Disclaimer : Aoyama Gosho

"Life is either a great adventure or nothing."

- Helen Keller


.

"Masakan India cukup enak," ujar Shinichi sambil mengunyah nasi yang bercampur ayam briyani. Di depannya masih ada kebab seekh lengkap dengan kuah karenya yang kental. Shiho menyipitkan matanya dan tak berkomentar apa-apa. "Kenapa nasimu sedikit sekali, Shiho?" tanya Shinichi heran, "lagipula ayamnya enak. Kau mau?" detektif itu hendak menyorongkan piringnya sebelum Shiho berhasil mencegahnya. Mereka sedang makan siang di salah satu gerbong restoran yang penuh dengan orang hilir mudik. Ada yang membawa piring-piring kotor, ada yang berceloteh tak jelas sambil memegang buku dan mendelik ke setiap orang yang bertatapan mata dengannya. Banyak anak-anak kecil berkeliaran diiringi suara tegas para orang tua mereka untuk tidak menyentuh perkakas kaca dan bahkan salah satu anak kecil itu berdiri sambil bengong menatap trio Shiho-Shinichi-Saguru yang sedang makan siang dengan nikmatnya. Sungguh dunia yang berbeda dengan berbagai keteraturan di Jepang. India merupakan negara istimewa. Kau bisa menemukan berbagai kejutan di setiap sudut jalan kota yang melampaui segala imajinasimu.

"Tidak. Aku tak berselera makan," gumam Shiho pendek. Saguru yang duduk disampingnya, mengangkat alisnya. "Kau kurus sekali, Miyano-san. Suamimu tak mengurusmu dengan baik ya?"

"Oi-oi. Bukankah sudah kubilang berulang kali kalau jangan panggil dia dengan Miyano. Kau sengaja ya, Hakuba?" sergah Shinichi kesal.

Yang dituduh hanya menyunggingkan senyum lebarnya dan mengambil ayam dari piring yang disorongkan Shinichi tadi. "Jika istrimu tidak mau memakannya, aku dengan senang hati akan menghabiskannya. Tapi—Kudo—sebaiknya kau mengawasi cara makan istrimu. Siapa tau dia sedang hamil anakmu dan kehilangan selera makan? Kau tau kalau wanita yang sedang hamil itu amat sangat sensitif dan mungkin—sedikit menyebalkan."

Shinichi hampir menyemburkan nasi yang setengah tertelan dari tenggorokannya, tapi untung dia cepat bereaksi, "Wah… terima kasih atas perhatianmu, Hakuba. Dan Shiho tidak hamil."

"Apa kau yakin, Kudo?" tanya Saguru sambil menelengkan wajahnya menatap Shiho, bola mata birunya berkilauan seakan hendak menilai kelakuan gadis itu.

Shiho mengeryitkan alisnya sedikit. Detektif blonde ini akan menerima pembalasannya atas setiap ejekannya. Alih-alih bermuka marah, dia malah tersenyum. Senyuman yang sangat manis. Shinichi yang mengenali senyuman itu merasa tengkuknya merinding. Sedangkan Saguru masih tenang-tenang saja dan malah senang menikmati senyuman langka Shiho.

"Hakuba-san, aku tak tau kalau kau sangat tertarik pada profesi dokter kandungan. Apa kau ingin beralih profesi karena sebagai detektif—kau selalu kalah dari suamiku?"

Gerakan tangan Saguru berhenti. Raut wajahnya masih tak berubah. Dia hanya mendehem lalu bersuara dengan sedikit nyaring, "Aku tak pernah ingat kalau suamimu pernah mengalahkanku dalam kasus apapun. Bisakah kau menjelaskannya lebih detil, Shiho Miyan-san?"

Shiho yang ditantang lalu membalas dengan tajam, "Secara statistik—kasus yang kau pecahkan dalam setahun adalah 798 dengan tingkat keberhasilan 99% dan ada 13 kasus yang gagal karena tersangkanya melarikan diri. Sedangkan Shinichi berhasil memecahkan 1097kasus dan semua sukses."

"Hm.. 13 kasus itu ditutup karena itu berada di luar wewenangku. Aku hanya bertanggung jawab menangkap tersangkanya dan menyerahkan pada pihak berwajib. Jika tersangka melarikan diri pada saat proses penahanan—itu diluar kendaliku. Kau mengerti, Shiho Miyano-san?" desis Saguru. Ujung bibirnya sedikit tertarik naik, "darimana kau mengetahui jumlah kasus yang kupecahkan dalam setahun?"

