A Man In Black

.

By. Zahra Amelia

.

Rate : M

.

Length : Chaptered

.

Cast : Cho Kyuhyun x Lee Sungmin

Other Cast : Kim Ryeowook, Kim Jongwoon, Kim Heechul, Kim Youngwoon, Shin Donghee, Park Junghoon, Park Jungsoo, Lee Hyukjae and others.

.

Genre : Romance/Friendship/Family

.

Disclaimer : KyuMin is Destiny

.

Warning : Boys Love, Yaoi, NC, Absurd, Monotone story, Failed Romance, OOC,

OC, miss typo(s) etc

.

Chapter 8

.

Don't Like Don't Read

Happy Reading n enJOY!

.

.

.

Hotel President Wilson. Hotel yang terletak di jantung Kota Jenewa, Swiss. Hotel yang menyuguhkan pemandangan spektakuler Danau Jenewa serta Mont Blanc atau Gunung Putih yang berada di pegunungan Alpen dan merupakan gunung tertinggi di Eropa Barat. Di sinilah Cho Kyuhyun memilih untuk menghabiskan malam pertamanya bersama pasangan hidupnya. Lee Sungmin.

"Tidakah semua ini terlalu berlebihan, Kyu?" Sungmin menatap keluar jendela kamar, menikmati pemandangan menakjubkan Kota Jenewa yang entah mengapa tidak membuatnya jenuh. Pemandangan kota yang berbeda dengan Tokyo ataupun Seoul, di mana bangunan-bangunan yang berdiri rata-rata bergaya klasik Eropa kuno, meskipun Jenewa adalah kota kedua terpadat di Swiss setelah Zurich. Dan seingatnya Jenewa merupakan pusat seluruh diplomasi dunia dan kerjasama internasional, karena di kota inilah terdapat sejumlah organisasi internasional, termasuk markas besar banyak badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Red Cross.

Gerakan tangan Kyuhyun yang tengah memilah minuman beralkohol di mini bar itu sejenak terhenti. "Kau tidak menyukainya?" Pilihannya jatuh kepada Pinot Noir yang berasal dari Burgundy, salah satu wilayah penghasil wine terbaik di Prancis.

Disandarkannya tubuhnya di kaca jendela, fokusnya beralih ke arah Kyuhyun sepenuhnya. Pria itu kini hanya menggunakan kemeja putih yang di gulung hingga siku, dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terlepas. "Aku menyukainya. Sangat. Hanya saja sepertinya semuanya sangat berlebihan. Pesawat Jet pribadi, Kapal Pesiar, bahkan kita menginap disalah satu hotel termahal di dunia saat ini. Ini benar-benar menakjubkan, sungguh."

Jemari itu dengan terampil membuka tutup botol wine yang tengah dia pegang, sebelum menuangkannya ke dalam dua buah gelas Burgundy, gelas yang sesuai dengan asal dari wine itu. "Bagiku tidak masalah asal kau menyukainya." Ditatapnya sekilas pemuda manis itu, lalu kembali pada cairan sepekat darah yang perlahan mengisi gelas, berbentuk menyesuaikan dengan wadah.

Seulas senyum tulus menghiasi wajah cantik Sungmin. "Terima kasih untuk semuanya. Aku merasa sangat istimewa."

Kaki jenjang itu melangkah perlahan. "Kau memang istimewa." Disodorkannya salah satu gelas yang dia pegang ke arah Sungmin. "Cheers."

"Cheers." Dua buah gelas itu berdenting merdu. Sungmin mengoyangkan gelasnya lembut, menghirup wanginya, sebelum menyesap cairan merah pekat itu perlahan. "Seleramu memang bagus."

Tawa ringan terlontar dari mulut Kyuhyun. "Terima kasih."

Gelas itu kembali bergoyang perlahan, menyebabkan isinya ikut bergerak sesuai gerakan tangan si pemegang. "Bagaimana jika kita bermain?"

Bibir gelas yang hendak mencapai mulutnya itu terhenti sejenak ketika mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut pemuda manis di hadapannya. "Apakah definisi bermain yang kau maksud sama denganku?" ucapnya setelah menyesap cairan merah pekat itu.

Sungmin mengangkat bahunya acuh. Dia melangkahkan kakinya ke arah ranjang berukuran king size, sebelum mendudukan diri di atasnya. "Kita harus memanfaatkan fasilitas yang disediakan di sini dengan sebaik mungkin, bukan?"

Kyuhyun tersenyum miring. "Tentu saja."

Disesapnya wine di gelasnya, meski maniknya tak lepas memaku manik segelap malam milik pria tampan itu. "Kalau begitu kau pasti tidak keberatan bermain denganku?"

Pria tampan itu berjalan ke arah Sungmin, diangkatnya dagu pemuda manis itu seraya mengusap lembut bibir bawah Sungmin dengan ibu jarinya begitu dia sampai di hadapannya. Maniknya berkilat tajam. "Jadi, bisa kita mulai permainannya?"

Sungmin meletakkan gelasnya di atas nakas, lalu bangkit dari duduknya. Dia tersenyum seduktif seraya berbisik tepat di telinga pria itu. "Ya. Dan kita lihat seberapa hebat kemampuanmu dalam memasukkan bola."

Salah satu alis pria itu terangkat, dia menatap Sungmin penuh tanya.

"Ayo bermain Biliard."

Dia tersenyum geli ketika mendengar ajakan pemuda manis itu. Dasar kelinci berbulu rubah, jadi sedari tadi pemuda manis itu menggodanya hanya untuk mengajaknya bermain Billiard. Setelah ini jangan harap kau bisa kabur lagi kelinci manis, karena kau sudah membangunkan serigala yang tertidur, bathinnya. Dia melangkah mendekati Sungmin. "Jadi, kau mau mengetes kemampuanku dalam hal memasukkan bola?"

Pemuda manis itu tersenyum tipis, dia bersedekap seraya menyandarkan tubuhnya pada meja Biliard. "Kita akan bermain satu babak dengan 9 Bola, dan kita buat permainan ini menjadi lebih menarik."

Ditatapnya pemuda manis itu dengan sorot mata bertanya. "Maksudmu?"

Sungmin mengambil salah satu bola Billiard. "Satu sentilan di dahi jika kau gagal. Hukuman kuno memang, tapi menyenangkan." Dilemparnya bola itu ke atas, sebelum menangkapnya kembali. Seulas senyum tipis terlukis di bibir mungilnya. "Bagaimana kau tertarik?"

Kyuhyun mengambil salah satu stik. "Hanya itu saja peraturannya?"

