BETWEEN YOU AND US

CHAPTER 1

DISCLAIMER: FUJIMAKI TADATOSHI

SUMMARY:

Apa jadinya kalau semua anggota basket Rakuzan menyukai gadis yang sama? Mulai dari yang hobi pamer otot sampai si mata heterochrome yang hobi memerintah. Semua upaya dilakukan untuk mendapat perhatian sang gadis. Mau lihat bagaimana perjuangan mereka? Let's reading!

.

.

.

"Hei ini yakiniku-ku! Kau mau kuhajar dengan otot ini hah?!" Berbagai suara riuh makin terdengar jelas, didalam ruang makan yang interiornya khas rumah Jepang zaman dulu. Pintu yang digeser, lantai marmer atau kayu yang diganti dengan tatami, dan semua bagian rumah disanggah dengan kayu yang kokoh. Walau rumah ini sangat tradisional, tak jarang rumah ini diberi sentuhan modern.

Bukan hanya interior saja, denah rumah ini juga sangat menarik. Tamannya terletak tepat ditengah rumah. Singkatnya, rumah berlantai dua ini berbentuk lorong panjang mengitari taman. Setiap ruangan terdiri dari dapur, ruangtamu, ruang membaca, ruang makan, dan beberapa kamar yang terletak di lantai dua.

"Nebuya berhenti berteriak dan memamerkan ototmu itu! Rumah ini tidak kedap suara tahu!"maki Mibuchi Reo yang frustasi dengan tingkah hercules jadi-jadian itu.

"Eikichi duduk tenang dan makan apa yang ada dimeja."titah Akashi si Rudolf Hitler gadungan (#akashi: *lempar gunting #author: sumimasen akashi-sama).

Nebuya duduk dengan terpaksa dan memakan bagiannya. Reo hanya mampu menghela nafas melihat tingkah teman sekaligus sesama anggota tim basket itu. Empat tahun sudah mereka satu klub, mulai dari masa SMA hingga menduduki bangku universitas seperti sekarang. Ia bahkan heran kenapa bisa tetap menjalin hubungan pertemanan dengan mereka walau sering menegak obat migrain karena, ya, mereka cukup berisik. Kecuali Akashi dan Mayuzumi tentunya. Mulai dari Nebuya Eikichi yang selalu pamer otot tak berkesudahan (padahal tidak ada kerennya samasekali), atau Hayama Kotarou yang sangat energic (mungkin dulu dia terlalu banyak minum obat cacing).

Sesaat, tatapan Reo jatuh ke mangkuk nasi Mayuzumi yang isinya tidak berkurang lebih dari setengah. "Mayuzumi-senpai, kau tidak makan?"

Mayuzumi menatap Reo datar, "Bukan begitu, jatah makanku memang sedikit."

Nebuya langsung merebut mangkuk nasi Mayuzumi "kalau begitu untukku saja." Ia langsung melahap habis nasi didalam mangkuk.

"Chihiro, kau harus menambah porsi makanmu untuk kepentingan tim."perintah Akashi yang lebih muda dua tahun dari Mayuzumi dan lebih muda setahun dari Reo, Nebuya, dan Hayama

Mayuzumi mengangguk. "Baiklah, Akashi."jawabnya patuh.

Jangan heran kalau Reo, Mayuzumi, Hayama, bahkan Nebuya yang berotot, begitu sungkan kepada Akashi yang jelas lebih muda dari mereka (walaupun kalian pasti bisa menebaknya). Dengan ekspresi datar, perintahnya yang absolute, dan diimbangi dengan kemampuan yang diluar jangkau manusia, membuat mereka segan, atau lebih tepatnya, takut, untuk melawan laki-laki bersurai merah itu. Karena ia bisa berbuat apa saja kepada mereka yang tidak menuruti titahnya. Walau begitu, sempat terfikir dibenak Reo mengapa mereka tetap saja selalu satu universitas dan klub. Mengingat usia mereka yang memang tidak terlalu jauh tapi tetap berjarak. Mungkin ini yang namanya takdir.

"Chotto matte, ojou-san!" Mendengar teriakan dari luar, mereka semua menoleh dan Reo beranjak dari tempatnya, melihat keadaan diluar.