"Aku tak perduli pada argumenmu—karena secara statistik kau kalah," Shiho menampilkan senyum memikatnya dan suaranya mengalun rendah, "Tapi jika kau ingin sekali mengetahuinya… apa kau lupa fungsi google di Internet?"

"Ha-ha. Oi, Shiho. Makan dulu. Nanti nasimu dingin," Shinichi merasa kalau ada aliran listrik tak terlihat yang membayang di setiap pembicaraan kedua orang ini.

"Baiklah… Jika kau lupa—kau adalah tersangka utama pencurian berlian Maharaja. Aku menunggu bagaimana suamimu ini akan membebaskanmu nanti." Saguru menggumam dengan tenang—tak memperdulikan seruan Shinichi, dia malah mengerling ke Shiho dan mengambil salah satu kebab di meja. Walau sesungguhnya dia merasa kesal karena gadis ini berani-beraninya meremehkannya! Tapi kekurangajaran Shiho bahkan terlihat manis di depannya. Bagaimana bisa gadis yang menyebalkan ini terlihat manis—Saguru buru-buru menghapus pikiran tak senonoh itu. Yah, bahkan memikirkan Shiho bisa terlihat tak pantas bagi Saguru..

"Kita tiba ke Kashmir dalam waktu tiga hari. Pastikan saja kalau kau menemukan bukti kuat untuk menahanku sebelum kau kehilangan muka di depan Maharaja," kata Shiho tenang.

Saguru tak menjawab, dia hanya mengangkat bahunya dan mendengus.

Sedangkan Shinichi hanya bisa meneguk air putihnya diam-diam karena dicuekkin. Mereka menghabiskan makan siang mereka dalam diam. Begitu Shiho meletakkan sendok dan garpunya mendenting menyentuh piring kosongnya, kereta berhenti mendadak dengan mengeluarkan suara nyaring memekikkan telinga. Orang-orang yang sedang duduk di restorasi berhamburan mengikuti gaya gravitasi. Ada yang terlempar membentur dinding seiring dengan alat makan porselen jatuh terbanting ke lantai karpet. Suara sumpah serapah mulai terdengar dalam berbagai bahasa. Shiho yang tak mampu melawan gravitasi, jatuh berbarengan dengan Saguru dengan tubuh saling berhadapan.

"Hey! Shiho! Kau baik-baik saja?" seru Shinichi, alisnya berkerut ketika menyadari tangan Saguru menyentuh pundak istrinya dengan kurang ajar. Dia segera berdiri dari kursi kayunya dan menghambur ke mereka. "Kau baik-baik saja?" tanyanya lagi cemas sambil memapah Shiho bangkit dari posisi jatuhnya yang tak nyaman dan menghalau tangan Saguru.

"Um, dia baik-baik saja kok," jawab Saguru alih-alih Shiho dan Shinichi gusar ketika melihat ada rona merah muda di pipi Saguru. Badan Shiho tadi jatuh dengan sukses menimpa tubuhnya. Dia bahkan bisa mencium aroma shampoo yang dipakai gadis itu. Bagaimana bisa wangi stroberi terasa begitu manis—dia benci buah itu dari kecil. Memikirkannya saja membuatnya mual, dan ini menambah kebenciannya pada Shiho.

Shinichi kesal.

Tidak ada pria yang boleh menyentuh istrinya.

Eh. Istrinya?

Apalagi Saguru masih terlihat bengong dan belum kembali dari alam mimpi.

"Aku baik-baik saja. Tidak perlu gusar untuk hal sepele," sahut Shiho sarkastik. Hati Shinichi bagai tertohok oleh komentar acuh-tak-acuh istrinya itu. sementara itu gadis itu melihat sekeliling dan menggumam, "Kereta berhenti mendadak. Tidak ada sirene untuk tanda pemberitahuan. Apa yang terjadi?"

Dan seperti jawaban untuk pertanyaan Shiho, seorang pelayan berseragam masuk ke ruangan restorasi dengan nafas terengah-engah. Dia berulang kali membungkuk dan menghapus keringatnya.