"Ya." Dia menyusun bola-bola di atas meja Billiard itu menjadi bentuk wajik (diamond). Dalam permainan 9 Bola, bola yang digunakan adalah bola Billiard yang bernomor 1 sampai 9, di mana nomor terbesar yaitu 9 diletakkan di tengah-tengah sedangkan ke delapan bola lainnya di susun secara acak. Sungmin meletakkan bola nomor 1 di paling atas, dikuti bola nomor 4 dan 8 di bawahnya, lalu bola nomor 2, nomor 9, dan nomor 5, kemudian bola nomor 3 dan 7, dan yang terakhir adalah bola nomor 6. Tak lupa bola berwarna putih yang digunakan sebagai cue ball. "Atau kau ingin menambahkan?" tanyanya begitu dia selesai menyusun bola-bola itu.

"Tidak. Apa hukuman bagi yang kalah?"

Sungmin tak kuasa menahan seringainya. "Bagaimana dengan tidak ada kontak fisik selama satu malam."

"Lalu, hadiah bagi si pemenang?"

"Apapun yang diinginkan."

Manik segelap malam itu berkilat. "Baiklah. Meski aku tidak begitu yakin bisa mengalahkan pemain yang berhasil masuk sepuluh besar di kejuaraan Billiard se-Jepang tahun lalu."

Sebelah alis pemuda manis itu terangkat. "Dari mana kau mengetahuinya?"

"Aku bahkan bisa mengetahui siapa saja wanita yang pernah tidur denganmu jika aku mau," ujarnya santai.

Ditatapnya pria tampan itu malas. "Baiklah, Tuan Serba Tahu. Bisa kita mulai sekarang?"

"Oke, lalu siapa yang mulai duluan?" tanya Kyuhyun.

Tangan Sungmin terkepal. "Kai, bai, bo."

Mereka berujar bersamaan. "Kai, bai, bo."

Sungmin mengeluarkan kertas, sementara Kyuhyun gunting.

"Aku kalah. Harusnya aku memakai batu tadi bukannya kertas," ujarnya serya memberenggut lucu.

Senyum geli terlukis di bibir Kyuhyun begitu melihat ekspresi Sungmin. "Percayalah, sayang. Kau nanti pasti lebih menyukai gunting dibanding batu atau kertas."

Dan senyum itu semakin lebar begitu dia melihat rona merah samar terpoles di pipi Sungmin. Dasar pervert.

Pertandingan keduanya berlangsung cukup alot. Waktu kini semakin merangkak naik, bahkan sudah hampir tengah malam. Pria tampan itu tidak bisa diremehkan, meski secara kemampuan dan pengalaman pemuda manis itu jauh di atasnya. Dalam permainan 9 Bola, pemain diharapkan memasukan bola dengan nomor terkecil yaitu 1 hingga yang terbesar yaitu 9 secara berturut-turut.

Sungmin menghembuskan napasnya pelan, fokusnya kini sepenuhnya ada pada bola bernomor 9. Jika dia berhasil memasukkan bola ini maka permainan akan segera berakhir dan dialah yang akan menjadi pemenangnya. Waktu seolah berjalan lambat, jantungnya berdegup lebih cepat, maniknya dengan tajam mengunci sudut bola, sebelum stik Biliard itu mencumbu bola, membuat bola itu bergulir, bergesekan dengan alas meja, dan akhirnya masuk sempurna ke dalam lubang. Dia menahan napas sejenak, matanya membelalak, sebelum sebuah senyum merekah di bibirnya. "Masuk," teriaknya senang. "Aku menang," tambahnya. Permainan ini akhirnya berakhir dengan kemenangannya meski jidatnya kini berwarna merah senada dengan warna yang tercetak di jidat lebar pria tampan yang telah resmi menjadi suaminnya itu.

Kyuhyun menghela napas seraya bersedekap. "Jadi, malam ini aku harus puas hanya dengan menyodok bola."

Sungmin terkekeh samar mendengar ucapan Kyuhyun.

Kaki jenjang itu melangkah ke arah Sungmin, dicondongkan tubuhnya seraya berbisik halus di telinga pemuda manis itu. Ditekan sekeras mungkin keinginannya untuk merengkuh sosok manis di hadapannya itu. "Apa yang kau inginkan sebagai hadiahmu, sayang?"

Mata Sungmin menatap seduktif. "Kau." Sudah saatnya mengakhiri permainan dan masuk ke permainan inti, dia sudah cukup puas untuk sedikit bermain-main dengan pria tampan ini, salahkan Kyuhyun dan semua kejutannya yang membuatnya nyaris mati karena terlalu bahagia. "Aku menginginkanmu." Nada suaranya ringan, seolah tidak terganggu dengan tatapan yang ditunjukan Kyuhyun kepadanya.

Dia menatap lekat sosok di hadapannya. Kedua lengan pucatnya merengkuh tubuh sintal itu, hingga mereka hanya dipisahkan oleh kain tipis yang masih melekat di tubuh keduanya. "Dengan senang hati, My Prince," bisiknya kembali ke telinga pemuda manis itu, seraya menggigitnya pelan, lalu digendongnya tubuh itu, tujuannya hanya satu. Ranjang king size yang berada tak jauh dari jangkauannya.

.

.

.

Diletakkannya kedua tangannya tepat di dada sosok yang berada di atasnya, menahan sosok itu untuk berbuat lebih jauh ketika sebersit rasa gugup perlahan menjalar ke tubuhnya. "K-Kyu. Mungkin sebaiknya aku membersihkan tubuhku terlebih dahulu."

Kyuhyun tersenyum lembut. "Tidak perlu, wangi tubuhmu enak. Aku menyukainya."

"Tapi" ucapannya terhenti. Ditatapnya lekat manik segelap malam itu. Manik yang menunjukan beberapa emosi di dalamnya. Cinta. Hasrat. Harapan. Ingin tahu. Pemuda manis itu bahkan seolah bisa melihat ekspresi wajahnya lewat kedua manik yang tengah balas menatapnya itu. Hingga saat pria itu menyingkirkan tangannya dengan lembut dan kembali mencondongkan tubuhnya, Sungmin tak kuasa menolak.

Bibir Kyuhyun bergerak mencium kening Sungmin, kemudian ke bagian pelipis, pipi, hingga rahang pemuda manis itu. Pun jemarinya ikut bergerak menyentuh dada yang masih berlapis kain itu.

