Hari ini entah mengapa banyak sekali kejutan yang Tuhan berikan untukku. Yang pertama aku melihat sendiri kondisi anakku yang mungkin terlihat sangat memprihatinkan, yang kedua aku harus menerima vonis dokter jika anakku hanya akan hidup selama 1 minggu jika tidak segera di tolong oleh ayahnya, dan yang terakhir, AKU MELIHAT LUHAN ADA DI RUMAH SAKIT INI

Aku yang baru saja keluar dari ruangan dokter Jung dengan mata yang masih sembab pun terkejut karna melihat 'dia' ada disini, tapi untungnya dia tidak melihat keberadaanku. Aku sedikit bersyukur dia tidak melihatku tapi entahlah aku ingin menghampirinya. Eh tunggu dulu, ada perlu apa dia ke Korea? Kerumah sakit ini? Siapa yang sakit?

"Hyung, kau ingin kembali ke kamar atau masih ingin melihat baby Daniel?"

"Bisakah kau memanggilnya Minhan jika kita di Korea?"

"Aku lebih suka Daniel, hyung"

"Ok, whatever Kai. Kembali kekamarku saja, aku ingin istirahat"

Kai mendoroang pelan kursi rodaku dengan pelan entah apa yang terjadi Kai berhenti didepan kamar seseorang yang pintunya sedikit terbuka, disana tampak lelaki yang tengah berbaring dengan mata terpejam, tentu saja aku tidak mengenal dia. Tapi sepertinya Kai mengenalnya

"Kai, kenapa berhenti?"

"Tidak hyung, ayo kita kekamarmu"

"Apa kau kenal dengan lelaki itu?"

Aku hanya mendongakan kepalaku tanpa menunggu jawaban dari Kai karna dia sedang mengusap kasar wajahnya yang tampak lelah dan mendenguskan nafasnya kasar. Sesampainya kami dikamar, Kai membantuku untuk menidurkan diriku di kasur

Kai lalu mendudukan dirinya di sofa yang ada dikamar ini dengan wajah sendunya ia mengusap pelan perutnya, jujur untuk saat ini aku tidak tau apa yang sedang Kai rasakan dan pikirkan. Hamper 6 bulan kami bersama dan selama itu pula kami selalu terbuka akan hal apapun.

"Kai" ia menoleh menghadap kearahku, aku tau dia sedang dalam keadaan yang tidak baik.

"Hyung, aku melihatnya, aku lihat dia hyung" ucap Kai dengan mata yang berkaca-kaca

"Dia siapa Kai?"

"Daddy dari baby ku hyung"

Apa! Bagaimana bisa ini terjadi? Aku bertemu dengan sibrengsek itu dan Kai juga melihat si brengseknya? Hollysh*t.

"Bagaimana bisa? Sebenarnya tadi aku melihat Lu-ups"

"Lu siapa hyung?"

Bodoh, aku hamper saja keceplosan, Kai tidak boleh tau tentang ini, dia bisa saja melakukan hal yang gegabah yang bisa menghancurkan pertahanan yang sudah aku bangun, pyuuuh

"Lusa, iyaa aku melihat Lusa sangat besar di taman tadi, huuft besar sekali dia" what? Lusa?

"Ehm hyung, sejak kapan kau jadi cadel?"

"Lupakan, kapan kau melihatnya Kai?"

"Tadi aku melihatnya terbaring dikamar inap 2 kamar dari sini hyung"

Apa-apan ini? Takdir senang sekali mempermainkan kita yang lemah dan rapuh ini. aku harap sih aku tidak akan bertemu lagi dengan sibrengsek itu, bahkan menyebut namanya saja lidahku menolak.

"Kai, aku tau kau kuat, ayo berjuang untuk anak kita. Kita lelaki kan? Tidak lemah? Kita memiliki 2 anak yang harus kita nafkahi dan kita beri kasih sayang kan? Yakinkan dirimu jika mereka yang pernah merusak kita tidak ada gunanya lagi untuk saat ini dihidup kita, okay?"

"Kau bijak sekali hyung, but ugh thanks bubz for your motivation"

"Yourwelcome my lovely bubz haha"

"hahaha"

.

.

