Akhirnya update juga!

Silahkan dinikmati chap.6


Sakigami POV

Oke, sekarang hidupku tambah runyam. Sejak kemunculan Chihiro (aku memutuskan memangilnya begitu) surat 'tak jelas' di lokerku semakin banyak, ditambah Kisedai yang kayaknya makin posesif malah tambah menjadi-menjadi. Tak hanya surat, aku juga sering dapat tantagan anggota klub bela diri yang membenciku (katanya ikut bela diri biar bisa jaga 'Pangerannya'), yah walaupun mereka yang K.O duluan.

Kegiatanku yang sangat super santai kini juga harus merasakan 'Ekstrakulikuler'. Setiap dua hari sekali aku harus ikut kegiatan satu klub secara bergantian, artinya tiga klub dalam satu minggu belum lagi yang biasanya kegiatan di hari Minggu, sukses sudah penderitaanku. Kafe milik Imayoshi-senpai juga belum mau buka gara-gara orangnya pergi liburan ke Thailand. Tapi, ada sebuah pengumuman yang sangat mengembirakan.

"Mulai lusa, liburan Musim Panas akan dimulai!"

"HORE! SUGENG TINDAK SEKOLAH!"

Dan, akhirnya terobatilah semester ini dan tibalah liburan musim panas yang TENANG. Inilah hari terakhir yang sangat LAMA dan penuh keMALASan.

GoM and a Different Girl

Disclaimer : Fujimaki Tadatoshi

Rate : saat ini T

Warnings : typo(s), AU, OC, OOC, gaje, tidak sesuai EYD, aneh, abal-abal, tidak konsinsten dalam penulisan kata, amburadul, bahasa antah berantah dan kesalahan lainnya..

Pairing : GoMXOC dan nyempil Mayuzumi

Tekan back sebelum anda menyesal..

Hari yang menyedihkan, tugas musim panas yang menumpuk, KEABSURDTAN GoM. Aku ingin segera pulang saja.

"Ano, maaf tapi apakah Sakigaminya ada?" tanya seorang cewek kepada salah satu teman sekelasku dan segera menunjukku yang sedang asik meratapi nasib (?). Lima orang cewek itu segera menghampiriku. Perasaanku tidak enak nih.

"Ada apa hah? Masalah pangeran konyol itu? Tenang saja, mereka bukan tipeku kok." Ya padahal enak juga sih gara-gara mereka uang jajanku jadi keluar sedikit.

BRAK!

"Bukan begitu, Sakigami-san." Tunggu, sejak kapan mereka memanggilku '-san'?

"Kami ketua dari Akashi, Midorima, Kise, Aomine, Muraskibara FANSCLUB—" Fansclub?

"MENYETUJUIHUBUNGANMUDENGANMEREKADANJANGANKECEWAKANKAMI!"

Keren vroh, tanpa jeda.

"Wait, SETUJU?" tanyaku lagi.

"Benar, kami akan bersatu dan membuka FC tentang kalian dan jika perlu bantuan tanyakan saja pada kami."

Normal POV

Tsukasa dengan khusuk mendengarkan curhat dari sahabatnya ini di atap sekolah, mumpung sepi karena pasti cewek-cewek yang lain melihat latihan GoM

Sambil memandang sahabatnya yang dalam keadaan mengenaskan, Tsukasa angkat bicara.
"E, jadi kau direstui mereka?"

"Kalau iya kenapa? Jangan bertanya dengan nada seakan itu wajar!" protes Saki yang sukses membuat beberapa murid cowok yang ada disitu tersendak.

"Pertanyaanku cuma memastikan."

"Tapi akunya yang jadi kesal mendengarnya."

Satu kejutan saja pasti sudah membuat gadis berdarah Okinawa ini kesal, lah ini kejutannya beruntun.

Tiba-tiba ada orang yang merangkul leher Saki dan terjadinya aksi TERIAK-TERIAKAN, "Kalau begitu pindah sekolah saja di luar negeri, beres 'kan?" usulnya yang ternyata..

"Mayuzumi-sensei/Chihiro."