"Kyu... hyun..." lenguh Sungmin pelan. Seluruh tubuhnya berkonsentrasi pada kedekatan mereka. Dia bisa merasakan hawa panas yang semakin menjalar. Hanya sentuhan ringan, namun sanggup membakarnya. Semuanya terasa lambat. Dia menginginkan Kyuhyun. Menginginkan ciumannya. Dia ingin pria itu melahapnya dengan bibir dan lidahnya. Tubuhnya bergetar samar, dia takut namun menginginkannya dan tak berdaya.

Kyuhyun menghentikan cumbuannya, menatap tajam pemuda manis di bawahnya seraya tersenyum. Mencari tahu.

Sungmin merasakan percikan hasrat menyelubunginya. Tatapan Kyuhyun seperti minyak panas yang mengalir perlahan ke tubuhnya, licin dan sangat panas. Mengobarkan api di dalam dirinya.

Lidah pria itu menjilat ringan bibir Sungmin, belaian paling sederhana. Menggoda. Sebelum kedua belah bibir itu kembali bertaut. Saling menyapa, malu-malu sebelum berpagut mesra. Saling mendominasi, hingga benda tak bertulang itu ikut bergabung, menari dalam satu harmoni, diiringi lenguhan yang menjadi musik bagi keduanya. Rasanya menakjubkan. Bahkan memabukkan bagi keduanya. Tidak ada lagi keraguan. Tidak ada lagi rasa takut. Hanya keinginan untuk saling memiliki. Pun tautan itu terlepas, menyisakan sebenang tipis saliva yang menghubungkan bibir keduanya.

Kyuhyun bergerak begitu berhati-hati dan pelan. Bibirnya beralih ke telinga Sungmin, menyusurinya dengan lidahnya sebelum beralih ke leher pemuda manis itu. Mencumbunya dan memberikan jejak kepemilikan di sana.

Lenguhan pelan kembali mengalun dari bibir Sungmin. Lehernya selalu sensitif akan sentuhan sensual. Napasnya bergetar saat dia merasakan bibir Kyuhyun menyesap kuat kulit lehernya kemudian mengelus dengan lidah ahlinya, membuat tubuhnya menggeliat samar.

Bibir pria tampan itu kini beralih ke dada pemuda manis yang berada di bawah kungkungan tubuhnya, menjilatnya, lalu menciumnya lembut, hingga kemeja yang melapisinya basah dan mencetak dengan jelas dada ranum itu.

Tubuh Sungmin menggeliat, bibirnya tak hentinya melenguh mendapati sentuhan pasangan hidupnya itu. Inikah rasanya menjadi seorang yang didominasi? Bathinnya. Dia tidur dengan banyak wanita dan memenuhi kebutuhan mereka hingga rasanya mengagumkan ketika mendapati seseorang yang benar-benar peduli akan kepuasannya.

Kyuhyun menyeringai mendapati keadaan Sungmin, wajah pemuda manis itu begitu sensual dengan rona merah yang menghiasi pipi, bibir merah membengkak, napas bergetar, dan beberapa helai rambut yang menempel di dahi. Dia tak kuasa menahan godaan yang tersaji di hadapannya, diklaimnya kembali bibir seranum apel di bawahnya, dengan jemarinya yang kini ikut bergerak membuka satu demi satu kancing kemeja Sungmin. Dia terus menekan, telapak tangannya diusapkan ke dada pemuda manis itu, tanpa penghalang, sebelum jemarinya menyentuhnya, membuat dada itu mengeras.

"Lepas bajumu," geram Kyuhyun dengan suara parau.

Napas Sungmin memburu, dadanya naik turun. Dia mengangguk pelan, sebelum dengan perlahan bangkit dan melepaskan kemeja yang kini hanya menutupi sebagian tubuhnya. Sementara itu prianya ikut membantu melepaskan celana yang dikenakannya, hingga yang tersisa kini hanya kain yang menutupi miliknya. Lalu, ketika tubuhnya kembali tak berdaya di atas ranjang, dia memalingkan wajahnya yang terasa panas dan terpoles rona merah jambu ke samping, merasa malu untuk menatap sosok dominan di atasnya.

"Lihat aku, Sungmin." Nada suara Kyuhyun memberat karena tekanan hasrat. Tubuh Sungmin benar-benar menggoda, berisi dan ranum. Sebelah tangannya menangkup pipi Sungmin, dia ingin wajah manis itu menatapnya. Melihat kesungguhannya. Gairahnya.

Sungmin melihat manik segelap malam itu berkobar, melahap semuanya. Seharusnya dia merasa malu atau bersemu akan tatapan yang diberikan Kyuhyun kepadanya, tapi tidak. Dia justru merasa didambakan. Diinginkan. Menggairahkan. Kuat.

"Kau indah. Aku menginginkanmu." Mulut Kyuhyun kembali berkutat di dada Sungmin, mencium dan menyentuhnya. Dari ciuman ringan hingga sedikit kasar, mengulum serta mengigit hingga dada itu memerah dan membengkak. Lalu lidahnya bergerak ke bawah, menyusuri perut, sesekali mececap guna memberikan tanda.

"Oh... Kyu... hyun." Sungmin tak kuasa menghentikan lenguhannya. Dia kacau, nyeri, basah, dan begitu ingin menyentuh tubuh Kyuhyun. Tapi, ketika dia mencoba meraih tubuh pria itu, dengan lembut Kyuhyun meraih pergelangan tangannya. Pria itu masih ingin memanjakannya.

Cumbuan itu terhenti ketika dia mencapai paha dalam pemuda manis itu. "Merah muda," ucap Kyuhyun seraya tersenyum jahil. Jemarinya menyusuri milik Sungmin dari luar pakaian dalamnya, hingga membuat pemuda manis itu mengerang. "Seperti yang aku duga."

"Aku suka warna ini," aku Sungmin dengan napas yang memburu.

"Ya, cocok untukmu. Meski aku kira kau akan memilih warna hitam."

Sungmin tersenyum nakal. "Lain kali aku akan menggunakan warna hitam kalau begitu. Aku menyukainya juga."

"Ya, kau bisa mengubah ini kapanpun kau mau, bukan?"

"Tentu saja. Kenapa?"

Kyuhyun meraihnya dan dengan tangkas melepaskannya. "Aku juga menyukainya. Tapi, ini menghalangiku." Dilemparnya asal penghalang satu-satunya yang terisisa itu, hingga kini tubuh sintal itu telanjang sepenuhnya. Tatapannya tajam dan berkilat, bak pemburu yang berhasil memerangkap mangsanya.

Tubuh Sungmin tersentak ketika Kyuhyun menunduk, memisahkan kedua pahanya dan menguburkan wajahnya di antaranya. Lidah pria itu bergerak perlahan membelai miliknya yang membengkak dan terbakar. "Henti...kan.. ahh..." dia meremas rambut Kyuhyun dengan kedua tangannya, mencegah pria tampan itu bergerak lebih jauh.