"Tuan dan nyonya sekalian…" Dia berhenti untuk mengambil nafas, "Ada rombongan beberapa sapi yang sedang duduk berbaring di rel dan kami tidak bisa melakukan apapun untuk mengusirnya. Mohon maaf atas perhatiannya." Shiho yang mendengar kabar itu hanya menarik nafas. Shinichi yang buta sama sekali akan bahasa hindi hanya menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya.

"Jadi sampai kapan kereta akan berhenti disini?" tanya Saguru pada pelayan itu dengan bahasa hindi. Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahunya. "Ada apa yang terjadi, Shiho?" tanya Shinichi pada gadis yang disampingnya—yang saling bertukar pandangan pada Saguru.

"Hoi, apa yang terjadi, Shiho?" ulang Shinichi lagi begitu menyadari kalau mereka masih diam. "Ada sapi yang menghalangi kereta dan mereka terpaksa mengerem."

"Oh! Jadi…kita harus menunggu sapi itu dengan kesadaran sendiri untuk pergi?"

"Tepat sekali, Sherlock Holmes," ejek Shiho. "Tak ada yang bisa mereka lakukan? Sampai kapan kita bertahan disini?" Shinichi bertambah kesal.

"Sampai sapinya bosan duduk-duduk saja dan akhirnya pergi. Kau tau kalau sapi merupakan binatang yang dianggap keramat disini," potong Saguru lalu tertawa. "India sungguh negara yang tak diduga."

Shiho meliriknya. "Negara yang menakjubkan." Cuma itu yang dikatakannya. Lalu gadis itu melemparkan pandangannya ke luar kereta.

"Jadi kita harus bagaimana, Shiho?"

Yang ditanya tampak sedang berpikir.

"Kita sewa mobil saja." Shiho berhenti untuk menunggu reaksi kedua pria itu. Lalu lanjutnya, "Jika lewat kereta kita akan sampai dalam lima belas jam… Mungkin kita butuh minimal dua hari untuk kesana. Tapi daripada terjebak disini dan tak berbuat apa-apa bukan? Lagipula mereka tidak bisa mengusir kawanan sapi itu begitu saja."

"Setuju!" sahut Shinichi dan Saguru hampir berbarengan dan kemudian mereka saling melemparkan tatapan mencemooh.

Shiho hanya memutar bola matanya.

.

.

.

"Yuhuu!"

"Um… apa kau sadar kalau kau telah memecahkan semua rekor kecepatan New Delhi-Mumbai?" tanya Shiho dengan bahasa Hindi.

"Ya, Madam?" pria bertubuh tambun dan berkulit kelam itu menoleh ke belakang sambil memamerkan giginya yang putih bersih, "apa Madam ingin aku lebih cepat lagi?"

"Hey, tentu saja tidak," sergah Shiho buru-buru, "dan tolong jangan menoleh ke belakang setiap lima menit sekali."

"Oh! Maafkan aku, Madam!" Supir mobil jip itu yang dikenal dengan nama Pandev bagi kenalannya dan Frank untuk setiap turis yang datang ke India adalah supir pertama yang ditemui Shiho di pangkalan taksi tak jauh dari tempat kereta api berhenti. Pria itu riang dan sepertinya sangat tertarik pada mereka—tentu saja karena tak setiap hari dia mendapat penumpang orang asia berkulit putih pucat. "Apakah ini merupakan perjalanan pertama tuan dan nona ke Mumbai?" Frank melirik mereka dari balik kaca spionnya, tidak berani membalikkan badannya lagi karena dia merasakan bagaimana tajamnya tatapan mata Shiho. Dengan duduk berderet dari kanan ke kiri adalah Shiho, Shinichi, dan Saguru. Mereka duduk saling berjauhan mungkin yang bisa dilakukan di dalam mobil jip yang sempit itu. Lagipula siapa yang mau duduk saling berdekatan sehingga keringat masing-masing bisa tercium karena panas dan teriknya sinar matahari bercampur baur dengan parfum sang supir yang sangat keras.