Malam ini aku sedang duduk diam sambil menatap kearahnya terus merapalkan doa untuk anakku agar ia diberikan kesembuhan secepatnya walaupun bukan dengan bantuan yang dokter maksud kemarin. Jujur aku sendiripun takut dan tidak yakin jika bayiku akan bertahan lebih lama, tapi aku terus saja membuat spekulasi sendiri bahwa bayiku akan tetap hidup tanpa bantuin dari Dia.

"Sayang, tadi umma bertemu dengannya"

"Umma tidak tau apa yang dia lakukan disini, yang jelas umma takut jika dia bertemu denganmu dan akan mengambilmu dari umma"

"Biarkan umma egois. Dia bukan lagi bagian dari hidup kita sayang, kita tidak membutuhkan dia lagi so bertahanlah dan cepatlah sembuh. Umma sangat membutuhkanmu"

"Kau milik umma, dan umma hanya milikmu. Bahkan tuhanpun tidak akan umma perbolehkan untuk mengambilmu karna hanya kau yang akan membuat umma berarti didunia ini"

"Umma mencintaimu Kim Minhan"

Setelah puas 'mengobrol' dengan anakku, aku berjalan perlahan untuk kembali ke kamar. Saat jemariku sudah menggamit gagang pintu, ada tangan lain yang menggenggam tanganku, kutolehkan wajahku kearahnya dan hanya satu kata yang bisa aku ucapkan

"Keparat"

Dunia ini seperti berhenti berputar saat itu juga. Kenapa harus dia lagi? Dengan 7 miliyar manusia didunia ini dan berjuta-juta manusia di korea mengapa harus dia yang aku temui saat ini?

"Minseokkie, kau kah itu?"

Tangannya mulai merambat naik menyentuh pipi ku dan yeah bodohnya aku yang tidak bisa melakukan apapun sekarang. Bahkan untuk bernafas pun sulit. Jantung bodoh ini berdetak 5 kali lebih cepat dari biasanya, hey sadarlah!

"Hyung, aku baru saja membeli bua-h dan hey siapa kau?"

Bahkan Kai yang gegabah dan talkative pun hanya bisa bertanya 'siapa kau?'

"Minseokkie, aku rindu padamu"

"Tapi aku tidak merindukanmu! Ayo Kai kita masuk"

"T-tunggu!"

Dia menahan lenganku yang sudah akan menutup pintu kamar rawatku, aku harap aku tidak menimbulkan keributan disini.

"Hey lepaskan tangan hyungku, kau ini siapa sih?"

"Aku Luhan, pacar sekaligus calon suami Minseok"

Telingaku memanas mendengar ia mengucapkan kalimat fatal yang bisa membuatku meledak kapan saja. Kuarahkan pandangan kelamku kearah matanya yang menatapku dengan berbinar seperti tidak ada beban apapun yang tersimpan disana.

"Jaga mulutmu itu! Sejak kapan aku mengakuimu sebagai pacarku? Atau bahkan Calon suamiku? Berkacalah! Lihat siapa dirimu dan siapa diriku!"

Langsung saja aku menarik lengan Kai untuk masuk keadalam kamar rawatku dan menguncinya dari dalam. Kai mungkin saja masih shock dengan kejadian barusan, kuambil dua botol air mineral dan memberikannya pada Kai, lalu kuminum salah satunya

"Thanks, who is he? Luhan?"

"Ya, dia Luhan. Bajingan yang pernah aku ceritakan padamu. Makhluk yang pernah merusakku dan iblis yang pernah membuatku terpuruk begitu dalam dan lamanya"

"Gosh, aku tidak salah lihatkah? Yang aku lihat barusan ituu? Hyung apa kau baik-baik saja?"

"Tentu, apa yang perlu kau khawatirkan?"

Aku mendudukan diriku disamping Kai dan mulai menyandarkan tubuhku disandaran sofa.

"Dia datang hyung?"

"Iya dia datang, lalu kenapa?"

"Kau kuat?"

"Tentu saja, apa kah sekarang aku terlihat lemah?"

"Bagaimana dia datang?"

"Maksudmu?"

"Bagaimana kalian bisa bertemu barusan?"

"Aku baru saja kembali dari ruangan Minhan, saat aku akan membuka pintu kamar, tiba-tiba saja ada yang menahan jemariku lalu yah selanjutnya kau mengetahuinya kan?"

"Hyung, dia sudah disini. Apa kau tidak ingin melihat Daniel sembuh?"