Kepala Kyuhyun terangkat. Dia mengambil lube yang sudah dia persiapkan sebelumnya, kemudian melumuri jarinya. "Aku ingin menyentuh dan mencicipi setiap inci tubuhmu. Diam dan nikmati saja, Minimi," ujarnya dengan suara parau, dia kembali menekan Sungmin, menikmatinya, satu jarinya perlahan masuk ke dalam sana, bergerak keluar masuk, sementara lidahnya kembali mengelilingi dan menggoda milik pemuda manis itu, membawanya pada kenikmatan yang semakin tinggi.

Mulut mungil itu tak hentinya mengerang, tangannya meremat sprei di ranjang hingga kusut ketika dia merasakan Kyuhyun menambah satu jarinya di bawah sana. Dia mengangkat dan menekan pinggulnya, meminta lebih, berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap kali dia merasa akan meledak, Kyuhyun akan menahan dirinya dan bermain dipuncaknya, di mana dia benar-benar meleleh.

Kyuhyun menggeram samar, dia sendiri hampir mencapai batasnya. Di bawah sana semakin terasa sempit dan sesak. Gerakannya semakin cepat, mengulum dan menghisap, hingga akhirnya pemuda manis itu meledak seraya berteriak memanggil namanya.

Tubuh Sungmin bergetar liar sementara Kyuhyun masih belum melepaskannya, kedua jari milik pria itu terus bergerak menggoda titik kenikmatannya sementara mulut itu menghisapnya selama tubuhnya mengejang. "Kyu... nngh... cukup..." Dia sudah terlalu sensitif dan tak berdaya untuk menahan pria tampan itu dan membuatnya berhenti. "Kumohon...ahh...nngh..." ujarnya ketika miliknya kembali mengeras.

Perlahan, Kyuhyun membebaskan Sungmin dan mundur, maniknya berkilat memperhatikan tubuh sintal di bawahnya yang masih bergetar samar. Dia membuka pakaian yang dikenakannya dengan tergesa, tidak memedulikan beberapa kancing yang ikut terlepas, melemparnya asal, pun celananya yang kini ikut teronggok tak berdaya di lantai. Dia membaringkan tubuh telanjangnya di atas tubuh Sungmin, merasakan kulit telanjang mereka yang menyatu, panas dan sarat akan kebutuhan. Hingga rahangnya mengeras dan desahan meluncur dari bibirnya ketika merasakan jemari milik pemuda manis itu menjelajahi kulit pucatnya, bahunya, dadanya, terus turun ke perut dan semakin ke bawah, hingga berhenti ketika menemukan apa yang tengah dicari olehnya, lalu mulai menggenggam dan membelai miliknya yang bengkak dan keras.

"Oh... Sungmin..." erang Kyuhyun, maniknya terpaku pada pemuda manis di bawahnya. "Oh, Tuhan. Kau tidak tahu betapa aku menginginkanmu." Dia semakin tak kuasa menahan gairahnya ketika tangan hangat itu berpadu dengan rasa dingin lube yang melumuri miliknya yang terbakar.

"Aku juga menginginkanmu. Buat aku jadi milikmu seutuhnya." Tangannya berhenti bergerak. Dia memandu Kyuhyun ke tempat di mana mereka akan menyatu.

Kyuhyun bergerak dengan perlahan dan hati-hati, takut menyakiti pemuda manis itu. Meskipun Sungmin sudah berpengalaman, tetapi ini pengalaman pertamanya dengan seorang pria sama sepertinya. Dia ingin pengalaman pertama mereka tak terlupakan.

Sungmin merasakan milik Kyuhyun, yang tidak terhalang apapun perlahan tenggelam di dalam tubuhnya. Penuh kendali, tapi membuatnya terkesiap. Hingga rasa sakit yang menyengat menyentaknya, membuat tubuhnya mengejan. Dia mencengkeram pundak Kyuhyun, hingga kukunya menancap di kulit pucat itu.

"Rileks... sayang... aku tidak akan menyakitimu." Menyadari kesakitan yang mendera Sungmin, dia kembali mencumbu pemuda manis itu, mencium bibir ranum Sungmin dengan lembut. Jemarinya berkelana di tubuh sintal itu hingga berhenti di pinggul pemuda manis itu. Menahannya.

"Nngh... Kyu... hyun..." Napasnya tersengal. Dia menatap Kyuhyun di atasnya. Pria itu menatapnya tajam, maniknya berkabut, napasnya terengah, dan wajah merah mengkilat, membuatnya tampak jantan dan liar.

"Buka dirimu untukku, sayang," geram Kyuhyun ketika Sungmin akhirnya menyambutnya sepenuhnya. Kulit bertemu dengan kulit. Dia mulai bergerak dengan belaian terkontrol, mendorong dan menekan. Tatapannya mengunci wajah pemuda manis di bawahnya, menilai setiap ekspresi yang dia timbulkan akibat setiap gerakannya.

Dengan beberapa dorongan tubuhnya menyerah, mulai terbiasa dengan milik pria yang tengah bergerak menggesek di bawah sana meski rasa sakit tetap terasa, tapi tak dipungkiri jika dia mulai menerimanya. Menikmati ketika milik Kyuhyun meluncur keluar masuk di dalam dirinya. Hingga ketika pria itu berhasil menemukannya. Sungmin menjerit. Nikmat. Tubuhnya melengkung bak busur. Rasanya seperti menghirup napas setelah lama menahannya, bahkan lebih hebat dari itu.

Geraman keluar dari mulut Kyuhyun. Sekujur tubuhnya terasa nyeri. Sungmin begitu ketat, panas, dan nikmat, mencengkeram miliknya di bawah sana. belaian terkontrol itu meningkat lebih liar, keras dan ganas. Gerakannya semakin cepat, namun tepat menyentuh titik yang mampu membuat pemuda manis itu kehilangan dirinya.

Keduanya kehilangan kendali, bergerak seirama sesuai dengan ritme, seperti ini bukan pertama kali mereka menyatu. Mereka tak mampu lagi berpikir logis, selain pemenuhan akan kebutuhan yang semakin meningkat, yang melahap dan membakar tubuh mereka hingga tak bersisa.

"Sungmin...ohh..."

"Kyu... hyun... ohh... a-aku... hampir... ahhh..."

"Sedikit... lagi..."

Sungmin menginginkan pemenuhan, bibirnya tak hentinya mendesah, cengkeraman ototnya menguat. Kakinya melingkar di pinggul Kyuhyun.