"Yo, apa kabar wahai murid-muridku yang cantik? Tsukasa-san, boleh aku pinjam Saki?" izin Mayuzumi sambil menyeret Saki dan membawanya ke gym. Tempat GoM berlatih untuk Winter Cup nanti. Pelatih baru ini seketika membuat semua mata memandang mereka berdua yang bagaikan pasangan suami istri baru menikah semenit yang lalu (?). Reaksi? GoM langsung memancar aura bahagia.

"Nah Saki ini klub terakhir yang belum kau coba, tenang disini kau hanya sebagai manajer dan tugasnya hanya mencatat perkembangan, membantu membersihkan gym, mencari informasi calon lawan dan lainnya. Pekerjaan remeh temeh kok bagimu yang aktif luar biasa-" jelas Mayuzumi yang dijawab 'Oh'.

"—dan kau sampai lulus akan menjadi manajer khusus GoM, titik tak pakai koma," sambung Mayuzumi dan seketika semua histeris.

Fans yang iri, GoM yang syok, Saki yang biasa aja. Oke, BIASA SAJA.
AUTHOR ULANGI BIASA SAJA!

"Saki-san, daijoubu?" tanya Kuroko mendekat ke Saki yang segera memperlajari catatan manajer sebelumnya. Ada apa dengan Saki? (sekilas mirip judul film) Biasanya dia akan protes 'kan?

Akashi mendekati Saki dan Kuroko yang duduk di bench, "Tetsuya cepat kembali latihan!" titah Akashi dan langsung dilaksanakan Kuroko. Pemilik rambut merah darah ini menatap Saki namun Saki malah cuek dan masih memahami catatan membosankan itu. Merasa tak akan ditanggapi Akashi ikut latihan dengan teman seperjuangannya.

Akashi POV

Tumben Kirin hanya diam saja walau diceramahi oleh pelatih baru itu, sebuah pemandangan langka biasanya dia akan menjawab walau singkat. Sungguh melihat wajah datarnya yang bercampur aura sedih sangat menyayat hati ini, tak rela sungguh ku tak rela~ (ABAIKAN). Tapi, apa yang membuatnya jadi sebeda itu ya? Apa tugas ini terasa berat baginya?

Seperti apapun aku berfikir tetap saja tidak ada jawaban.

NORMAL POV

"Makan bersama?" tanya Saki memastikan telinganya tak salah dengar atas rencana makan malam yang diadakan GoM.

"Iyap, Saki-cchi ayo ikut," rengek Kise sambil mengeluarkan air mata memohon yang ampuh meluluhkan hati siapapun (*yang tak berpengaruh untuk Saki).

Latihan hari ini berjalan cepat dan Saki langsung paham ini-itu beserta tetek bengeknya (baca : Tugas). Sebenernya mengajak makan Saki adalah inisiatif Midorima tapi karena Akashi tau rencananya maka semuanya ikut serentak mengajak makan Saki [Kasian Midorima]. Ini bukannya makan malah akan jadi pertarungan meperebutkan hati Saki.

"Jika ditrakir aku mau karena dirumah banyak bahan makanan jadi lebih baik masak daripada makan diluar," ini menolak atau setuju?

"KAMI TRAKTIR APAPUN YANG KAU PESAN!" ucap Akashi, Midorima, Kise, Aomine, dan Murasakibara bersamaan mereka kan punya duit banyak.

"Ano, Saki-san bolehkan aku makan dirumahmu? Kebetulan aku bisa masak," Saki menoleh kearah suara yang ternyata Kuroko, seulas senyum tipis terukir di bibir mungilnya.

"Boleh saja aku bawa motor, Tetsuya-kun kubonceng saja ya?"

Tetsuya? TETSUYA!
Mulai memanggil dengan nama kecil! Apakah artinya Kuroko lebih menonjol daripada lima pengeran picisan ini? [siapa yang PICISAN?!].

"Kirin apa pantas seorang wanita membawa motor ke sekolah?" perkataan Akashi membuat semua bungkam, raut wajah Saki jadi cemberut langsung saja ia menarik dasi Akashi dan mencium pipinya sedikit lama.

"Kakekku saja memperbolehkan dan kau tidak SEI-JU-ROU-KUN~?"