Seorang gadis bersurai panjang hitam berseragam SMA, kemeja lengan pendek dan rok hitam bergaris putih dibawahnya setengah berlari melewati wanita paruh baya didepannya. Namun, tak lama setelah lepas dari wanita paruh baya Reo mencegat gadis itu.

"Kamu mau kemana? Kenapa kemarin tidak pulang ke rumah? Kamu tahu aku khawatir setengah mati karena kamu samasekali tidak mengabariku?"cercah Reo pada gadis bernama Hana yang merupakan adik satu-satunya itu.

"Aku menginap di rumah teman. Nii-san tidak perlu khawatir." Hana menghempaskan tangan Reo yang mengamit tangannya. "Aku masih ada urusan."

Reo mengamit lengan gadis itu lagi begitu melihat lebam disudut bibir dan lengan gadis itu yang kontras dengan kulit putihnya. "Kelahi lagi, huh? Sudah berapa kali nii-san bilang jangan berkelahi! Kamu itu perempuan, ngerti?!" Makinya. Nebuya dan Hayama mengintip dari pintu, minus Akashi dan Mayuzumi, bergidik ngeri melihat teman setimnya yang terkenal santai itu begitu murka. Seharusnya mereka tahu, tidak semua orang yang terlihat biasa saja seperti Reo, ternyata bisa meluapkan emosi yang begitu besar seperti sekarang.

"Ini bukan urusan nii-san! Jangan sok perduli padaku!"maki gadis itu balik dengan suara tercekat.

"Sok perduli? Aku sangat perduli sama kamu, tahu! Untuk apa nii-san banting tulang kuliah sambil kerja kalau buka buat kamu. Aku malah memperioritaskan kesehatan kamu daripada nii-san sendiri." Ujarnya mulai melunak

Gadis itu mendengus, menatap Reo dengan nyalang. "Bukannya nii-san seharusnya senang aku gak pulang? Setidaknya, nii-san gak perlu repot untuk ngurusin aku dan terus-menerus telfon otou-sama atau oba-sama buat diskusiin aku tinggal sama siapa. Toh, aku bisa hidup sendiri." sindir gadis itu yang mulai bercucuran air mata.

"Masuk kamarmu sekarang." Hana tetap diam ditempatnya. "Nii-san bilang masuk kamar!" Dengan sekali sentakan, wanita paruh baya yang sedari tadi berdiri dan menyaksikan pertengkaran mereka dengan sigap menarik gadis bersurai hitam panjang sebahu itu ke kamar. Tahu gadis itu tidak akan menurut dengan sendirinya.

Reo menarik nafas panjang, berusaha menenangkan perasaannya. Ia kembali ke ruang makan, yang tentu saja sebelum itu Nebuya dan Hayama sudah kembali ketempat masing-masing agar tidak kepergok mengintip.

"Sumimasen..tidak seharusnya kalian melihatnya tadi."gumam Reo dengan wajah penyesalan.

"Aku dan Akashi tidak melihat, kecuali Nebuya dan Hayama tentunya." Ujar Mayuzumi yang langsung dihadiahi tatapan membunuh kedua tersangka tukang intip.

"Aku tidak tahu kau punya adik Reo."ujar Akashi sambil mengunyah telur puyuh ( yang langsung ditatapi Nebuya dan Hayama karena masih bisa makan disaat seperti ini)

"Kami berdua memang tidak terlalu akrab, seperti kalian lihat tadi. Tapi bukan berarti aku tidak menyayanginya. Dia keluargaku satu-satunya." ucap Reo "apalagi sejak berpisahnya orangtua kami." Imbuhnya.

"Siapa namanya? Dia masih SMA'kan?" Introgasi Akashi

"Namanya Hana. Ya, kelas dua. Dan dia juga bersekolah di Rakuzan Gakuen." Ujar Reo.

"Dia cantik ya.."Reo langsung menatap Hayama "aku hanya bilang saja kok.."imbuhnya yang sedikit ketakutan mengingat bagaimana laki-laki itu murka.

"Sepertinya dia kuat, kau bilang dia suka berkelahi. Dia bisa membantuku membentuk otot." Nebuya memamerkan otot di kedua lengannya.

"Berkenalan denganmu saja tidak akan aku izinkan."jawab Reo acuh

Seorang wanita paruh baya, yang mengantarkan Hana ke dalam kamarnya. "Reo-dono, saya sudah mengantar ojou-san kedalam kamar dan mengobati lukanya."lapor wanita beryukata biru langit

Reo mengangguk "sudah mengantarkannya makanan Aoi-san?"

