Little Happiness

Chapter Two

Bleach miliknya Tite Kubo

Little Happiness murni karya Ricchan^^

Warning : OOC, TYPO, menjurus lime

.

.

.

"Kau tak pernah izin pulang cepat Kurosaki. Kau juga jarang menghubungi istrimu saat sedang di kantor" komentar Ishida saat kini Ichigo tengah membereskan barang-barangnya.

Ishida memang sekretaris pribadi yang baik. ia mau menggantikan tugas Ichigo yang tak bisa dibilang sedikit. Dengan bayaran yang berbeda tentunya.

"Apa sesuatu terjadi di rumahmu?" tanya Ishida. Jarang-jarang ia bertanya tentang kehidupan pribadi yang tak berhubungan dengan perkantoran. Hanya saja wajah sumringah Ichigo sejak tadi tak bisa membuatnya berhenti penasaran.

"Tunggu saja kejutannya" ujar Ichigo meninggalkan ruangan itu dengan langkah ringan sambil memain-mainkan kunci mobilnya. Ishida hanya geleng kepala. Atasannya terlihat layaknya anak remaja yang baru mendapat pacar kemarin malam.

'Kau itu terlalu mudah dibaca jika berhubungan dengan perempuan itu. Dasar workholic!' gumam Ishida dalam hati. Ia jadi sedikit ingat betapa dinginnya Kurosaki Ichigo terhadap perempuan, kecuali satu orang yang bisa membuat si orange itu bertekuk lutut. Kuchiki Rukia. Ups! Sekarang sudah jadi Kurosaki Rukia.

.

.

.

"Suamimu benar-benar tak bertanggung jawab. Ia malah sibuk saat kau sedang sakit seperti ini. Seharusnya aku tak menikahkanmu dengannya" ujar Byakuya dingin seperti biasa. Hanya saja ada rasa khawatir dan kesal bercampur di nada suaranya.

Rukia hanya tersenyum paham. Kakaknya memang selalu seperti ini. darimana ia tahu bahwa adik bungsu kesayangannya ini tengah sakit? Tentu saja dari maid keluarga Kuchiki yang bekerja disini. Setelah mendapat kabar itu, Byakuya langsung bergegas menuju kediaman baru adiknya ini.

"Ichigo sedang ada proyek baru nii-sama, karena itu ia mungkin akan pulang terlambat" jawab Rukia lemah. Pusing dan mualnya sama sekali belum hilang.

"Rukia-nee juga kenapa tidak mencegah Ichi-nii?" tanya Yuzu yang sedari tadi duduk di ranjang Rukia. Karin sedikit menjaga jarak, was-was dengan laki-laki marga Kuchiki yang kini tengah menatap cemburu pada Yuzu. Mungkin sebenarnya ia ingin duduk disitu. Karin juga ingat Ichigo pernah bercerita betapa mengerikannya Kuchiki Byakuya, apalagi ketika Ichigo melamar Rukia ke kediaman Kuchiki.

"Anakku memang susah ditebak dari dulu" tambah Kurosaki Isshin yang baru masuk, membawakan beberapa cangkir teh yang tadinya telah disiapkan oleh para maid.

Sedetik kemudian, ruangan itu mulai terasa ramai. Awalnya hanya keluarga Kuchiki dan Kurosaki yang ada di kamar itu. Namun seiring berjalannya waktu, teman-teman lainnya mulai berdatangan satu per satu. Renji, Unohana, Yoruichi, Urahara, Hitsugaya, Rangiku, Hisagi, bahkan Kenpachi dan Yachiru yang jarang menampakkan wajahnya.

"Unohana-san, kau seorang dokter bukan? Apa tak bisa kau saja yang memeriksa Rukia-chan?" tanya Rangiku santai seperti biasa.

Unohana hanya tersenyum seribu makna. Tidak ada yang tahu bahwa ia sudah diberi kode oleh Ichigo untuk tidak mengatakan apa-apa.

"Babon, jangan dekat-dekat kakak iparku!" teriak Karin membuar seisi ruangan yang awalnya sibuk sendiri itu menoleh ke sumber suara.

Renji tampak kikuk. Ia hanya ingin menanyakan kabar Rukia dan bercerita. Ia juga sudah tahu bahwa kini Rukia, cinta pertamanya telah menjadi milik laki-laki lain. Perasaan yang dulu pernah mekar di hati Renji kini telah dikuburnya dalam-dalam. Rukia adalah sahabatnya sekarang. Tidak lebih dan tidak kurang. Namun semua penjelasan itu hanya ada dibenaknya. Nyatanya sekarang seisi ruangan melemparkan tatapan membunuh padanya. Apalagi Kuchiki Byakuya dan kembar Kurosaki plus ayahnya.