Yang lain mematung bahkan Akashi mematung, Saki tertawa sedikit..

"Ayo kerumahku."


Karena jarak rumah Sakigami dengan sekolah cukup jauh maka tidak mengherankan jika ia harus menggunakan motor untuk pulang dan berangkat. Sementara Akashi, Midorima, Kise, Aomine, Kuroko dan Murasakibara harus ke rumah Sakigami menggunakan mobil milik Akashi (Kuroko diancam oleh Akashi jika dibonceng Sakigami). Sesampainya di rumah Sakigami mereka merasa sangat heran. Meski memiliki motor, anak pengusaha yang berkecimpung di bidang seni, pintar dan jago bela diri, Sakigami tinggal di sebuah rumah yang sederhana namun tetap memiliki nuansa tradisional. Dengan aksen kayu yang mendominasi serta bunga-bunga yang terawat dengan baik mengundang rasa nyaman di hati siapapun yang memasuki rumah itu.

Saki mempersilahkan mereka memasuki ruang tamu yang terhubung dengan taman yag luas. Penggunaan pintu geser benar-benar membuat mereka seakan kembali ke zaman Edo. Pohon Sakura yang belum menampakkan keinginan untuk menumbuhkan bunganya berada di pinggir taman. Setengah atau satu per tiga rumah itu berupa taman. Bukan hanya pohon sakura tetapi ada kolam ikan koi, sebuah kebun kecil berisi berbagai macam sayuran, sepetak tanah berisi bunga-bunga yang cantik, sisanya adalah tanah yang sebagian besar sudah berumput. Di ruangan tamu itu mereka duduk diatas sebuah bantal (*Author gak ngerti apa namanya, jelasin dong bagi yang tau :'v ). Hanya ada sebuah lemari kaca yang berisi banyak piala dan medali, TV, serta lemari untuk meletakan hiasan. Yang menarik adalah adanya beberapa lukisan yang tidak dipasang tetapi ditaruh dengan posisi berdiri. Sungguh rumah yang menggambarkan sosok pemilik yang eksentrik.

Tidak lama kemudian Saki memasuki ruangan dengan memakai kimono biru, rambutnya digulung dengan jepit berbentuk kupu-kupu berwarna serupa dengan kimononya. Semua terpesona dengan sosok Saki yang tidak biasanya itu, sedangkan Akashi malah terpesona dengan sikap lemah lembut yang menunjukkan bahwa Saki adalah wanita terhormat.

"Tetsuya, kau bilang mau membantuku di dapur kan?" ucap Saki yang ditanggapi dengan anggukan antusias dari Kuroko. "Aku juga bisa," semua menoleh ke arah suara yang berasal dari lelaki tampan bersurai merah itu. Sakigami malah tersenyum lembut lalu pergi menuju kebun pribadi miliknya dengan membawa wadah kayu yang ada di dekat pintu penghubung taman dengan ruang tamu.

"Kau mau kemana? Mau dibantu?" kata Aomine menyusul langkah Saki diikuti oleh Kise dan Midorima. Saki yang terlihat senang itu menjelaskan sayuran apa saja yang harus mereka ambil di kebunnya. Tentunya dengan penjelasan mana yang matang dan yang belum. Selanjutnya Saki meminta Akashi, Kuroko dan Murasakibara untuk ke dapurnya. Ternyata dapur di rumah ini berada di sebelah ruang tamu dengan desain yang cukup modern dan digabung dengan ruang makan. Kitchen set yang lengkap, ruangan yang bersih, serta penataan yang rapi. Saki mengambilkan sebuah cake ke Muraskibara dan membiarkannya bersantai di ruang tamu.

"Ada saran masakan untuk malam ini?" pertayaan Saki sukses membuat Akashi dan Kuroko berpikir, sedangkan Saki sedang menyebutkan bahan makanan yang masih ada di kulkasnya. Akashi menyarankan untuk memasak hiyayakko karena persediaan tahu yang lumayan banyak. Lalu, Aomine masuk ke dapur membawa beberapa sayuran seperti wortel, timun, cabai, tomat dan tomat serta rempah-rempah seperti jahe. Kuroko menyarankan untuk memasak yakitori dan hiyashi chukka, tapi dalam keadaan panas karena sayuran yang ada cukup banyak. Aomine justru menyarankan agar mereka memasak udang goreng sebelum ia meninggalkan dapur.