"Hn, ya… Ini merupakan pengalaman pertama kami ke India," jawab Saguru dengan sopan. Tak pernah dia merasa ingin berada di London saat ini. Semenjak tiba di New Delhi, walau telah mengganti kemejanya dengan t-shirt tipis, keringat masih berucuran di dahinya. Dia melirik ke arah pasangan palsu di sampingnya, Shinichi mengenakan t-shirt putih polos dengan tulisan Los Angeles dan Shiho mengenakan blus coklat muda tanpa lengan, memamerkan kulit putih pucatnya. Dan keduanya juga banjir keringat. Walau Saguru selalu mengomel kalau udara London selalu terasa lembab dan dia tak pernah bisa keluar tanpa memakai dua lapis pakaian, seperti manusia pada umumnya, mereka selalu tidak menghargai apa yang mereka miliki sebelum hal itu tercerabut darinya bukan? Ha-Ha. Lucu, batin Saguru dalam hati. Dia kembali mengerling pasangan disampingnya sebelum melempar pandangannya ke luar jendela. Barisan pohon bergerak dengan cepat.

"Tapi Madam—anda sangat pandai berbahasa Hindi. Jauh lebih fasih daripada semua turis yang pernah kutemui selama ini," kata Frank bersemangat, dia hendak membalikkan wajahnya lagi ke belakang. Shiho mendehem keras. Gerakan Frank terhenti, dia tersenyum lebar dan kembali memfokuskan gerakan tangannya di kemudi stir beserta jalan di depannya.

"Aku selalu ingin pergi ke Jepang. Konnichiwa! Jepang adalah negara yang sangat indah, aku pernah melihat di acara kalau ada—" serunya lagi. Shinichi menyipitkan matanya memandang Shiho. Dan gadis itu balik menatapnya dengan tatapan-bukan-salah-aku-kalau-dia-sangat-bawel-dan-aku-tidak-suka-tatapan-matamu-itu.

Suara cempreng Frank masih tetap berkumandang. Shinichi yang buta sama sekali dengan bahasa Hindi hanya bisa menghela nafas. Shiho malah berulangkali menimpali kata-kata Frank dengan dibantu Saguru. Pria blonde itu malah menganggukkan kepalanya setiap mendengar Shiho berbicara dan membalasnya tak kalah antusias. Setelah tiga puluh menit terakhir yang dihabiskan dengan celotehan Frank, Shiho dan Saguru—Shinichi tak tahan lagi.

"Hey, ayo kita berhenti sebentar. A-aku lapar," bisiknya ke Shiho.

Shiho yang sedang mengelap keringat di dahinya dengan sapu tangannya, menggelengkan kepalanya. "Satu jam lagi kita akan berhenti di kota kecil dan memesan penginapan disana. Kita sekaligus makan malam."

"A-aku lapar, Shiho. Aku juga haus." Rengek Shinichi kesal. Shiho mendelik. Emangnya aku ibumu? Sana minta sama kekasihmu saja! Batinnya sebal. Alih-alih mengeluarkan tatapan aura pembunuhnya, gadis itu malah tersenyum keibuan. "Kau mau makan apa, Shinichi?" tanyanya semanis madu. Yang ditanya cepat menyambar kesempatan. "Aku melihat kau masih punya sisa sandwich yang dibungkus dari restoran kereta tadi. Air minumku sudah habis dari tadi. Kau masih punya banyak kan?"

Shiho menatap botol minuman yang sedang dipegangnya itu, masih terisi setengah lebih. Diliriknya botol di tangan Shinichi, kosong total. Di tangan Saguru, airnya juga habis.

"Mari aku isikan botolnya—" Shiho berhenti sejenak, "—ini minum saja, Shinichi." Dia menyodorkan botol minumannya yang segera disambar Shinichi seperti anjing kelaparan. Dibukanya dan diteguknya hingga mengeluarkan suara glek-glek menyebalkan dari tenggorokkan.

"Apa aku boleh memintanya juga, Kudo-san?" tanya Saguru sopan begitu melihat Shinichi meneguk air dengan rakus. Tapi wajahnya tak menunjukkan apapun yang mencerminkan kesopanan. Akhirnya dia berkata, "Sisakan sedikit untukku, Kudo!"

"Tidak boleh. Ini untuk Shiho nanti. Kau tunggu saja satu jam kedepan," ujar Shinichi puas sambil mengelap bibirnya dengan tangan. Masih ada sisa setengah air minum di botol.