Aku menatap kosong jendela kamar ku ini, ketakutanku semakin besar kala Kai mengingatkan ku tentang kesembuhan Minhan yang harus disegerakan. Bukannya aku tidak ingin anakku sembuh dalam waktu yang cepat, tapi ini tidak semudah yang kau kira.

"Ini sulit Kai"

"Apa yang sulit? Kau hanya perlu memberitahukannya perihal Daniel lalu dia bersedia mendonorkan darahnya, Daniel sembuh dan kita bisa hidup bahagia lagi tanpa memperdulikan Luhan atau siapapun"

"Hanya itu yang kau pikirkan Kai? Setting ulang otakmu dan pikirkan lagi saran yang bermutu untuk kau berikan padaku. Kau tau, aku bahkan tidak ada niat sedikitpun untuk memberitahu dia tentang Minhan"

"Ada yang salah dari kata-kataku?"

"Banyak, Kai apa kau tau? Kenapa aku tidak ingin memberitahu dirinya bahwa Minhan sudah lahir didunia?"

Kai hanya menggeleng lemah sambil menatap kearahku dengan tatapan yang seolah-olah bisa menghakimi apa yang akan aku lakukan atau aku katakana setelah ini

"Aku takut dia mengambil Minhan dariku"

"Akan kupastikan itu tidak akan terjadi, kita sudahi saja pembicaraan malam hari ini. so ,tidurlah hyung"

Kai lalu menuntuntun untuk bisa terbaring dikasur minimalis dikamarku ini dan Kai akan tidur di samping ranjangku karna dikamar ini ada 2 ranjang yang seharusnya didesign untuk 2 orang.

"Selamat tidur hyung dan jangan pikirkan apapun lagi untuk saat ini"

"Kau juga"

.

.

.

Pagi ini aku terbangun dengan kepala yang sedikit pusing, mungkin karna semalam saat Kai menyuruhku tidur aku tak langsung tidur melainkan memikirkan apa yang akan terjadi pada hari ini. Ku ambil handphone ku dimeja nakas dan memeriksa jam berapa sekarang, masih jam 7 dan Kai juga masih tertidur dengan pulas.

Entah ada perasaan apa ini, tiba-tiba aku ingin sekali mengujungi Minhan dan melihat bagaimana keadaannya. Segera aku bangun lalu mendorong tiang infusku keluar kamar, dilorong rumah sakit ini sudah banyak aktivitas yang dilakukan.

Ku arahkan kaki ku kearah ruangan dimana Minhan berada, saat aku sebentar lagi sampai didepan ruangannya, dengan perlahan ada kaki jenjang yang mendekat kearahku dan dibarengi dengan senyum yang menurutku dulu itu sangat mempesona. Ingat! Dulu!

"Sedang apa Kau disini hey?" bahkan dia dengan entengnya menyapaku tanpa ada beban apapun yang ada dipundaknya

"Bukan urusanmu"

"Err, Minseok-ah. Kau ke ruangan bayi untuk apa? Apakah ada saudaramu yang baru melahirkan?"

"Apa kau tak paham bahasa manusia? Apa kau tak mengerti kalimat 'Bukan Urusanmu?' apa kau tak mengerti apa yang aku ucapkan Tuan?"

"Bukan begitu maksudku. Minseok, bisakah aku tau dimana perutmu yang dulu membesar?"

Holly shit! Apa kah orang ini tidak bisa menghentikan ucapannya? Dan hey, ingin sekali rasanya aku menampar dan menyumpal mulutmu yang kecil namum berisik itu dengan botol infus.

"Apa pedulimu dengan hidupku? Kembalilah ke kekehidupanmu! Tidak usah kembali lagi kehidupku. Aku muak denganmu!"

"Tapi…"

"Pergi atau aku teriak disini dan mengatakan jika kau akan menculik bayi-bayi didalam sana?"