Kyuhyun tersentak saat merasakan Sungmin semakin menjepitnya. Pemuda manis itu hampir mencapai batasnya. Manik segelap malamnya tebakar gairah primitif. Miliknya menghentak semakin kuat dan tepat. "Meledaklah sekali lagi untukku, Sungmin," geramnya parau dengan napas terengah. "Meledaklah hanya untukku."

Kata-kata Kyuhyun seolah menghipnotisnya, dia mendesah keras ketika gelombang kenikmatan membawanya hingga puncak, meledakkannya menjadi potongan-potongan yang berkilauan, menerjunkannya ke tepian ekstasi yang memabukkan. Rasanya luar biasa. Seperti dipecahkan kemudian dibuat kembali.

Ekspresi wajah Sungmin sungguh tak tergantikan. Satu hentakan terakhir. Kyuhyun mendorong miliknya dengan keras, menggeram nikmat saat dia mencapai pelepasan di dalam tubuh Sungmin, pelepasan yang terasa begitu dashyat, tubuhnya bergetar penuh kepuasan, hingga dia seolah-olah terhanyut dalam pusaran gairah yang terus menerus menghantamnya tanpa henti. Menenggelamkannya hingga dasar.

Mereka saling menatap, saling mencuri napas. Dengan gurat kepuasan yang terlukis di wajah keduanya. Sungmin masih merasakan senasi didominasi, di penuhi. Rasanya hangat, lembut, serta membuatnya kehabisan napas.

Senyum lembut terlukis di bibir penuh pria tampan itu. Dengan tubuh gemetar akibat pelepasan, dia dengan lembut melepaskan dirinya. Tubuhnya ambruk ke samping pemuda manis itu, terlentang, berkeringat, kelelahan, namun luar biasa puas dan bahagia.

Sungmin berbalik menghadap Kyuhyun, jemarinya membelai rambut pria itu, mengagumi kulit pucat mengkilatnya. "Kau luar biasa. Aku tidak menyangka ini pengalaman pertamamu," ucapnya.

Kyuhyun ikut berbalik menghadap Sungmin, manik segelap malamnya yang tajam dan agak berkabut, menatap manik kecoklatan Sungmin yang berkaca-kaca. "Apa kau baik-baik saja? Apa aku terlalu kasar tadi?"

"Aku baik-baik saja," ujarnya seraya tersenyum. "Sudah kubilang, bukan, kau luar biasa," tambahnya.

Kyuhyun mendesah lega. "Syukurlah. Kau juga hebat, sayang. Ah, aku benar-benar mencintaimu."

"Aku juga."

Lengan pucat itu memerangkap tubuh Sungmin. "Tidurlah. Kau pasti lelah." Dikecupnya lembut kening pemuda manis itu.

Sungmin mengangguk pelan. Menyamankan diri dalam pelukkan Kyuhyun. "Nyanyikan sebuah lagu untukku."

Suara Kyuhyun semakin lama semakin meredup, layaknya Kota Jenewa yang hanya terpisahkan oleh sebuah sekat kaca, kerlip cahayanya semakin memudar dan semuanya menggelap.

.

.

.

Kyuhyun tersenyum lembut memandang sosok yang masih tertidur pulas itu, mungkin kegiatan semalam benar-benar menguras tenaga Sungmin, jemarinya tak henti membelai lembut wajah manis itu. "Bangun, sayang," bisiknya mesra.

Sungmin merasakan sesuatu yang sejuk membelai wajahnya, dia mengernyit, merasa tidur nyenyaknya terganggu. "Sebentar lagi, eomma," gumamnya, dia membalikan tubuhnya hingga kini posisinya memunggungi Kyuhyun. Oh, ayolah dia benar-benar lelah dan ingin tidur sebentar lagi.

Pria tampan itu terkekeh samar. Pemuda manis itu tengah mengigau. Maniknya berbinar jahil mendapati selimut yang dikenakan Sungmin kini merosot hingga pinggul. Seringai nampak di bibirnya, sebelum belahan sewarna mawar merah itu menghujani punggung telanjang Sungmin dengan kecupan ringan.

"Aishh... Cacao... hentikan..." Sungmin menggeliat, dia mengibaskan tangannya ke belakang, bermaksud mengusir pengganggu yang sedari tadi mencoba membangunkannya. Tanpa berniat membuka matanya sedikitpun.

Ditangkapnya tangan itu, lalu dikecupnya satu persatu jemari itu lembut. "Ini sudah hampir siang, Minnimi. Ayo, bangun, sayang."

Pemuda manis itu menggeram samar, dia tidak suka tidur nyenyaknya diganggu. Kesadarannya masih berkabut, hingga dia menyentak tangannya, menyebabkan sosok yang tengah memegang tangannya itu kehilangan keseimbangan. Kesalahan besar.

"Kau bermaksud menggodaku!?"

Suara bass itu mengalun menggoda membangunkan sepenuhnya dari alam bawah sadarnya. Maniknya sepenuhnya terbuka, membelalak, ketika mendapati sosok itu adalah Kyuhyun. Suaminya. Pasangan hidupnya. Tengah menyeringai ke arahnya. Dia kini sudah sadar sepenuhnya. "A-aku, tidak!" ujarnya gugup.

"Aku tidak keberatan mengulang kegiatan kita semalam." Nada suara Kyuhyun memeberat.

Pipi Sungmin bersemu lucu. "Well, yeah... aku bangun, oke, dan bisa kau terlebih dahulu menyingkir? Kau berat."

Kyuhyun tertawa ringan, dia mengecup dahi Sungmin seklias, sebelum beranjak dari atas tubuh pemuda manis itu lalu duduk di atas ranjang. "Mandilah. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu."

Manik Sungmin menatap Kyuhyun, pria itu mengenakan jubah mandi dengan rambut yang masih setengah basah, wajahnya terlihat segar dan tetap tampan meski gurat kelelahan terlukis di sana. Pipinya memanas. "Sepertinya kau sudah mandi. Oh, ya, jam berapa sekarang?"

"Jam 11. Kita melewatkan sarapan. Aku akan memesan makan siang untuk kita. Ada pesanan khusus?"

Sungmin menggeleng pelan. "Aku pemakan segala."

Kyuhyun tersenyum jahil. "Yeah. Kau semalam begitu bersemangat menelanku."

Jika saja wajah Sungmin bisa lebih merah padam dari ini, itu akan menunjukan betapa malunya dia dengan kata-kata yang Kyuhyun lontarkan. Dia memukul pelan paha pria itu seraya menggumamkan kata-kata tak beraturan karena gugup.

