tepatnya pengalamanmu tentang kenikmatan seksual, kenapa tidak mencoba mencari kekasih dan bercinta?"

Kalimat frontal itu menyakiti harga diri Sungmin.

"Oke, itu kehidupan pribadiku Donghae-ssi."

Bahunya mengedik. "Itu hanya saran, atau tidak bagaimana dengan one night stand? Itu cukup untuk awal imajinasi liarmu. Seorang player berkelas akan mengajarimu dengan baik."

"Tidak akan!"

"Kau akan melepas tawaran ini kalau begitu."

"A-aku akan mengusahakan erotika itu dengan caraku sendiri."

Tuan Lee mendengus tak suka. "Pengalaman pribadi akan sangat membantu."

"Ayolah Lee Sungmin, ini tahun 2014.. semua orang pernah merasakan apa yang kau takutkan itu.. Jangan terlalu kuno."

"Akan aku pikirkan."

"Waktuku tidak banyak. Dan aku tidak suka menunggu terlalu lama."


Pesta perusahaan selalu menjadi hal yang ditunggu, tapi tidak untuk Sungmin. Malam yang mendingin tidak menjamin setelan jas ditubuhnya akan melindunginya dari hawa yang menusuk.

Orang-orang sibuk menari dilantai dansa, ada yang sudah tenggelam dengan dansa erotis mereka, ataupun hubungan intim disofa dan bilik kamar. Mereka di bar, penuh dentuman keras musik yang tidak terlalu Sungmin suka.

"Butuh seseorang?" Keningnya berkerut tak suka. "Untuk apa kau disini?"

Pria itu duduk disebelahnya, menopang dagu kearah Sungmin. "Apa kau selalu segalak ini?" Dia merasa jengkel, hampir pergi sebelum tangannya dicekal pria itu. "Bisakah kau lepaskan? Ini sangat tidak nyaman."

"Setelah kau bersedia ikut dengan ku."

"Kau pikir aku murahan seperti mereka?"

Pria itu menggeram. "Kau tahu benar bagaimana posisimu."

"Bagus, itu artinya kau harus melepaskanku."

Pria itu bangkit, menyambar mantelnya sebelum keluar pintu masuk bersama Sungmin. "Yah!"

Sungmin berteriak, tapi tidak dihiraukan, pria itu memaksa untuk memasuki mobil lalu mengunci pintunya. "Apa yang kau lakukan Cho Kyuhyun?!"

"Mengurungmu bersamaku."

"Kau benar-benar sudah gila!" umpatnya, sedang Kyuhyun menghela nafasnya penuh rasa sesak.

"Kau benar! Bisa kau bayangkan betapa gilanya aku saat kau mengatakan untuk memutuskan pertunangan kita?!"

"Kita sudah berakhir! Itu artinya urusan kita juga sudah berakhir!"

"Kau mengakhiri semuanya tanpa memberiku alasan!" Suara Kyuhyun meninggi. Menatap Sungmin dengan orbs kelamnya. "Kau pikir urusan kita akan selesai begitu saja?"

"Ada apa denganmu? Itu hanya janji masa lalu orang tua-mu."

"Dan aku belum menepatinya."

"Aku tahu kita tidak pernah serius, lebih dari sekedar permintaan almarhum orang tuaku! Paman dan Bibi Cho sudah memberikanku rumah dan pekerjaan yang layak, itu lebih dari cukup untuk membalas budi mereka pada kalian."

"Jadi kau pikir ini hanya tentang balas budi?"

"Memangnya apa lagi? Sebelum ini bahkan kau yang selalu seperti itu."

Sejenak hening malam teredam dengan suara rintik salju awal musim dingin, serpihan putihnya jatuh perlahan menutupi kaca mobil. "Aku pernah berjanji akan mencoba serius."

"Aku juga pernah berjanji itu akan lebih dari sekedar hutang budi." Lirihnya.

"Tidak perlu."

"Tapi bagiku itu perlu!"

Nafas Sungmin terasa berat, udara disekitarnya menipis saat Sungmin mengais dengan susah payah.

"Pernahkah kau memikirkan bagaimana lelahnya aku?!" Dia terengah. "Pertunangan itu sudah tiga tahun Kyuhyun, kau pikir itu waktu yang sebentar untuk menunggumu?"