"Sudah Reo-dono." Reo mengangguk dan wanita itu menutup pintu dan beranjak dari tempatnya.

.

.

.

Dengan posisi terbalik, Hana berbaring dikasur kamarnya. Mengingat perutnya samasekali belum diisi, Hana beranjak dari kasurnya dan membuka pintu. Kamar Hana, sebenarnya tidak cocok dikatakan kamar. Ini lebih terkesan seperti apartemen. Terlihat sebuah ruang tamu kecil didalam kamar Hana. Di sisi kirinya terlihat ruang belajar dan kumpulan laci ditempelkan dengan dinding, agar ruangan terkesan luas. Hana memakan makanannya yang diletakkan diatas meja ruangtamu. Begitu semua makanan berpindah ke perutnya, Hana langsung beranjak dari 'apartemen' nya itu sambil membawa gitar. Ia turun ke lantai bawah menuju halaman dan menyanyikan beberapa bait lagu. Jarinya yang lentik terus memetik senar gitar, sampai ia merasa ada yang ganjal disampingnya. Ia menoleh ke kiri dan mendapati sosok laki-laki jangkung, surai abu-abu, dan sorotan mata yang kosong duduk disebelahnya.

"Sejak kapan kau disitu?"tanya Hana yang nyaris terjengkang karen kaget.

Laki-laki itu menatap Hana, kemudian beralih ke jam tangannya. "Sepuluh menit? Entahlah. Yang pasti lebih dulu darimu."ujarnya sambil terus membaca buku yang digenggamnya.

Hana mengerutkan alis. Bagaimana mungkin bisa? Seharusnya Hana merasakan kehadiran orang itu saat dia duduk disana, tapi melihatnya saja tidak. Apa kakaknya bergaul dengan orang aneh seperti dia? "Lalu kenapa duduk disini? Ini didepan kamarku, asal kau tahu saja." Ujar Hana yang bisa dilain artikan dengan, kalau kau duduk disini untuk mengintipku, aku pastikan hidung dan wajahmu rusak sebelum melakukannya.

"Aku tidak berniat mengintip, disini suara Nebuya dan Hayama tidak terjangkau. Lagipula, aku tidak berminat mengintip gadis sepertimu."

Perempatan urat muncul di pelipis Hana. Ia merasa dihina secara tidak langsung. Memangnya dia sejelek itu sampai tidak ada yang mau mengintipnya (bukan berarti Hana suka diintip). Memang seperti apa tipe laki-laki bersorotan kosong ini? Alih-alih membayangkan gadis seksi, Hana lebih berfikir laki-laki itu menyukai tipe gadis culun yang memakai kacamata tebal dan memiliki selera fashion yang buruk.

"Memang 'gadis sepertimu' yang kau maksud itu seperti apa?"

"Tidak punya tata krama dan rasa hormat." Jawab Mayuzumi santai.

"Aku atau kau yang tidak punya tata krama? Biasanya, jika seseorang sedang berbicara dia harus menatap lawan bicaranya itu."balas Hana sengit

"Seharusnya, jika seorang bocah berbicara dengan orang yang lebih tua, dia harus berbicara dengan sopan."balas Mayuzumi lebih sengit. Hana mendelik saat laki-laki itu mendekat padanya, "Aku sudah berumur 22 tahun. Dan kau harus berbicara sopan padaku."ujarnya sambil menatap Hana tajam. Jarak mereka begitu dekat hingga gadis itu mencium aroma mint yang menguar darinya.

"Mayuzumi-senpai, sedang apa disini?" Hana menoleh dan melihat kakaknya, Reo sedang berdiri tepat dibelakang Mayuzumi.

"Mencari ketenangan agar tidak mendengar ocehan Nebuya dan Hayama. Tapi, sayang aku tidak menemukannya." Mayuzumi menatap Hana yang dibalas dengan tatapan sengit gadis itu.

"Kalian belum berkenalan ya? Hana, dia Mayuzumi Chihiro-senpai. Dulu kami satu SMA dan sekarang satu universitas. Dia juga bergabung di klub basket." Ujar Reo memperkenalkan Mayuzumi pada adiknya.

"Mibuchi Hana, kelas dua SMA, hajimemashite Mayuzumi-san."sapa Hana dengan ramah yang terlihat jelas palsu.