Pria tampan itu menyentil pelan hidung Sungmin, sebelum beranjak dan berdiri di samping ranjang. "Mandilah. Atau kau mau kumandikan?"

Sungmin memutar bola matanya. "Tidak perlu." Dia beranjak duduk. Dahinya mengernyit merasakan rasa pegal dan sakit yang menyengat di bagian pinggangnya.

Manik segelap malam itu dengan setia menangkap setiap ekspresi pemuda manis itu. Berkilat tajam ketika mendapati gurat tak nyaman yang terlukis di sana. "Kau baik-baik saja?"

"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja."

Tatapannya menajam. "Kau yakin?" tanyanya ragu.

Senyum tipis terlukis di bibir mungil Sungmin. Dia mengangguk pelan lalu membungkus tubuhnya dengan selimut, sebelum beranjak dari kasur. "Aw..." rintihnya. Tangannya memegang pinggulnya seraya meringis ketika dia mencoba untuk berdiri.

Kyuhyun memegang bahu Sungmin, sorot matanya memancarkan kekhawatiran. "Apa sakit sekali?"

"Bohong kalau aku bilang ini tidak sakit."

"Aku akan membantumu ke kamar mandi."

Pemuda manis itu menggeleng pelan. "Tidak perlu. Kau sebaiknya memesan makanan untuk kita."

"Tapi "

Sungmin memotong ucapan Kyuhyun. "Aku baik-baik saja. Aku tahan sakit. Lagi pula, aku seorang laki-laki."

"Kau masokis."

"Kyu, aku butuh mandi sekarang dan aku sangat kelaparan."

Kyuhyun menghela napas. "Oke. Panggil aku jika kau butuh bantuan."

Sungmin hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Kyuhyun, dengan perlahan dan sedikit tertatih dia melangkah menuju kamar mandi, seraya menahan rasa nyeri di pinggangnya. Mengabaikan pandangan tajam Kyuhyun yang seakan melubangi punggungnya.

.

.

.

Sungmin menyandarkan tubuhnya ke pintu, dia menarik napas pelan. Di dalam kamar mandi dia merasa sedikit tenang. Setelah kejadian semalam dia merasa sedikit gugup saat berhadapan dengan Kyuhyun. Dilepaskannya selimut yang membalut tubuhnya, sebelum memasukannya pada keranjang pakaian yang tersedia.

Tubuh sintal tanpa sehelai benang pun itu melangkah memasuki kamar mandi. Kamar mandi yang tak kalah mewah dibandingkan dengan kamar hotelnya. Dia pasti betah berlama-lama berendam di dalam sini. Dia berhenti sejenak, memandang bayangan tubuh telanjangnya di cermin. Keadaannya benar-benar berantakan, rambut sepekat malam yang mencuat, bibir yang memerah dan bengkak, pipi yang merona hangat, serta tubuh yang dipenuhi dengan tanda kepemilikkan. Kyuhyun ternyata lelaki yang suka meninggalkan tanda, seperti Serigala jantan yang menandai betinanya. Pipinya kembali memanas mengingat kegiatannya semalam, pria itu begitu lembut namun liar di saat bersamaan, gairahnya yang selama ini tertahan seolah meluap-luap keluar seperti air bah.

Puas memandangi tubuhnya, Sungmin beranjak menuju bathtube yang telah terisi penuh dan menguarkan aroma menenangkan, vanilla. Ah, jadi Kyuhyun benar-benar telah mempersiapkannya, dia menunduk sedikit dan merasakan suhu air yang menjalar di jarinya, hangat. Dengan perlahan dia masuk dan merendam tubuhnya di dalam sana, memejamkan matanya ketika merasakan air hangat yang nyaman dan merilekskan seluruh otot-otot kaku di tubuhnya.

.

.

.

Di meja bulat yang terletak di beranda itu telah tersedia beberapa macam makanan khas Swiss. Kyuhyun telah mengganti jubah mandinya dengan kaos santai berwarna putih, mantel berwarna cream sepanjang lutut yang tidak terlalu tebal, serta celana jeans biru muda. Penampilan yang terkesan santai. Toh mengenakan pakaian apapun dia tetap terlihat tampan, bathinnya penuh percaya diri.

Diedarkannya pandangannya ke luar sana, ke arah kota Jenewa. Jet d'Eau yang merupakan lambang Kota Jenewa dan deretan pegunungan Alpen tampak lebih jelas di kejauhan sana. Sembari menunggu Sungmin, dia menyesap kopi hitamnya perlahan, menikmati pemandangan yang jelas tidak bisa dia dapatkan ketika berada di Korea. Cukup lama dia memandangi indahnya Kota Jenewa, sebelum tersadar saat sebuah suara lembut memanggil namanya.

"Kyuhyun."

Kyuhyun tersenyum ke arah pemuda manis yang tengah berjalan ke arahnya. Sungmin terlihat segar dan manis dengan kaos berwarna merah muda yang di padukan dengan cardigan sweaters putih, dan celana jeans berwarna biru yang menempel di kakinya.

"Maaf membuatmu menunggu." Sungmin menggeser kursi di hadapan pria itu sebelum mendudukinya. Maniknya berbinar melihat makanan yang tersaji di atas meja. Makanan itu terlihat lezat dan aromanya sungguh menggoda.

Pria tampan itu menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Ayo, makan. Kau pasti sangat lapar, bukan?"

"Ini apa?" Berbeda dengan makanan yang berasal dari Itali atau Prancis, ini kali pertama dia mencoba makanan khas Swiss. Di piring di hadapannya tersaji makanan dengan potongan kentang, kacang dan berbagai jenis daging. Dia menyuapkan sepotong daging ke mulutnya. "Rasanya enak."

"Berner Platte." Lalu Kyuhyun menunjuk sekeranjang roti berbentuk anyaman. "Dan ini Zopf," ujarnya seraya kembali menunjuk sebuah kue di hadapannya. "Lalu, Meringue sebagai makanan penutup."

Sungmin kembali menyuapkan daging itu ke mulutnya. "Wow. Aku tidak yakin bisa menghabiskan semuanya."

Namun, di luar dugaan mereka berdua berhasil menghabiskan satu porsi Berner Platte, sebuah Zopf dan tentu saja Meringue sebagai makanan penutup. Kegiatan semalam ditambah keduanya yang melewatkan sarapan sepertinya membuat keduanya sangat kelaparan.

"Sepertinya ini bukan kali pertama kau mengunjungi Swiss." Tebak Sungmin.

"Ya. Tiga atau empat kali kurasa. Bagaimana kau bisa tahu?"