Byakuya menatap Renji tajam. Bosnya ini terlihat siap membunuh laki-laki bersurai merah menyala ini kapan saja. Yang lain mulai menggodanya, tak sadar hal itu akan memperburuk posisi Renji. Hanya Kenpachi yang terlihat tak peduli, nyatanya ia memang ditarik Yachiru kesini. Sedang Yachiru mulai heboh mengelilingi Renji.

"Rukia, aku pulang!" ujar Ichigo sambil memasuki kamarnya sendiri dengan membawa seikat besar bunga lily putih kesukaan Rukia.

"Kau benar-benar tak punya sopan santun. Apa kau tidak diajarkan mengetuk pintu?" ujar Byakuya sinis.

"Ini kamarku. Aku tak perlu mengetuknya" balas Ichigo tak mau kalah.

Ichigo baru sadar bahwa tak hanya ada Byakuya di kamarnya. Juga ada dua adik perempuannya, ayahnya, dan teman-teman Rukia dan dirinya sendiri. Kamar ini malah terlihat seperti pasar. Dua adik kecilnya dan Renji tak henti adu mulut. Rangiku ntah bercerita apa pada Hitsugaya yang menyimak, memasang wajah bosan. Yachiru sesekali ikut mengusili Renji. Kenpachi menyandarkan tubuh besarnya ke dinding, berpose seolah tak terjadi apa pun. Rukia hanya duduk menyandar di tempat tidur, tersenyum melihat semua ini. byakuya dengan tenangnya menemani adik kecilnya.

"Ngomong-ngomong, kenapa kalian semua ada disini?" tanya Ichigo. Semua orng terdiam.

"Setidaknya kami masih lebih peduli pada Rukia daripada kau yang sibuk bekerja" dengus Renji

"Ara~, apa kau tak mendengar suara kami dari luar?" tambah Rangiku heran. Sedetik kemudian ia mulai mengeluarkan sengiran jahil. Yah, kamar pengantin baru tentu saja 'ribut' setiap malamnya. Jadi surai orange ini sudah mengantisipasinya dengan peredam suara.

"Bu-Bukan itu maksudku. Maksudku kalian berisik, kalian akan mengganggu Rukia-KU!" Ichigo membela diri. Para pemimpin Seireitei Grup, mitra Kurosaki Grup mulai cengengesan. Mereka sudah cukup dewasa untuk mengartikannya sendiri.

"Apa?Apa? Yachiru tidak mengerti" komentar Yachiru.

"Yuzu juga!" tambah Yuzu.

"Good job my son! Kau memang penuh persiapan" Isshin mulai nangi bombay seperti biasa. Dan juga seperti biasa, tendangan Ichigo mulus mendaratkan pria paruh baya itu ke dinding.

"Suatu saat kalian akan mengerti, gadis muda" jawab Rangiku mengabaikan Kurosaki yang sudah nempel di dinding.

"Kalau kalian memang mau disini setidaknya jangan berisik. Kalian mengganggu Rukia-KU!" ulang Ichigo.

"Maupun kau sudah menikah dengannya, bukan berarti dia MILIKMU! Dia tetap anak bungsu dari keluarga Kuchiki" Byakuya tak mau kalah.

"Ehem..." Unohana membuyarkan seluruh pertengkaran konyol ini.

"Ichigo, apa kau ingin mengatakannya sendiri? Atau biar aku yang mengatakannya?" tanya Unohana keibuan seperti biasa. Ichigo menggeleng pelan, dan mulai berjaan membawa bunga itu ke arah Rukia.

"Ada apa, Ichigo?" tanya Rukia heran. Ichigo tak pernah membawaannya bunga saat ia sakit.

"Um... Etto... Bagaimana ya cara mengatakannya" gumam Ichigo sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Jangan membuat kami mati penasaran Ichi-nii. Yuzu juga ingin tahu!" komentar Yuzu kesal dengan kakaknya yang plin-plan kalau menyangkut tentang Rukia.

"Mulai hari ini, aku akan memanggilmu Okaa-san!" ujar Ichigo menyerahkan bunga itu ke atas pangkuan Rukia.

"Ha?" tanya Rukia masih bingung.

"Maksudnya, kalian harus segera membiasakan panggilan baru itu, karena sudah akan ada yang memanggilmu Okaa-san, Rukia-chan" jelas Unohana.

Ichigo tersenyum lembut. Mengecup puncak kepala istrinya yang masih terlihat terkejut itu. Tanpa sadar air mata Rukia luruh dengan sendirinya. Ia terlalu bahagia.

"Selamat Rukia!" ujar mereka memberi selamat pada Ichigo dan Rukia. Tentu saja yang memluk Rukia hanya kembaran Kurosaki, Rangiku, Yoruichi, Yachiru dan Unohana. Untuk kali ini Ichigo dan Byakuya terlihat sepakat. Hanya mereka laki-laki yang boleh menyentuh Rukia. Bahkan Isshin kembali menyium lantai untuk kedua kalinya saat mencoba memeluk menantunya. Yah, apalagi Renji.