"Aku tidak akan pergi dari sini"

"Baiklah jika itu maumu. Tolong…! Ada orang asing yang memaksa untuk masuk ke ruangan bayi"

"Ok Ok tolong hentikan teriakanmu dan aku akan pergi. Tapi jangan salahkan aku jika aku akan kembali lagi besok"

Aku menatap nanar punggung yang dulu sering sekali menjadi sandaranku kala aku lelah dan pundak yang dulunya juga pernah memikul beban berat bersama denganku kini pergi menjauh karena ucapanku tadi. Bukannya aku tidak bisa memaafkan dia, hanya saja perasaanku mulai mati karena sikap dia dulu

Sebenarnya aku belum bisa melupakan dia sepenuhnya. Iya katakanlah aku ini munafik. Karena hati ini mulai terbiasa tanpa kehadiran dirinya disampingku, aku sedikit demi sedikit mulai membiasakan diri tanpa sentuhan-sentuhan darinya, membiasakan diri dengan keadaan diriku yang sekarang

Kuhapus air mata yang sempat turun dipipi ku, mengingat apa yang pernah kami lakukan dulu membuatku kembali ke masa dimana aku dan dia sedang bahagia-bahagia nya menjalani kehidupan ini berdua, saling melengkapi satu sama lain tidak terlintas dibenakku jika dia akan meninggalkan ku, yang kami tau, aku mencintai dia dan dia sangat amat mencintaiku

Saat kumasuki ruangan dimana bayiku ada disana, aku tertegun sesaat melihat anak yang sudah aku jaga selama 9 bulan di dalam perut yang selalu aku bawa kemana-mana ini harus bergantung pada incubator dan selang oxygen untuk bertahan hidup. Aku tidak tau sampai kapan ia dapat bertahan dengan keegoisanku ini. Aku hanya ingin, anakku dapat hidup tanpa ada bantuan sedikitpun dari ayahnya

Mengapa hidup anakku yang baru saja akan dimulai harus merasakan derita seperti ini, terjebak di kotak yang sempit dan tubuhnya yang harusnya bisa bebas bergerak sesuka hatinya, malah harus terlilit kabel laknat itu, ingin rasanya aku menggantikan posisi dirinya disana jika aku bisa, biarkan aku saja yang merasakan kesakitan yang ia derita.

Kupandangi bibir mungil yang sedang mangatup itu mirip seperti bibir ayahnya, hidung dan garis wajahnya pun seperti copy-an dari 'nya' yang tersisa hanya matanya saja yang sama persis seperti milikku.

"Bangun sayang, umma menunggumu. Ayo buka matamu lalu besok kita akan pergi dari rumah sakit ini, bukankah kau tidak betah disini? Katakan pada umma jika kau tidak sakit nak, kau sehat, kau tidak perlu bantuan dari orang lain, yang kau butuhkan hanya umma"

"Katakan jika ini anakku"

Suara yang beberapa menit lalu aku dengar, wajah yang tadi sempat aku pandangin dan wangi tubuh yang pernah memabukkanku kini sudah berada disampingku dan memandangi satu objek yang sama

Ingin rasanya aku berteriak disini, tapi sayangnya aku masih memiliki tata krama dan tidak ingin membangunkan anak-anak yang sedang tidur dengan pulas dengan suara teriakkanku

"Sedang apa kau disini!"

"Katakan jika dia memang anakku"

"Bukan, dia bukan anakmu! Dia anakku"

Tanpa mmperdulikan apa yang aku katakana barusan, Luhan mendekati meja dimana bayiku berada, Memandangi tubuhnya lalu naik ke wajah anakku. Ia pandangi lamat-lamat makhluk kecil yang ada dihadapnnya saat ini

Name : Kim Minhan / Daniel Kim

Mother : Kim Minseok

Date : 07 09 20xx

Luhan membaca name tag yang ada dibagian bawah meja incubatornya.

"Hei, benarkah kau anakku?"

Aku membiarkan moment ini terjadi begitu saja, aku ingin melihat apa yang akan Luhan lakukan selanjutnya. Tak akan aku larang ia mengatahui jika yang ada dihadapannya saat ini adalah benar benih yang ia tanam 10 bulan silam

"Kau tampan, hidungmu mancung, mata mu indah dan bibirmu mungil. Kau pasti anakku, Minseok-ah dia anakku kan? Katakan dia benar little Lu kan?"

Aku hanya mengangguk dengan wajah datar tanpa mengekspresikan apa yang aku rasakan saat ini tanpa berniat menjawab, jujur aku terharu melihat kejadian yang ada dihadapnku saat ini.

"Kenapa dia ada didalam sini? Apa yang terjadi dengan anakku"

"Hati-hati dengan kata-kata mu! Dia anakku"

"Terserah apa katamu, yang ingin aku tau hanya, mengapa dia ada didalam sana?"

