Romance 1

By Kuminosuki

Romance

No Plagiat

Ide boleh sama, tapi cerita Ultimate milik Author


Welcome Readers

Please read in peace


Cast:

Jung Yunho (28)

Kim Jaejoong (17)

Shim Changmin (25)

Park Yoochun (29)

Kim Junsu (22)


Chapter 2

Jawaban

Part 1

.

.

17 Juni xxxx, Tokyo-Jepang.

Dua jam sebelum Yunho bertemu Jaejoong.

"Appa, Haraboji, apakah kalian yakin akan melakukan itu? Bagaimana jika Yunho Hyung marah?" Changmin, pemuda jangkung berwajah kekanakan itu duduk sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Kedua pria berumur yang duduk di tempatnya masing-masing saling melirik satu sama lain, berusaha memilih jawaban yang sekiranya tepat untuk dikatakan kepada penerus paling muda mereka. Setelah sekian lama tak bersuara, akhirnya sang kakek pun berkata.

"Tidak ada salahnya mencoba. Toh sudah terlalu lama Yunho melajang."

"Aku mengerti keinginan Haraboji untuk membahagiakan Yunho Hyung, tapi apa Haraboji yakin, orang yang Haraboji pilihkan bisa bertahan disamping Hyung barang sedetik?" tanya Changmin lagi.

Pemuda itu sebenarnya sudah berkali-kali menjadi tempat curhat kedua pria tua yang dihormatinya tersebut. Bukan karena apa, hanya saja, walau Changmin masih terbilang sangat muda, tapi hanya dialah yang dapat memberikan solusi dengan pemikiran jeniusnya.

Changmin sendiri adalah adik sepupu dari Jung Yunho. Keluarga Shim adalah satu-satunya keluarga yang sangat dekat dengan keluarga Jung. Changmin tumbuh besar bersama-sama Yunho, tidak heran jika Changmin sangat mengenal setiap sisi baik dan buruk seorang Jung Yunho. Terlalu kenalnya, sampai berkali-kali Changmin harus berusaha mematahkan usaha kedua keluarganya untuk mencarikan pendamping bagi Jung muda tersebut.

Terkadang Changmin merasa heran, seperti ada yang mengganjal, tapi apa?

Seperti ada sebuah perasaan yang membuatnya mati-matian membiarkan Hyungnya tetap melajang sampai sekarang. Apa ya? Kenapa Changmin lupa begini?

"Menurut Appa, calon dari keluarga Go dan keluarga Han adalah yang terbaik. Mungkin kedua putri dari keluarga itu dapat mengimbangi Yunho. Mereka pintar dan bertalenta tinggi." ucap Appa Jung.

Changmin menggelengkan kepalanya, dan dengan tegas menolak.

"Mereka hanya wanita yang baik diluarnya, sama sekali tidak cocok dengan Yunho Hyung."

"Hm..dari mana kau tahu Min-ah?"

"Aku memiliki banyak informan Haraboji. Dan sudah sejak lama aku memantau mereka karena aku yakin, suatu hari nanti kalian pasti akan menjadikan keluarga mereka sebagai pilihan."

Appa Jung dan Haraboji Jung mengangguk mengerti.

"Tapi... setidaknya Haraboji bertanya dulu kepada Yunho Hyung. Coba ingat, kapan terakhir kalinya kalian pergi mengunjunginya?"

Appa Jung dan Haraboji Jung kembali mengadu pandang.

"Em... itu... kau tahu sendiri kan Min... jika... jika Appa sibuk, jadi belum sempat..."

"Belum sempat atau karena Appa takut bertemu Yunho Hyung?" potong Changmin.

Appa Jung terdiam, lalu menarik sudut bibirnya, tersenyum kaku. Changmin menghela nafas lelah. Kedua pria tua yang sudah berumur di depannya itu memang benar-benar seperti bocah. Baru digertak oleh anak sendiri saja sudah menciut.

"Hah... baiklah. Aku akan mengunjungi Yunho Hyung nanti. Sekalian aku ada urusan di Korea untuk penelitian ku." ucap Changmin yang pada akhirnya kembali pasang badan demi kedua pria itu.