Pemuda manis itu menyesap cokelat hangat miliknya. Rasa cokelatnya benar-benar lezat. Seperti yang diharapkan dari sebuah negara yang terkenal dengan produksi cokelatnya. "Menebak saja. Kunjungan bisnis?"

Kyuhyun menggeleng. "Bermain ski. Tapi, ini kali pertama aku menetap di Jenewa."

"Aku ingin mencobanya."

Senyum samar terlukis di bibir penuh Kyuhyun. "Aku memang berencana mengajakmu bermain ski."

Sungmin tersenyum senang. "Aku akan mengingatnya baik-baik." Dia kembali menyesap cokelat hangatnya, seraya menatap Kyuhyun. "Sebenarnya aku penasaran. Kenapa kau memilih melangsungkan pernikahan kita di sini?"

Mereka saling berpandangan.

Kyuhyun menyesap kopinya, sebelum menjawab. "Karena menurutku tempat ini yang paling sempurna untuk kita."

Sungmin mengangguk paham. Ya, Swiss memang sempura bagi mereka yang menyukai ketenangan seperti dia dan Kyuhyun. Tidak seperti Prancis, Itali, atau negara Eropa lainnya yang terlalu padat, selain itu panorama yang disuguhkan juga tak kalah menakjubkan. Tidak salah jika Swiss merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan para wisatawan yang ingin menghabiskan masa liburan mereka atau bahkan bagi pasangan seperti mereka untuk berbulan madu.

"Apa yang ingin kau lakukan setelah ini?" tanyanya. "Kita bisa berdiam diri di kamar sambil menonton film atau berjalan-jalan di sekitar sini," tambahnya.

"Tentu saja aku ingin jalan-jalan. Sayang sekali jika kita hanya berdiam diri di kamar."

"Kau yakin?" ujar Kyuhyun memastikan.

Dahi Sungmin mengernyit. "Ya. Memangnya kenapa?" tanyanya heran.

"Kau terlihat tidak nyaman setelah kegiatan semalam. Aku kira lebih baik jika kita tetap di kamar agar kau bisa beristirahat."

"Aku baik-baik saja. Kau tenang saja, oke," ucapnya mencoba meyakinkan pria yang duduk di hadapannya.

Kyuhyun menatap Sungmin lekat. Dia menghela napas pelan. "Baiklah. Tapi, jangan berpura-pura jika kau merasa tidak nyaman nanti." Dia tak mungkin menolak permintaan Sungmin. Bagaimanapun dia sudah berjanji akan membuat Sungmin bahagia.

Seulas senyum manis terukir di bibir Sungmin. "Tentu, yeobo." Kyuhyun sangat protektif kepadanya, namun entah kenapa dia menyukai sikap pria itu. Dia tidak suka dikendalikan, namun Kyuhyun adalah pengecualian.

.

.

.

Cuaca cerah dan cukup hangat ketika mereka keluar hotel, mengingat ini adalah musim panas di bulan Juli, meski tidak terlalu mempengaruhi tebalnya salju yang terlihat di puncak gunung Alpen dan kota-kota di bawahnya yang senantiasa terselimuti hamparan warna putih.

Sungmin menatap Kyuhyun dengan mata yang berbinar. Sebuah kamera DSLR menggantung di lehernya. "Jadi, ke mana tujuan pertama kita?"

"Bagaimana jika ke Saint Pierre Katedral. Di sana kita juga bisa melihat Kota Jenewa dari puncak menaranya," sarannya.

"Oke. Ayo kita ke sana," ujarnya bersemangat.

Kyuhyun tersenyum melihat tingkah Sungmin. Dia bersyukur, pemuda manis itu terlihat baik-baik saja dan bahagia. Tangan Kyuhyun menggenggam tangan pemuda manis itu erat. Mereka berjalan kaki dari selatan Quai Wilson menuju ke Rue Jean Antonie Gauiter, berjalan lurus sambil menikmati pertokoan, restoran, café, hotel, serta bangunan-bangunan lainnya yang bergaya modern maupun kuno. Tanpa lelah keduanya menikmati pemandangan yang tersaji, sesekali mengambil foto, berjalan lurus, sesekali berbelok ke kanan atau kiri mengikuti arah peta. Hingga tak terasa setelah 25 menit berjalan, mereka sampai di Saint Pierre Cathedral yang merupakan salah satu landmark Kota Jenewa. Tatapan kagum dari keduanya terlihat begitu melihat tempat peribadatan itu dari jarak dekat. Dari informasi yang keduanya baca, Katedral yang berdiri kokoh di daerah kota tua Jenewa itu di bangun pada abad ke 16.

Dia tercenung. "Indah sekali," gumamnya. Katedral St. Pierre memiliki gaya arsitektur klasik yang sangat kental, dengan bentuk atap dan kolom yang tinggi. Dia membidikkan kameranya ke arah Katedral. "Kyu, ayo kita ambil foto dulu sebelum masuk."

Kyuhyun mengangguk menyetujui. Mereka berdua tersenyum cerah ke arah kamera yang di latarbelakangi bangunan Katedral. "Aku ingin lihat hasilnya," ujarnya setelah mereka puas berfoto bersama maupun sendiri. Dilihatnya satu persatu foto hasil bidikan Sungmin. "Tidak buruk, kau cukup berbakat dalam fotografi ternyata." Sepertinya pemuda manis ini berbakat dalam segala hal.

"Hanya hobi. Ayo masuk," ajak Sungmin.

Mereka bisa masuk ke dalam Katedral tanpa dipungut biaya. Bangunan utama Katedral ini memiliki interior yang tua, luas dan agak polos yang diterangi oleh lilin-lilin, beberapa deretan bangku serta beberapa kapel. Terlihat beberapa turis yang juga tengah menikmati keindahan interior dari Katedral ini. Kyuhyun mengajak Sungmin untuk berdoa, mereka duduk di salah satu deretan kursi seraya memejamkan mata dan menyatukan kedua telapak tangan.

"Doamu? Apa yang kau minta kepada Tuhan?" tanya Sungmin.

Kyuhyun berdiri seraya menggenggam tangan Sungmin. "Hanya berterima kasih atas segalanya," jawabnya.

Sungmin membalas genggaman tangan Kyuhyun seraya tersenyum.

Setelahnya, mereka melanjutkan ke lantai bawah di mana terdapat situs penggalian arkeolog yang menceritakan perkembangan kehidupan masyarakat Jenewa dan juga Swiss. Meskipun keduanya tidak terlalu mengerti, terutama Kyuhyun yang tidak terlalu menyukai pelajaran sejarah.