"Kau boleh mengambilnya, Hakuba-san." Shiho berkata dengan suara datarnya. Mendengar itu, Saguru tersenyum penuh kemenangan. Begitu dia hendak mengambil botol di tangan Shinichi, pria itu menolaknya. "Marikan botolmu, kau tidak boleh meminum langsung dari botolnya."

Saguru mendecak dan menyerahkan botolnya. Sedangkan Shiho hanya melipat kedua tangannya di depan dada dan memutar bola matanya. Dia sedang menghitung waktu. Tiga hari perjalanan ke Khasmir akan terasa begitu panjang.

"Madam, kalian akan berhenti di Virendra bukan? Mari mampir ke rumahku. Aku tinggal di sana bersama keluargaku," kata Frank riang.

"Oh ya? Tapi waktu kami terbatas, Frank." Ujar Shiho.

"Tak apa. Aku cuma ingin mengenalkan kakakku pada kalian. Dia sangat menyukai Jepang. Kupikir, kedatangan kalian akan membuatnya… sedikit lebih baik."

"Kenapa?" tanya Shiho penasaran.

Frank menghela nafas, tapi pandangannya masih terpaku pada jalan berdebu di depannya.

"Aku minta maaf jika mengganggu privasimu, Frank," kata Shiho dengan nada minta maaf. Tapi Frank menggelengkan kepalanya dan tersenyum riang, "Tidak apa-apa,Madam. Aku tidak akan memaksamu."

Saguru menyela, "Kita tak punya banyak waktu, Frank. Lain kali saja kita bertemu dengan kakakmu."

Shiho mengerling ke arah spion mobil dan menyadari kalau wajah Frank berubah murung. "Oh, tidak apa-apa. Aku akan senang bisa bertemu dengan keluargamu, Frank."

"Benarkah?" Frank menoleh ke arah Shiho dengan gembira.

"Hey, jangan lepaskan stirmu!" seru Saguru dan Shiho hampir bersamaan.

"M-MAAF!"

.

.

.

tbc.


A/N : Cerita ini masih permulaan, masih banyak plot dan kejutan2 ke depannya. Dan kemungkinan ada beberapa OCs juga. Di India, sapi merupakan binatang keramat dan dipuja. Kejadian sapi menghambat jalan itu merupakan kejadian biasa disana.

Sekarang waktunya balas komen2:

yekawe : thanks ya

haimi : Iya, bakal kok ada adegan M-nya tapi cuma implisit. Karena segala sesuatu yang dibayangkan itu lebih seksi XD. Betul, Aoyama-sensei mengatakan kalau nama Ai Haibara diambil dari Irene Adler, satu-satunya wanita yang diakui Sherlock pada wawancara terakhirnya. ada di wiki kok.

StarCo : ya, bakal ada Sebastian dan Ciel dalam waktu dekat. hehe. Ran akan datang menambah konflik XD

Misa : ini uda diupdate :)

namika ashara : moment Shinichi-Shiho nya bakal banyak di depan, tapi gw harus bangun plot terlebih dahulu nih. ditunggu ya :)

908 : iya, sorry ga punya waktu utk update cerita lain. hehe. tapi pasti gw update kalo ada waktu.

sania miyano : thanks ;)

sskudomiyano : Saguru bakal tambah lebih menyebalkan lagi. Di canon aja, Conan sangat posesif dan protektif dengan Ai. Perhatikan aja detil-detil gambarnya.

smiledelight: Tenang aja, kalo tentang Saguru, di cerita Almost Lovers yang bakal banyak moment SaguShi karena disana difokuskan triangle love tentang mereka.

PureAi : Iya, sebenarnya Shinichi dan Shiho juga tau kalau Saguru menyadari mereka hanya bohong-bohongan saja, tapi mereka membiarkan begitu saja karena yang terpenting adalah tuduhan Shiho harus dihapus (apalagi Shinichi bener-bener menikmati bagaimana enaknya punya istri kayak Shiho XD) Masih banyak rahasia yang disimpan Shiho dan Saguru yang tidak diketahui Shinichi, tunggu aja ;)

Sherry : ini uda

Marutaro : sabar yah, moment ShiShi pasti bakal banyak banget di depan fufufu

sskudomiyano : ini uda diupdate

Risca96 ; Almost lovers akan diupdate dalam waktu secepatnya. thanks :)

alihitori7 : ini uda diupdate


thanks for reading ^_^