"Pergilah, sudah berapa kali aku katakan jika ini bukan urusanmu! Kau tak untuk mengetahui semua hal tentang anakku!"

Dia memandang wajahku datar, lalu pergi tanpa mengucapkan apapun. tapi aku takut ia akan berbuat sesuka hatinya seperti mengambil Minhan dariku.

"Sayang, siapa yang datang barusan? Apa kau ingat baby, dia adalah ayahmu. Appa yang selalu kau rindukan dulu, entah lah umma tidak yakin kau akan mengingat suara nya"

Cahaya biru yang menguar bebas dari dalam incubator itu berganti warna menjadi putih, tentu saja aku tahu apa maksud dari lampu itu. Berfungsi untuk menghangatkan tubub anakku yang saat ini hanya terbalut kain di bagian vital nya saja

Kupandangi lagi tubuh mungil yang selama 9 bulan ini kubawa kemana-mana didalam perutku, dulu aku sempat malu karna memiliki perut besar, bisa jadi dikata orang aku busung lapar atau lelaki gendut dengan perut yang sangat buncit

"Minhannie, apa kau tidak ingin melihat dunia diluar rumah sakit ini sayang? Apa kau tidak ingin bermain bebas didalam kamarmu yang sudah umma hias dengan banyak mainan?"

Ku hapus pelan air mata yang melintas indah di pipi ku yang sekarang sudah lumayan tirus ini.

1 jam berjalan, aku masih saja betah berada disini, mengobrolkan beberapa hal dengan anakku, sudah beberapa kali saja suster dan dokter datang untuk memeriksa anakku.

Ibu mana yang tega melihat anaknya yang baru saja dilahirkan haru bergulat dengan penyakit yang (mungkin) saja bisa merenggut nyawanya kapan saja.

"Tuan Minseok, anda dipanggil oleh dokter. Jung keruangannya"

"Saya akan segera kesana"

Suster dengan rambut pendek yang ia gerai mendatangiku dan memberitahu jika aku harus emnui dokter Jung

"Sayang umma akan keluar sebentar yaa, Minhannie baik-baik disini ne. umma tak akan lama sayang"

Ku putar knop pintu ruangan ini dan langsung berjalan pelan ke ruangan dokter Jung yang berada di ujung lorong ini, mataku meneliti beberapa ibu muda sedang memberi anaknya susu dan sayng ayah hanya memperhatikan dengan seksama

Dulu aku sangat mendambakan moment seperti itu terjadi denganku, tapi sayang. Tuhan sudah mentakdirkan diriku agar kuat menerima cobaan hidup yang berat ini, dan sampailah aku di depan pintu dokter yang mebantuku melahirkan Minhan

Dokter dengan perawakan gagah dan masih terlihat muda diumurnya yang mungkin saja sudah setengah abad

"Saya Minseok dokter, bolehkah saya masuk" aku berucap pelan kala membuka pintu dan dokter jung sedang memeriksa beberapa document tebal yang berada diatas mejanya

"Oh iya, silahkan masuk dan silahkan duduk Minseok-ah"

"Baik dokter, ada apa dokter memanggil saja"

"Tentang Minhan"

Deg.

Ada apa lagi dengan anakku? Bukan kah ia tadi terlihat baik-baik saja didalam sana? Apa yang terjadi?

"A-Ada apa dok?"

"Dia harus segera mendapatkan donor dari golongan darah itu, jika tidak. Maaf sekali kami tidak dapat berbuat banyak, hanya dapat menunggu keajaiban apa yang Tuhan siapkan untuk anakmu yang sangat kuat itu."

"Memangnya tidak adakah yang bergolongan sama dengan anakku? Dokter, ada berjuta-juta manusia di kota ini tidak adakah yang sama?"

Katakana jika dokter ini sedikit gila. Dia pikir aku bodoh, milyaran manusia di bumi ini seharusnya ada yang bergolongan sama dengan Minhan.

"Memang, banyak yang bergolongan sama dengan anak anda, tapi jenis hormone yang sama itu lah yang harus kami dapatkan. Dan hanya ada di darah ayah atau ibu nya saja"

"Ambil darahku dokter, ambilah berkantong-kantong yang kalian butuhkan untuk anakku"

"Tapi maaf tuan, kami sudah pernah memeriksa darah anda dan hasilnya negative"

"Saya permisi"

.