"Oh... baguslah Min. Haraboji titip salam kepada Yunho, ne."

.

.

17 Juni xxxx

15 Menit sebelum Yunho bertemu Jaejoong.

Changmin tenggelam di balik tumpukan buku-buku tuanya. Matanya yang selalu memancarkan binar jahil itu dengan jeli membaca setiap bait isi buku. Sesekali Changmin mengangguk saat dirinya telah memahami maksud dari buku tersebut.

Setelah selesai, Changmin menaruh kembali buku di atas meja di depannya, lalu tubuh tingginya berdiri, berjalan menuju lemari buku lain. Telunjuknya menyapu setiap judul buku, hingga satu buku lama menarik perhatiannya. Buku diary masa kecilnya dulu.

Changmin mengulum senyum, lalu diambilnya buku diary yang cukup tebal itu dan dibawanya. Dengan penasaran Changmin membuka lembar pertama buku diarynya. Ada fotonya bersama mendiang ayah dan ibunya saat mereka bermain.

'Hari ini menyenangkan. Aku, Appa, Umma pergi ke taman bermain. Aku menaiki banyak permainan keren. Appa kecapean. Nanti kami akan kembali kesini lagi.'

Changmin tersenyum geli saat membaca sebaris kalimat diary ditulisnya dulu. Apa itu diary? Hahh... kalau dipikir-pikir itu seperti bukan kata-kata yang seharusnya terangkai di dalam buku diary.

Changmin membuka lagi lembar berikutnya. Ada tulisan saat dia untuk pertama kalinya bertemu dengan Yunho. Sesekali Changmin tertawa heboh, tersenyum simpul, sampai menangis karena mengingat masa lalunya. Hingga sampai di lembar kesekian, Changmin mulai mengerutkan keningnya.

"Tidak mungkin..." gumamnya.

Wajahnya berubah menjadi serius memandangi potongan foto dirinya, Yunho dan seorang namja cantik yang berada di tengah mereka.

Inikah alasan perasaan yang mengganjal dihatinya?

Changmin kembali menatap sebaris kalimat yang jelas bukan tulisan tangannya.

'Jangan pernah melupakan Joongie ne~ ^^. Dan jangan lupa untuk menjemput Joongie di Lottuse Hotel, tanggal 17 bulan Juni tahun xxxx. Joongie sayang Yunnie dan juga Minnie! Semoga kita segera bertemu lagi ne!'

Tangan Changmin mendadak gemetar. Oh, Shit! Dia benar-benar melupakan sesuatu yang sangat penting! Bagaimana sekarang? Apa yang harus dia lakukan? Bukankah hari ini adalah...

Wajah Changmin berubah pucat.

"Yunho hyung..."

Jari-jari panjang Changmin segera meraih poselnya dan mendial nomor Yunho.

Tut tut tut...

Pip.

"Wae?" suara Yunho yang tidak ramah menyapa indera pendengaran Changmin.

"Hyung! Yunho Hyung! Bagaimana ini?! Kita.. kita harus bergerak cepat!"

"Bicaralah yang jelas!"

"Joongie! Joongie hari ini! Hari ini adalah waktunya!"

"Joongie?"

"Ne Hyung! Kau harus bergerak cepat! Hari ini adalah waktunya! Jika tidak! Joongie tidak akan pernah kau dapatkan! Kau masih ingat kan Hyung? Joongie!"

.

Disisi lain... Yunho yang malam itu sedang berada di dalam kantornya mendadak kaku.

"Joongie..." gumamnya. Lalu matanya membelalak lebar.

Boo...

"YOOOCHUUUN!" panggil Yunho dengan nada buas. Suaranya menggelegar hingga keluar ruangan.

BRAK! PRANG!

Yunho sukses membuat meja kerjanya yang tidak kecil dan tidak ringan itu terjungkal, membuat semua barang-barang yang ada di atasnya berhamburan. Yoochun yang saat itu tengah duduk di balik mejanya terkejut setengah mati saat namanya dipanggil oleh bossnya, hingga membuat kopi yang baru saja ingin diminumnya tumpah, membasahi celana dan tangannya.