"Jadi kau ikut perintahku 'kan?" ucap Akashi sambil melirik Saki dengan tajam. "Tidak, Kirin-san akan membuat ramen!" Kuroko dan Akashi saling menatap dengan perasaan tidak senang akan satu sama lain. Sakigami yang melihat pertengkaran mereka malah sedikit tertawa dan merangkul tangan kedua pemuda yang sama-sama mnyukai dirinya.

"Kita buat semuanya kok," baik Kuroko dan Akashi tidak bisa menahan rona di pipi mereka melihat senyum manis gadis berkimono itu. Debat berakhir dan dilanjut dengan acara masak memasak oleh mereka bertiga.


"Kenyang!/-ssu!" teriakan Aomine dan Kise memang menjengkelkan namun, semua yang ada di ruang tamu tidak bisa berbohong juga jika mereka tidak kekenyangan. Sebuah hiyashi chukka yang panas namun ada es batu untuk menimbulkan efek dingin disajikan untuk satu orang, kemudian ada hiyayakko untuk penutup, bagi yang belum kenyang sudah ada udang goreng dan yakitori dengn porsi besar untuk bersama. Sebagai penghangat ada teh gandum kesukaan Saki. Murasakibara dan Kise mencuci piring dan peralatan lainnya, Saki dan Kuroko membersihkan meja, sedangkan yang lain mulai bergantian untuk membersihkan diri di rumah Saki.

"Kirin-san," panggil Kuroko pada Saki yang sedang mengelap meja dengan kain kering. Yang dipanggil menatap Kuroko bingung. Tanpa berlama-lama, Kuroko mencium kening Saki cukup lama. Saki hanya memejamkan mata menikmati bibir si surai biru muda itu.

"KUROKO-CCHI CURANG-SSU!" teriak Kise yang melihat adegan cium kening itu. Yang lain segera menuju ruang tamu dengan tergesa-gesa, bahkan Akashi masih belum mengancingkan kemeja dan mengekspos tubuh atletisnya.

Akashi langsung memeluk Saki seraya menatap Kuroko dengan tatapan membunuh. Saki tidak memberontak malah ia menikmati pelukan kasar dari sang Emperor. Sampai Akashi menyadari sesuatu yang janggal dari Saki.

Akashi menempelkan telapak tangannya ke dahi gadis bersurai hitam itu. "Kirin, kau demam?"

Saki membalas dengan anggukan ringan, matanya menjadi sayu, ia memposisikan diri untuk lebih nyaman dengan tubuh Akashi yang disamput sebuah seringai penuh kemenangan dan death glare.

"Maafkan aku berpura-pura baik-baik saja," okay saat ini semua sedang tidak bermimpi melihat gadis kesayangan mereka lemas dan mengucapkan maaf.

"Apakah ada yang bisa kami bantu sayangku?" panggilan sayang dari Akashi membuat death glare dari teman-temannya bertambah. Saki kembali tersenyum manis membuat death glare di ruangan itu menghilang tergantikan suasana hati yang riang.

"Panggilkan Tatsuya kesini sekarang dan kalian pulang atau kalian mati ketika aku sembuh."

TBC

UWAAA INI JADI JELEK YA? UDAH LAMA GAK BIKIN FANFIC DAN AKU BISA NGERASAIN KALAU BANYAK DARI KETIKANKU INI BERUBAH (kecuali typonya yang tetap banyak).

MAAFKAN DAKU!

Tapi daku akan berusaha sampai fict ini selesai.

Oh ya tolong ceritakan perbedaan gaya berceritaku ya..

Oh ya lagi, bagi yang penasaran akan sikap Saki yang berbeda akan dijelaskan di chapter selanjut.

Lalu karena ini sudah lama dan aku jadi lupa dengan plot, karakter dan ending sebenarnya :v mungkin akan sangat berbeda.

Kalau ada saran silahkan! Katakan semua!