"Aku tak pernah mengharapkan apapun saat Cho Eommonim bersi keras untuk mengadopsi saat orang tuaku meninggal dikecelakaan itu, tidak pernah.."

"Sungmin~"

"Aku juga tidak pernah berharap sekalipun untuk mengacaukan hidupmu dengan pertunangan kita.. Aku tahu kau tidak menyukainya Kyuhyun, aku tahu kau merasa terkekang karena aku.."

"Bukan salahku saat tiga tahun kebersamaan kita aku harus jatuh cinta dan berharap terlalu banyak padamu.."

"A-apa?"

Sungmin menarik nafas. "Setidaknya sebelum aku tahu kau hanya ingin pergi dari kenyataan itu..Kau meniduri semua wanitamu diluar sana, dan setelahnya memberi harapan bahwa kau akan berubah untukku.. kau pikir aku tidak lelah dengan semuanya?"

"Kau tidak mengerti!"

"Apa yang tidak aku mengerti?!.. Kau terpaksa menerima pertunangan ini karena orang tuamu, kau berpura-pura nyaman bersamaku padahal kenyataannya tidak, kau terus berbohong pada dirimu sendiri Kyuhyun.. apa lagi yang tidak aku mengerti?!"

"Aku tidak pernah berbohong saat mengatakan aku nyaman bersamamu!"

"Tapi kau tidur dengan mereka.. Kau hanya berusaha lepas Kyuhyun.. Bukan aku yang kau cari. Kau terlalu takut dengan semuanya, dan aku tidak akan lagi memaksamu."

Sungmin tidak pernah berharap Kyuhyun akan kembali mengungkit semuanya, dia tidak pernah ingin Kyuhyun akan kembali mencarinya yang sudah kehabisan harapan. Dia pergi hanya karena tidak ingin Kyuhyun merasa tersiksa. Terlebih juga… Orang tua Kyuhyun sudah meninggal di insiden pesawat lima bulan yang lalu, seharusnya Kyuhyun sudah tidak punya ikatan lagi terhadap semua tuntutan mereka.

"Kau tidak akan pernah mencintaiku, dan aku cukup tahu diri untuk segera pergi sebelum aku tidak bisa melepasmu. Untuk itu kumohon berhenti memaksaku."

"Aku mohon.." Lirihnya, tangan Kyuhyun beranjak menuju tombol di arah samping, menggesekan ibu jarinya sebelum menekan kebawah, pintu terbuka setelah bunyi klik pelan.

"Meskipun begitu, aku mohon jangan merasa bersalah.. Seirus, aku baik-baik saja."

Kyuhyun diam menatap lurus kedepan. "Kau ingin aku seperti apa?"

"Huh?"

"Apa yang harus aku rubah? Untuk membuatmu kembali?"

Sungmin tersedak air liurnya. "Kau bilang apa?"

"Apa kata-kata ku kurang jelas?"

"Oke…

Kau tahu karakter tokoh kesukaanku? Pria tampan yang dingin dan berkharisma. Yeah.. untuk charisma dan kriteria ketampanan kurasa kau lebih dari cukup, hanya saja jika kebiasaan seperti gigolo mu itu hilang akan jauh lebih baik.. tapi setelah kupikir-pikir, sepertinya tidak mungkin."

Sungmin segera membuka pintu dan berlari manjauh setelahnya. Kyuhyun diam menatap taxi yang dimasuki Sungmin berlalu dari sana, meninggalkannya dengan semua kekosongan dan liku pikirannya.


'Mesin seks, dia selalu menyebutmu seperti itu didepanku.. Tidak bisakah kau ceritakan apa yang terjadi?'

'Aku tertekan, kematian Na eun sangat dekat dengan jarak pertunangan itu. Aku tidak bisa menebak perasaanku sendiri.'

'Hyung, kumohon bantulah aku..'

'Kami hanya bisa sampai seperti ini, selanjutnya giliranmu untuk meyakinkannya..'


OoO To Be Continued OoO

Untuk Undercover, Inversely, bakalan di stop sampai ff ini selesai. Kemungkinan hanya 3 atau 4 chap kalo saya gak teledor lagi..

See Yaa ^_^

Sorry for typos!

RnR please?

Sign,

Rye Kim