"Kau mau naik ke atas menara?" tanya Kyuhyun saat merasa sedikit bosan.

"Tentu saja," jawabnya senang.

Berbeda ketika memasuki Katedral, mereka harus membayar jika ingin menaiki menara. Terdapat dua menara di Katedral itu, Selatan dan Utara. Mereka memutuskan memilih menara Selatan yang memiliki balkon terbuka dibandingkan menara Utara yang tertutup jendela-jendela kaca. Tangga spiral yang menjulang ke atas dipijaki satu per satu demi mencapai puncak menara.

Bagi Sungmin bagian menara ini adalah bagian yang paling memukau selain bangunan Katedral itu sendiri karena menyuguhkan pemandangan keseluruhan Kota Jenewa, mereka juga bisa melihat Jet d'Eau dengan cukup jelas dari atas sini. Tempat ini di penuhi oleh turis, cuaca yang cerah serta angin yang cukup hangat menjadi daya tarik tersendiri untuk memilih tempat ini. Dia mengambil beberapa foto, baik pemandangan, fotonya sendiri, bersama Kyuhyun, dan foto Kyuhyun yang diambil secara terang-terangan maupun diam-diam. Rasanya menyenangkan mengabadikan berbagai ekspresi pria tampan itu dalam kameranya. Puas mengambil foto, Sungmin memilih menikmati pemandangan kota Jenewa di kejauhan sana, dengan Kyuhyun di sampingnya yang setia menggenggam tangannya.

Mereka keluar dari Katedral dan memilih berjalan sejauh 500 meter menuju Muséé d'Art et d'Historie atau Art and History Museum di Rue Charles Gallad. Yang merupakan Museum Art terbesar di Jenewa. Eropa dengan sejarah dan seninya memang tidak bisa dipisahkan.

Kyuhyun menatap pemuda manis di sampingnya. "Kau tidak lelah?"

Sungmin menggeleng pelan. "Tidak."

Bentuk bangunan dari Art and History Museum sendiri sudah mencerminkan kisah historis tersendiri, dan ketika mereka masuk ke dalam, koleksi benda seni penting mengenai dunia seni Swiss terutama Jenewa ada di sini, mulai dari lukisan, pahatan, patung, hingga keramik yang dipamerkan di museum ini, bahkan ada beberapa patung yang terbuat dari bebatuan yang merupakan peninggalan dari masa pra sejarah. Beberapa turis terlihat berlalu-lalang, atau tengah berhenti mengamati sebuah lukisan dan karya seni lainnya, entah mereka benar-benar mengerti atau hanya ingin melihat-lihat saja.

Karya seni terkenal yang berada di museum ini salah satunya adalah lukisan The Miraculous Draught of Fishes karya Konard Witz. Lukisan yang menggambarkan sebuah perahu yang sepertinya berada di danau Jenewa dengan 6 orang penumpang, di mana dua penumpang di masing-masing ujung perahu bertugas mendayung, sisanya menarik jaring yang berisi ikan, terdapat satu orang yang berenang di danau, serta seseorang yang sepertinya pendeta melihat mereka dari tepi danau. Lukisan ini yang paling menarik minat pengunjung untuk melihat sekaligus mengabadikannya. Ketika Sungmin bertanya kepada Kyuhyun, apa pria itu mengerti apa arti dari lukisan itu, jawabannya adalah tidak. Menurut pria itu semua lukisan terlihat sama, dan Sungmin mengangguk menyetujui. Sampai sekarang dia bahkan tidak mengerti apa perbedaan lukisan Monalisa dengan lukisan wanita cantik lainnya.

Setelah keluar dari museum karena waktu hampir menunjukan pukul 5 sore, di mana waktunya museum tutup. Mereka berjalan-jalan sebentar di kota tua Jenewa itu, sebelum Kyuhyun mengajak Sungmin pulang dengan menggunakan bus dan makan di café bernama Central Perk, namanya mengingatkan Sungmin pada salah satu tempat berkumpul para pemain di film komedi romantis 'Friends'. Sungmin memesan Risotto Saffron sementara Kyuhyun memesan Cheese fondue, dengan dua gelas white wine sebagai minuman mereka.

Selesai makan, mereka berjalan menuju ke objek wisata paling terkenal di Jenewa yaitu Jet d'Eau dan merupakan ikon kota itu. Di sebelah kiri danau, terbentang dermaga yang khusus disediakan bagi pengunjung. Mereka berjalan sepanjang dermaga, lalu berhenti ketika merasa sudah cukup dekat. Lampu-lampu sorot terlihat berpendar menerangi air mancur, banyak pengunjung yang memenuhi dermaga, meskipun ketika mereka datang ikon Kota Jenewa itu belum meletuskan keindahannya.

"Moonlight Rainbow Fountain di Banpo sebetulnya tak kalah indah," ujar Sungmin, dengan kamera yang sesekali membidik acak.

"Ya. Kau benar."

"Tapi, setiap hal mempunyai keindahannya tersendiri. Mereka mungkin sama-sama indah, tetapi keindahan yang ditawarkan berbeda."

"Semuanya tergantung prespektif masing-masing. Tapi, kepuasan yang ditawarkan pun berbeda," timpal Kyuhyun. "Ini seperti saat aku bermain ski di Korea dan Swiss, rasanya sangat berbeda, aku merasa lebih bergairah saat bermain di sini."

"Ya. Aku mengerti perasaan itu."

Kyuhyun tersenyum. "Kita mungkin seharusnya tidak berdiri sedekat ini jika tidak mau terkena cipratan air."

Sungmin tertawa. "Kau bisa mengeringkan dan menghangatkanku nanti."

"Ya, dengan segenap cintaku," ujar Kyuhyun.

Dan Sungmin tidak sempat membalas perkataan Kyuhyun saat Jet d'Eau tiba-tiba memulai atraksinya. Menyemprotkan air ke atas langit, dengan sorot lampu yang menyinari dan memberinya kecantikan yang mistis.

Selagi jutaan titik air yang berkilauan berlomba jatuh dan membasahinya, dia tersenyum manis ke arah Kyuhyun, sebelum lenyap karena bibirnya menjadi tawanan bibir pria itu.

Dalam ciuman itu, diam-diam sebuah lensa mengabadikannya.

Keduanya akan menyimpan kenangan indah ini selamanya dalam memori mereka dan jika suatu saat mereka tidak bisa lagi mengingatnya, biarlah selembar foto menjadi saksi kenangan mereka berdua.

.

.

.

END

Terima kasih untuk semuanya yang sudah mendukung fanfiction ini. Maaf untuk segala kekurangannya. ^^