Yoochun segera berlari dan membuka pintu ruang kerja bosnya dengan heboh dan membelalakkan matanya saat melihat meja kerja bosnya... sudah tidak berada di posisi yang seharusnya.

"Tu-Tuan muda..."

"SEGERA SIAPKAN MOBIL! KITA AKAN PERGI KE LOTTUSE HOTEL! DAN CARI TAHU TENTANG PELELANGAN YANG DIADAKAN HARI INI DI HOTEL ITU! 5 MENIT! JIKA TIDAK, AKAN AKU BUAT KEPALAMU MENJADI PAJANGAN DI PAGAR RUMAH KU! CEPAT!"

Gleg!

"N-ne! Tuan!" jawab Yoochun dengan wajah pucat. Membayangkan kepalanya yang menjadi taruhan. Gila aja, lima menit menyiapkan mobil dan mencari tahu informasi tentang pelelangan? Bahkan untuk turun ke lantai bawah memakai lift membutuhkan waktu kurang lebih 10 sampai 15 menit, itu pun jika tidak ada 'pelanggan' lainnya. Apakah Tuan mudanya itu lupa mereka sedang berada di lantai berapa?

Sesegera mungkin Yoochun berlari keluar sambil mengambil ponsel canggihnya.

Ck, ya ampun! Ada-ada saja Tuan mudanya itu!

"BRENGSEK KAU MIN! MENGAPA BARU MENGHUBUNGI KU SEKARANG HAH!" bentak Yunho. Kaki panjangnya sudah menapak di luar ruangannya, dan berjalan cepat untuk turun kebawah.

"Yak! Hyung! Aku juga baru ingat! Kau sendiri juga kenapa lupa?!" bantah Changmin.

"Ck! Bukankah otak cerdas mu tidak mudah lupa!?"

"Aish! tiga belas tahun bukan waktu yang singkat Hyung! Lagi pula, keberadaan Joongie sudah merupakan ketidakseimbangan dimensi, dia bukan orang yang seharusnya berada di masa itu, jelas saja itu berpengaruh terhadap ingatan kita tentangnya. Jika dijabarkan akan sangat sulit. Segala yang berada di sekitar Joongie saat itu akan terkena imbas, maksudnya, seperti elektron-elektron..."

"Stop, Min! Jangan mencemari otak ku dengan ceramah berisi rumus-rumus mu itu!"

" Yak! Untung aku membuka diary lama ku dulu, jika tidak, aku tidak akan menghubungi mu sekarang!"

Yunho berdecak kesal.

"Aku bersumpah! Siapa pun orang yang berani merebut Boojae ku, akan aku bunuh!" geramnya sebelum memutuskan sepihak sambungan teleponnya dengan Changmin.

.

Disisi lain, Changmin merengut dengan bibir terpout ke depan.

"Ck! Apa dia tidak bisa mengucapkan 'annyooong~' atau ucapan terima kasih gitu?" omelnya.

.

.

TBC


Anneyoong..

Vian balik. Fic diatas emang porsinya Vian jadiin begitu. Sebenarnya Chap 2 lebih panjang lagi. Tapi Vian pikir... ah, udahlah. Di potong ajah. Jadinya... ya dibagi jadi 2 part. Yosh!

Ah, maaf ne... Vian gak bisa menjabarkan balasan review dari teman-teman sekalian. Tapi Vian sangat berterima kasih atas partisipasi teman-teman. Vian senang. Thanks a lot!


Sekali lagi thanks buat para readers yang udah bersedia mampir dan membaca fanfic Vian yang agak gaje ini. Dan maafkan Vian jika Vian ada salah tulis, ketik dan sebagainya. he he...

Silahkan jika ada yang mau memberikan kritik dan saran. Vian akan menerimanya dengan senang hati.

.

.

Malang, Jawa Timur

Salam Hangat

Kuminosuki & Alviandra