Tiba-tiba dari belakang Reo, Hayama datang "Hayama Kotarou, satu angkatan dengan Reo-nee. Juga teman satu klubnya sejak SMA. Hajimemashita."sapa laki-laki itu ceria

"Nebuya Eikichi. Sama seperti Hayama. Menurutmu bagaimana dengan ototku?" Hana mengerutkan alis melihatnya. Memang siapa yang peduli dengan ototmu? Gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba nafas Hana tercekat. Ia menatap laki-laki yang bersurai merah, mata heterochrome, dan ekspresi yang sangat dingin berdiri tepat dibelakang Nebuya. Merasa tatapan mata Hana tidak menatapnya, Reo berbalik dan melihat Akashi sedang dibelakang mereka.

"Namanya Akashi Seijurou. Dia adalah kapten klub kami sejak SMA hingga sekarang. Dia anggota paling muda diantara kami."ujar Reo.

Hana menatap Akashi. Tidak heran kalau laki-laki tanpa ekspresi itu menjadi satu-satunya anggota termuda diantara mereka. Gadis itu merasa, Akashi memiliki aura yang berbeda diantara mereka. Aura yang menuntut. Aura yang mampu membuat siapa saja tunduk padanya. Hana bahkan berjanji pada dirinya sendiri agar menjaga jarak dengan orang itu. Karena dia tahu akibat buruk akan terjadi padanya jika mencari masalah dengan Akashi.

"Malam ini mereka semua akan menginap di rumah kita. Tidak masalahkan?" Tanya Reo padanya.

Hana hanya mengendikkan bahu "Terserah saja." Hana beranjak dari tempatnya, dengan langkah anggun dan angin yang menerpa rambut panjangnya, ia masuk kedalam kamar dan mengunci pintu.

.

.

.

Hana begitu mengerjapkan matanya saat mendengar alarm yang berdenting di sebelah kasur tanpa ranjangnya. Dengan setengah mengantuk, gadis itu bangun dan mematikan alarm. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Hana meninggalkan kamarnya dan turun untuk sarapan.

"Ohayou Hana-chan~"sapa Hayama begitu Hana memasuki ruang makan.

"Ohayou mina-san."sapa Hana sambil membungkuk. Hana mengambil tempat diantara Reo dan Nebuya, dan Hayama, Akashi, Mayuzumi didepan mereka.

"Hana, kau tidur larut lagi? Sudah nii-san bilang kau harus tidur teratur."nasehat Reo sambil memandangi Hana yang sedang meminum segelas susu.

"Nii-san jangan mengoceh terus. Seperti perempuan saja"cemooh gadis bermanik kuning kehijauan itu.

"Dan kau berhenti berkelahi seperti anak laki-laki." Cemoohnya balik.

Akashi dan yang lain hanya sibuk mengunyah makanannya, terutama Nebuya sudah memakan nasi ke-4 nya.

Hayama menatap Reo dan Hana beragantian "kalian sangat mirip ya. Seperti kembar saja.."ujarnya

"Kami memang kembar."jawab Hana acuh

"EHHH?!"teriak Nebuya dan Hayama dan langsung menatap Reo meminta kejelasan

"Kami kembar. Hanya saja lahir disaat yang berbeda."ujarnya santai.

"Memang bisa seperti itu?"tanya Nebuya

"Kalau tidak bisa bagaimana mungkin kami lahir?" Tanya Hana ketus

Reo langsung menjitak kepala Hana "Tidak sopan, Hana." Gadis itu hanya bersungut-sungut.

Sekilas, Hana sempat melirik Mayuzumi yang tertawa sinis terhadapnya. Hingga membuatnya kesal dan mendelik.

"Hana. Jangan menatap orang seperti itu."tegur Reo lagi.

Hana bangkit dari duduknya "Aku pergi dulu. Semakin lama aku disini kepalaku bisa memar."ujar gadis itu sambil mengelus kepala belakangnya dan pergi.

"Hana." Panggil Reo. Gadis itu berhenti didepan pintu sambil menggerutu, berbalik, dan mengecup pipi Reo.

"Aku pergi nii-san. Jaa!" Hana melambaikan tangan dan menghilang dibalik pintu.

"Have a nice day, my sis!" Teriak Reo dari ruang makan.

TBC

I just wanna a review from reader. Thank you!