Disclaimer : Vampire Knight selamanya punya Matsuri Hino-sensei

The Sweet Blood

Chapter 2

"Tidak ada pilihan lain. Ikutlah denganku." kata Kaname sembari mengulurkan tangan kanannya.

Zero terlihat ragu. Ia menoleh ke belakang. Entah apa yang sudah dilakukan Kaname, tapi Yuuki harus diselamatkan. Haruskah ia mengikuti keinginan Kaname?

Akhirnya dengan enggan Zero menyambut uluran tangan Kaname. Dan Zero tidak menyadari sebuah seringai yang terukir di bibir Kaname.

"Bersiaplah." ucap Kaname sebelum membuat Zero pingsan.

"Kaname-" panggil Takuma.

"Kembalikan Yuuki ke kelasnya. Aku akan membawa Kiryuu ke tempatku." Kaname kemudian membopong Zero lalu menghilang.

Takuma menghela nafas, "Sebenarnya targetmu itu siapa, Kaname?"

~ Amber Reina ~

Zero membuka kedua matanya perlahan. Cahaya berlebihan menembus matanya. Zero memejamkan kembali matanya lalu beberapa detik kemudian membukanya lagi. Setelah ia berhasil duduk, lalu mengedarkan pandangnnya ke seluruh penjuru ruangan. Ia sama sekali tidak mengenali ruangannya berada saat ini. Sebuah kamar yang kelewat mewah ditambah dengan ornamen-ornamennya yang berwarna coklat mengkilat, sebuah kursi kayu coklat tunggal berserta mejanya yang juga berwana senada. Zero mencoba melangkah ke arah tirai besar yang menutupi setengah jendela kemudian membukannya. Ternyata itu bukan jendela biasa melainkan sebuah jalan menuju balkon. Ia menggeser jendela kaca itu lalu melewatinya. Rasa hangat dengan cepat mengalir ke tubuhnya ketika kakinya menyentuh sinar matahari.

"Sudah bangun rupanya."

Langkahnya terhenti kemudian berbalik. Zero terkejut melihat Kaname yang tiba-tiba sudah duduk di kursi denga posisi kedua tangan bertautan di bawah dagunya. Zero bergerak mundur hingga pagar pembatas balkon. Kenapa Kaname bisa ada bersamanya? Zero mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya tapi justru membuat kepalanya pusing. Samar-samar ia mengingat Kaname yang mengajukan persyaratan, kemudian dirinya yang menerima uluran tangan Kaname,lalu tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Bayangan wajah Yuuki muncul dalam ingatan Zero.

"Apa yang kau lakukan terhadap Yuuki!" Zero mengucapkannya penuh amarah.

"Aku tidak melakukan apapun terhadap Yuuki. Dan aku tidak pernah melanggar janjiku." jawab Kaname dengan tenang.

Zero memicingkan matanya, "Lalu untuk apa kau membawaku ke sini?"

"Kemarilah." Kaname menggerakkan jari telunjuknya sebagai isyarat agar Zero mendekat kepadanya.

Zero tidak bergerak. Apa yang akan dilakukan Kaname padanya? Zero memilih diam lalu membuang muka. Ia tidak suka diperintah.

Kaname menggerakan telunjuknya sekali lagi. Secara tiba-tiba kaki Zero bergerak dengan sendirinya. Zero berusaha untuk menghentikan kakinya namun apa daya, kedua kakinya terus berjalan mendekati Kaname.

Setelah di hadapan Kaname, tangan Zero langsung ditarik hingga terduduk di pangkuannya.

"Begini lebih baik." Ujar Kaname yang kemudian melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Zero.

Zero berontak. Ia berusaha melepaskan tangan Kaname. Tapi semakin Zero berusaha, Kaname semakin mengeratkan tangannya.

"Kalau kau terus berontak, aku akan melakukan yang lebih dari ini." ancam Kaname namun Zero tetap keras kepala.

"Kenapa kau membawaku ke tempat ini?" tanya Zero berusaha menahan emosi.

"Keinginanku." jawab Kaname singkat.

"Apa yang kau lihat?" Zero menutup leher dengan tangannya.

Kaname tidak menjawab. Ia hanya fokus pada leher Zero yang terekspos di depan matanya. Tiba-tiba ia membopong Zero ke atas kasur. Zero tidak sempat berontak lebih jauh karena Kaname mengunci pergerakannya. Kaname berada di atasnya dan menggenggam kedua pergelangan tangan di sisi tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Zero berusaha melepaskan diri tapi gagal. Kekuatannya seperti tidak ada apa-apanya.

Zero bergidik ketika hembusan nafas Kaname menerpa telingannya lalu turun ke lehernya. Kenapa Kaname melakukan ini?

"Jangan salahkan aku. Tapi darahmu." bisik Kaname yang membuat Zero menelan ludah.

"Darahku? A-apa maksudmu?"

Kaname mengangkat kepalanya hingga mata mereka bertemu, "Kau tahu alasanku masuk Cross Academy? Lalu masuk klub basket? Karena darahmu. Darahmu seolah memanggilku. Aroma darahmu sangat manis membuatku menginginkanmu."

Zero terbelalak. Apa maksud Kaname? Darah? Menginginkan dirinya? Mungkinkah Kaname... Vampir.

Kaname membelai sisi wajah Zero, "Ya, aku adalah vampir. Dan aku sudah menunggumu sejak lama sekali." Kaname memandang Zero lekat.

Bola mata Zero bergerak liar. Ia panik. Apa Kaname akan menghisap darahnya hingga mati?

"Tenanglah." Kaname mengecup kening Zero lembut, "Aku tidak akan menyakitimu," lanjutnya.

"A-" suara Zero tercekat dan tubuh yang gemetaran. Baru kali ini Zero merasa takut.

Kaname yang melihat itu hanya memeluk Zero agar bisa menenangkannya.

Di pelukan Kaname, Zero merasakan kehangatan yang janggal. Zero benci mengakuinya, tapi berada dalam pelukan Kaname membuatnya nyaman. Tanpa sadar tangan Zero bergerak ke punggung Kaname untuk membalas pelukannya.

Tidak lama kemudian, Zero sudah lebih tenang. Ia tersenyum di antara lekukan leher Zero. Tubuh Kaname ditarik lebih dekat oleh Zero. Tentu kesempatan itu tidak bisa Kaname sia-siakan. Ia menghirup aroma tubuh Zero sepuasnya hingga membuat tenggorokannya terasa terbakar. Ia tidak sabar untuk mecicipi darah Zero. Kedua matanya berubah menjadi semerah darah. Lidahnya pun trejulur untuk menjilati kulit Zero yang mulus.

Zero kegelian dan menganggap itu hanya keusilan Kaname. Tapi detik berikutnya membuat mata Zero terbelalak lebar.

To be continue...

A/N : Haiiyaaaaah~ maaf baru bisa update. *bow

RL membuatku sibuk setengah mampus.

Setelah menyelesaikan chapter 2 ini kemudian sedikit merombaknya, komentar saya hanya, "Oh my god! Kaname mesum sangat." *dicekik Kaname

Tapi rating masih aman, masih T. Untuk chapter selanjutnya juga masih T. Ah, Maaf juga untuk ke-OOC-an Kaname ataupun Zero. *bow

Jika ada typo tolong beritahu saya, okeh. *wink

Semoga readers menikmatinya. ^_^

See you next chapter. Ciao~