.

Aku melangkah dengan putus asa, bukanya aku tak mau menyembuhkan anakku. Aku hanya tak ingin jika darah dia terlalu banyak mengalir di tubuh anakku. Katakan aku egois dan ibu yang jahat untuk anakku.

Aku masuk ke ruangan ku. Disana Kai dengan perutnya yang tidak terlalu besar sedang memainkan ponselnya tanpa berniat untuk mengalohkan pandangannya kearahku. Ku dudukan tubuhku disamping dirinya dan mulai lah setitik air mencelos dari mata musangku

"Kau kenapa hyung?"

"K-Kai…"

"Apa yang terjadi?"

Kai mulai menghapus jejak air mata di pipiku dan memelukku dan mengusap punggungku dengan lembut.

"Haruskah Minhan mendapatkan pertolongan dari nya?"

Aku berucap pelan kala air mata ini selalu meluncur dengan elok nya di mata ku tanpa bisa ku cegah.

"Jika aku jadi kau hyung. Kalau hanya itu cara yang bisa membuat anakku tetap hidup dan bisa tumbuh dengan baik untuk kedepannya. Akan kulakukan meskipun rasanya ketidak relaan itu muncul sebagai perisai untuk menghalangi nya"

"Kai. Terimakasih"

"Anytime hyung"

.

.

Jam sudah menunjukan waktu makan siang. Dan aku baru saja selesai makan dan meminum obat yang diberikan oleh mereka. Pikiranku masih saja mengawang, bagaimana jika darah dia terlalu banyak mengalir ketubuh anakku? Bagaimana jika nanti anakku akan lebih sayang dengan nya jika tau kalau darah ayahnya lah yang paling banyak di tubuhnya?

Mungkin saat ini aku harus menemui anakku, ku edarkan pandanganku ke koridor rumah sakit ini. tidak terlalu ramai aku rasa, ku dorong perlahan tiang infus yang masih setia menemaniku kemanapun aku pergi, Kai? Entah lah, kemana dia pergi yang jelas bukan menemui ayah dari bayinya

Saat aku ingin membuka pintu ruangan bayi yang biasa aku masuki ini. aku melihat dia. Dia sedang melihat dari kaca pembatas, dan di dalam sana ada anak yang masih ada didalam incubator yang mungkin saja senang saat dikunjungi oleh ayahnya

Ngilu rasanya hatiku saat melihat dia tersenyum kala menatap makhluk mungil didalam sana. Bukan ini yang aku mau sebenarnya.

Dan, tiba-tiba dia menyadari keberadaanku. Dengan cepat ku masuki ruangan itu tapi sayangnya, pintu kaca itu ia tahan dengan tangan kanan nya yang bebas. Aku ngin menjerit, tapi suaraku seperti tercekat dikerongkongan kala melihat matanya menatapku

"Minseokkie"

"…."

"Kau dengar aku?"

"…."

Aku masih bungkam, bertahan untuk tidak menjawab apa yang dia ucapkan

"Aku tau, ada 2 fakta yang harus kau ketahui. Yang pertama yang didalam sana itu anakku"

"…."

"Dan yang kedua, anak itu sedang membutuhkan darahku bukan?"

"Kau..."

Untuk saat ini jika bisa ingin kulenyapkan dirinya dari muka bumi ini. dari mana dia tau jika anakku membutuhkan darah nya.

"Tidak usah heran, sekarang bawalah aku keruangan dokter itu dan katakana jika aku bersedia mendonorkan darahku untuk anakku!"

"Lepaskan dan pergilah! Dasar keparat. Aku tidak membutuhkan darahmu sialan!"

"Kau tega melihat anak kita harus terbaring disana? Mempertaruhkan hidup dan matinya demi ibu yang egois seperti mu? Kau tega Minseok!"

"Aku…"

.

.

.

.

.

..

.

.

.

.

..

TBC…

Akhirnya setelah 1 tahun aku kembali:v. apa kabar ey, lama kagak ketemu. Baiklah gua bawa lanjutan ff yang udah using ini. maaf kalau memang gua nulisnya lelet. See u on next chapter or the new story. Byeee

051016

Weqlyshuo_kjie