"Kalau begitu, ayo kita keluar! Tentu saja mereka masih punya hal yang harus dibicarakan" ujar Unohana melirik ke arah Ichigo dan Rukia yang masih berpelukan mesra.

"Jaga cucuku baik-baik, Baka Musuko!" ujar Isshin sebelum ditarik keluar kamar oleh Hitsugaya dan Rangiku.

"Karin-chan, Yachiru-san! Sebentar lagi kita akan dipanggil Bibi loh!" heboh Yuzu pada dua orang seumurannya itu.

"Eh, aku tidak mau dipanggil bibi" ujar Karin dan Yachiru bersamaan.

Dalam hitungan menit, hanya tinggal Rukia dan Ichigo yang ada di kamar itu. Ichigo beranjak ke arah pintu, langsung menguncinya.

"Apa kau sampai perlu menguncinya?" tanya Rukia masih tersenyum bahagia melihat bunga Lily putih sambil mengelus perutnya yang masih datar.

"Aku yakin mereka mencoba menguping diluar. Namun percuma, ruangan ini kedap suara" komentar Ichigo sedikit terkekeh. Diluar terdengar Isshin nangis bombay tak bisa mendengar percakapan anak dan menantunya itu. Rangiku dan Yachiru juga mendecih kesal.

"Kenapa kau baru mengatakannya padaku sekarang? kenapa tidak tadi malam?" tanya Rukia.

"Supaya aku bisa mengatakannya di depan semua orang dan memberimu bunga itu?" jawab Ichigo asal-asalan. Sebenarnya tentu saja ia ingin langsung berteriak-teriak senang pada Rukia memberi tahu bahwa istrinya itu tengah mengandung buah cinta mereka. Hanya saja kondisi Rukia yang lemah tadi malam membuat Ichigo mengurungkan niatnya.

Rukia hanya tersenyum. Ia tahu Ichigo pasti punya alasan yang bagus.

"Nee Ichigo, menurutmu anak kita laki-laki atau perempuan ya?" tanya Rukia.

Ichigo belum menjawab. Ia baringkan tubuh perempuan yang jauh lebih kecil dari tubuhnya itu, lalu membuka baju Rukia hingga batasan dada. Tangannya mengelus lembut permukaan perut Rukia. Kecupan-kecupan lembut mulai terasa di daerah perutnya. Perlahan kecupan itu mulai berubah menjadi jilatan dan gigitan-gigitan kecil.

"Ichigo~" desah Rukia tertahan.

Sebagai laki-laki normak, Ichigo langsung terpancing dengan suara yang selalu membuatnya menggebu tak karuan. Bibir Ichigo kini pindah mengulum lembut bibir mungil Rukia. Mereka sudah melakukan ini berkali-kali, namun Rukia selalu terbuai dengan cumbuan Ichigo yang memabukkan ini.

"Ichi-go" gumam Rukia putus-putus. Mencoba mengambil pasokan oksigen dari udara. Namun Ichigo kembali menariknya dalam ciuman panjang.

Nafas keduanya sama terengah. Benang saliva menjadi penghubung antar dua mulut yang tadinya bergumul itu. Ichigo beralih ke leher Rukia, meninggalkan beberapa kissmark disana.

"Kissmark untuk sang ibu, dan untuk si bayi" ujar Ichigo setelah puas meninggalakan berkas kemerahan di leher dan perut Rukia.

"Rukia, menurutku anak pertama kita perempuan" bisik Ichigo di telinga Rukia sambil menggigit dan menjilatinya pelan.

"Ke-na-pha?" tanya Rukia tak tahan dengan sensasi yang diberikan Ichigo.

"Karena saat melakukan ini, aku selalu memikirkan betapa cantiknya dirimu" jawab Ichigo membuka sempurna baju istrinya.

"I-Ini masih siang Ichigo!" Rukia sedikit terpekik. Ichigo nampak tak peduli, terus melanjutkan aktifitasnya. Bagi Ichigo ini juga merupakan caranya merayakan kebahagiaan besar ini.

Adegan selanjutny disensor... Wkwkwk

.

.

.

Etto, To be Continued atau The End ya?

Terimakasih buat yang udah review chap 1, apalagi sampai fav/follow. Maunya sih keduanya ;) #plak
Udah keterka banget ya kalau Rukia hamil? Ckckck. Ricchan akan terus berlatih menulis cerita yang lebih baik lagi...

Tolong berikan saran minna-san, mau fic ini tobe continued atau the end aja~

Harigatou gozaimasu minna-san...

Review please?!